ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KOMODITAS JAHE GAJAH DI DESA TELLUMPANUAE KECAMATAN
MALLAWA KABUPATEN MAROS
FAHRUL 105961103918
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
ii
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KOMODITAS JAHE GAJAH DI DESA TELLUMPANUAE KECAMATAN MALLAWA KABUPATEN
MAROS
FAHRUL 105961103918
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Jahe Gajah Di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros
Nama : Fahrul
Nim : 105961103918
Program Studi : Agribisnis Fakultas : Pertanian
Disetujui:
Pembimbing Utama
Prof.Dr.Ir.Zulkifli,.M.M.
NIDN.00220760002
Pembimbing Pendamping
Andi Amran Asriadi.SP.,M.Pd.,M.P.
NIND.0919038302
Diketahui:
Dekan Fakultas Pertanian
Dr.Ir.Andi khaeriyah,M.Pd.
NIND.0926033803
Ketua Program Studi Agribisnis
Nadir S.P., M.Si NIND.0909068903
iv
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Jahe Gajah di Desa Tellupanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros
Nama : Fahrul
Nim : 105961103918
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
Prof. Dr. Ir. Zulkifli, M.M.
Ketua Sidang
Andi Amran Asriadi, S.P., M.Pd.,MP.
Sekretaris
Dr. Jumiati, S.P., M.M.
Anggota
Ir. H. Saleh Molla, M.M.
Anggota
Tanggal Lulus : 23 Agustus 2022
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Anlisis Kelayakan Usahatani Komoditas Jahe Gajah di Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros” adalah benar hasil karya yang belum diajukan pada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Agustus 2022
Fahrul
NIM. 105961103918
vi
ABSTRAK
FAHRUL. 105961103918. Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Jahe Gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros. Dibimbing oleh Zulkifli dan Andi Amran Asriadi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan Usahatani Komoditas Jahe Gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros dengan menggunakan Metode Randong Sampling yaitu dengan pengambilan secara acak dengan jumlah populsi sebanyak 110 orang dan diambil sebanyak 30 orang responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya usahatani jahe gajah sebesar
Rp. 4.167.017, per hektar per satu kali musim tanam, penerimaan sebesar Rp.9.628.333, pendapatan sebesar Rp.5.495.717. Berdasarkan analisis R/C Ratio
pada usahatani jahe gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros adalah sebesar 2,31. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani jahe gajah sudah layak untuk diusahakan.
Kata Kunci: Kelayakan Jahe Gajah, Kabupaten Maros
vii ABSTRACT
FAHRUL. 105961103918. Feasibility Analysis of Elephant Ginger Commodity Farming in Tellumpanuae Village, Mallawa District, Maros Regency. Supervised by Zulkifli and Andi Amran Asriadi.
This study aims to determine the feasibility of ginger elephant commodity farming in Tellumpanuae Village, Mallawa District, Maros Regency.
Respondents.
The research showed that the cost of farming elephant ginger was IDR.
4.167.017per hectare per one planting season, the income was IDR. 9.628.333, income of IDR. 5.495.717. Based on analysis R/C Ratio elephant ginger farming in Tellumpanuae Village, Mallawa District, Maros Regency, it was 2,31. This shows that elephant ginger farming is feasible.
Keywords: Feasibility of Ginger Elephant, Maros Regency
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hanmba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani komoditas Jahe Gajah Di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormt :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Zulkifli, M.M, selaku pembimbing I dan Bapaka Andi Amran Ariadi, S,P.,M.Pd., M.P., selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Nadir, S.P, M,Si, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
4. Kedua orangtua ayahanda Usman dan ibunda Kartini dan adikku tercinta Abdullah, Nismawati, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.
6. Kepada pihak pemerintah Desa Tellumpanuae beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.
7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga Kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, Agustus 2022
Fahrul
105961103918
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRAC ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jahe Gajah (zingiber officinale var officinale) ... 6
2.2 Budidaya Jahe ... 8
2.3 Konsep Usahatani ... 12
2.4 Teori Biaya Usahatani ... 13
2.5 Penerimaan ... 14
2.6 Teori Kelayakan Usahatani ... 15
2.7 Penelitian Terdahulu ... 16
2.8 Kerangka Pemikiran ... 20
xii III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 22
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 22
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23
3.5 Teknik Analisis Data ... 24
3.6 Definisi Operasional... 25
IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geograpis ... 27
4.2 Keadaan Penduduk ... 27
4.3 Jumlah Penduduk ... 27
V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Respondem ... 31
5.2 Analisis Biaya ... 35
5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Komoditi Jabe Gajah ... 40
VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 42
6.2 Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 1. Penelitian Terdahulu ... 16
Table 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28
Table 3. Jumlah Penduduk Berdasrkan Tingkat Pendidikan ... 28
Table 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Dan Prasaran ... 29
Table 5. Identitas Responden Berdasrkan Umur... 31
Table 6. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 32
Table 7. Identitas Responden Berdasrkan Tanggungan ... 33
Table 8. Identitas Responden Berdasrkan Luas lahan ... 34
Table 9. Identitas Responden Berdasarkan Lama Berusahatani ... 35
Table 10. Rata-rata Analisis Biaya Tetap Petani ... 36
Table 11. Rata-rata Analisis Biaya Variabel ... 37
Table 12. Rata-rata Penerimaan Petani ... 37
Table 13. Rata-rata Pendapatan... 39
Table 14. Kelayakan Usahatani Jahe Gajah ... 40
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 22
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman Teks
1. Kuesioner Penelitian ... 47
2. Peta Lokasi Penelitian ... 49
3. Identitas Petani Responden ... 50
4. Jumlah Produksi dan Penerimaan ... 51
5. Biaya Tetap (Penyusutan Cankul) ... 52
6. Biaya Tetap (Penyusutan parang) ... 53
7. Biaya Variabel Bibit ... 54
8. Biaya Variabel Pupuk ... 55
9. Biaya Variabel Pestisida ... 56
10. Biaya Variabel Tenaga Kerja ... 57
11. Biaya Variabel Bensin... 58
12. Biaya Variabel Karung ... 59
13. Total Biaya Tetap dan Biaya Variabel ... 60
14. Pendapatan ... 62
15. Surat Penelitian ... 66
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup bergantung pada hasil pertanian. Hal ini dapat di tunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau produksi nasional yang berasal dari pertanian. Oleh karena itu, sebagian masyarakat agraris bangsa Indonesia sudah tentu mengembangkan pengetahuannya dalam bidang pertanian (Yudianto, 2003).
Salah satu tanaman hortikultur yaitu jenis tanaman biofarmaka. Tanaman biofarmaka merupakan tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, buah, rimpang ataupun akar. Tanaman biofarmaka antara lain kencur, temulawak, jahe, kunyit, keji beling, sambiloto, bawang putih dll.
