• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis kemampuan pemecahan masalah matematis

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis kemampuan pemecahan masalah matematis"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

WAYAN INDI HAIDAR MUFIDAH NPM 216.01.072.055

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

NOVEMBER 2020

(2)

i

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN GUARDIAN,

ARTISAN, RATIONAL, DAN IDEALIST MATERI POLA BILANGAN KELAS VIII SMPN 1 MOJOAGUNG

SKRIPSI Diajukan kepada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika

OLEH

WAYAN INDI HAIDAR MUFIDAH NPM 216.01.072.055

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

NOVEMBER 2020

(3)

vi

Idealist Materi Pola Bilangan Kelas VIII SMPN 1 Mojagung. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Malang. Pembimbing I: Drs. Zainal Abidin AMS, M.Pd., Ph.D;

Pembimbing II: Isbadar Nursit, S.Pd.,M.Pd.

Kata-kata kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Tipe Kepribadian (Guardian, Artisan, Rational, dan Idealist), Pola bilangan.

Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat dibutuhkan oleh peserta didik karena pada dasarnya peserta didik dituntut untuk berusaha sendiri dalam menemukan penyelesaian dari suatu masalah supaya peserta didik dapat mengembangkan cara berpikirnya, salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis adalah motivasi dan kemampuan diri. Sedangkan motivasi dan kemampuan diri adalah faktor yang berada pada dalam diri peserta didik sehingga hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki peserta didik. Karakteristik peserta didik tersebut dapat disebut juga sebagai kepribadian peserta didik. Keirsey membagi tipe kepribadian menjadi 4, yaitu guardian, artisan, rational, dan Idealist.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan cara-cara yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal bentuk pemecahan masalah matematis ditinjau dari tipe kepribadian guardian, artisan, rational, idealist; 2) Mendeskripsikan tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari tipe kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealist materi pola bilangan kelas VIII SMPN 1 Mojoagung. Jenis penelitian ini berjenis kualitatif-deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu tes, angket, dan wawancara. Instrumennya adalah soal tes, angket, dan pedoman wawancara. Soal tes dan kuisoner diberikan kepada 32 peserta didik SMPN 1 Mojoagung kelas VIII-I. Kemudian dipilih subjek 8 peserta didik yaitu 2 subjek dari masing-masing tipe kepribadian yang memiliki pola jawaban khas/unik. Validasi data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa cara-cara peserta didik dalam menyelesaikan soal bentuk pemecahan masalah matematis ditinjau dari tipe kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealis adalah sebagai berikut: 1) Tipe kepribadian guardian dapat memenuhi semua langkah-langkah kemampuan pemecahan masalah matematis. Tipe kepribadian guardian menyajikan jawaban secara sistematis, dalam menguraikan jawabannya cenderung berbentuk deskripsi, tipe kepribadian guardian juga memiliki ingatan yang kuat, hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan rumus saat menjawabnya; 2) Tipe kepribadian artisan hanya dapat memenuhi langkah- langkah kemampuan pemecahan masalah pada langkah memahami masalah saja. Tipe kepribadian Artisan menyajikan jawaban secara tidak runtut, cenderung salah, terburu- buru saat mengerjakan, dan juga tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan peneliti yang rata-rata tidak memenuhi beberapa langkah-langkah kemampuan pemecahan masalah matematis; 3) Tipe kepribadian rational dapat menemuhi semua langkah-langkah

(4)

vii

menggunakan model matematika yang berfariasi baik dalam memahami masalah ataupun merencanakan rencana. Sedangkan pada hasil tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh : 1) Tipe kepribadian guardian berada pada kategori sedang dengan nilai rata-rata 70,76; 2) Tipe kepribadian artisan berada pada kategori rendah dengan nilai rata-rata 56,60; 3)Tipe kepribadian rational berada pada kategori tinggi dengan nilai rata- rata 81,75; 4) Tipe kepribadian idealist berada pada kategori sedang dengan nilai rata-rata 72,33.

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian

Pendidikan adalah salah satu faktor penting majunya suatu negara.

Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang akan berpengaruh bagi perkembangan negara dalam hal segala bidang.

Ahmadi (2014:226) juga menyebutkan, bahwasannya pendidikan merupakan hal penting untuk individu, organisasi, atau perusahaan dalam perubahan dan

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Unsur-unsur dalam pendidikan meliputi beberapa hal yang saling terkait salah satunya adalah kurikulum.

Menurut Triwiyanto (2014: 25), kurikulum merupakan seperangkat pengaturan dan rencana tentang tujuan, isi, bahan pelajaran dan juga cara yang dipakai sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan.

Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam setiap jenjang pendidikan.

Sebagaimana dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat 1 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya,

(6)

pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah, baik dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusnaeni (dalam Juliana, 2017:121), matematika perlu diberikan kepada setiap peserta didik pada semua jenjang pendidikan untuk mengahadapi kemajuan zaman terutama pada teknologi dan ilmu pengetahuan untuk peningkatan taraf dan mutu kehidupan manusia.

National Council of Teacher Mathematics (NCTM) (2000:07) menyatakan bahwa standar matematika di sekolah berupa standar isi dan standar proses.

Standar proses mencakup penalaran dan pembuktian, keterkaitan, representasi, komunikasi dan pemecahan masalah. Selain itu tujuan umum pembelajaran

matematika dalam National Council of Teacher Mathematics (NCTM) (2000 : 29) adalah : (1) belajar bernalar; (2) belajar untuk mengaitkan ide; (3) belajar untuk memecahkan masalah; (4) belajar berkomunikasi; dan (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika. Berdasarkan NCTM dapat dilihat bahwa salah satu yang menjadi fokus utama matematika adalah kemampuan pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan upaya peserta didik untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahamannya untuk

mendapatkan solusi dari masalah (Ikram dalam Ilyas, 2015:221). Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan upaya peserta didik dalam menggunakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, sifat-sifat, dalil-dalil, dan teorema matematika untuk menemukan solusi dari masalah matematika. Menurut Vitasari

(7)

(2017:79) kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan menyelesaikan suatu permasalahan matematis menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.

Kemampuan pemecahan masalah peserta didik di Indonesia masih tergolong rendah dibuktikan oleh hasil tes dan survey oleh Programme for International Student Assessment (PISA) (dalam OECD, 2018 : 18), diketahui bahwa pada tahun 2018 peserta didik Indonesia memiliki total nilai 379 dan mencapai urutan 73 dari 79 negara yang telah berpartisipasi. Salah satu tujuan adanya Programme for International Student Assessment yaitu untuk mengetahi kemampuan problem solving pada pembelajaran matematika yang di dalamnya terdapat proses pemecahan masalah. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik di Indonesia berada dalam kategori rendah.

Hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti dengan Hj. Ani Wijayati,S.Pd. MM selaku pendidik mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Mojoagung juga menjelaskan bahwa ada beberapa peserta didik yang merasa kesulitan ketika diberikan soal yang membutuhkan pemecahan masalah matematis. Kebanyakan peserta didik dalam mengerjakan soal kurang

memperhatikan langkah-langkah penyelesaiannya, hanya sebagian peserta didik yang memperhatikan langkah-langkah penyelesaiannya, peserta didik hanya mementingkan hasil akhir dari jawabannya, sehingga banyak langkah-langkah

(8)

yang tidak di tempuh padahal merupakan langkah-langkah yang menentukan jawaban akhir.

Peserta didik dapat dikatakan mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematis jika memenuhi langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah (Polya, 1973:05), meliputi : (1) Memahami masalah; (2) Merencanakan penyelesaian; (3) Melaksanakan rencana penyelesaian; (4) Mengecek Kembali.

Menurut Sapitri (2019:16), kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena dalam proses pemecahan masalah akan

meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik. Menurut Juliana

(2017:122), peserta didik dituntut untuk mandiri dalam mencari hasil pemecahan suatu masalah, sehingga peserta didik dapat meningkatkan cara berpikirnya dan apabila peserta didik telah berhasil menemukan hasil pemecahan masalah tersebut. Maka, kepuasan sendiri akan muncul karena peserta didik akan lebih termotivasi dalam mempelajari konsep matematika lainnya.

