• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN TANAMAN ALTERNATIFNYA (KASUS DI DESA GIRIPURNO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU)

N/A
N/A
anjak2023 plp2b

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN TANAMAN ALTERNATIFNYA (KASUS DI DESA GIRIPURNO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI JURNAL

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN TANAMAN ALTERNATIFNYA

(KASUS DI DESA GIRIPURNO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU)

FEASIBILITY ANALYSIS OF GARLIC FARMING (Allium sativum) WITH THE ALTERNATIVE CROPS

(CASE IN GIRIPURNO VILLAGE BUMIAJ DISTRICT, BATU CITY)

Oleh :

AHMAD NAUFAL ZAINUDDIN ILMI 125040100111114

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

MALANG 2016

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN TANAMAN ALTERNATIFNYA

(KASUS DI DESA GIRIPURNO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU) FEASIBILITY ANALYSIS OF GARLIC FARMING (Allium sativum)

WITH THE ALTERNATIVE CROPS

(CASE IN GIRIPURNO VILLAGE BUMIAJ DISTRICT, BATU CITY)

Oleh :

Nama Mahasiswa : Ahmad Naufal Zainuddin Ilmi

NIM : 125040100111114

Jurusan : Sosial Ekonomi Program Studi : Agribisnis

Menyetujui : Dosen Pembimbing Disetujui,

Tanggal Persetujuan:

Pembimbing Utama,

Dr. Ir. Suhartini, MP.

NIP. 19680401 200801 2 015 Mengetahui,

a.n Dekan

Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Mangku Purnomo, SP. M.Si., Ph.D NIP. 19770420 200501 1 001

(3)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN TANAMAN ALTERNATIFNYA

(KASUS DI DESA GIRIPURNO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU)

FEASIBILITY ANALYSIS OF GARLIC FARMING (Allium sativum) WITH THE ALTERNATIVE CROPS

(CASE IN GIRIPURNO VILLAGE BUMIAJ DISTRICT, BATU CITY) Ahmad Naufal Zainuddin Ilmi1), Suhartini2)

1)Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

2)Dosen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya ABSTRACT

The study purpose 1) to analyze the level of farm income garlic farmers with alternative commodities is scallion and tomato in Bumiaji Village Giripurno District Batu City. 2) to analyze the feasibility of farming garlic farmers with alternative commodities is scallion and tomato in Bumiaji Village Giripurno District Batu City. 3) to compare the income level of Garlic with commodities alternative is Onions and Tomato in Bumiaji Village Giripurno District Batu City. The study was conducted in the Bumiaji Village Giripurno District Batu City. Determining the location of this research is purposive . Bumiaji Village Giripurno District Batu City was chosen as the research for this village there are farmers who grow garlic as well as alternative crops and the characteristics of the Giripurno Village,Batu City support the commodity garlic cultured and crop alternatives. The analyze method used in this research is the analysis of farm income by calculating the analysis of revenue and income while also counting the cost analysis include fixed costs, variable costs and total cost, feasibility analysis of farming include R / C Ratio and Break Event Point (BEP), BEP compose of BEP unit and BEP price, and the average difference test. Based on the results of the calculation of farm income analysis of commodities that receive the most revenue are tomato is Rp 11,179,820 and the low of income is garlic commodity Rp 3,135,132. Based on the analysis of R / C Ratio and Break Event Point (BEP) three commodities feasible to farming and developed, because the value of R / C Ratio of more than 1, while for the calculation of the BEP, the three commodities to make profit because the calculation of total production and the selling price exceeds the BEP and exceeded the break even point. For the test results of the average difference between the commodity garlic with tomatoes and garlic with the scallion show the result there is no real difference between the two commodities farm income.

Key words : Fesability , R/C Ratio, Break Event Point

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis tingkat Pendapatan usahatani petani bawang putih dengan komoditas alternatifnya yaitu komoditas bawang daun dan komoditas tomat di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu. 2) Menganalisis kelayakan usahatani petani bawang putih dengan komoditas alternatifnya yaitu komoditas bawang daun dan komoditas tomat di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu. 3) Membandingakan Tingkat Pendapatan Bawang Putih Dengan Komoditas Alternatifnya yaitu Bawang Daun dan Tomat di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Penelitian dilakukan di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive. Desa Giripurno ,Kecamatan Bumiaji ,Kota Batu dipilih sebagai tempat penelitian karena didesa ini terdapat petani yang menanam bawang putih beserta tanaman alternatifnya dan juga karakteristik kota batu mendukung budidaya komoditas bawang putih dan tanaman alternatifnya. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis pendapatan usahatani dengan menghitung analisis penerimaan dan pendapatan selain itu juga menghitung analisis biaya yang meliputi biaya tetap, biaya variabel dan total biaya, analisis kelayakan usahatani meliputi R/C Ratio dan Break Event Point (BEP), BEP dibagi menjadi dua yaitu BEP Unit dan BEP Harga, dan uji beda rata- rata. Berdasarkan hasil perhitungan analisis pendapatan usahatani komoditas yang menerima pendapatan paling besar adalah komoditas tomat yaitu sebesar Rp 11.179.820 dan pendapatan yang terendah yaitu komoditas bawang putih yaitu sebesar Rp 3.135.132. Berdasarkan analisis R/C Ratio dan Break Event Point (BEP) ketiga komoditas yang diusahatanikan layak untuk diusahakan dan dikembangkan karena nilai dari R/C Ratio lebih dari 1 sedangkan untuk perhitungan BEP, ketiga komoditas tersebut menguntungkan karena perhitungan total produksi dan harga jual melebihi BEP dan melebihi titik impas. Untuk hasil uji beda rata-rata antara komoditas bawang putih dengan tomat dan bawang putih dengan bawang daun menunjukan hasil tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani kedua komoditas tersebut.