Salah satu contoh tanaman biofarmaka yaitu jahe. Jahe merupakan komoditi yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seharihari, antara lain sebagai bahan bumbu masakan (Suparman, 2007). Jahe merupakan salah satu tanaman yang multifungsi yaitu selain sebagai bahan rempah juga digunakan sebagai bahan baku obat. Tanaman ini merupakan empat besar tanaman obat yang banyak digunakan untuk jamu gendong, industri kecil obat tradisional (IKOT), industri obat tradisonal (IOT), ekspor( Mulyati, S., Ardiyanto, J., & Rusyadi, L. 2021).
Jahe merupakan jenis tanaman herbal yang sudah banyak digunakan, hal ini terlihat pada olahan jahe yang biasa dinikmati sebagai minuman penghangat
2 disaat cuaca dingin. Sebagai tanaman herbal, jahe menyimpan macam-macam zat yang baik bagi tubuh seperti pencegahan timbulnya kanker, mengatasi masalah pernafasan, melancarkan pencernaan, mengatasi memar dan rasa nyeri. Disisi yang lain jahe ternyata juga mampu memberikan manfaatnya untuk kecantikan yakni mengatasi kulit berminyak dan menghilangkan ketombe. Oleh karena jahe memiliki banyak manfaat dan keuntungan, serta mudah didalam pengolahan, maka banyak masyarakat Indonesia menanam jahe di berbagai daerah atau wilayah, (Tejasari dan Zakaria, F. R., 2000).
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Jahe dikenal dengan nama umum ginger atau garden ginger. Tanaman jahe diduga berasal dari Asia dan merupakan rempah-rempah yang paling dahulu dikenal di Eropa (Jayanudin, J., Rochmadi, R., Fahrurrozi, M., & Wirawan, S. K., 2019). Jahe telah dimanfaatkan di Asia sejak ribuan tahun yang lalu untuk mengatasi penyakit arthritis, rematik, keseleo, nyeri otot, penyakit selesma, batuk, sinusitis, sakit tenggorokan, diare, kolik, kram, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, mabuk, demam, flu, menggigil, dan penyakit menular (Attoe dan Osodeke, 2009). Jahe merupakan salah satu komoditas ekspor rempah-rempah indonesia, disamping itu juga menjadi bahan baku obat tradisional maupun fitoparmaka, yang memberikan peranan cukup berarti dalam penyerapan tenaga kerja dan juga penerimaan devisa Negara. Sebagai komoditi ekspor dikemas dengan segar, jehe juga dikemas dalam bentuk asinan, jahe kering, maupun minyak atsiri dari jahe putih kecil maupun jahe merah. Permintaan jehe terus meningkat seiring naiknya permintaan jahe
3 Dunia serta makin berkembangnya industri makanan dan minuman didalam negeri yang menggunakan bahan baku jahe, maka kondisi ini direspon dengan makin berkembangnya pabrik tersebut maka para petanipun terus melakukan penanaman tanaman jahe. Pengembangan jahe skala luas sampai saat ini perlu didukung dengan upaya pembudidayaan secara optimal dan berkesinambungan, untuk mencapai budidaya jahe yang optimal dibutuhkan bahan tanam yang memiliki mutu yang baik serta stabil dan juga menanam sesuai dengan anjuran dan juga jarak tanam yang baik, (Syukur, C., Bermawie, N., & Hadipoentyanti, E., 2015).
Berkaitan dengan sektor hortikultura, terdapat perkembangan isu pertanian saat ini yaitu “Back to Nature”. Perkembangan isu tersebut berdampak pada eksistensi tanaman obat-obatan. Obat-obatan yang saat ini diproduksi dengan bahan-bahan kimia memiliki dampak yang beragam dampak negatif bagi tubuh manusia. Hal tersebut membuat konsumen beralih pada tanaman hortikultur sebagai obat yang digunakan untuk kebutuhan akan kesehatan. Tanaman hortikultura memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu sebagai sumber bahan makanan dan minuman rumah tangga, seperti sayuran, buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat (biofarma), dan lain- lain, (Winarni, I., 2012).
Satu Kecamatan di Kabupaten Maros sebagai sentra penghasil Jahe Gajah terbesar adalah Kecamatan Mallawa,dengan luas Pertanaman 2.500 Ha Dan Produksi rata-rata Sekitar 18 - 20 Ton/Ha. dalam dua terakhir ini menjadi salah satu tanaman primadona karena harga yang cukup bagus dimana pada tingkat
4 Petani Harga/Kg Rp.5.000. - Rp.7.000. Sehingga Petani Yang mengolah lahan 0,5-1 Ha, Mampu manerima penghasilan 40 Juta - 50 Juta. dengan ini menjadikan Komoditi Jahe sebagai tanaman primadona Di Kecamatan Mallawa saat ini serta menggairahkan tumbuhnya home industri dengan jenis produk jahe instan.
Desa Tellumpanuae sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Saat ini dimasa pandemi masyarakat berburu untuk membudidayakan tanaman jahe sebab memiliki banyak kandungan dan harganya yang saat ini tinggi dipasaran, tanaman ini banyak dimanfaatkan selain sebagai rempah-rempah juga dapat digunakan sebagai bahan obat alami. Berdasarkan dari pengamatan yang telah saya lakukan khususnya Di Desa Tellumpanuae ternyata tanaman jahe memiliki daya tarik tinggi untuk dibudidayakan para petani. Dari sini saya melihat bahwa ternyata masih ada beberapa hal yang menjadi masalah diantaranya petani melakukan usahatani jahe gajah namun petani belum mampu menjelaskan dan menghitung secara mendetail faktor luas lahan, bibit, tenaga kerja dan pupuk terhadap produksi dan pendapatan mereka.
Untuk mengetahui kelayakan usahatani komuditi jahe gajah maka perlu di lakukan penelitian secara ilmiah. Maka penulis bermaksud melakukan
penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Jahe Gajah Di Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
1.2 Rumusan masalah
5 Berdasarkan latar belakang maka dapat di rumuskan berbagai permasalahan:
1. Bagaimana menganalisis biaya, penerimaan dan Pendapatan komoditas jahe gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
2. Bagaimana kelayakan usahatani komoditas jahe gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten
M
aros.1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis biaya, penerimaan dan Pendapatan komoditas jahe gajah di Desa Tellumpanae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
2. Untuk Menganalisis kelayakan usahatani komoditas jahe gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah.
1. Penelitian ini berguna sebagai bahan masukan dan informasi petani jahe gajah dalam menjalankan usahanya.
2. Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang tertarik dengan masalah jahe.
6 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jahe Gajah (Zingiber officinale var. officinale)
Jahe gajah (Zingiber officinale var. officinale) termasuk Suku (Zingiberaceae), merupakan salah satu tanaman rempah-rempahan yang telah lama digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut- sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional (Nursal dkk., 2006). secara taksonomi jahe dapat diklasifikasikan ke dalam yaitu
- Divisi : Spermatophyta - Sub-divisi : Angiospermae - Kelas : Monocotyledoneae - Ordo : Zingiberales - Famili : Zingiberaceae - Genus : Zingiber
- Species : Zingiber officinale
Varietas jahe ini banyak ditanam dimasyarakat dan dikenal dengan nama Zingiber officinale var. officinale. Batang jahe gajah berbentuk bulat, berwarna hijau muda, diselubungi pelepah daun, sehingga agak keras. Tinggi tanaman 55.88-88,38 cm. Daun tersusun secara berselang-seling dan teratur, permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda jika dibandingkan dengan bagian bawah.