Menurut Pimta (2009:381) salah satu foktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis adalah faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis adalah sikap terhadap matematika, self-esteem, dan stategi pendidik dalam mengajar. Faktor tidak langsung yang mempengaruhi kemampuan

pemecahan masalah matematis adalah motivasi dan kemampuan diri. Sedangkan motivasi dan kemampuan diri adalah faktor yang berada pada dalam diri peserta didik sehingga hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki

(9)

peserta didik. Karakteristik peserta didik tersebut dapat disebut juga sebagai kepribadian peserta didik. Menurut Dewiyani (2012:1) peserta didik dengan tipe kepribadian yang berbeda, akan berbeda pula proses berpikirnya dalam

memecahkan masalah. Hal tersebut juga didukung dengan peenyataan Okkie dalam Jazuli (2018: 24) yang menyatakan bahwa dengan perbedaan kepribadian yang dimiliki seseorang, mereka tidak mungkin memecahkan masalah dengan pendekatan dan pengambilan keputusan yang sama.

Menurut Allport (dalam Awisol, 2018 : 8), kepribadian merupakan suatu sistem organisasi yang dinamis dalam diri seseorang yang menentukan tingkah laku dan pemikiran seseorang yang khas. Keirsey (1998:23) mengklasifikasikan tipe kepribadian yaitu guardian, artisan, rational, dan idealist. Pengklasifikasikan di dasarkan pada empat skala preferensi : (1) dimensi memusatkan perhatian (extrovert atau introvert); (2) dimensi cara memperoleh informasi (sensing atau intuitive); (3) dimensi cara mengambil keputusan (thinking atau feeling); (4) dimensi cara mengamati dan menilai (judging atau perceving) (Keirsey, 1998:12).

Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Keirsey, menjadi dasar pemikiran bahwa tingkah laku merupakan perbedaan nyata yang dapat dilihat dari seseorang.

Tingkah laku seseorang adalah gambaran yang terlihat dari apa yang dirasakan dan dipikirkan.

Penelitian dari Dewiyani (2009: 481-492), menemukan bahwa tipe idealis dapat melihat masalah dengan pandangan yang luas, tipe rational kaya akan imajinasi serta memiliki daya nalar yang tinggi, tipe artisan adalah tipe peserta

(10)

didik yang tidak mudah menyerah, tipe guardian selalu ingin tahu kegunaan dari suatu materi atau soal. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa

kepribadian setiap peserta didik berbeda-beda . Hal ini terjadi karena proses berpikir peserta didik dipengaruhi oleh kepribadian peserta didik.

Dalam penelitian ini materi yang di gunakan adalah pola bilangan. Pola bilangan adalah salah satu materi yang diajarkan di sekolah menengah pertama.

Materi pola bilangan akan membantu peserta didik dalam pemecahan masalah matematis yang ada pada kehidupan nyata. Misalnya dalam mengukur kecepatan kendaraan pada speedometer yang mana speedometer akan memuat beberapa barisan angka yang memiliki pola tertentu berbentuk sebuah barisan aritmatika.

Dalam penelitian Barbosa (2012:290-291), mengungkapkan bahwa eksplorasi pola dapat membantu peserta didik melatih kemampuan pemecahan masalah melalui analisis suatu kasus, mengorganisasi data, dan generalisasi. Barbosa (2012:290-291) menggunakan istilah eksplorasi pola bertujuan untuk melihat strategi generalisasi pola yang digunakan peserta didik. Hal ini mengindikasikan bahwa generalisasi pola dapat melatih kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Oleh karena itu, untuk mengukur aspek kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dapat menggunakan materi pola bilangan.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui lebih lanjut tentang kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik berdasarkan tipe kepribadian pada materi pola bilangan di SMPN 1 Mojoagung. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Pemecahan

(11)

Masalah Matematis Peserta Didik Ditinjau dari Tipe Kepribadian Guardian, Artisan, Rational, dan Idealist Materi Pola Bilangan Kelas VIII SMPN 1 Mojoagung”.

