• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis kesalahan penulisan dalam surat kabar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis kesalahan penulisan dalam surat kabar"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

“ANALISIS KESALAHAN PENULISAN DALAM SURAT KABAR TRIBUN TIMUR”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

MUHAMMAD SUBHAN 10533 7199 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2016

(2)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Kesuksesan hanya dapat diraih Dengan segala upaya Dan usaha yang disertai dengan doa, Karena sesungguhnya Nasib seorang manusia tidak akan Berubah dengan sendirinya Tanpa berusah”

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudara-saudaraku, serta keluarga dan sahabat-sahabatku atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan

(3)

KATA PENGANTAR

Allah Maha Pengasih Dan Penyayang, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-NYA. Jiwa ini takkan berhenti bertahmid atas anugrah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan.

Bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motifasi dari berbagai pihak serta membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada ayahanda Badwin dan ibunda Hj. Cahaya sebagai kedua orang tua yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Demikian pula, penulis mengucapkan terimakasih kepada Drs. H. Muh Amier, S. Pd., M. Pd dan Drs. H. Nurdin, M. Pd. Selaku pembimbing I dan II,

(4)

A.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv

SURAT PERNYATAAN ...v

SURAT PERJANJIAN ...vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ...vii

ABSTRAK... viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka ...5

B. Kerangka Pikir ...35

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain Penelitian...38

B. Definisi Operasional Variabel...39

(5)

Data dan Sumber Data ...40 B. Teknik Pengumpulan Data...41 C. Teknik Analisis Data...41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...43 B. Pembahasan ...71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...73 B. Saran ...73 DAFTAR PUSTAKA ...74 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menulis merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, menulis merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerak fisik, serta yang tidak menyertai percakapan. Menulis merupakan bentuk komunikasi yang perlu dilengkapi dengan tanda-tanda penjelas, aturan, ejaan serta tanda baca, dan menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan kepada khalayak yang dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

Hayon (2007:5), menulis adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan perihal menulis. Menulis ada hubunganya dengan orang yang menulis, bahan yang ditulis dan masyarakat sebagai sasaran pembaca ( dalam Munira 2015:1).

Selanjutnya Tarigan (2008:22), Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang –lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (dalam Munira 2015:4).

(7)

Berita berasal dari bahasa sang sekerta ”vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut “write” yang arti sebenarnya adalah “ada” atau” terjadi“, Ada juga yang menyebut ” vritta” artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”.

Menurut KBBI, Menurut KBBI , pengertian berita adalah laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.Oleh karna itu, beberapa orang kemudian mencoba untuk merinci ciri-ciri sebuah berita, yang lugas, logis, tuntas, objektif, cermat, jelas dan padat.

Berita jurnalistik ditulis oleh anggota staf redaksi majalah atau Koran bersangkutan dari penulis lepas (freelancers). Mereka menulis berita ini untuk berbagai alasan. Umumnya, untuk sebuah kepuasan. Kepuasan untuk menerangkan atau menghibur. Mendapatkan uang. Tapi, Nelson menyatakan bahawa alasan yang baik kenapa menulis berita ialah kemauan untuk belajar banyak “saya tidak pernah mengerti apapun juga sebelum saya menuliskannya“.

Suatu tulisan dapat dikatakan jelas apabila pembaca dapat membacanya dan memahami maknanya. Di samping itu, tulisan yang jelas harus sederhana tidak boleh menyulitkan pembaca, memiliki makna sebenarnya dan memberikan pokok masalah serta tujuan yang ingin disampaikan. Oleh sebab itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka para penulis berita hendaknya menyusun sesuai aturan penulisan yang berlaku dan mengetahui Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) serta kaidah yang baik dan benar.

(8)

Penelitian tentang kesalahan berbahasa telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnaya pada tahun 2010 penelitian dilakukan oleh Warli dengan judul “Analisis kesalahan Berbahasa di Media Cetak Koran Kompas’ dan pada tahun 2011 penelitian dilakukan oleh Ridwan A.R dengan judul “ Analisis Kesalahan Penulisan Berita Utama Pada Harian Fajar“.

Penulisan berita oleh para jurnalis atau wartawan yang menerbitkan tulisanya diharian Teribun Timur cukup memperihatinkan. Hal ini terbukti ditemukannya beberapa kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah dan ejaan yang disempurnakan (EYD) serta banyaknya penggunaan tanda baca yang tidak tepat dan istilah asing yang membuat pembaca kurang mengerti tentang berita tersebut.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menganalisanya dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Penulisan Pada Surat Kabar Tribun Timur”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah tingkat kesalahan penulisan pada surat kabar Tribun Timur. Secara khusus rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimanakah tingkat kesalahan ejaan dalam surat kabar tribun timur?

2. Bagaimanakah tingkat kesalahan diksi dalam surat kabar tribun timur?

(9)

3. Bagaimanakah tingkat kesalahan struktur kalimat dalam surat kabar tribun timur?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan uraian masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesalahan penulisan pada surat kabar Tribun Timur.

D. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

1. Untuk mengembagkan pengetahuan di bidang bahasa Indonesia;

2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan di bidang ilmu pendidikan bahasa Indonesia.

b. Manfaat praktis

1. Dapat memberikan informasi kepada penulis berita yang terkait, agar penulisan kata dalam berita lebih diperhatikan.

2. Dapat dijadikan pedoman untuk para jurnalis, jika nantinya menulis berita pada surat kabar Fajar haruslah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) serta tidak banyak menggunakan istilah asing yang kurang perlu.

3. Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat / Pengertian Bahasa

Telah disebutkan bahwa manusia itu senantiasa menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu, bahasa dikatakan sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Di dalam kehidupan masyarakat, bahasa memegang peran yang sangat penting.

Sebenarnya manusia itu dapat juga menggunakan alat komunikasi lain selain bahasa. Namun, tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik dan sempurna dibandingkan dengan alat komunikasi yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.(Kridalaksana:1983).

1. Sifat-sifat Bahasa

Telah disebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu:

a. Bahasa itu sebuah sistem

Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara

(11)

fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.(Chaer,2007)

Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, melainkan terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara hirarkial, bagan subsistem bahasa tersebut sebagai berikut.

b. Bahasa itu berwujud lambang

Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda- tanda yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu: tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.

c. Bahasa itu berupa bunyi

Menurut Kridalaksana (1983:38), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi

(12)

yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.

d. Bahasa itu bersifat arbitrer

Kata arbitrer dapatdiartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinant de Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa yang dimaksud signifiant dan signifie.

Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.

Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar, karena bunyi kata tersebut tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk” apapun untuk mengetahui maknanya.

e. Bahasa itu bermakna

Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang. Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan

(13)

dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa. [kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] : bermakna = bahasa [dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] : tidak bermakna = bukan bahasa f. Bahasa itu bersifat konvensional

Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.