Kata Kunci : Kelayakan Usahatani, R/C Ratio, Break Event Point PENDAHULUAN

Sektor pertanian memegang peranan penting di Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris. Salah satu komoditas pertanian produksi di Indonesia adalah komoditas hortikultura. Komoditas hortikultura yang dibudidayakan di antaranya yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, biofarmaka (tanaman obat-obatan) dan tanaman hias. Komoditas hortikultura khususnya buah-buahan dan sayuran memegang bagian terpenting dari keseimbangan pangan yang di konsumsi, sehingga harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, harga yang terjangkau, mutu baik, aman konsumsi serta dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat.

Salah satu jenis komoditas hortikultura yang dibudidayakan di Indonesia yaitu bawang putih. Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Umbi bawang putih

(5)

banyak digunakan sebagai bumbu masak atau bumbu dapur sehari-hari dan juga merupakan obat tradisional yang memiliki multi khasiat, selain dikonsumsi sebagai bumbu masak, bawang putih dapat digunakan sebagai bahan obat dan kosmetik (Rukmana,1995). Total produksi bawang putih secara nasional pada tahun 2011 sampai dengan 2014 sebesar 77,327 ton. Produksi bawang putih di Indonesia selama 4 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan, walaupun pada tahun 2013 mengalami penurunan produksi selain itu luas panen bawang putih di Indonesia meningkat ditiap tahunnya kecuali pada tahun 2013 dan 2014 yang mengalami penurunan. Hal ini berpengaruh terhadap produksi bawang putih di Indonesia yang juga ikut meningkat pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Produksi bawang putih sebagaian besar ada di Pulau Jawa, diantaranya Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah produksi di ketiga provinsi ini cukup tinggi.

Jumlah total produksi dari tahun 2010 sampai 2014 sebesar 29,302 ton (BPS,2014). Pemerintahan Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Pertanian (Distan) provinsi telah mengembangkan empat wilayah di Jawa Timur sebagai sentra produksi bawang putih. Keempat wilayah itu adalah Kabupaten Magetan, Pacitan, Malang dan Kota Batu. Wilayah tersebut dipilih karena memenuhi syarat tumbuh dari bawang putih. Kota Batu yang terletak 800 meter di atas permukaan air laut sehingga Kota Batu merupakan salah satu diantara 4 wilayah sentra produksi bawang putih di Jawa Timur, hal ini tak lepas dari kondisi wilayah Kota Batu yang sangat cocok dengan syarat tumbuh komoditas hortikultura salah satunya bawang putih, akan tetapi dalam kenyataannya produksi bawang putih di Kota Batu cenderung menurun.

Lokasi penelitian ini mengambil lokasi di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dan di desa ini masih ada petani bawang putih yang tergabung di dalam Gapoktan Sumber Urip. Petani bawang putih di Gapoktan ini juga mengalami masalah dalam hal usahatani bawang putih diantaranya harga bawang putih yang bersifat berfluktuatif sehingga pendapatan dari hasil bawang putih tidak menentu, perawatan bawang putih dalam budidayanya harus dilakukan secara intensif selain itu harga input dari usahatani bawang putih cenderung meningkat, sehingga para petani di dalam Gapoktan ini juga menanam komoditas alternatif dari bawang putih yaitu komoditas bawang daun dan tomat. Pemilihan komoditas alternatif ini dikarenakan biaya produksi lebih rendah dibandingkan bawang putih, dengan didasari permasalahan yang di hadapi oleh petani mulai dari proses budidayanya yang membutuhkan biaya yang tinggi dan kalah bersaingnya bawang putih di kota batu oleh karena itu diperlukan analisis pendapatan usahatani bawang putih dengan komoditas alternatifnya dan analisis kelayakan usahatani bawang dengan komoditas alternatifnya sebagai dasar pertimbanagan usahatani bawang putih.