1.2 Fokus dan Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan Konteks penelitian yang telah diuraikan, fokus penelitian dalam penelitian ini adalah analisis kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik ditinjau dari tipe kepribadian guardian, artisan, rational, dan

idealist materi pola bilangan kelas VIII SMPN 1 Mojoagung. Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana cara-cara yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal- soal bentuk pemecahan masalah matematis ditinjau dari tipe kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealist materi pola bilangan kelas VIII SMPN 1 Mojoagung?

2) Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik ditinjau dari tipe kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealist materi pola bilangan kelas VIII SMPN 1 Mojoagung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mendeskripsikan cara-cara yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal bentuk pemecahan masalah matematis ditinjau dari

(12)

tipe kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealist materi pola bilangan kelas VIII SMPN 1 Mojoagung.

2) Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik ditinjau dari tipe kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealist materi pola bilangan kelas VIII SMPN 1 Mojoagung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan peneliti yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan bagi pendidikan baik secara teoritis maupun praktis, adapaun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis diharapkan dari penelitian ini adalah dapat

memberikan pengetahuan, wawasan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian serupa mengenai kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik ditinjau dari tipe kepribadian.

2) Kegunaan Praktis

Secara praktis, kegunaan praktis diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Bagi peserta didik

Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat mengasah kemampuan pemecahan masalah matematis dan mengetahui tipe

(13)

kepribadiannya sehingga dapat mengevaluasi diri dengan cara mengubah cara belajar sesuai dengan kemampuan dan kelemahannya.

b) Bagi pendidik

Bagi pendidik, penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan atau pemikiran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan melihat tipe kepribadian yang dimiliki.

c) Bagi Sekolah

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

d) Bagi Peneliti

Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan informasi sebagai calon pendidik mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari tipe kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealist.

1.5 Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya penafsiran terhadap istilah yang digunakan dan mempermudah peneliti dalam bekerja agar lebih terarah, maka beberapa istilah perlu penegasan sebagai berikut.

(14)

1) Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa yang digunakan untuk menjabarkan keadaan yang sesungguhnya kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya.

2) Masalah matematis adalah suatu persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan cepat dan melalui prosedur yang tidak rutin sehingga menjadi tantangan bagi peserta didik dalam memperoleh solusi jawabannya.

3) Pemecahan masalah matematis adalah usaha dalam mencari penyelesaian dari masalah metematika dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya sehingga diperoleh solusinya.

4) Soal bentuk pemecahan masalah matematis adalah suatu tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah matematika dengan menggunakan pengetahuan yang

dimilikinya sehingga diperoleh solusinya.

5) Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kecakapan peserta didik dalam menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk mendapatkan solusi dari suatu masalah matematika. Berikut langkah-langkah kemampuan pemecahan masalah matematis: (1) Memahami masalah; (2) Merencanakan penyelesaian; (3) Melaksanakan rencana penyelesaian; (4) Mengecek Kembali..

6) Tipe kepribadian adalah pengklasifikasian kepribadian berdasarkan aturan tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan pengklasifikasian tipe

kepribadian berdasarkan Keirsey yaitu:

(15)

a) guardian adalah tipe kepribadian dimana seseorang mempunyai kecendrungan menerima informasi dengan menggunakan sensing dan kemudian memastikan sesuatu yang benar dengan menggunakan judging.

b) artisan adalah tipe kepribadian dimana seseorang menerima informasi menggunakan sensing dan kemudian memastikan sesuatu yang benar dengan menggunakan perceiving.

c) rational adalah tipe kepribadian yang cenderung menerima informasi dengan melihat hubungan, pola dan segala kemungkinan yang dapat terjadi (intuitive), kemudian digunakan untuk mengambil keputusan melalui penelaran yang objektif (thinking).

d) idealist adalah tipe kepribadian yang cenderung menerima informasi dengan melihat hubungan, pola dan segala kemungkinan yang dapat terjadi (intuitive), kemudian digunakan untuk mengambil keputusan berdasarkan perasaan atau emosinya (feeling).