Misalnya, binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang lain, maka komunikasi akan terhambat.

g. Bahasa itu bersifat unik

Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.

Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

h. Bahasa itu bersifat universal

Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia

(14)

ini. Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan.

i. Bahasa itu bersifat produktif

Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa:

/i/-/k/-/a/-/t/

/k/-/i/-/t/-/a/

/k/-/i/-/a/-/t/

/k/-/a/-/i/-/t/

j. Bahasa itu bervariasi

Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:

1. Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan.

2. Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.

(15)

3. Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu.

Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.

k. Bahasa itu bersifat dinamis

Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa munculnya kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

l. Bahasa itu manusiawi

Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.

2. Fungsi Bahasa

Fungsi umum bahasa Indonesia adalah sebagai alat komusikasi dan sosial. Pada dasarnya bahasa sudah menyatu dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi . Ide,keinginan,gagasan dan lain-lain disampaikan lewat bahasa.

(16)

Menurut Budiman (1987:1) mengemukakan bahwa fungsi bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :

a. Fungsi praktis, Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.

b. Fungsi cultural, Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan kebudayaan.

c. Fungsi artistik, Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan) manusia melalui seni sastra.

d. Fungsi edukatif, Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Fungsi politis, Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk menyelenggarakan administrasio pemerintahan.

Bahasa juga merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia.

Melalui bahasa yang digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.

a. Fungsi bahasa secara umum :

1. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri

Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan

(17)

diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.

2. Bahasa sebagai alat komunikasi

Melalui bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama sesama manusia sebagai makhluk sosial. . Manusia dalam berkomunikasi tentu harus memperhatikan dan menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat yang madani selamat dunia dan akhirat.

Bahasa sebagai alat komunikasi berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk mencapai suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan akademis maupun sebagai warga masyarakat. Penggunaan bahasa yang tepat menjadikan seseorang dalam memperlancar segala urusan. Melalui bahasa yang baik, maka lawan komunikasi dapat memberikan respon yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan tujuannya 3. Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial

Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman- teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati. Dalam mempelajari bahasa asing, kita juga

(18)

berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

4. Bahasa sebagai alat kontrol sosial

Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran, buku-buku instruksi, ceramah agama (dakwah), orasi ilmiah atau politik adalah contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Selain itu, juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio, iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, pengguna bahasa belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal. Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita

(19)

terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.

b. Alasan Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia

1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo)atau perbedaan bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes).

3. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

c. Kedudukan Bahasa Indonesia 1. Bahasa Nasional

a) Lambang kebanggan nasional

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia

‘memancarkan’ nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa

(20)

Indonesia dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga denganya, kita harus menjunjungnya, dan kita harus mempertahankannya. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh

b) Lambang identitas nasional

Bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsa Indonesia. Berarti, dengan bahasa Indonesia dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia

c) Alat pemersatu berbagai raga masyarakat

Dengan adanya Bahasa Indonesia kita dapat menggunakannya sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi/berkomunikasi dengan masyarakat-masyarakat di daerah (sebagai bahasa penghubung antar warga, daerah, dan budaya)

d) Alat penghubung antar budaya dan daerah

Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Kita dapat saling berkomunikasi, bertukar pikiran, dan informasi dengan suku lain yang berlatar belakang bahasa yang berbeda.

(21)

2. Bahasa Negara

a) Bahasa resmi kenegaraan

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

seperti keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat- surat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga- lembaganya dituliskan dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau dalam rangka menuaikan tugas pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam bahasa Indonesia.

b) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dilembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia.

c) Alat penghubung pada tingat nasional serta kepentingan pemerintah

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antar badan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat, untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan

(22)

pembangunan serta pemerintah. Degan mengadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa, tujuannya agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepatditerima oleh kedua belah pihak (masyarakat)

d) Alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kebudayaan nasional Indonesia yang beragam, berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula, hampir tidak mungkin dapat disebar luaskan kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia lain tanpa bahasa Indonesia. Agar jangkauannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah- majalah ilmiah, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.

Apabila arus informasi kita meningkat berarti akan mempercepat pengetahuan kita, apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

dan mungkin pada saat mendatang bahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajar dengan bahasa Inggris.

3. Keistimewaan Bahasa Manusia

Kelebihan dan keistimewaan bahasa sebagai alat komunikasi manusia dibandingkan dengan alat-alat komunikasi yang ada pada dunia

(23)

hewan. Setidaknya ada tiga pakar yang tertarik pada masalah ini yaitu Hockett, Mc Neill, dan Chomsky. Bila disarikan dari Hockett dan McmNeill setidaknya ada 16 butir ciri khusus yang membedakan sistem komunikasi bahasa dari sistem komunikasi makhluk lainnya. Keenam belas ciri itu adalah sebagai berikut:

1) Bahasa menggunakan jalur vokal auditif. Banyak hewan, termasuk jangkrik, katak dan burung yang sistem komunikasinya dapat didengar. Namun, tidak semuanya merupakan bunyi vokal. Katak, burung dan orang utan ini juga mempunyai jalur vokal auditif ini, seperti yang dimiliki manusia. Tetapi sistem komunikasinya itu tidak mempunyai 15 ciri lainnya yang dimiliki manusia.

2) Bahasa dapat tersiar ke segala arah, tetapi penerimaannya terarah.

Maksudnya, bunyi bahasa yang diucapkan dapat didengar di semua arah karena suara atau bunyi bahasa itu merambat melalui udara;

tetapi penerima atau pendengar dapat mengetahui dengan tepat dari mana arah bunyi bahasa itu datang.

3) Lambang bahasa yang berupa bunyi itu cepat hilang setelah diucapkan. Hal ini berbeda dengan tanda atau lambang lain, seperti bekas tapak kaki hewan, dan patung kepahlawanan yang dapat bertahan lama. Oleh karena ciri cepat hilangnya, maka sejak dulu orang berusaha melestarikan lambang bunyi bahasa ini dalam bentuk tulisan. Pada zaman modern kini bunyi bahasa itu sudah dapat

(24)

direkam dengan peralatan elektronik, dan sewaktu-waktu dapat diperdengarkan kembali.

4) Partisipan dalam komunikasi bahasa dapat saling berkomunikasi (interchangeability). Artinya, seorang penutur bisa menjadi seorang pengirim lambang dan dapat juga menjadi penerima lambang itu.

5) Lambang bahasa itu dapat menjadi umpan balik yang lengkap.

Artinya pengirim lambang (penutur) dapat mendengar sendiri lambang bahasa itu. Padahal dalam beberapa macam komunikasi kinetik (gerakan) dan visual (penglihatan) seperti dalam tarian lebah, si pengirim informasi tidak dapat melihat bagian-bagian penting dari tariannya.