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi oleh peneliti dilakukan dengan metode purposive.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan, Kota Batu adalah salah satu diantara 4 kota yang di tunjuk oleh Dinas Pertanian Jawa Timur menjadi sentra bawang putih, yang kedua adalah Desa Giripurno masuk dalam kawasan strategis pertumbuhan ekonomi sektor unggulan pertanian yang

(6)

ditetapkan oleh pemerintahan Kota Batu dan yang terakhir adalah bawang putih pernah menjadi tanaman holtikurtura unggulan di Desa Giripurno, dengan beberapa pertimbangan maka peneliti lebih muda dalam memperoleh data serta informasi guna menunjang penelitian sehingga tujuan akhir dari penelitian ini tercapai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai Maret 2016 Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan responden digunakan pada penelitian ini yaitu non probability dengan teknik sampling total atau disebut juga sensus. Hal ini dilakukan dengan memilih petani yang berada di Desa Giripurno yang menanam bawang putih dengan komoditas alternatifnya yaitu tomat dan bawang daun guna mempermudah perbandingan antar komoditasnya. Petani yang menanam bawang putih,tomat dan bawang daun sebanyak 20 petani, metode yang digunakan adalah sensus maka 20 petani akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Sampling total dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono,2015) Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan observasi untuk mencari data primer, sedangkan untuk mencari data sekunder dilakukan dengan metode dokumentasi dan studi pustaka.

Data primer yang diperoleh meliputi data karakteristik responden, cara budidaya Bawang Putih dan tanaman alternatifnya, input yang digunakan (pestisida, pupuk, bibit, peralatan, tenaga kerja, lahan), harga input-output, biaya yang dikeluarkan, dan kendala yang dihadapi petani bawang putih di Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Sedangkan data sekunder meliputi data profil Desa Bulukerto, data petani bawang putih di Desa Giripurno, data luas lahan dan produksi serta produktivitas menurut desa, provinsi dan Indonesia, data impor bawang putih di Indonesia.

Metode Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif, analisis ini digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani bawang putih diantaranya analisis biaya, analisis penerimaan dan analisis pendapatan, setelah itu dilanjutkan dengan analisis kelayakan usahatani bawang putih secara ekonomi yang meliputi analisis R/C Ratio dan Break Event Point (BEP), selanjutnya dalam penelitian ini juga menggunakan Uji T :

Analisis Biaya

Analisis total biaya produksi usahatani ini terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap yang jumlahnya tidak dipengaruhi dan tidak berhubungan langsung dengan besarnya produksi yang dihasilkan. Biaya tetap usahatani bawang putih meliputi biaya pajak, pembelian alat alat, penyusutan alat, tenaga kerja. Biaya variabel merupakan biaya yang dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai produksi. Biaya ini selalu berubah-ubah sesuai dengan besarnya produksi yang dihasilkan. Secara sistematis dinotasikan sebagai berikut :

TC = FC + VC.

Keterangan :

TC = Total Biaya Produksi Usahatani Bawang Putih/ Total Biaya Produksi Usahatani Tanaman Alternatifnya (Rp)

(7)

FC = Biaya Tetap dalam Usahatani Bawang Putih/ Biaya Tetap dalam Usahatani Tanaman Alternatifnya (Rp)

VC= Biaya Variabel dalam Usahatani Bawang Putih/ Biaya Variabel dalam Usaha Tanaman Alternatifnya (Rp)

Analisis Penerimaan

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, Kelebihan penerimaan dari total biaya biaya merupakan keuntungan usahatani. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh tergantung pada tinggi rendahnya biaya produksi, harga komoditas, dan jumlah produk yang dihasilkan Secara matematis dinotasikan sebagai berikut :

TR = Pq x Q Keterangan :

TR = Total Penerimaan Usahatani Bawang Putih/ Total Penerimaan Usahatani Tanaman Alternatifnya (Rp)

Pq = Harga Bawang Putih per kilogram/ Harga Tanaman Alternatifnya per Kilogram (Rp)

Q = Jumlah Hasil Panen Usahatani Bawang Putih/ Jumlah Hasil Panen Usahatani Tanaman Alternatifnya (Kg)

Analisis Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya yang digunakan atau yang dikeluarkan yang meliputi biaya untuk input produksi antara lain benih, pupuk, pestisida, obat obatan, selain itu biaya pajak, upah bagi tenaga kerja dari luar keluarga. Perhitungan analisis pendapatan usahatani dinotasikan sebagai berikut :

I = TR – TC Keterangan :

I = Pendapatan Usahatani bawang Putih/Pendapatan Usahatani tanaman alternatifnya (Rp)

TR = Total Penerimaan Usahatani Bawang Putih/Total Penerimaan Usahatani tanaman alternatifnya (Rp)

TC = Total Biaya Dalam Usahatani Bawang Putih/ Total Biaya Dalam Usahatani Tanaman alternatifnya (RP)

Analisis R/C Ratio

R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:

R/C Ratio = (𝑇𝐹𝐶+𝑇𝑉𝐶)𝑃𝑞 𝑥 𝑄 atau R/C Ratio = 𝑇𝑅𝑇𝐶 Keterangan :

R = Penerimaan C = Biaya

Pq = Harga Output Q = Output

TFC = Biaya Tetap ( Fixed cost )

TVC = Biaya Variabel/Biaya Tidak Tetap ( Variable cost ) TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya yang dikeluarkan saat usahatani (Rp) Kriteria Uji ada 3, diantaranya sebagai berikut :

(8)

R/C rasio > 1, maka usahatani bawang putih/Komoditas alternatif menguntungkan dan layak diusahakan