Luas daun 24.87 -27.52 cm2 dengan ukuran panjang 17.42-21.99 cm, lebar 2.00 - 2.45 cm, lebar tajuk antara 41.05 - 53.81 cm dan jumlah daun dalam satu tanaman 25-31 lembar. (Herlina et al., 2002).
7 Jahe gajah atau badak memiliki rimpang yang besar dan gemuk. Jahe jenis ini biasa dikonsumsi baik berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar atau jahe olahan (Paimin, 2002). Jahe ini merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional yang memiliki daging rimpang berwarna kuning hingga putih (Septiatin, 2008). Serat jahe jenis ini sedikit dan lembut. Aromanya kurang tajam dan rasanya kurang pedas. Mengandung minyak atsiri 0,82-1,68%.
Dewasa ini jahe gajah banyak dibuat asinan atau disebut salted ginger yang sangat disukai masyarakat Jepang (Santoso, 2008). Jahe merupakan kerabat empon–
empon yang paling banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan orang. Kegunaan dan khasiatnya yang amat beragam membuat jahe selalu dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Tanaman jahe merupakan herba yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 0,4–1 m. Tanaman ini dapat berumur tahunan (Muhlisah, 2005).
Ukuran rimpangnya lebih besar dan gemuk jika dibandingkan jenis jahe lainnya. Jika diiris rimpang berwarna putih kekuningan. Berat rimpang berkisar 0.18-1.04 kg dengan panjang 15.83-32.75 cm, ukuran tinggi 6.02-12.24 cm. Ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Akar jahe gajah ini memiliki serat yang sedikit lembut dengan kisaran panjang akar 4.53-6.30 cm dan diameter mencapai kisaran 4.53- 6.30 mm. Rimpang memiliki aroma yang kurang tajam dan rasanya kurang pedas.
Kandungan minyak atsiri pada jahe gajah 0.82-1.66%, kadar pati 55.10%, kadar serat 6.89% dan kadar abu 6.6-7,5% (Herlina et al., 2002).
8 Jahe gajah diperdagangkan sebagai rimpang segar setelah dipanen pada umur 8-9 bulan. Rimpang tua ini padat berisi. Ukuran rimpangnya 150-200 gram/rumpun. Ruasnya utuh; daging rimpangnya cerah; bebas luka dan bersih dari batang semu, akar, serangga tanah dan kotoran yang melekat (Rukmana, 2000). Jahe gajah termasuk pada Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta;
Klas: Monocotyledoneae; Ordo: Zingiberales; Family: Zingiberaceae; Genus:
Zingiber; Spesies: Zingiber officinale (Paimin et al., 2002).
2.2 Budidaya Jahe Gajah 2.2.1. Pembibitan
Jahe dapat diperbanyak dengan rimpang. Benih yang baik adalah yang telah mempunyai 2–3 mata tunas dan berasal dari rimpang sehat hasil panen tua (9–10) bulan. Bobot benih untuk jahe putih kecil dan jahe merah sekitar 20–40 g/rimpang, sedangkan untuk jahe putih besar sekitar 40–60 g/rimpang. Benih sebaiknya ditunaskan terlebih dahulu di persemaian yang terdiri dari rak–rak bambu atau hamparan selebar 10–20 cm, kemudian ditutup jerami dan disimpan di tempat yang lembab (Kardinan et al., 2003).
Pada umumnya, jahe diperbanyak secara vegetative dengan potongan- potongan rimpangnya. Namun, pemilihan bibit tidak boleh gegabah. Kriteria bibit jahe yang baik adalah yang diambil langsung dari kebun, bukan jahe konsumsi yang biasa diperoleh di pasar, diambil dari tanaman yang sehat dan berumur 12 bulan, memiliki berat 100-250 g per rimpang. Rimpang tersebut dapat dipotong- potong dan masing-masing potongan sedikitnya memiliki 3 mata tunas, Panjang 3-7 cm dan beratnya 25-80 gram per potong (Santoso, 2008).
9 2.2.2. Pengolahan Tanah
Jahe merupakan tanaman monokotil berakar serabut yang tumbuhnya tidak begitu dalam. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa pengolahan tanah yang terlalu dalam tidak memberikan pengaruh yang nyata dibanding dengan pengolahan berkedalaman secukupnya. Tanaman hanya akan menyerap unsur hara pada kedalaman tertentu sesuai dengan sistem perakarannya (Paimin et al., 2002).
Penyiapan lahan bagi tanaman jahe meliputi aktivitas pengolahan tanah dan pembuatan bedengan ataupun dengan penggunaan polibeg. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, mempercepat pelapukan, memberantas gulma, membalik dan mempertebal lapisan tanah atas/topsoil (Rukmana, 2010).
2.2.3. Penanaman
Jahe dapat diperbanyak dengan memisahkan anakan atau dengan menanam rimpangnya. Rimpang yang digunakan adala rimpang yang sudah cukup tua dan memiliki paling sdikit 2–3 mata tunas. Setiap rimpang dapat ditanam langsung, namun jika mata tunasnya banyak, rimpang dapat dipotong–
potong menjadi beberapa bagian. Setiap potong memiliki paling sedikit 2 mata tunas. Jahe yang berukuran kecil seperti jahe merah dan jahe kecil ditanam dengan jarak yang lebih rapat yakni 25 x 40 cm. Sementara jahe besar, seperti jahe gajah ditanam dengan jarak 30 x 60 cm (Muhlisah, 2005).
10 2.2.4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak 20–
30 ton per hektar, diberikan pada saat pengolahan lahan. Pada saat tanam diberikan pupuk organik lainnya berupa guano kelelawar sebanyak 500 g/rumpun dan diberikan lagi pada saat tanaman berumur 30 dan 60 hari dengan dosis yang sama (Kardinan et al., 2003). Pemupukan menggunakan pupuk urea, KCl, dan TSP. Pemupukan urea dilakukan sebanyak dua kali yaitu pemberian pertama pada saat tanam sebanyak 1/3 dosis anjuran dan satu bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemeliharaan Tanaman yang sudah tumbuh perlu dirawat agar mampu berproduksi dengan baik. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2–4 minggu. Pembumbunan dilakukan sebanyak 2-3 kali.
Panen jahe muda dilakukan pada umur 3–4 bulan setelah tanam. Pada umur tersebut rimpang tidak terlalu pedas dan kandungan seratnya rendah, sehingga mudah dipatahkan. Produksi jahe muda biasanya dimanfaatkan untuk asinan dan manisan jahe. Sedangkan jahe tua dipanen pada saat berumur 9–12 bulan setelah tanam (Syukur,A, 2006).