6) Komunikasi bahasa mempunyai spesialisasi. Maksudnya, manusia dapat berbicara tanpa harus mengeluarkan gerakan-gerakan fisik yang mendukung proses komunikasi itu. Manusia dapat berbicara sambil mengerjakan pekerjaan lain yang tidak berhubungan dengan topik pembicaraan.

7) Lambang-lambang bunyi dalam komunikasi bahasa adalah bermakna atau merujuk pada hal-hal tertentu. Umpamanya kata “kuda”

mengacu pada sejenis hewan berkaki empat yang biasa dikendarai.Kalimat “Dika menendang bola” mempunyai makna seseorang yang bernama Dika melakukan perbuatan atau tindakan yaitu menendang bola. Begitu juga dengan lambang-lambang lain.

(25)

8) Hubungan antara lambang bahasa dengan maknanya bukan ditentukan oleh adanya suatu ikatan antara keduanya; tetapi ditentukan oleh suatu persetujuan atau konvensi di antara para penutur suatu bahasa. jadi hubungan antara lambang bunyi [kuda]

dengan maknanya, yaitu”sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai‟ bersifat arbitrer, semuanya.

9) Bahasa sebagai alat komunikasi manusia dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan, yakni, kalimat, kata, morfem, dan fonem. Padahal alat komunikasi makhluk lain merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

10) Rujukan atau yang sedang dibicarakan dalam bahasa tidak harus selalu ada pada tempat dan waktu kini. Kita dapat menggunakan bahasa untuk sesuatu yang telah lalu, yang akan datang atau yang berada di tempat yang jauh. bahkan juga yang hanya ada dalam khayalan.

11) Bahasa bersifat terbuka. Artinya, lambang-lambang ujaran baru dapat dibuat sesuai dengan keperluan manusia.

12) Kepandaian dan kemahiran untuk menguasai aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan berbahasa manusia diperoleh dari belajar, bukan melalui gen-gen yang dibawa sejak lahir.

13) Sehubungan dengan ciri no. 12 di atas, maka bahasa itu dapat dipelajari. Artinya, seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan,

(26)

misalnya, dalam bahasa A dapat mempelajari bahasa lain, yang bukan bahasa lingkungannya.

14) Bahasa dapat digunakan untuk menyatakan yang benar dan yang tidak benar, atau juga yang tidak bermakna secara logika. Misalnya kita dapat mengatakan, “penduduk Jakarta dewasa ini ada satu juta orang,” atau juga, “Ibu kota Kerajaa Inggris adalah Oxford”.

Mengatakan sesuatu yang tidak benar hanya dapat dilakukan dalam komunikasi bahasa, pada komunikasi hewan hampir tidak ditemukan.

15) Bahasa memiliki dua subsistem, yaitu subsistem bumi dan subsistem makna, yang memungkinkan bahasa itu memiliki keekonomisan fungsi. Keekonomisan fungsi ini terjadi karena bermacam-macam unit bunyi yang fungsional bisa dikelompokkan dan dikelompokkan lagi ke dalam unit-unit yang berarti.

16) Ciri terakhir adalah bahasa itu dapat kita gunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. alat komunikasi dari hewan tak ada yang dapat digunakan untuk membicarakan alat komunikasi hewan itu sendiri

2. Ruang Lingkup Analisis Kesalahan Penulisan a. Pengertian analisis kesalahan penulisan

Analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterprestasikan secara sistematis kesalahan-

(27)

kesalahan yang dibuat oleh si penulis yang sedang belajar bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur berdasarkan linguistik.

Dalam buku“Common Error in Language learning”, H.V. George (1991:5) mengemukakan bahawa kesalahan penulisan adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajar bahasa. Bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah baku.

S. Piet Corder (1992: 3) dalam buku “Introduching Appilied linguistic” mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan penulisan adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurna pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Merujuk pada pemikiran-pemikiran tentang pengertian kesalahan penulisan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan penulisan adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit penulisan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah Bahasa Indonesia baku

Pembelajaran menulis pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa tulisan. Mempelajari sesuatu termasuk mempelajari bahasa tulisan.

Mempelajari sesuatu termasuk mempelajari penulisan tidak liput dari

(28)

perbuatan kesalahan. Ingatlah bahwa kesalahan itu adalah sumber menjadi benar.

b. Lingkup analisis kesalahan

Penulis boleh dikatakan menulis setiap hari. Dikaitkan dengan keterampilan menulis, kita mengenal empat jenis menulis yaitu eksposisi atau paparan, deskripsi atau lukisan argumentasi dalihan dan narasi atau kisahan. Seseorang yang melaksanakan aktifitas menulis sengaja atau tidak pasti membuat kesalahan. Kesalahan itu ada yang bersifat sistemis dan ada pula yang bersifat sistematis.

Yang menarik perhatian dalam analisis kesalahan adalah kesalahan yang bersifat sisitematis. Kesalahan sistematis berhubungan dengan kompetensi. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan penulis untuk melahirkan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan. Tulisan yang digunakan yaitu berwujud kata., kalimat, dan makna yang mendukungnya. Kata dan kalimat beruruskan dengan bunyi- bunyi yang membedakan makna yang disebut fonem.

Dengan demikian kesalahan yang perlu dianalisis melingkupi tataran fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Analisis kesalahan dalam bidang fonologi, misalnya kesalahan yang berhubungan dengan pelafalan, grafemik, fungtuasi, dan silabisasi. Analisis kesalahan dalam bidang morfologi, misalnya kesalahan yang berkaitan dengan morfem dan kata segala variasinya. Sedangkan analisis dalam bidang sintaksis,

(29)

misalnya menyangkut aturan kata dalam koherensi dan logika kalimat.

Sedangkan analisis dalam bidang semantik, misalnya kesalahan yang berhubungan dengan ketepatan penggunaan kata atau kalimat yamg didukung oleh makna, baik makna leksikal maupun gramatiakal.

c. Objek analisi kesalahan

Telah diketahui bahwa objek linguistik adalah bahasa. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa manusia yang normal, yang biasa digunakan untuk berkomunikasi. Meskipun yang menjadi objek linguistik adalah bahasa, yang tentu juga adalah objek analisis kesalahan, tetapi analisis kesalahan lebih menititikberatkan pada bahasa ragam formal. Bahasa ragam formal yang dimaksud disini adalah bahasa yang digunakan dalam forum diskusi, seminar, muktamar, berkhotbah, dan bahasa yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan resmi.