R/C Rasio = 0, maka usahatani bawang putih/ Komoditas alternatif dalam keadaan BEP ( Tidak menguntungkan dan merugikan)

R/C rasio < 1, maka usahatani bawang putih/ Komoditas alternatif tidak layak untuk diusahakan dan tidak menguntungkan

Analisis Break Event Point (BEP)

Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mempelajari keterkaitan antara biaya tetap, biaya variabel, tingkat pendapatan pada berbagai tingkat operasional dan volume produksi, sedangkan menurut Hernanto (2000), BEP adalah situasi atau keadaan dimana suatu usaha tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak mendapatkan kerugian dalam proses produksinya. BEP di bagi menjadi 2, yaitu BEP unit dan BEP Harga :

a. BEP Unit

BEP unit digunakan untik mengetahui jumlah minimal produksi panen bawang putih yang harus dihasilkan oleh petani bawang putih, dapat dirmuskan sebagai berikut :

BEP Unit Produksi = 𝑇𝐹𝐶

𝑃−( 𝑇𝑉𝐶𝑄 )

Keterangan :

TFC = Total Biaya Tetap Usahatani Bawang Putih/ Total Biaya Tetap Usahatani Tanaman Alternatifnya (Rp)

TVC = Total Biaya Variabel Usahatani Bawang Putih per Kg/ Total Biaya Variabel Usahatani Tanaman Alternatifnya per Kg (Rp) P = Harga Jual Bawang Putih per Kg/ Harga Jual Tanaman Alternatif

per Kg (Rp)

Q = Total Produksi Bawang Putih/ Toatal Produksi Tanaman Alternatifnya (Kg)

b. BEP Harga

BEP harga digunakan untuk mengetahui harga minimal per kilogram bawang putih yang harus di tetapkan oleh petani bawang putih, dapat dirumuskan sebagai berikut :

BEP Harga = 𝑇𝐶𝑄. Keterangan :

TC = Total Biaya Usahatani Bawang Putih/ Total Biaya Usahatani Tanaman Alternatifnya (Rp)

Q = Total Produksi Usahatani Bawang Putih/ Total Produksi Usahatani Tanaman Alternatifnya (Rp)

Uji T

Uji T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen.

Sedangkan menurut Sugiyono (2015) Uji T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas secara individual alam menerangkan variasi variabel terikat. Berikut ini rumusan t-test sebagai berikut :

(9)

thitung = |𝑆𝑏𝑖𝑏𝑖 | atau thitung =

𝑥1−𝑥2

𝑠12 𝑛1+√𝑛2𝑠22

Dimana :

bi = Koefisien regresi independen ke-i

Sbi = Kesalahan standar variabel independen ke-i X1 = Rata-Rata sampel 1

X2 = Rata-Rata sampel 2 𝑠12 = Varians sampel 1 𝑠22 = Varians sampel 2

Dasar pengambilan keputusan pengujian : 1. Jika thitung > t Tabel maka H0 ditolak 2. Jika thitung < t Tabel maka H0 diterima

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hipotesis 1 : Bagaimana perbedaan pendapatan usahatani komoditas bawang putih dan komoditas tomat terhadap pendapatan petani di Desa Giripurno

1.Ho = tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani bawang putih dan tomat terhadap pendapatan petani

2. H1 = ada perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani bawang putih dan tomat terhadap pendapatan petani

Hipotesis 2 : Bagaimana perbedaan pendapatan usahatani komoditas bawang putih dan komoditas Bawang Daun terhadap pendapatan petani di Desa Giripurno

1. Ho = tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani bawang putih dan Bawang daun terhadap pendapatan petani 2. H1 = ada perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani

bawang putih dan bawangdaun terhadap pendapatan petani HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Biaya Usaha Tani Bawang Putih Dengan Komoditas Alternatifnya Biaya usahatani dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap (Fix Cost) dan biaya variabel (Variabel Cost) :

(10)

a. Biaya Tetap

Pada penelitian ini, biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani bawang putih dengan komoditas alternatifnya meliputi biaya sewa alat, sewa lahan, pajak lahan, penyusutan dan irigasi :

Tabel 1 Biaya Tetap Usahatani Bawang Putih Dengan Komoditas Alternatifnya No Jenis Biaya tetap Komoditas

Bawang Putih

Tomat Bawang Daun

1 Penyusutan 247.016 264.995 298.344

2 Irigasi 16.500 16.500 16.500

3 Sewa (brujul atau traktor) 1.813.413 - -

4 Sewa lahan/pajak 798.505 518.283 2.316.111

Sumber : Data Primer Diolah, 2016 Penyusutan

Biaya penyusutan bawang putih, petani mengeluarkan biaya sebesar Rp 247.016 ditiap musim tanam, dan untuk komoditas tomat petani mengeluarkan biaya sebesar Rp 264.995 ditiap musim tanamnya dan yang terakhir bawang daun petani mengeluarkan biaya sebesar Rp 298.344 ditiap musim tanam. Ketiga biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh para petani, biaya penyusutan bawang daun yang paling besar. Ini dikarenakan dalam proses pengolahan lahan petani menggunakan tenaga buruh sehingga membutuhkan peralatan lebih jika di bandingkan dengan komoditas lainnya dan juga rata rata lahan bawang daun relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan komoditas bawang putih dan tomat.