2.2.5. Pemeliharaan
Tanaman yang sudah tumbuh perlu dirawat agar mampu berproduksi dengan baik. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2–4 minggu.
Pembumbunan dilakukan sebanyak 2-3 kali (Muhlisah, 2005). Pemeliharaan tanaman jahe pada dasarnya meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pemupukan. Penyulaman paling baik dilakukan seawal mungkin atau
11 maksimal 15 hari setelah tanam, agar tanaman cepat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan tingkat pertumbuhan hasil sulaman relatif seragam.
Penyiangan pertama biasanya dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu, kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali tergantung pada kondisi gulma yang tumbuh. Pembumbunan bertujuan untuk menimbun rimpang jahe yang muncul ke atas permukaan, pertama kali dilakukan pada waktu tanaman jahe membentuk rimpang yang terdiri atas 3-4 batang semu. Pemupukan untuk tanaman jahe dengan kisaran dosis antara 400-800kg urea, 150-400 kg TSP, dan 200-600 kg KCl per hektar (Rukmana, 2010).
2.2.6. Panen
Panen jahe muda dilakukan pada umur 3–4 bulan setelah tanam. Pada umur tersebut rimpang tidak terlalu pedas dan kandungan seratnya rendah, sehingga mudah dipatahkan. Produksi jahe muda biasanya dimanfaatkan untuk asinan dan manisan jahe. Sedangkan jahe tua dipanen pada saat berumur Tanaman jahe dipanen muda yang sudah berumur 3,5 - 4 bulan setelah tanam. Sedangkan, tanaman jahe yang dipanen tua berumur 8-12 bulan setelah tanaman yang ditandai dengan layu atau matinya batang semu, daun-daun yang sudah menguning dan rimpangnya berukuran maksimal dan beranak banyak (Rukmana, 2010).
Tanaman jahe dipanen muda yang sudah berumur 3,5 - 4 bulan setelah tanam. Sedangkan, tanaman jahe yang dipanen tua berumur 8-12 bulan setelah tanaman yang ditandai dengan layu atau matinya batang semu, daun-daun yang sudah menguning dan rimpangnya berukuran maksimal dan beranak banyak (Rukmana,2010).
12 2.3 Konsep Usahatani
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Thamrin, M., Mardhiyah, A., & Marpaung, S. E., 2015).Usahatani pada dasarnya adalah proses pengorganisasian alam, lahan, tenaga kerja dan modal untuk menghasilkan output pertanian. Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti, 2007).
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta, A., 2001). Usahatani (wholefarm) merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan peptisida) dengan efektif, efisien, dan berkelanjutan untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga, pendapatan usahataninya meningkat (Rahim 2007).
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi,1995).
Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam
13 pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disajikan bahwa usahatani adalah usaha yang dilakukan petani dalam memperoleh pendapatan dengan jalan memanfaatkan sumber daya alam, tenaga kerja dan modal yang mana sebagian dari pendapatan yang diterima digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berhubungan dengan usahatani.
2.4 Teori Biaya Usahatani
Biaya usahatani biasanya diklarisifikasi menjadi dua, yaitu; (a). Biaya tetap (Fixed cost); dan (b). Biaya tidak tetap (Variabel Cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecinya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995).
Biaya usahatani terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variable (variable cost) (Soekartawi, 2016).
a. Biaya tetap yaitu biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produks yang diperoleh banyak atau sedikit.
b. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh
Biaya dalam usahatani terbagi atas biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayarkan dengan uang secara
14 tunai, seperti biaya pembelian sarana produksi, pembelian bibit, pembelian pupuk dan obat-obatan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang digunakan untuk menghitungkan berapa pendapatan yang diperoleh petani serta modal petani yang digunakan, contoh dari biaya tersebut adalah biaya tenaga kerja, biaya penyusutan alat-alat pertanian dan biaya sewa lahan (Faisal, 2015).
Untuk menghitung besarnya biaya total (Total Cost) diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap (Fixed Cost/ FC) dengan biaya variabel (Variable Cost) dengan rumus (Suratiyah, 2015) sebagai berikut:
TC = FC + VC Dimana:
TC = Total Cost (Biaya Total) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap Total) VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
2.5 Penerimaan
Penerimaan (revenue) adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan outputnya. Untuk mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil produksi dikalikan dengan harga jual output (Boediono, 2002). Penerimaan adalah hasil perkalian antara hasil produksi yang telah dihasilkan selama proses produksi dengan harga jual produk (Ambarsari et al., 2014).
Penerimaan adalah peningkatan aktiva atau penurunan piutang atau kewajiban yang berasal dari berbagai kegiatan didalam periode akuntansi atau periode anggaran tertentu.
(
Baldric Siregar dan Boni Siregar, 2001). Penerimaan15 (Revenue) adalah total pendapatan yang diterima oleh produsen berupa uang yang diperoleh dari hasil penjualan barang yang diproduksi.
(
Zaenuddin Kabai, 2015).Secara umum perhitungan penerimaan total (Total Revenue/ TR) adalah perkalian antara jumlah produksi (Y) dengan harga jual (Py) dan dinyatakan dengan rumus (Suratiyah, 2015) sebagai berikut:
TR = Py . Y Dimana :
TR = Total Revenue (Penerimaan Total) Py = Harga produk
Y = Jumlah produksi
2.6. Teori Kelayakan Usahatani
Kelayakan usahatani adalah upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu jenis usaha, dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu. Dengan demikian suatu usaha dikatakan layak jika keuntungan yang diperoleh dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan baik biaya yang langsung maupun yang tidak langsung. (Prajnanta,Final dalam Waldi, 2017).
Kelayakan usahatani dapat dianalisis menggunakan beberapa indikator atau alat analisis seperti Revenu Cost Ratio (R/C ratio) (Prajnanta, Final dalam Waldi, 2017).
Analisis R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya total.
Penerimaan Total (TR) R/C =
Biaya Total (TC)
16 Dimana:
Revenue = Besarnya penerimaan yang diperoleh Cost = Besarnya biaya yang dikeluarkan Ada tiga kriteria dalam perhitungannya, yaitu:
a. Apabila R/C > 1 artinya usahatani tersebut menguntungkan.
b. Apabila R/C = 1 artinya usahatani tersebut impas.
c. Apabila R/C < 1 artinya usahatani tersebut rugi
2.7 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Metode Hasil
1. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Tanaman Jahe Merah (Zingiber Officinale Var.
Rubrum). (Titisari Juwitaningtyas, 2018)
Metode yang digunakan yaitu dengan mencari informasi
terkait menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahan BEP terjadi pada 32 ton produk yang terjual dengan nilai biaya sebesar Rp 10.055.066.667.
Sedangkan nilai NPV yang diraih yaitu Rp 1.797.085.228,
dengan R/C ratio
sebesar 1,3.