Berhubung analisis penulisan lebih ditekankan pada proses belajar menulis kata dengan baik dan benar, dengan sendirinya analisis kesalahan berobjekkan tulisan si penulis yang sedang mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing. Objek yang lebih khusus adalah kesalahan yang bersifat sistematis. Bahasa yang menjadi objek analisis kesalahan adalah yang berhubungan dengan keempat keterampilan bahasa baik menyangkut fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

(30)

d. Tujuan analisi kesalahan

Di Indonesia dan Negara-negara manapun di dunia ini telah dikembangkan hipotesis-hipotesis pemerolehan bahasa kedua. Di Indonesia yang sebagian besar pendduduknya masih menggunakan bahasa daerah tertentu, maka bahasa kedua adalah bahasa Indonesia.

Analisis kesalahan dapat dibagi menjadi dua yaitu analisis kesalahan tradisional dan analisis kesalahan yang disempurnakan. Analisis kesalahan tradisional bersifat pragmatis, yaitu memperoleh balikan untuk keperluan penyusunan buku teks dan penyempurnaan penulisan.

Sedangkan analisis kesalahan yang disempurnakan bersifat teoritis yaitu menyusun dan mengembangkan teori mengenai kemampuan penulis.

Adapun manfaat mengkaji kesalahan dari segi teoritis adalah untuk menghasilkan pemahaman tentang proses mempelajari tata cara penulisan.

Analisis kesalahan mempunyai dua tujuan, yaitu sifatnya yang lebih teoritis dan sifatnya yang lebih praktis. Tujun yang bersifat praktis tidak berbeda dengan tujuan analisis kesalahan tradisional, sedangkan tujuan yang bersifat teoritis adalah adanya usaha untuk memahami proses belajar bahasa kedua.

e. Model analisis kesalahan

Untuk mengetahuai jenis kesalahan yang dilakukan oleh si penulis dalam menulis berita yang diterbitkan ke media atau surat kabar. Model analisis kesalahan penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(31)

model yang dikemukakan oleh Tarigan, yang didasarkan pada kategori linguistik.

Model analisis kesalahan penulisan yang dianjurkan pakar tersebut merupakan perpaduan dari keempat taksonomi. Taksonomi yang dimaksud adalah taksonomi kategori linguistik, taksonomi sifat permukaan, taksonomi komulatif, dan taksonomi kategori efek komulatif.

Dari keempat taksonomi itu, maka taksonomi linguistik adalah:

1. Fonologi, yang mencakup bunyi bahasa bagi bahasa lisan, dan ejaan bagi bahasa tulis. Kesalahan ejaan yang dimaksud adalah kesalahan, penulisan huruf kapital, dan penggunaan tanda baca.

2. Morfologi, yang mencakup prefiks, infiks, sufiks, konfiks/simulfiks dan perulangan kata.

3. Sintaksis, yang mencakup frase, klausa, dan kaliamat.

4. Leksikon, yang mencakup pilihan kata atau diksi

Penelitian ini akan membahas kesalahan dalam kategori fonologi (kesalahan ejaan), Leksikon,(diksi), dan sintaksis (struktur kalimat).

a. Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan yang melambangkan bunyi ujaran, menempatkan tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata. Sampai dengan tahun 1991 Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan sudah berusia 19 tahun,

(32)

karna ejaan tersebut diresmikan pemakaiaanya pada 16 Agustus 1972 oleh Presiden Suharto di depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat.

Namun, patut disadari bahawa masih banyak di antara kita yang kurang memahami kaidah bahasa yang baik dan benar. Hal itu dapat disaksikan dalam pemakaian bahasa sehari-hari, seperti dalam buku-buku pelajaran, surat kabar, majalah.

Akan tetapi perlu diketahui bahawa ejaan yang disempurnakan sekarang (EYD) belum sepenuhnya mengikuti konsistensi pemakaian ejaan yang telah disepakati yakni setiap huruf melambangkan satu fonem akan tetapi masih terbuka kemungkinan adanya perubahan dalam pemakaian ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada masa yang akan datang.

Akhadiah (1998) menjelaskan, bahwa peranan ejaan dalam karangan atau tulisan amat penting. Dengan adanya ejaan jelas memantapkan keberadaan bahasa tulis.

Gagasan yang disampikan secara lisan, atau tatap muka lebih mudah dipahami daripada gagasan yang dikemukakan secara tertulis.

Hal tersebut demikian karena di dalam bahasa lisan terdapat faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, jeda serta unsur-unsur non-bahasa lainnya yang turut memperlancar pemilihannya dalam karangan atau tulisan yang dibuatnya. Keraf (1991:24) menegaskan bahwa seorang yang luas kosakatanya dan mengetahui secara tepat batasan

(33)

pengertian akan mengungkapakan pula secara tepat hal yang dimaksudkan.

Ketepatan penggunaan diksi merupakan kemampuan suatu kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca, seperti yang dipikirkan atau yang dirasakan oleh penulis.

Dengan demikian, penulis harus berusaha secermat-cermatnya Memilih kata guna mencapai maksud tersebut.

Ketepatan makna tidak akan menimbulkan salah paham.

Untuk mencapai ketepatan pilihan kata dalam menulis, seorang penulis perlu memperhatikan beberapa petunjuk:

1) Membedakan secara cermat denotatif dan konotasi. Bila dua kata mempunyai makna yang mirip, penulis harus menetapkan yang mana harus digunakan untuk mengungkapkan maksudnya kalau pengertian dasar yang diiginkan, maka sebaiknya pemilihan kata yang dinotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.

2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.

kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi, oleh karna itu, penulis harus berhati-hati memilih kata untuk menyampaikan hal yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interprestasi yang berlainan.

(34)

3) Membedakan kata yang mirip dalam ejaan. Penulis sangat perlu membedakan kata-kata yang mirip agar tidak terjadi salah paham. Misalnya: preposisi dan proposisi.

4) Hindari kata-kata ciptaan sendiri. Perkembangan bahasa tampak pada bertambahanya jumlah kata baru, kata baru biasanya muncul untuk pertamakali karna dipakai oleh orang terkenal atau pengarang terkenal.

b. Diksi

Dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti

"diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formalatau informal dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.Diksi terdiri dari

(35)

delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan Uterans.

c. Struktur Kalimat

Struktur kalimat merupakan cara bagaimana kalimat disusun atau kelompok kata, yang mengandung semua informasi yang diberlakukan untuk interpretasi sintaksis dan semantik kalimat, dan yang tidak secara langsung di deret linear kalimat atau kelompok kata itu. Setiap gagasan atau konsep yang dimiliki seorang pada perakteknya harus digunakan kedalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahami. Hal ini berarti bahawa kalimat harus disusun secara sadar untuk mencapai informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca.

3. Bahasa dalam ragam jurnalistik

Pers sebagai alat komunikasi massa sangat besar perannya dalam pembinaan bahasa, terutama dalam masyarakat yang tergolong masih awam. Secara tidak langsung surat kabar menjadi sarana Pembina bahasa.