Irigasi

Saluran irigasi yang sangat bermanfaat bagi keberlangsungan pertanian di desa tersebut termasuk juga komoditas bawang putih dengan komoditas alternatifnya, untuk setiap lahan yang di aliri air irigasi, petani mengeluarkan uang sebesar Rp 16.500 di setiap musim tanam, sehingga biaya irigasi di ketiga komoditas tersebut sama.

Sewa alat

Sewa alat yang dimaksud adalah sewa traktor dan brujul sapi yang digunakan untuk membantu dalam kegiatan pengelolahan lahan bawang putih. Rata rata petani mengeluarkan biaya untuk sewa traktor dan brujul sapi berbeda beda akan tetapi untuk rata rata petani mengeluarkan biaya sewa tersebut sebesar Rp 1.813.413

Sewa lahan dan pajak

Lahan Petani di Desa Giripurno, terbagi menjadi 2 yaitu lahan milik sendiri dan lahan sewa. Lahan milik sendiri merupakan lahan hasil warisan yang di dapat oleh petani itu sendiri, sehingga petani tersebut hanya mengeluarkan biaya pajak per tahunnya, dalam perhitungan pajak (lampiran) dapat disimpulkan bahwa di tiap petani mengeluarkan biaya untuk pajak berbeda beda satu sama lain, ini di karenakan beberapa faktor mulai dari luas lahan pertanian yang berbeda beda dan lokasi lahan yang di tempati, sedangkan untuk petani yang menyewa lahan juga terdapat

(11)

perbedaan biaya yang dikeluarkan oleh petani itu sendiri, dikarenakan beberapa petani menyewa lahan dari sanak saudara sehingga harga biaya sewa dapat dinegosiasi dan murah.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel yang termasuk di dalam penelitian ini meliputi penggunaan benih atau bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Biaya variabel pada komoditas bawang putih dengan tanaman alternatifnya dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Biaya Variabel Komoditas Bawang Putih dengan Tanaman Alternatifnya.

Sumber : Data Primer Diolah, 2016 Benih/Bibit

Penelitian ini, komoditas bawang putih dan bawang daun sama sama menggunakan bibit sedangkan untuk tomat petani menggunakan benih dalam usahataninya. Kebutuhan benih atau bibit di tiap petani berbeda beda sehingga biaya yang dikeuarkan untuk bibit atau benih juga berbeda beda diantara petani tersebut. pada Tabel 2 menjelaskan tentang rata-rata biaya benih dan bibit yang dikeluarkan oleh petani di Desa Giripurno, dari 3 komoditas tersebut pengeluaran biaya tertinggi adalah bawang putih. Rata-rata pengeluaran petani tersebut untuk bibit sebesar Rp 14.400.606 sedangkan untuk bawang daun sebesar Rp 13.020.000. dan biaya benih tomat sebesar Rp 1.905.174. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui perbedaan biaya yang dikeluarkan oleh tiap petani untuk benih dan bibit di tiap lahan pertaniannya, hal ini di pengaruhi oleh lahan yang digunakan oleh tiap petaninya berbeda beda.

Pupuk

Pada penelitian ini terdapat persamaan penggunaan pupuk di tiap komoditasnya, diantaranya penggunaan pupuk kandang, urea, phonska dan SP36. Rata-rata biaya pupuk paling tinggi yang dikeluarkan petani adalah pada saat petani menanam tomat sebesar Rp 5.549.966, ini di karenakan pada usahatani tomat menggunakan benih sehingga setiap petani melakukan pemupukan awal untuk proses pembenihan sedangkan untuk komoditas bawang putih dan daun tidak melakukan kegiatan pembenihan.

Biaya yang dikeluarkan petani untuk bawang daun sebesar Rp 3.972.893 dan bawang putih sebesar Rp 3.307.831.

No Jenis Biaya Komoditaas

Bawang Putih

Tomat Bawang daun 1 Benih/ Bibit 14.400.606 1.905.714 13.020.000

2 Pupuk 3.307.831 5.549.966 3.972.893

3 Pestisida 4.268.989 3.972.893 5.422.038

4 Tenaga kerja 3.861.948 3.112.334 5.317.174 Total 25.839.374 14.540.908 33.161.149

(12)

Pestisida

Pada penelitian ini biaya tertinggi untuk biaya pestisida yang dikeluarkan oleh petani saat petani menanam bawang daun sebesar Rp 5.422.038 sedangkan untuk biaya bawang putih sebesar Rp 4.268.989, dan untuk tomat sebesar Rp 3.972.893. Biaya pestisida pada bawang daun paling tinggi di antara komoditas lainnya karena pada musim tanam bawang daun ini tingkat serangan hama penyakit tinggi sehingga biaya untuk pestisida bawang daun juga tinggi.