Berdasarkan
persyaratan dalam pengukuran analisis kelayakan finansial,
17 maka
ketiga indikator tersebut menunjukkan nilai yang layak pada usaha ini.
2. Analisis Kelayakan Kelayakan Dan Kendala
Pengembangang Usahatani Jahe Putih Kecil Di Kabupaten Sumedang (Studi Kasus Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang) . (Ermiati 2015)
Penelitian Dilakukan Menggunakan Metode Survei
Hasil Penelitian Ini Menunjukkan Bahwa Usahatani JPK Di Lokasi Penelitian Layak Dilakukan Secara Teknis Dan Menguntungkan
Secara Ekonomis.
Hasil Analisis Sensitifitas Harga (Jika Produktivitas Tetap 1.570 Kg/1.000 M²) 3. Analisis Kelayakan
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Tumpangsari Jahe Emprit Dengan Cabai Rawit Di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar (Dilla Rochimah, Minar Ferichani, Susi Wuri Ani,2017)
Metode dasar
penelitian adalah deskriptif analisis.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya mengusahakan yang dikeluarkan
petani sebesar Rp. 24.342.894,52 per
Ha per MT; rata-rata penerimaan yang diterima petani sebesar Rp 53.953.434,07 per Ha per MT dan rata- rata pendapatan yang diterima petani Rp
18 29.610.539,55 per Ha per MT. Berdasarkan analisis R/C Ratio sebesar
2,22 berdasarkan nilai produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 252.624,77 lebih besar
dari upah
Rp 60.000,00 artinya usahatani layak
4. Karakteristik Petani
Dan Kelayakan
Usahatani Jahe Di Sumatera Utara (Rita Herawaty Br Bangun,2021)
Metode Analisis Yang Digunakan Pada Penelitian Ini Merupakan Analisis Deskriptif
Hasil identifikasi menunjukkan
karakteristik petani jahe di Sumatera Utara sebagai berikut sebanyak 61,76%
berada di usia 25-54 tahun, 55,24%
petani jahe
menamatkan
pendidikan sampai tingkat SMP, 96,79%
petani jahe
membiayai sendiri kegiatan usahataninya, 95,06% petani menjual hasil produknya ke pedagang
pengumpul, dan keikutsertaan petani
19 pada kelembagaan pertanian masih sangat rendah. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) usahatani jahe di Sumatera Utara sebesar 1,97 artinya setiap pengeluaran
Rp1,00 maka
petani jahe akan mendapatkan
penerimaan sebesar Rp. 1,97. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani jahe
layak dan
menguntungkan untuk dibudidayakan.
5. Analisis Kelayakan Usahatani Jahe (Zingiber Officinale) Studi Kasus Di Desa Kemu Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, (Rahmad Hidayat, 2019)
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian studi kasus.
Hasil penelitian pada usahatni jahe di Desa Kemu Kecamatan Pulau
Beringin Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan adalah:
1. Pendapatan usahatani jahe di Desa Kemu
Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten Ogan Komering Ulu
20 Selatan adalah sebesar Rp 13.230.708 per hektar per tahun.
2. Setelah dianalisis dengan R/C ratio di dapat R/C ratio > 1 pada usahatani jahe di peroleh nilai sebesar
4,1 Hal ini
menunjukan bahwa usahatani jahe di
Desa Kemu
Kecamatan Pulau Beringin
layak untuk
diusahakan.
2.8 Kerangka Pemikiran
Desa Telumpanuae merupakan salah satu daerah penghasil Jahe (Zingiber Officinale) yang ada di kabupaten Maros, dalam usaha budidaya jahe para petani mengusahakan usahatani dengan sendiri tanpa adanya pendampingan dari pemerintah. Jahe yang memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan tubuh ini cukup banyak diusahatanikan oleh para petani sehingga jahe juga membantu perekonomian petani sehingga kehidupan petani berasal dari tanaman jahe, maka dari itu diperlukan pengetahuan yang baik dalam budidaya jahe agar meningkatkan produksi sehingga pendapatan petani akan meningkat. Usahatani tersebut antara lain yaitu bibit jahe itu sendiri apabila bibit memiliki kualitas yang
21 baik maka akan meningkatkan produksi tetapi jika bibit tidak baik maka akan terjadi sebaliknya. Sehingga hal ini menjadi penting karena akan mempengaruhi produksi jahe nantinya dan juga akan berimbas kepada pendapatan yang akan diterima oleh petani jahe gajah.
Suatu usahatani dikatakan layak untuk diusahakan bila tingkat efisiensinya tinggi, arti bahwa dari setiap biaya atau input yang diefisienkan dapat menghasilkan nilai output yang lebih besar atau dengan kata lain terjadi peningkatan rasio output-input, hal ini dapat dilihat dari pembagian hasil antara penerimaan terhadap biaya (R/C) yang diperoleh. Usahatani dinyatakan layak untuk diusahakan bila nilai R/C lebih dari satu (R/C 1). Bagan alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Usahatani Jahe Gajah
Analisis Kelayakan R/C(Revenue Cost Ratio)
Penerimaan
Layak Tidak Layak
Petani Jahe Gajah
Biaya Input Produksi
22 III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian Ini dilaksanakan di Desa Telllumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros Waktu Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2022 − Agustus 2022.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling.
(Soekartawi, 2002) berpendapat random sampling adalah pengambilan sampel secara acak, salah satu hal yang perlu diketahui dalam random sampling adalah semua individu dalam populasi (anggota populasi) diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua petani di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros yang jumlahnya 110 orang dari 3 kelompok tani. Sampel penelitian ini 28% yaitu sebanyak 30 petani.
Jika jumlah subjek lebih dari 100, maka dapat diambil sampel antara 10%-15%
atau 20%-28%.
3.3. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak diukur berdasarkan angka dan hanya berbentuk uraian yang berhubungan dengan penelitian sehingga kesimpulan bisa ditarik. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang diukur berdasarkan
23 angka seperti biaya usahatani, penerimaan dan analisis kelayakan usahatani komoditi jahe gajah.
Sumber data penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari melakukan wawancara secara langsung kepada petani dengan berpedoman pada daftar pertanyaan terstruktur yang sudah disiapkan melalui (kuesioner). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dinas atau instansi yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti Dinas Pertanian, BPS Kabupaten Maros UPP Kecamatan Mallawa dan instansi terkait lainnya.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap muka atau langsung antara penanya atau pewawancara dengan responden.
b. Observasi, yaitu proses pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang telah diteliti.
c. Pencatatan, yaitu pengumpulan data sekunder dari instansi pemerintah dan lembaga yang terkait dan berhubungan dengan penelitian.
d. Kajian Pustaka, yaitu mengumpulkan data-data dari sumber pustaka atau penelitian terdahulu dengan tujuan menguatkan penelitian.