Kekuatannya terdapat pada kesanggupan menggunakan bahasa secara terampil dalam menyampaikan informasi, opini, bahkan hiburan. Saran yang digunakan surat kabar tersebut sebagai alat komunikasi dengan masyarakat adalah bahasa tulis. Oleh karana itu, berbicara mengenai bahasa kita akan berbicara dengan bahasa tulis. Peranan yang dimainkan surat

(36)

kabar atau atas pertumbuhan perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia belum mencapai taraf yang ideal, untuk memantapkan hal itu perlu pembinaan terhadap wartawan mengenai seluk-beluk bahasa secara praktis pembinaa yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan berkesinambungan memungkinkan akan bisa menangkal kesalahan berbahasa muncul dalam segala segi pemakaian bahasa.

4. Bahasa pers dalam bahasa baku a. Bahasa pers

Bahasa pers adalah salah satu ragam bahasa. Bahasa pers memiliki sifat-sifat khas, padat, sederhana, lancar, dan menarik. Sifat padat dan sigkat bahasa pers adalah sifat ekonomis yang sangat dibutuhkan oleh surat kabar dan majalah. Harus diingat bahawa membaca surat kabar dan majalah bukan hanya masyarakat dari kalangan terpelajar melainkan juga sampai masyarakat bawah. Bahasa yang sulit dan rumit akan menyulitkan pemahaman isi tulisan.

Bahasa surat kabar dan majalah harus lancar, karna bahasa yang lancar akan membuat tulisan yang menarik. Kejelasan tulisan haruslah menjadi syarat yang utama agar pembaca tidak perlu mengulang-ulang apa yang dibaca, karna ketidakjelasan tulisan itu.

Bahasa pers harus didasarkan pada bahasa baku. Bahasa pers di Indonesia yang ditulis dalam bahasa Indonesia haruslah dapat dipahami oleh pembaca. Bahasa Indonesia mempunyai bermacam-macam ragam

(37)

bahasa yang disebut dialek. Ada dialek Jakarta, Manado, Ambon, dan sebagainya. Bila surat kabar dan majalah menggunakan bahasa Indonesia dengan salah satu dialek tertentu, besar kemungkinan tulisan dalam bahasa surat kabar tidak dapat dipahami oleh pembaca.

b. Bahasa Baku

Bahasa baku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi formal atau resmi. Secara tertulis, bahasa baku itu dipakai dalam surat menyurat dinas, lamaran pekerjaan, karangan ilmiah, buku pelajaran, undang-undang, peraturan-peraturan, rapat-rapat dinas, pidato kenegaraan dan sebagainya. Di luar keperluan tersebut boleh mengguanakan bahasa non baku. Bahasa baku haruslah memiliki sifat kemantapan itu haruslah cukup terbuka untuk perubahan yang bersisitem di bidang kosakata, peristilaan, dan perkembangan berbagai ragam dan gaya di bidang kalimat dan makna.

Ciri yang menandai bahasa baku adalah sifat kecendikiaannya.

Perwujudan dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang lain dapat mengguanakan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencendikiaan bahasa itu sangat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern yang kini umumnya masih bersumber dari bahasa asing, harus dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan tidak perlu adanya indikasi pembaratan kata.

(38)

Bahasa surat kabar mempunyai ciri tersendiri antara lain singkat, padat, jelas, dan objektif. Namun, bahasa surat kabar tidak boleh menyimpang dari bahasa ragam resmi. Oleh karna itu, penyimpangan yang menyalahi kaidah bahasa selalu dianggap kesalahan. Suatu pendirian yang menjadi pegangan umum wartawan adalah ekonomis bahasa, artinya setiap wartawan selalu memperhatikan kata yang berlebihan yang tidak berfungsi secara nyata dalam kalimat sebaiknya dihindari. Kesalahan yang menafsirkan yang dimaksud dengan ekonomi bahasa itulah yang menyebabkan wartawan sering menghilangkan kata yang tidak boleh dihilangkan. Kata yang dibuang mungkin maknanya tidak menonjol, tetapi kata itu merupakan komponen yang padu dalam ikatan frasenya karena sudah merupakan idiom, komponen itu tidak boleh dihilangkan.

Seringkali orang menuding koran atau surat kabar sebagai perusak bahasa. Tuduhan semacam itu adalah tuduhan yang terlalu berat dan mungkin hanya memandang dari segi tertentu dan melupakan segi lain dari surat kabar yang banyak jasanya dalam mengembangkan bahasa. Surat kabar memang memuat tulisan bermacam-macam, berbagai hal peristiwa. Surat kabar setiap hari mengunjungi masyarakat yang maju kebutuhan membaca surat kabar seperti kebutuhan makanan dan minuman.

(39)

Penggunaan kata yang mengakibatkan kalimat menjadi rancu.

Kerancuan seperti itu sering dilihat dalam kalimat ditubuh berita.

Contoh, dari media bisa dijadikan latihan dan menyalurkan keinginan.

Perbaikan dalam kalimat itu adalah media digunakan sebagai tempat latihan dan tempat menyalurkan keinginan.

Judul berita atau kop berita disurat kabar sering menyesatkan.

Artinya yang tertulis pada judul berita arti dan maksudnya lain daripada yang dimaksudkan oleh penulis judul itu. Kadang-kadang malah berlawanan artinya tidak sesuai dengan apa yang disampaikan pada judul berita.

Kop berita memang harus singkat, tetapi singkatnya jangan sampai menggangu makna judul itu atau apa yang ingin disampaikan oleh judul itu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kepala berita:

1) Penempatan kata pada baris;

2) Penggunaan imbuhan yang tepat;

3) Penafsiran makna kata yang digunakan;

4) Penggunaan tanda baca.

Penempatan kata dalam satu baris perlu diperhatikan karna pada umumnya pembaca akan membaca judul itu dalam satu tarikan napas. Oleh sebab itu, kata yang ditempatkan pada awal baris kedua

(40)

jangan ditempatkan pada akhir baris karena pengertian kalimat seluruhnya akan terganggu.

B. Kerangka Pikir

Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang disajikan penulis sebagai landasan pikir yang dapat mengarahkan penulis untuk mendapatkan atau menemukan data (informasi) dalam penelitian ini guna memecahkan data yang dipaparkan.

Oleh karena itu, akan diuraikan secara rinci landasan pikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini:

1. Opini yang ada dalam surat kabar Adalah tajuk rencana, artikel, pojok dan karikatur. beraneka ragam rubrik yang ada di dalam surat kabar tentu memiliki ciri dan gaya tersendiri misalnya saja pojok yang hanya ada dalam surat kabar Indonesia. Meski tajuk rencana dalam Artikel hampir sama bentuknya, namun tetap ada perbedaan di dalam keduanya yaitu tajuk rencana mengatasnamakan surat kabar sedangkan Artikel mengatasnamakan seseorang.

2. Analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterprestasikan secara sistematis kesalahan- kesalahan yang dibuat oleh si penulis yang sedang belajar bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur berdasarkan linguistik.

(41)

3. Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, ada beberapa syarat yang harus diantaranya:

a. Ejaan adalah keseluruhan peraturan yang melambangkan bunyi ujaran, menempatkan tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata.

b. Diksi adalah enusiasi kata- seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya.

c. Struktur kalimat merupakan cara bagaimana kalimat disususn atau kelompok kata, yang mengandung semua informasai yang diberlakukan dalam interpretasi sintaksis dan semantik kalimat.

Apabila bahasa yang digunakan oleh pers adalah bahasa yang terpelihara, tentulah pengaruhnya terhadap masyarakat pembaca pun baik.

Tetapi, apabila bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak terpelihara, baik struktur kata dan kalimatnya, maupun pengguaan kata- katanya tentulah pengaruhnya terhadap masyarakat sifatnya negatif.

Di sinilah peranan pers dalam usaha pembinaan bahasa Indonesia.

Pembinaan bahasa nasional kita, merupakan tanggung jawab kita bersama. Sebaiknya penggunaan bahasa resmi harus ditingkatkan dengan demikian titik fokus dalam penelitian ini ialah menganalisis keslahan penulisan ejaan, diksi, dan struktur kalimat dalam surat kabar teribun timur . Adapun bagan kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

(42)

Bagan Kerangka Pikir Surat Kabar Teribun Timur

Kolom Opini

Analisis Kesalahan Penulisan

Ejaan Diksi Struktur Kalimat

Temuan

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Keberadaan variabel sangat penting dalam suatu penelitian sebab melalui variabel tersebut akan memudahkan peneliti mengungkapkan objek yang diamati. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, artinya penelitian ini hanya mengkaji satu jenis variabel yakni analisis kesalahan bahasa dalam “Opini Surat Kabar Tribun Timur” yang berkaitan dengan kesalahan penulisan ejaan, penulisan diksi dan struktur kalimat.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategi mengatur ruang dan teknik penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan penelitian dengan kemungkinan munculnya kontaminasi paling kecil dari variabel lain.

Untuk memudahkan memperoleh data dan kesimpulan secara objektif kesalahan penulisan pada surat kabar Tribun Timur , langkah awal penulis lakukan adalah menggunakan studi kepustakaan untuk mengidentifikasi pemilihan dan rumusan masalah, penyelidikan variabel-variabel yang relevan melalui kajian pustaka atau literatur, memberikan pengertian oprasional variabel penelitian. Kegiatan berikutnya adalah menetapkan metode penelitian.

(44)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Penulis melakukan analisis bahasa dengan mempelajari literatur yang ada kaitannya dengan objek yang diteliti dalam peroposal ini.

Literature-literatur tersebut dijadikan sebagai bahan dalam menganalisis kesalahan penulisan dalam surat kabar Tribun Timur .

Untuk memperoleh dan menganalisis data, penulis menggunakan teknik dengan cara menganalisis kesalahan penulisan bahasa dalam surat kabar Tribun Timur. Dengan demikian, akan terungkap berbagai kesalahan dalam surat kabar Tribun Timur.

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap variabel dalam penelitian ini, maka perlu mengemukakan definisi oprasional variabel tersebut yakni “Analisis kesalahan penulisan dalam opini pada surat kabar Tribun Timur meliputi; ejaan, diksi, dan struktur kalimat” Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.

a. analisis kesalahan

Analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi,

mengklasifikasi, dan menginterprestasikan secara sistematis kesalahan- kesalahan yang dibuat oleh si penulis.

b. Ejaan

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dan sebagainya) dengan kaidah tulisan yang di standarisasikan dan mempunyai makna.

(45)

Ejaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini menyangkut penyusunan huruf, satuan-satuan morfemis, dan menyangkut ujaran berupa tanda baca.

c. Diksi

Diksi, dalam arti yang pertama merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. kedua, arti diksi yang lebih umum digambarkan dengan enusiasi kata. seni berbicara jelas, sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Diksi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah diksi atau pemilihan kata yang mudah dipahami oleh pembacanya, karna pembaca tidak punya cukup banyak waktu untuk memahami kata-kata yang sulit.

d. Struktur kalimat

Struktur kalimat adalahStruktur kalimat merupakan cara bagaimana kalimat disusun atau kelompok kata, yang mengandung semua informasi yang diberlakukan untuk interpretasi sintaksis dan semantik kalimat, dan yang tidak secara langsung di deret linear kalimat atau kelompok kata itu C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah kesalahan penggunaan bahasa dalam surat kabar Tribun Timur. Kesalahan yang dimaksud adalah: ejaan, diksi, dan struktur kalimat dalam surat kabar Tribun Timur .

(46)

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah surat kabar Tribun Timur pada kolom opini yang terbit 15,16,17, dan 18 Juni 2016.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis tempuh dengan menggunakan teknik dokumentasi. Penelitian kepustakaan yang dimaksud adalah pengumpulan data yang diobservasi langsung oleh penulis yaitu surat kabar Tribun Timur. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi, untuk meninjau secara cermat kesalahan-kesalahan penulisan dalam surat kabar tribun timur dari segi ejaan, diksi, dan struktur kalimatnya.

2. Penetapan, untuk menetapkan kesalahan-kesalahan yang didapatkan dari observasi.

3. Analisis, sebagai tahap akhir dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterprestasikan secara sistematis yang telah didapatkan dari kegiatan observasi dan penetapan diatas.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membaca dengan teliti uraian melalui surat kabar;

2. Mencatat setiap kesalahan melalui surat kabar.

(47)

3. Menentukan tingkat kesalahan dengan pedoman

No Jumlah kesalahan Tingkat kesalahan

1.

2.

3.

4.

5.

0-10 11-20 21-30 31-40 41-50

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai data yang ditemukan dalam penelitian. Data penelitian yang dimaksud adalah data yang telah dikumpulkan melalui proses pengumpulan data yang disesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas adalah analisis kesalahan penulisan dalam surat kabar Tribun Timur.

Kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan penulisan ejaan, penggunaan diksi, dan struktur kalimat. Selanjutnya, akan dilihat pada uraian berikut:

a. Identifikasi kesalahan dari segi ejaan.

1. Program Fiesta Poin sendori dapat dilayani di bengkel kalla Toyota Urip Sumoharjo, Sultan Alauddin, Serui, Maros, Mamuju, Palu dan Kendari..

(Tribun Timur rabu 15 juni 2016 hal 4) 2. Tetapi bukan berarti perempuan tidak terlibat dalam proses

kebangsaan ya.

(Tribun Timur rabu 15 juni 2016 hal 6) 3. Prof Dr H Engkus Kuswanto MS yang merupakan tim evaluasi

sempat mewawancarai salah seorang yang mengaku mahasiswa di UKDM.