Tenaga Kerja

Pada penelitian ini, rata-rata biaya yang di keluarkan petani untuk tenaga kerja yang tertinggi yaitu bawang daun sebesar Rp 5.317.174, sedangkan untuk bawang putih sebesar Rp 3.861.948 dan tomat sebesar Rp 3.112.334. biaya tenaga kerja untuk komoditas bawang daun jika dibandingakan dengan komoditas lainnya karena pada saat musim tanam bawang daun, terjadi serangan hama penyakit tanaman yang tinggi sehingga membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk menangani permasalahan ini.

c. Total Biaya

Tabel 3 Total Biaya Komoditas Bawang Putih Dengan Komoditas Alternatifnya

No Jenis Biaya Komoditas

Bawang Putih

Tomat Bawang daun

1 Biaya Tetap 2.882.859 799.788 2.633.995

2 Biaya Variabel 25.839.374 14.540.908 33.161.149 Total 28.722.233 15.340.686 35.795.144 Sumber : Data Primer Diolah,2016

Perbedaan pada biaya total diantara ketiga komoditas tersebut karena pada saat petani melakukan usahatani bawang daun, rata rata biaya pestisida dan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani lebih tinggi jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Penanganan yang lebih intens dibutuhkan untuk mengatasi masalah serangan hama dan penyakit pada usahatani bawang daun.

Analisis Penerimaan dan PendapatanUsahatani Bawang Putih Dengan Tanaman Alternatifnya

a. Penerimaan

Tabel 4 Penerimaan Petani Bawang Putih Dengan Komoditas Alternatifnya

No Komoditas Produksi Penerimaan

Total (Kg) Rata- rata(Kg)

Total(Rp) Rata -rata (Rp) 1 Bawang Putih 41.600 2.080 637.000.000 31.850.000 2 Tomat 92.500 4.625 507.200.000 25.360.000 3 Bawang Daun 75.400 3.770 719.150.000 40.007.500 Sumber : Data Primer Diolah,2016

(13)

Hasil produksi petani bawang putih yang menanam komoditas tomat lebih tinggi daripada petani bawang putih yang menanam bawang putih dan bawang daun. Hal ini dikarenakan rata-rata luas lahan tomat setelah dikonversikan ke I ha lebih besar dibandingkan dengan komoditas lainnya, sehingga hasil rata-rata produksi tomat lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Penerimaan tertinggi petani bawang putih adalah pada saat petani menanam komoditas bawang daun hal ini dikarenakan harga jual dari bawang daun sebesar Rp 9.700, harga tersebut merupakan hasil rata-rata harga jual tiap petani akan tetapi rata-rata harga jual tertinggi adalah pada saat petani bawang putih menananam bawang putih yakni sebesar Rp 15.300 akan tetapi produksi dari bawang putih masih di bawah bawang daun selain itu jumlah produksi total dari bawang daun masih di bawah dari komoditas tomat, harga jual rata-rata komoditas tomat yakni sebesar Rp 4.625 harga jual tersebut merupakan rata-rata harga jual petani bawang putih saat menjual tomatnya

.

b. Pendapatan

Tabel 5 Pendapatan Petani Bawang Putih Dengan Komoditas Alternatifnya

No Uraian Bawang Putih Tomat Bawang Daun

Total (Rp) Rata- Rata(Rp)

Total(Rp) Rata- Rata(Rp)

Total (Rp) Rata- Rata(Rp)

1 Penerimaan 637.000.000 31.850.000 507.200.000 25.360.000 719.150.000 40.007.500

2 Biaya Total 28.722.233 15.340.687 35.795.144

3 Pendapatan 3.135.132 11.179.820 4.215.356

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa petani yang menanam komoditas bawang putih dengan komoditas alternatifnya sama- sama menguntungkan. Harga dari ketiga komoditas ini berfluktuatif setiap musim tanamannya, sehingga pendapatan petani dapat berubah-ubah sesuai harga yang berlaku di pasar. Penerimaan petani akan berubah ketika total biaya yang dikeluarkan petani meningkat, pada penelitian ini petani mengeluarkan biaya lebih untuk penanganan HPT komoditas bawang daun karena rata-rata petani pada musim tanam bawang daun terserang hama dan penyakit.

Analisis Kelayakan Usahatani

Analisis R/C Ratio Usahatani Bawang Putih Dengan Komoditas Alternatifnya Tabel 6 R/C Ratio Usahatani Bawang Putih Dengan Komoditas

Alternatifnya

No Uraian Komoditas

Bawang Putih Tomat Bawang daun 1 Penerimaan 31.850.000 25.360.000 40.007.500 2 Total Biaya 28.722.232 14.180.180 35.795.373

3 R/CRatio 1,10 1,78 1,11

Sumber : Data Primer Diolah,2016

(14)

Menurut Soekartawi (1990), apabila suatu usahatani memiliki nilai lebih dari satu (>1) maka usahatani tersebut menguntungkan dan layak untuk usahakan, sedangkan apabila nilai R/C Ratio (=0) maka usahatani tersebut dalam keadaan BEP yaitu posisi dimana usahatani tersebut tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian dan apabila niai R/C Ratio lebih kecil dari 1 (<1) maka usaha tani tersebut merugikan dan tidak layak untuk diusahakan, dari ketiga komoditas tersebut yang di usahatanikan oleh petani di Desa Giripurno, dapat disimpulkan bahwa petani yang menanam bawang putih, tomat dan bawang daun menguntungkan dan layak untuk diusahakan karena memiliki nilai R/C Ratio lebih dari satu (>1), akan tetapi dari ketiga komoditas tersebut yang ditanam oleh petani, nilai R/C Ratio paling tinggi adalah komoditas tomat yakni sebesar 1,78 maka usahatani tomat lebih layak untuk diusahakan dan lebih menguntungkan.