7) Pola bilangan adalah rangkaian bilangan yang tersusun dari bilangan lain yang membentuk pola tertentu, bilangan yang ada pada setiap pola bilangan dapat dikatakan dengan suku .

(16)

200 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Sesuai dengan hasil analisis data serta rumusan masalah dan tujuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian tentang kemampuan pemecahan masalah matematis berdasarkan tipe kepribadian peserta didik pada materi pola bilangan kelas VIII-I SMP Negeri 1 Mojoagung, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Cara-cara yang dilakukan peserta didik berdasarkan kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai berikut.

a. Tipe Guardian

Berikut cara-cara yang dilakukan peserta didik tipe guardian dalam menyelesaikan soal.

1) Tahap memahami masalah, peserta didik melakukan dengan cara mencantumkan apa yang diketahui dan yang ditanya secara rinci dengan bentuk deskripsi.

2) Tahap merencanakan penyelesaian, peserta didik menggunakan rumus selisih aritmatika tingkat dua dan rumus aritmatika, selebihnya peserta didik menggunakan cara-caranya sendiri akan tetapi beberapa ada yang masih kurang tepat.

(17)

3) Tahap melaksanakan rencana, peserta didik mensubtitusikan yang diketahui ke dalam rumus yang ditentukan dalam merencanakan penyelesaian.

4) Tahap mengecek kembali, peserta didik menggunakan alternatif lain untuk membuktikan jawabannya dengan benar dengan menghitung mundur pola-pola yang telah didapat dan juga menyimpulkan jawaban dengan benar.

b. Tipe Kepribadian Artisan

Berikut cara-cara yang dilakukan peserta didik tipe artisan dalam menyelesaikan soal.

1) Tahap memahami masalah, peserta didik melakukan dengan cara mencantumkan apa yang diketahui serta yang ditanya tetapi tidak secara rinci.

2) Tahap merencanakan penyelesaian, peserta didik menggunakan cara- caranya sendiri dengan menggunakan perhitungan manual (tidak menggunakan rumus pola bilangan), akan tetapi masih ada beberapa yang kurang tepat.

3) Tahap melaksanakan rencana, peserta didik mensubtitusikan yang diketahui ke dalam rumus yang ditentukan dalam merencanakan penyelesaian, dikarenakan pada tahap merencanakan penyelesaian kurang tepat maka dalam melaksanakan rencananya juga kurang tepat.

(18)

4) Tahap mengecek kembali, peserta didik tidak menggunakan alternatif lain dan tidak menyimpulkan jawaban.

c. Tipe Kepribadian Rational

Berikut cara-cara yang dilakukan peserta didik tipe rational dalam menyelesaikan soal.

1) Tahap memahami masalah, peserta didik melakukan dengan cara mencantumkan apa yang diketahui dan yang ditanya secara implisit, deskriptif, dan menggunakan model matematika.

2) Tahap merencanakan penyelesaian, sebagian besar peserta didik menggunakan cara-caranya sendiri dengan menggunakan logikanya dan sebagian yang lain menggunakan rumus pola bilangan pesegi panjang, aritmatika, dan geometri.

3) Tahap melaksanakan rencana, peserta didik mensubtitusikan yang diketahui ke dalam rumus yang ditentukan dalam merencanakan penyelesaian.

4) Tahap mengecek kembali peserta didik tidak menggunakan alternatif lain untuk membuktikan jawabannya tetapi dapat menyimpulkan jawaban.

d. Tipe Kepribadian Idealist

Cara-cara yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaian soal kemampuan pemecahan masalah matematis pada tipe kepribadian idealist:

(19)

1) Tahap memahami masalah, peserta didik melakukan dengan cara menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanya secara rinci dalam bentuk implisit, deskripsi serta menggunakan model matematika.

2) Tahap merencanakan penyelesaian peserta didik menggunakan rumus aritmatika, geometri, selebihnya peserta didik menggunakan cara- caranya sendiri dengan menggunakan perhitungan manual (tidak menggunakan rumus pola bilangan).