24 3.5. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam rangka menentukan kriteria kelayakan dari seluruh aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak digunakan (Kasmir, 2016). Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Analisis Biaya Usahatani
Untuk menghitung besarnya biaya total (Total Cost) diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap (Fixed Cost/ FC) dengan biaya variabel (Variable Cost) dengan rumus (Suratiyah, 2015) sebagai berikut:
TC = FC + VC Dimana :
TC = Total Cost (Biaya Total) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap Total) VC = Variable Cost (Biaya Variabel 2. Analisis Penerimaan Usahatani
Secara umum perhitungan penerimaan total (Total Revenue/ TR) adalah perkalian antara jumlah produksi (Y) dengan harga jual (Py) dan dinyatakan dengan rumus (Suratiyah, 2015) sebagai berikut:
TR = Py . Y Dimana:
TR = Total Revenue (Penerimaan Total) Py = Harga Produk
Y = Jumlah Produksi
25 3. Analisis Kelayakan R/C Rasio
Kelayakan usahatani dapat dianalisis menggunakan beberapa indikator atau alat analisis seperti Revenu Cost Ratio (R/C ratio) (Prajnanta, Final dalam Waldi, 2017).
Penerimaan Total (TR) R/C =
Biaya Total (TC) Dimana:
Revenue = Besarnya penerimaan yang diperoleh Cost = Besarnya biaya yang dikeluarkan Ada tiga kriteria dalam perhitungannya, yaitu:
a. Apabila R/C > 1 artinya usahatani jahe gajah tersebut menguntungkan.
b. Apabila R/C = 1 artinya usahatani jahe gajah tersebut impas.
c. Apabila R/C < 1 artinya usahatani jahe gajah tersebut rugi.
3.6 Definisi Operasional
Definisi oprasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konsrak dengan cara memberikan arti, menspesifikan kegiatan, menberikan suatu oprasionalisasi yang di perlukan untuk mengukur variable tertentu.
a. Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau factor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, epesien dan kontinyu untuk menhasilkan produksi yang tinngi sehinnga pendapatan usahataninya meningkat.
26 b. Petani jahe gajah di Desa Tellumpanuae adalah orang yang menjalankan usahatani jahe gajah dengan cara pengelolaan tanah untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman jahe gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
c. Biaya usahatani jahe gajah adalah seluruh pengeluaran petani jahe gajah dalam satu kali produksi di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
d. Penerimaan (revenue) usahatani Jahe Gajah adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan outputnya. Untuk mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil produksi dikalikan dengan harga jual output.
e. Analisis kelayakan usahatani jahe gajag adalah upayah untuk mengetahui tinkat kelayakan suatu jenis usaha, dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu
27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Geograpis
Desa Tellumpanuae adalah Desa yang berada dikawasan timur kota Maros dengan luas keseluruhan yaitu mencapai 1621,6 Ha yang terdiri dari 3 Dusun jawi-jawi, Dusun Matajang, Dusun Watang Mallawa. Desa tellumpanuae awalnya masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Camba namun Pada tahun 1992 Desa ini masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Mallawa yang di mekarkan menjadi kecamatan baru.
Desa Tellumpanuae memiliki batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Selatan Berbatasn Dengan Desa Barugae - Sebelah Utara Berbatasan Dengan Desa Uludaya
- Sebelah Timur Berbatasan Dengan Desa Mattampapole - Sebelah Barat Berbatasan Dengan Desa Bentennge 4.2 Keadaan Penduduk
4.2.1. Jumlah penduduk
Penduduk Desa Tellmpanuae memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.274 jiwa. dengan jumlah penduduk laki laki sebanyak 616 dan perempuan sebanyak 658 Jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
28 Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Tellumpanuae Berdasarkan Jenis Kelamin.
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Laki-Laki 616 48,35
2. Perempuan 658 51,65
Jumlah 1.274 100
Sumber: Data primer Kantor Kepala Desa 2022
1. Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 658 orang dengan persentase 48% dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 616 orang dengan persentase yaitu 51%.
4.2.2 Tingkat Pendiddikan
Pendidikan merupakan aspek dalam kehidupan masyarakat yang berperan penting untuk meningkatkan kualitas hidup. Indikator pendidikan dapat digunakan
tahapan meninkatkan kemanpuan petani dalam mengelola usahatani jahe gajah di Desa Tellumpanuae. Tingkat pendidikan petani Desa Tellumpanuae Kecamatan
Mallawa kabupaten Maros dapat di lihat pada Tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Tingkat pendidikan petani Desa Tellumpanue Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros
No Tingkat pendidikan Jumlah
1. Tidak Tamat SD 537
2. SD 324
3. SMP 228
4. SMA 65
5. Akademik 41
6. S1 27
7. S2 5
Sumber: Data Primer Kantor Desa, 2022
29 Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa di Desa Tellumpanuae belum memadai. Tingkat pendidikan terbanyak adalah Tidak Tamat SD sebesar 537 orang, dan tingkat pendidikan paling kecil adalah S2 (Magister) sebesar 5 orang.
4.2.3 Sarana Dan Prasarana Umum
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Setiap desa memliki sarana dan prasarana yang berbeda- beda antara satu sama lain. Sarana yang disesuaikan dengan kebutuhan topografi setiap desa. Tingkat perkembangan sebuah desa dapat di ukur dengan kondisi sarana dan prasarana yang ada. Karena keberadaan sarana dan prasarana tersebut laju pertumbuhan sebuah desa baik dari sektor perekonomian maupun sector sektor lainnya. Desa Tellumpanuae memiliki beberapa sarana dan prasarana.
Keadaan sarana dan prasarana di Desa Tellumpanuae akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masayarakatat Desa Tellumpanuae. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung maka akan mempercepat laju pembangunan Desa
Tellumpanuae tingkat local maupun regional. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Tellumpanuae dapat dilihat pada table 4 berikut ini:
Tabel. 4. Sarana Dan Prasarana di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Kantor Desa 1
2. Puskesmas 1
3. Posyandu 3
4. Gedung Sekolah TK 2
5. Gedung Sekolah SD 2
6. Gedung Sekolah SMP 1
7. Masjid 3
Sumber: Data Primer Kantor Desa, 2022
30 Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa Tellumpanuae yakni TK dengan jumlah 2 unit. SD dengan jumlah 2 unit,SMP Jumlah 1unit, masjid dengan jumlah 3 unit, posyandu dengan jumlah 3 unit, kantor desa dengan jumlah 1 unit dan terakhir yaitu puskesmas 1 unit Sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 13 unit.
31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Identitas responden merupakan keterangan yang diperoleh dari responden berupa data kuisioner yang disebarkan oleh penulis yang berisikan mengenai Umur responden, Tingkat pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan. Identitas tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
5.1.1 Umur Responden
Umur sangat berpengaruh dalam kegiatan usahatani hal ini berhubung dengang kemanpuan bekerja petani pada umumnya petani yang memiliki umur masih mudah memiliki kemanpuan pisik yang lebih kuat di Bandingkang dengan petani yang berumur lebih tua adapun tinkat umur responden dapat di lihat pada Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Rata-Rata Umur Responden di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros
No. Umur Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 21-34 11 36,66
2. 35-48 12 40,00
3. 49-62 7 23,33
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2022
Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa umur yang produktif dalam melakukan usahatani berada pada tingkat umur 35-48 tahun dengan persentase 40,00% dan persentase terendah berada pada tingkat umur 49-62 tahun yaitu 23,33%.