Analisis Break Event Point (BEP) Usahatani Putih Dengan Komoditas Alternatifnya

Tabel 7 BEP Unit dan BEP Harga Usahatani Bawang Putih Dengan Komoditas Alternatifnya

No Komoditas BEP Unit(kg) BEP Harga(Rp)

1 Bawang Putih 1.873,7 13.809

2 Tomat 2.654,4 3.066

3 Bawang Daun 3.716 9.494,8

Sumber : Data Primer Diolah, 2016 1. Bawang Putih

Untuk BEP Unit bawang putih di Desa Giripurno yakni sebesar 1.873 kg, sehingga apabila petani yang tidak bisa mencapai titik impas ini atau BEP Unit maka petani bawang putih akan mengalami kerugian dalam kegiatan usahataninya. BEP Unit sebesar 1.873 kg memiliki makna bahwa usahatani bawang putih yang dilakukan oleh petani di Desa Giripurno akan berada di titik impas pada saat produksi usahatani bawang putih mencapai 1.873 kg. Apabila petani bawang putih dapat melebihi BEP unit maka usahatani bawang putih tersebut layak untuk diusahakan dan petani akan mendapatkan keuntungan, sedangkan untuk BEP Harga sebesar Rp 13.809, menunjukan usahatani bawang putih di Desa Giripurno akan berada di titik impas yang dimana petani tidak mengalami kerugian dan keuntungan. Usahatani bawang putih ini dikatakan layak karena total produksi bawang putih sebesar 2.080 kg jika dibandingkan dengan BEP unit sebesar 1.873 maka total produksi melebihi BEP unit

2. Tomat

Pada saat petani menanam komoditas tomat di peroleh nilai rata- rata BEP unit sebesar 2.654,4 kg sehingga apabila petani tidak bisa mencapai BEP unit maka usahatani tomat tersebut akan mengalami kerugian. BEP Unit sebesar 2.654,4 kg memiliki makna bahwa usahatani tomat yang dilakukan oleh petani di Desa Giripurno akan berada di titik impas pada saat produksi usahatani tomat mencapai

(15)

2.654,4 kg. maka pada saat petani berada di titik impas maka petani tersebut tidak untung dan tidak rugi, sedangkan untuk rata-rata BEP harga tomat yakni sebesar RP 3.066, apabila harga jual tomat melebihi BEP harga maka petani akan mendapatkan keuntungan akan tetapi di tiap petani memiliki nilai BEP harga berbeda. Usahatani tomat ini dikatakan layak karena total produksi tomat sebesar 4.625 kg jika dibandingkan dengan BEP unit sebesar 2.654,4 ,untuk rata-rata harga jual tomat sebesar Rp 6.025 melebihi BEP harga sebesar Rp 3.066, maka petani pada saat menanam tomat atau berusahatani tomat akan mendapatkan keuntungan dan usahatani tomat ini layak untuk di usahakan.

3. Bawang Daun

Pada saat petani menanam bawang daun diperoleh nilai rata-rata BEP unit sebesar 3.716 kg sehingga apabila petani tidak bisa mencapai BEP unit maka usahatani bawang daun tersebut akan mengalami kerugian. BEP Unit sebesar 3.716 kg memiliki makna bahwa usahatani bawang daun yang dilakukan oleh petani di Desa Giripurno akan berada di titik impas pada saat produksi usahatani bawang daun mencapai 3.716 kg, maka pada saat petani berada di titik impas maka petani tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga apabila petani bisa melebihi BEP unit maka usahatani tomat layak untuk diusahakan, sedangkan untuk rata-rata BEP harga bawang daun yakni sebesar RP 9.494,8, apabila harga jual bawang daun melebihi BEP harga maka petani akan mendapatkan keuntungan akan tetapi di tiap petani memiliki nilai BEP harga berbeda (lampiran). Usahatani bawang daun ini dikatakan layak karena total produksi bawang daun sebesar 3.770 kg jika dibandingkan dengan BEP unit sebesar 3.716 maka total produksi melebihi BEP unit sehingga petani akan mendapatkan keuntungan dan untuk rata-rata harga jual bawang daun sebesar Rp 9.700 melebihi BEP harga sebesar 9.494,8, maka petani bawang daun akan mendapatkan keuntungan dan usahatani bawang putih ini layak untuk di usahakan