3) Tahap melaksanakan rencana, peserta didik mensubtitusikan yang diketahui ke dalam rumus yang ditentukan dalam merencanakan penyelesaian.

4) Tahap mengecek kembali, peserta didik tidak menggunakan alternatif lain untuk membuktikan jawabannya akan tetapi masih dapat

menyimpulkan jawaban.

2. Adapun tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis dilihat melalui tipe guardian, artisan, rational, serta idealist pada materi pola bilangan kelas VIII SMP Negeri 1 Mojoagung:

a. Pada tipe kepribadian guardian, hasil rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh peserta didik di atas KKM yaitu 70,76, maka kemampuan pemecahan masalah matematis masuk di klasifikasi sedang.

b. Pada tipe kepribadian artisan, hasil rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh peserta didik di bawah KKM yaitu

(20)

56,60, maka kemampuan pemecahan masalah matematis masuk di klasifikasi rendah.

c. Untuk tipe kepribadian rational, hasil rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh peserta didik di atas KKM yaitu 81,75, maka kemampuan pemecahan masalah matematis masuk pada klasifikasi tinggi.

d. Pada tipe kepribadian idealist, hasil rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh peserta didik di atas KKM yaitu 72,33, maka kemampuan pemecahan masalah matematis masuk di klasifikasi sedang.

5.2 Saran

Dari simpulan yang didapat, maka saran yang akan disampaikan oleh peneliti demi kemajuan dan keberhasilan pelaksaan proses belajar dan mengajar dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Didik

Hendaknya peserta didik meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi pola bilangan dengan terus belajar serta juga sering mengerjakan latihan- latihan tentang soal yang memerlukan penalaran serta memperhatikan informasi tambahan saat diberikan oleh pendidik.

(21)

2. Bagi Pendidik

Bagi pendidik agar dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dan menelaah tipe kepribadian yang peserta didik miliki.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hendaknya peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji penelitian ini, disarankan untuk mengembangkan penelitian pada subjek yang lebih banyak, dan dengan pokok bahasan yang lain guna menyempurnakan kekurangan dalam penelitian ini.

(22)

206

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Z dan Walida, S.E. 2019. Interactive E-Module Model of Transformation Geometry Based on Case (Creative, Active, Systematic, Effective) as A Practical and Effective Media to Support Learning Autonomy and Competence. International Journal of Development Research. Vol 9 (1):

25156-25160.

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Awisol.2018. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Anggrelia, dkk. 2019. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Augmented Reality Materi Turunan Fungsi Aljabar Kelas XI. Jurnal Pendidikan 3. Vol 3 (10): 1-10.

Anugraheni, Wahyudi. Indri. 2017. Strategi Pemecahan Masalah Matematika.

Salatiga :Satya Wacana University Press.

Ariani, Suci, Yusuf Hartono dan Cecil Hiltrimartin. 2017. Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Abduktif-Deduktif di SMA Negeri 1 Indralaya Utara. Jurnal Elemen. Vol. 3 (1): 25-34.

Barbosa, Ana, Palhares, Pedro, Vale, Isabel. 2012. Pattern Tasks: Thinking Processes Used by 6th Grade Students. Revista Latinoamericana de Investigación en Matemática Educativa.

Dewiyani,MJ. 2009. Kepribadianistik Proses Berpikir Siswa Dalam Mempelajari Matematika Berbasis Tipe Kepribadian. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Penerapan MIPA. UNY, 418- 492.

Dewiyani , M.J. dan Sagirani, T. 2012.The Thinking Process Profile The Students of Informatics System Departement in Solving The Mathematics Problem Based on The Personality Type and Gender. Proceeing hal 1-10.STIKOM Surabaya.

(23)

Diana, Fitri & Ahmad Fauzan. 2018. Pengembangan Desain Pembelajaran Topik Pola Bilangan Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) di Kelas VIII SMP/MTs. Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika. Mathematics Departemen: Padang State University. Vol. 7 (4): 43-52.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineke.