(Tribun Timur rabu 15 juni 2016 hal 7)

(49)

4. Kaca jendela raksasa melengkung itu disebutkan memiliki ukuran lebar antara 36-42 kaki persegi (sekitar 11-14 meter persegi) dan panjang mencapai 10,5 kaki persegoui (3,2 meter persegi).

(Tribun Timur rabu 15 juni 2016 hal 7) 5. Mereka datang ke Paris, Prancis, selain untuk berwisata dan

berbelanja, juga untuk berjiarah ke makam ikon penyanyi era 1960-1970an tersebut.

(Tribun Timur rabu 15 juni 2016 hal 7) 6. REKTOR Universitas Islam Makassar (UIM), Dr Ir Majidah M

Zaid MSi saat ini disibukkan dengan program amailah Ramadhan.

(Tribun Timur rabu 15 juni 2016 hal 14) 7. Bila ingin mendekorasi ulang tentu harus pandai-pan-dai memanaj

waktu dan biaya.

(Tribun Timur rabu 15 juni 2016 hal 11)

8. Bahkan disinyalir mulai menungguli penjualan Mio M3 sebagai basic model.

(Tribun Timur rabu 15 juni 2016 hal 12) 9. Anggota polisi wanita (Polwan) dan korps wanita angkatan darat

(Kowad) VII Wirabuana menjaga posko buja puasa gratis di jalan Printis Kemerdekaan, Daya, Makassar, selasa (14/6).

M (Tribun Timur rabu 15 juni 2016 hal 10)

(50)

10. Dr Darwis Rahman MSi membantah jika kampus yang dipimpinnya selama dua terakhir ini akan ditutup sebelum lebaran.

Sejak itu karir Tito kian moncreng.

(Tribun Timur Kamis 16 juni 2016 hal 9) 11. Prof Dr Ir Hj Andi Niartinigsih MP mangungkapkan, UKDM tidak

memiliki mahasiswa, dosen dan staf yang jelas.

(Tribun Timur Kamis 16 juni 2016 hal 9)

12. Ir H Abd Rakhim Nanda MT selaku pimpinan yang membidangi kemuhammadiyaan dan Partnership Universitas.

(Tribun Timur Kamis 16 juni 2016 hal 12) 13. Kata Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Dr Musafir Pababari

MAg, Rabu (15/6).

(Tribun Timur Kamis 16 juni 2016 hal 13)

14. Mayjen Agus Suria Bakti tidak diundang dalam RPD itu, meski wilayahnya juga meliputi Sulawesu Utara yang berbatasan langsug dengan Filipina.

(Tribun Timur Kamis 16 juni 2016 hal 40) 15.“Model busana ini laiknya jas namun atasannya tidak terbuka”.

(Tribun Timur Kamis 16 juni 2016 hal 33) 16.“Jadi kami melayani costom. Misalnya ada yang mau membuat

pakaian couple atau pasangan dari model yang sudah ada.

(51)

(Tribun Timur Kamis 16 juni 2016 hal 33) 17. Walau banyak tempat atau restauran terkemuka yang sering sekali menjadi tempat berkumpul, namun pilihan pertama yaitu rumah akan dirasa lebih nyaman.

(Tribun Timur Jumat 17 juni 2016) 18. penggawavetreni”.

(Tribun Timur Jumat 17 juni 2016) 19.“Sayangnya, meski digenal predator ganas di depan gawang, ketika

berhadapan dengan Gianluigi Buffon ibra bukan apa-apa.

(Tribun Timur Jumat 17 juni 2016) 20. Ia pun mengingatkan rekan-reoannya untuk tidak tinggi hati atas

kemenangan atas Belgia.

(Tribun Timur, Jumat 17 juni 2016, hal 25) 21. Upaya meningkatkan pemahaman terhadap Al-qur’an .

(Tribun Timur, Jumat 17 juni 2016, hal 25) 22. Abdullah An-Nakha’I, seorang ahli fiqh yang terkenal ilmu dan

ketakwaanya, untuk memangku jabatan hakim.

(Tribun Timur, Jumat 17 juni 2016, hal 25) 23. Jika di rinci lebih lanjut, pada lima bulan pertama 2016 , Honda

mencaplok 78,07 persen pasar, dengan total perolehan 1.478.708 unit.

(Tribun Timur, Jumat 17 juni 2016, hal 26)

(52)

24. Jika sejak masa kanak-kanak, seorang anak tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah swt,

(Tribun Timur, Sabtu 18 Juni 2016) 25. Demikian pula dalam hadis Nabi Muhammad saw,.; (HR. Abu

Daud).

(Tribun Timur, Sabtu 18 Juni 2016) 26. Kehadiran anak di mesjid terkadang mengusik kekhususuan orang

dewasa dalam menjalankan ibadah salat dan mendengarkan ceramah agama Ramadan.

(Tribun Timur, Sabtu 18 Juni 2016)

27. Bentuk ketidak nyamanan anak-anak dalam mesjid ialah terlihat dari pengaturan shaf salat berjamaah.

(Tribun Timur, Sabtu 18 Juni 2016) 28. Politik Rahmatan Lilalamin dan PKB membela rakyat menjadi

sangat popular dikalangan kader PKB, dan tentu juga menjadi sangat familiar di khalayak umum.

(Tribun timur sabtu 18 juni 2016) 29.Disini, “memberi” adalah sebuah proses kemanusiaan, dan

“pahala” adalah sebuah hasil yang dijanjikan Tuhan dalam kitab suci.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016)

(53)

30. Barangkali inilah yang membuat agama hidup disetiap masa, tak lenyap-lenyap seperti yang pernah diwawancarakan teoritikuss sekularisme barat.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) 31. Panti asuhan generasi pertama dinegeri ini dirintis oleh Mr.J.E

Ysebert, Residen Batavia bersama rekan-rekannya mendirikan

“panti asuhan desa putra” pada tanggal 30 juni 1947 di Batavia.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) 32. Disana, anak-anak korban perang kemerdekaan yang kehilangan

orang tua dan sanak family ditampung agar tak terlantar dan berdaya.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) 33. Dengan luasnya jaringan serice ditunjang oleh teknisi

berpengalaman, Akari siap menangangi semua permasalahan pada LED anda.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) 34. Dalam Al Quran dan Hadith banyak ayat-ayat serupa agar kita

senantiasa mengedepankan sikap kasih sayang dan lapang hati.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) 35. H Bahran Jafar di damping oleh dua usur wakil ketua DPRD

Pinrang.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016)

(54)

36. Sudah mengguanakan teknologi identifikasi fingerprint ternaru generasi kedua.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) 37. Turun harga juga ditawarkan untuk ayam broiler dari Rp 27.000

per ekot turun Rp 23.000.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) 38. Ke-18 pemain itu sudah dirasakan cukup, sebab hanyaa satu laga

saja dijalani.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) 39. Jarak antara kedua titik tersebut sekitar 721 mile (sekitar 1.160 km)

dan lama penerbangan tidak sampai dua jam.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) 40. Dia mengakui praktik itu ad,a tapi sekarang sudah tak ada.