Uji Beda Rata-Rata

1. Bawang Putih dan Tomat

Pengujian pendapatan diperoleh T hitung sebesar -1.45 dan nilai T Tabel sebesar 1,68, sehingga T Tabel lebih besar dari T hitung dan juga hasil dari sig (2 tailed) menunjukan hasil sebesar 15% lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 5%,, maka H0 diterima dan H1 ditolak pada selang Kepercayaan 95 persen (α =0,05) yang berarti bahwa pendapatan usahatani bawang putih dan pendapatan usahatani tomat tidak ada perbedaan yang nyata. Hal ini dikarenakan harga dari kedua komoditas tersebut berfluktuatif di tiap musimnya dan tiap petani baik pada saat berusahatani bawang putih maupun tomat harga yang ditetapkan oleh tengkulak satu dengan lainnya berbeda beda, sehingga mempengaruhi penerimaan dari petani tersebut. Selain itu juga lahan yang digunakan merupakan lahan hasil konversi I hektar sehingga lahan yang sempit maka pengeluaran total biaya akan semakin tinggi dan juga sebaliknya apabila

(16)

lahan yang digunakan cukup besar maka biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi

2. Bawang Putih dan Bawang daun

Pengujian pendapatan diperoleh t hitung sebesar -.20 dan nilai T Tabel sebesar 1,68, sehingga T Tabel lebih besar dari T hitung dan juga hasil dari sig (2 tailed) menunjukan hasil sebesar 84% lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 5%, maka H0 diterima dan H1 ditolak pada selang kepercayaan 95 persen (α =0,05) yang berarti bahwa pendapatan usahatani bawang putih dan pendapatan usahatani bawang daun tidak ada perbedaan yang nyata. Hal ini dikarenakan pada saat petani menanam bawang daun biaya yang dikeluarkan oleh petani bertambah karena pada saat musim tanam ini rata-rata bawang daun terserang hama dan penyakit, sedangkan untuk bawang putih rata-rata biaya yang dikeluarkan cukup tinggi karena bawang putih memerlukan penanganan yang intensif.

Sehingga pendapatan petani pada saat berusahatani bawang putih dan pada saat berusahatani bawang daun tidak ada perbedaan pendapatan yang nyata.

KESIMPULAN

1. Rata-rata pendapatan total petani dari menanam ketiga komoditas ini sebesar Rp 18.530.308, dengan rincian pada saat petani menanam bawang putih pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 3.135.132, sedangkan pada saat petani menanam tomat petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp 11.179.820 dan pada saat petani menanam bawang daun pendapatan yang diterima sebesar Rp 4.215.356 dapat disimpulkan pendapatan tertinggi yang diterima oleh petani adalah ketika petani di Desa Giripurno menanam komoditas tomat. Hal ini karena rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh petani tidak terlalu tinggi.

2. Perhitungan R/C Ratio pada saat petani menanam bawang putih adalah sebesar 1,10 , sedangkan tomat sebesar 1,78 dan bawang daun R/C Ratio yang diperoleh sebesar 1,11, sehingga dapat di simpulkan bahwa usahatani ketiga komoditasi ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan karena mampu memberikan keuntungan kepada petani di Desa Giripurno. Selain R/C Ratio, dilakukan perhitungan BEP, yang dimana BEP terdiri dari BEP unit dan BEP harga. Untuk perhitungan BEP unit di peroleh petani pada saat menanam bawang putih sebesar 1.873,7 kg, tomat sebesar 2..654,4 kg dan bawang daun sebesar 3,716 kg. sedangkan untuk perhitungan BEP harga, diperoleh nilai sebesar Rp 13.809 pada saat petani menanam bawang putih, Rp 3.066, menanam tomat dan Rp 9.494,9 pada saat petani di Desa Giripurno menanam bawang daun, Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ketiga komoditas yang diusahatanikan oleh petani di Desa Giripurno menguntungkan karena perhitungan total produksi dan harga jual melebihi BEP dan melebihi titik impas. Usahatani ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan oleh petani di Desa Giripurno.

3. Untuk hasil uji beda rata-rata antara komoditas bawang putih dengan tomat menunjukan hasil tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan

(17)

usahatani kedua komoditas tersebut, sedangakan untuk hasi dari usahatani bawang putih dengan bawang daun menunjukan hasil yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani bawang putih dengan usahatani bawang

SARAN

1. Usahatani yang telah dilakukan oleh petani di Desa Giripurno secara keseluruhan dapat di lanjutkan untuk musim tanam berikutnya, dan juga dapat dikembangkan agar pendapatan petani itu sendiri meningkat

2. Pada saat petani menanam komoditas tomat, pendapatan petani tinggi dibandingkan dengn komoditas bawang putih dan bawang daun sehingga komoditas tomat paling layak untuk diusahakan dan paling menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, Anwar. 1982, Ilmu Usahatani, Penerbit Alumni, Bandung Bachtiar R, Hernanto. 1991. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya

Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Bawang Putih di Indonesia.

https://www.bps.go.id diakses 10 Mei 2016

Rangkuti. Freddy. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.

GramediaPustaka Utama, Jakarta.

Soekartawi. 1990, Agribisnis, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Rajawali Pers.

________,1995, Analisis Usahatani, UI Press, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di UPT SMP Negeri 23 Satap Kepulauan Selayar menyatakan bahwa “ dalam pelaksanaan pembelajaran