32 5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Subjek, objek atau sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Oleh karena keberadaan manusia yang tidak dapat terlepas dari lingkungnnya, maka berlangsungnya proses pendidikan itu selamanya akan berkaitan dengan lingkungan dan akan saling memengaruhi secara timbal balik. Pendidikan adalah satu keseluruhan kerja manusia yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadnya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga menjadi manusia berkualitas (Syafril dan Zelhendri, 2017).
Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian merupakan penujang dalam pengembangan usahatani jahe gajah. Adapun tinkat pendidikan petani/responden di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros, terlihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Rata-Rata Tingkat Pendidikan Responden di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. SD 21 70,00
2. SMP 5 16,66
3. SMA 4 13,33
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2022
Tabel 6 diatas menunjukkan tingkat pendidikan petani responden di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros masih sangat rendah ini menunjukkan bahwa di lihat dari tingkat pendidikan yang dominan adalah Sekolah Dasar sebanyak 21 orang (70%), sedangkan paling rendah adalah
33 Sekolah Menengah Atas sebanyak 4 orang (13%). Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang di tempuh oleh petani responden masih sangat rendah.
Keadaan demikian adalah suatu tingkat kemajuan bagi masyarakat di daerah penelitian dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi merupakan indikator bagi kemajuan usahatani di daerah penelitian.
5.1.3 Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan keluarga merupakan potensi yang sangat mendukung petani dalam meningkatkan jumlah produksi usahataninya. Besarnya anggota keluarga mempengaruhi curahan waktu yang dapat dialokasikan untuk usahatani, semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak tenaga kerja yang dapat dialokasikan untuk kegiatan usahataninya (Kurniati, 2015). Adapun karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Telllumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase (%)
1. 2-3 14 46,66
2. 4-5 16 53,33
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2022
Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga yang bejumlah 2-3 orang sebanyak 14 orang dengan persentase 46% dan jumlah tanggungan keluarga yang berjumlah 4-5 orang sebanyak 16 orang dengan persentase 53%. Hal ini menunjukkan bahwa 30 responden rata-rata memiliki tanggungan keluarga yang tidak terlalu besar.
34 5.1.4 Luas Lahan
Lahan adalah salah satu faktor pentimg dalam melakukan usahatani.
Karena lahan adalah tempat dimana petani melakukan kegiatan produksi. Semakin luas lahan yang digarap petani untuk usahtaninya maka semakin besar pula pendapatan petani, sehingga pengoptimalan lahan yang digarap agar mendapatkan hasil yang maksimal juga (Soekartawi, 2002). Adapun luas lahan petani di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8. Rata-Rata Luas Kahan Responden di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1. 0,5 19 63
2. 1,00 11 37
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2022
Tabel 8 diatas menunjukkan luas lahan responden di Desa Tellumpanuae hanya memiliki dua jenis luas yaitu 0,5 (Ha) sebanyak 19 orang dengan persentasi 63% dan luas 1 (Ha) sebanyak 11 orang degan presentase 37%.
5.1.5. Lama Berusahatani
Lama berusahatani sangat menpengaruhi dalam melakukan usahatani untuk meningkatkan hasil produksi. Petani yang sudah cukup lama akan memiliki banyak pengalaman dan yang di terapkan dalam proses usahataninya sehinnga menperoleh hasil yang baik. Adapun lama berusahatani responden di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten maros dapat di lihat pada Tabel 9 sebagai berikut:
35 Tabel 9. Rata-Rata Lama Berusahatani Responden di Desa Tellumpanuae
Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
No Lama Berusahatani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 1 6 20,00
2. 2 24 80,00
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2022
Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa lama berusahatani responden di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros masih terbilang baru masih berkisar 1 sampai 2 tahun saja. Petani yang berusahatani jahe gajah 1 tahun berjumlah 6 orang dan 2 tahun dengan persentase 20% berjumlah 24 orang dengan persemtase 80%. Lama berusahatani sangat berperang penting dalam tingkat keberhasilan usahatani jahe gajah, apabila petani baru sangat beresiko dalam produksi usaha tani jahe gajah.
5.2 Analisis Biaya
5.2.1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah karena jumlah barang atau jasa yang diproduksi atau dijual bertambah atau berkurang. Biaya tetap adalah biaya yang harus dibayar perusahaan terlepas dari aktivitas bisnis tertentu. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan tingkat kegiatan maupun volume penjualan (Marewa, 2012). Adapun rata-rata biaya tetap petani rumput laut dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:
36 Tabel 10. Rata-Rata Biaya Tetap Petani Lada di Desa Tellumpanuae Kecamatan
Mallawa Kabupaten Maros.
No Uraian Total Biaya (Rp)
1. Pajak Lahan 79.667
2. Parang 46.833
3. Cangkul 43.500
4. Sprayer 406.667
Jumlah 576.667
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2022
Tabel 9. diatas menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani responden adalah pajak lahan sebesar Rp. 79.667., parang sebesar Rp. 46.833., cangkul sebesar Rp. 43.500. dan Sprayer sebesar Rp. 406.667 Jadi total biaya tetap yang dikeluarkan adalah Rp.
576.667
5.2.2. Biaya Variabel (Fixed Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan, semakin besar volume kegiatan semakin besar pula biaya totalnya, sebaliknya semakin kecil biaya volume kegiatan, semakin kecil pula biaya totalnya. Biaya bahan baku merupakan contoh biaya variabel yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi (Marewa, 2012). Biaya variabel adalah biaya yang berubah saat bisnis beroperasi. Biaya variabel dapat dikatakan sebagai biaya yang bertambah atau berkurang tergantung dari banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi produksi barang, semakin tinggi biaya variabel.
Adapun rata-rata biaya tetap petani rumput laut dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut:
37 Tabel 11. Rata-Rata Biaya Variabel Petani Jahe Gajah Di Desa Tellumpanuae
Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
No Uraian Total Biaya (Rp)
1. Bibit Jahe 1.556.000
2. Pupuk 174.933
3. Pestisida 1.583.333
4 Tenaga Kerja 197.500
5 Bensin 27.333
6 Karung 51250
Jumlah 3.590.350
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2022
Tabel 9. diatas menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani responden adalah beli Bibit jahe sebesar Rp. 1.556.000, Pupuk sebesar Rp. 174.933, Pestisida sebesar Rp. 1.583.333, Tenaga Kerja sebesar Rp. 197.500, Bensin sebesar Rp.
27.333, dan Karung Rp. 51250 Jadi total biaya Variabel yang dikeluarkan adalah Rp. 3.590.350.