(Tribun Timur Sabtu 18 juni 2016) Berdasarkan uraian kalimat tersebut tampak dengan jelas kesalahan penulisan ejaan dalam suatu kalimat. Pada kalimat nomor (1) terdapat kesalahan penulisan ejjan yaitu pada kata “sendori”. Seharusnya, huruf

“o” pada kata tersebut diganti huruf “i” sehingga kata “sendori”

berubah menjadi “sendiri”. Penulisan kata “kebangsaan ya” pada kalimat nomor (2) tidak tepat. Seharusnya, pada kata “kebangsaan ya”

ditambahkan huruf “n” di selah huruf “n” dan “y” sehimgga menjadi

“kebansaanya”.

(55)

Pada kalimat nomor (3) Penulisan nama Prof Dr H Engkus Kuswanto MS tidak tepat karana tidak menggunakan tanda baca.

Seharusnya pada penulisan nama tersebut diberikan tanda baca seperti, Prof. Dr. H. Engkus Kuswanto, MS. Kata “persegoui” pada kalimat nomor (4) tidak tepat ejaannya. Seharusnya, huruf “gou” pada kata

“persegoui” dihilangkan menjadi “persegi”

Menurut EYD yang berlaku, Kata “berjiarah” pada kalimat nomor (5) tidak tepat ejjannya. Seharusnya huruf “j” pada kata

“berjiarah” diganti dengan huruf “z” sehingga menjadi

“berziarah”.Penulisan nama pada kalimat nomor (6) “Dr Ir Majidah M Zaid MSi”. pada kalimat di atas tidak tepat karna tidak mengguanakan tanda baca. Seharusnya, nama tersebut ditulis Dr. Ir. Majidah M Zaid, MSi.

Pada kalimat nomor (7) kata ”pandai-pan-dai” pada kalimat tersebut tidak tepat. Seharusnya, kata ”pandai-pan-dai” ditulis “pandai- pandai”. Penulisan kata “menungguli” pada kalimat nomor (8) tidak tepat ejjannya. sebaiknya di tambahkan huruf “g” pada kata tersebut misalnya, “mengungguli”.Penulisan kata buja pada kalimat nomor (9) di atas tidak tepat.ejjannya. Seharusnya huruf ”j” pada kata tersebut diganti dengan huruf “k”. sehingga membentuk kata “buka”. Pada kalimat nomor (10) tampak dengan jelas kesalahan penulisan ejjan pada nama Dr Darwis Rahman MSi yang tidak menggunakan tanda baca titik dan koma. Seharusnya kata tersebut mengguakan tanda titik

(56)

pada akhir singkatan gelar dan menggunakan tanda baca koma pada akhir nama orang untuk memisahkan nama orang dan sigkatan gelar akademinya seperti, “Dr. Darwis Rahman, M.Si”.

Kemudian, penulisan nama Prof Dr Ir Hj Andi Niartinigsih MP pada kaliamat nomor (11) tampak dengan jelas kesalahan penulisan ejjannya karna tidak menyertakan tanda baca titik untuk memisahkan nama orang dan gelar akademik seseorang. Seharusnya, kata tersebut menggunakan tanda titik pada akhir gelar untuk memisahkan nama orang seperti, “Prof. Dr. Ir. Hj. Andi Niartinigsih MP.

Tampak pada kesalahan penulisan ejaan nama Ir H Abd Rakhim Nanda MT pada kalimat nomor (12). Seharusnya nama tersebut harus dilengkapi dengan tanda baca misalnya, “Ir. H. Abd Rakhim Nanda. MT.”. Penulisan nama Prof Dr Musafir Pababari MAg pada kalimat nomor (13) di atas tidak tepat. Seharusnya penulisan nama tersebut disisipkan tanda baca koma seperti, “Prof. Dr. Musafir Pababari, M.Ag.”

Pada kalimat nomor (14) tersebut terdapat kesalahan penulisan ejjan yaitu pada kata Sulawesu. Seharusnya huruf “u” pada akhir kata tersebut diganti dengan huruf “i” yaitu “Sulawesi”. Pada kalimat nomor (15) tampak kesalahan penulisan ejaan yaitu pada kata laiknya.

Seharusnya huruf “i” pada kata tersebut, dihilagkan kemudian diganti dengan huruf “y” dan “a” sehingga menjadi “layaknya”. Pada kalimat nomor (16)“Pemakaian huruf “c” pada kata costom tidak tepat

(57)

seharusnya huruf “c” pada awal kata tersebut diganti dengan huruf “k”

sehingga menjadi “kostum”.

Dalam kalimat nomor (17) kata “restaurant” pada kalimat tersebut tidak tepat ejaanya. Seharusnya kata tersebut ditulis, “restoran”

yang artinya warung makan. Kata “penggwa” Pada kalimat nomor (18) tidak tepat penulisan ejaanya. Seharusnya, huruf “e” pada kata tersebut diganti dengan huruf “u” sehingga menjadi kata “punggawa”.

Penulisan kata digenal pada kalimat nomor (19) tidak tepat ejaannya..

Seharusnya, Huruf “g” pada kata digenal diganti dengan huruf “k”

sehingga menjadi “dikenal”.

Terdapat kesalahan penlisan ejjan pada kalimat nomor (20) yaitu pada kata “rekan-reoannya” . seharusnya, huruf “o” pada kata

“reoannya” diganti dengan huruf “k” menjadi “rekannya”.Penulisan kata “Al-quran” pada kalimat nomor (21) tidak tepat karana pada huruf

“q” tidak di besarkan. Seharusnya, huruf q pada kata tersebut di besarkan misalnya, “Al-Quran”. Kata fiqh pada kalimat nomor (22) tidak tepat penulisan ejjannya. Sebaiknya, huruf f pada kata tersebut dibesarkan kemudian ditambahkan huruf i pada akhir katanya misalnya, “Fiqhi”.

Pada kalimat nomor (23) Penulisan kata di rinci pada kalimat tersebut tidak tepat ejanya. Seharusnya, kata tersebut disambung karna kata “di” merupakan imbuhan dari kata “rinci” seperti “dirinci.

Referensi

Dokumen terkait

d) udul: Judul lengkap buku dalam huruf Italic dengan huruf kapital huruf awal pada kata pertama saja (TIDAK SETIAP KATA/ SENTENCE CASE). Diikuti oleh titik kecuali

Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan masalah serta nama majalah dan surat