Fitria, Camelia. Imam Sujadi dan Sri Subandi. 2016. Analisis Kesulitan

Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Sistem Pertidaksamaan Linier Dua Variabel Ditinjau dari Tipe Kepribadian Guardian, Artisan, Rational, dan Idealist Kelas X SMKN 1 Jombang. Hal : 1-12.

Ganelli, Aries Eva. Rika Dewi., dkk. 2010. Kepribadian Perempuan Aceh yang Tangguh: Kemarin, Sekarang, dan Esok. Medan : USU Press.

Hamidah, Khusnul dan Suherman. 2016. Proses Berfikir Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika ditinjau dari Tipe Kepribadian Keirsey. Al-jabar : Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.7 (2): 231-248.

Hartono, Y. 2014. Matematika strategi pemecahan masalah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hendriana, Heris, dkk. 2017. Hard Skills dan Soft Skills Matematik Siswa.

Bandung: PT Refika Aditama.

Ilyas, Muhammad. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika.

Bandung :Pustaka Ramadhan.

Jazuli, Akhmad dan Muhimmatul Lathifah. 2018. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Soal Cerita Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert-Interovert Siswa SMP Negeri 6 Rembang. Jurnal Of Mathematics Education. Vol 4 (1): 23-32

Juliana, Darma Ekawati dan Fahrul Basir. 2017. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Pedagogy.Vol. 2 (1): 133-160.

Keirsey, David. 1984. Please Understand Me. California : Promotheus Nemis Book Company.

(24)

Keirsey, David. 1998. Please Understand Me II. California : Promotheus Nemis Book Company.

Mekinuddin dan Tri hardiyanto Sasongko. 2006. Analisis Sosial: Bersaksi dalam Advokasi Irigasi. Badung: Yayasan AKATIGA

Marion, Zulkardi, dan Somakin. 2015. Desain Pembelajaran Pola Bilangan Menggunakan Model Jaring Laba-laba di SMP. Jurnal Kependidikan.

Vol 45 (1): 44-61.

Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Nawi, M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SWASTA) Al Ulum Medan. Jurnal Teknologi Pendidikan. PPS Unimed. Vol. 10 (2): 142-152.

NCTM. 2000. Principles and standards for School Mathematics. United States of Amerika : The National Council of Teachers of Mathematics.

Nissa, Ita Chairun. 2015. Pemecahan Masalah Matematika ( Teori dan Contoh Praktek). Lombok : Duta Pustaka Ilmu.

Pimta, S, dkk. 2009. Factors Influencing Mathematic Problem Solving Ability of Sixth Grade Students. Journal of Social Sciences. Vol 5 (4): 381-385.

Polya, George. 1973. How To Solve It : A New Aspect of Mathematic Method.

New York: Doubleday Anchor Books.

Rizki, Y.E., Nurhanurawati dan Gunowidodo, P. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.2 (01): 37-44.

Runtukahu, J. Tombokan dan Kandou, Selpius.2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Kesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

(25)

Satori, Djam’an dan Komariah Aan. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Shadiq, Fajar. 2014. Pembelajaran Matematika : Cara Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Afabeta.

Sugono, D., dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sundayana, Rostina. 2016. Kaitan Antara Gaya Belajara, Kemandirian Belajar, dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Garut. Vol 8 (1): 31-40.

Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : CV Andi Oset.

Susanti, Vera Dwi dan Swasti Maharani. 2016. Profil Berpikir Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Numerical Analysis Ditinjau Dari Tipe

Kepribadian. Jurnal Formatif.Vol 6(1): 62-72.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar& Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Prenadamedia Group.

Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Vitasari, Nila dan Trisnawati. 2017. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa PGSD Universitas sarjana Wijaya Taman Siswa Melalui Problem Posing. Vol. 01 (02): 78-86.

Yuwono, Aris. 2010. Profil Siswa SMA Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian. Tesis. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel diatas data Kemampuan pemecahan masalah matematis kelas kontrol dapat diketahui bahwa 3 butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang telah diberikan kepada

Hasil penelitian ini adalah mendeskripsikan profil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kategori tinggi ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan numerasi, yaitu