5.3. Penerimaan
Penerimaan dalam usahatani adalah total pamasukan yang diterima oleh produsen atau petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan yang telah menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi (Husni, et al., 2014). Suratiyah (2015) berpendapat bahwa secara umum perhitungan penerimaan total (Total Revenue/ TR) adalah perkalian antara jumlah produksi (Y) dengan harga jual (Py). Adapun rata-rata biaya penerimaan petani jahe gajah dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut:
38 Tabel 12. Rata-Rata Penerimaan Petani Jahe Gajah di Desa Tellumpanuae
Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros
No Uraian Jumlah (Kg) Nilai (Rp)
1. Penerimaan (TR=Y.Py) - Produksi
Jahe Gajah (Jumlah) - Harga (Perkilo)
942
10.300
2. Total Penerimaan (TR) 9.628.333
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022
Tabel 12. diatas menunjukkan bahwa besarnya rata-rata penerimaan yang diperoleh oleh petani responden jahe gajah dapat dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani tersebut dengan harga jual yang sesuai, maka semakin besar pula penerimaan yang diperoleh petani. Hasil penelitian adalah rata-rata produksi petani responden sebesar 942/kg., melihat kurangnya hasil pasca panen produksi disebabkan hama dan penyakit tanaman jahe gajah. Hama dan penyakit tersebut tentunya akan memengaruhi pertumbuhan jahe bahkan bisa membuat jahe mati terkadang susah dikendalikan oleh petani. Sedangkan harga jual sebesar Rp. 10.300, penerimaan yang diterima sebesar Rp. 9.628.333. Hal ini, besar kecilnya penerimaan dipengaruhi oleh jumlah produksi. Responden petani jahe gajah yang memiliki produksi tinggi akan mendapatkan penerimaan yang besar dan sebaliknya untuk jumlah produksi yang rendah maka penerimaan yang diterimapun akan lebih kecil.
5.4 Pendapatan
Pendapatan usahatani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usahataninya (Kindangen, 2000).. Dalam analisis usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai indikator penting karena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari pendapatan
39 usahatani perupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi, baik produksi yang tidak tetap maupun biaya produksi tetap. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan. Adapun rata-rata pendapatan petani jahe gajah, dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 13. Analisis Pendapatan Petani Jahe Gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
No .
Uraian Jumlah Rata-Rata (Rp)
1. Penerimaan (TR=Y.Py) - Produksi
Jahe Gajah (Jumlah) - Harga (Perkilo)
942 10.300 Total Penerimaan (TR) 9.628.333 2. Biaya Produksi
- Biaya Tetap
Pajak Lahan
Parang
Cangkul
Alat Semprot (Sprayer)
79.667 46.833 43.500 406.667 Total Biaya Tetap (Rp) 576.667 - Biaya Variabel
Bibit Jahe
Pupuk
̶ Urea
̶ TSP
Pestisida
̶ Gramozone ̶ Ridox
Tenaga Kerja
Bensin
Karung
1.556.000 82.000 174.93 376.667
380.000 197.500
27.300 51.250 Total BiayaVariabel (Rp) 3.590.350
3. Total Biaya (TC)
A. Biaya Tetap (Rp) B. Biaya Variabel (Rp)
576.667 3.590.350 Total Biaya Produksi (TC) 4.167.017 4. Pendapatan (Π) = TR-TC 5.495.717 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022
40 Tabel 12 diatas menunjukkan jumlah produksi petani jahe gajah sebanyak 942 Kg/ permusim dengan harga perkilonya Rp. 10.300. adapun biaya tetap pajak lahan Rp. 79.667, biaya parang Rp. 46,833,00, dan biaya cankul Rp. 43.500,00, sehinnga besar biaya tetap sebesar Rp. 576.667. untuk pengeluaran biaya variable sebesar Rp.3.590.350. Total biaya yang di keluarkan petani dalam menjalankan
usahatani jahe gajah jika dijumlahkan biaya tetap dan biaya variabel sebesar Rp.
4.167.017. Hal ini sesuai penelitian terdahulu menjelaskan bahwa rata-rata pendapatan yang diterima petani Rp 29.610.539,55 per . (Rocman Dilla., 2017).
5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Komoditi Jahe Gajah
Analisis kelayakan usahatani komoditas jahe gajah di hitung dengan menngunakan rumus Return Cost Ratio (R/C) di mana untuk menhitung (R/C) dilakukan membagi penerimaan yang terima oleh petani jahe gajah dengan biaya yang di keluarkan oleh petani jahe gajah pada penelitian ini yang di maksud
adalah operasional di luar biaya ininvestasi tanaman sebagaimana yang telah di jelaskan pada metode penelitian, terlihat pada Tabel 13 sebagai berikut:
Tabel 14. Analisis Kelayakan Petani Jahe Gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
No. Uraian Jumlah Rata-Rata (Rp)
1. Total Penerimaan 9.628.333
2 Biaya Produksi a. Biaya Tetap (Rp) b. Biaya Variabel (Rp)
576.667 3.590.350
3. Total Biaya 4.167.017
4. Kelayakan (R/C Ratio) 2,31
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022
41
Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa total penerimaan sebesar Rp. 9.628.333, permusim tanam dan total biaya produksi sebesar Rp. 4.167.017,
sedangkan nilai R/C Ratio diperoleh dari pembagian antara total penerimaan dan total biaya yang menghasilkan nilai sebesar 2,31. Diketahui bilamana nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 maka usahatani tersebut layak untuk di usahakan begitupun sebaliknya. Maka berdasarkan dari hasil analisis tersebut, kelayakan usahatani jahe gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros sudah layak untuk di kembangkan. Hal ini sesuai pendapat Rahmad Hidayat, 2019 dengan hasil penelitian yang dilakukan besarnya R/C ratio di dapat R/C ratio > 1 pada usahatani jahe di peroleh nilai sebesar 4,1 Hal ini menunjukan bahwa usahatani jahe di Desa Kemu Kecamatan Pulau Beringin layak untuk diusahakan. Sedangkan pendapat Rita Herawaty Br Bangun, (2021) hasil penelitian yang dilakukan mengemukakan bahwa Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) usahatani jahe di Sumatera Utara sebesar 1,97 artinya setiap pengeluaran Rp1,00 maka petani jahe akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 1,97. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani jahe layak dan menguntungkan untuk dibudidayakan.
42 VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Besarnya biaya pada usahatani jahe gajah sebesar Rp.4.167.017, per hektar per satu kali musim tanam, penerimaannya sebesar Rp. 9.628.333, sedangkan pendapatan sebesar Rp. 5.495.717 di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
2) Besarnya R/C pada usahatani jahe di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros adalah sebesar 2,31. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani jahe gajah sudah layak untuk diusahakan.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka penulis menyarankan hal-hal yaitu:
1). Kegiatan usahatani jahe gajah di Desa Tellumpanuae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan, karena usahatani yang dilaksanakan dapat memberikan keuntungan maksimal.
2). Dilakukannya penyuluhan dan pelatihan mengenai budidaya, peluang dan prospek bisnis usahatani jahe gajah perlunya pihak-pihak yang terkait seperti Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Maros dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.