• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis kesantunan berbahasa imperatif dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis kesantunan berbahasa imperatif dalam"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana bentuk kesantunan berbahasa imperatif pada guru komunikasi belajar mengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2017 Universitas Muhammadiyah Makassar. Bagaimana bentuk kesantunan berbahasa imperatif mahasiswa dalam komunikasi belajar mengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2017 Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKAN

Penelitian Yang Relevan

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk formal tuturan imperatif dalam wacana rapat dinas PCNA Kabupaten Sukolilo Pati, (2) Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk rangking kesantunan dalam penggunaan tuturan imperatif dalam tuturan imperatif tersebut. Acara PCNA Sukolilo Kabupaten Pati, (3) Mendeskripsikan dan menjelaskan faktor-faktor yang menentukan bentuk dan tingkat kesantunan penggunaan tuturan persuasif dalam wacana rapat resmi PCNA Sukolilo Kabupaten Pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk imperatif dalam wacana rapat dinas PCNA Kabupaten Sukolilo Pati menunjukkan bentuk formal. Sedangkan dibandingkan dengan penelitian Yeti Prastika Adelina yang menyelidiki kesantunan Imperatif dalam wacana rapat resmi PCNA Sukolilo Kabupaten Pati.

Pragmatik

Sedangkan penelitian penulis mengenai kesantunan berbahasa imperatif dalam komunikasi antara dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar menggunakan metode pragmatis dengan teori Rahard. Kridalaksana mengatakan pragmatik adalah aspek penggunaan bahasa atau konteks luar bahasa yang berkontribusi terhadap makna ujaran. Berdasarkan para ahli pragmatik dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari bahasa antara penutur dan mitra tutur yang mencakup peristiwa tutur.

Tindak Tutur

Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung yang berupa kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang memerintahkan seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Berdasarkan pendapat berbagai ahli mengenai tindak tutur, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah suatu kegiatan yang melibatkan penutur dan mitra tutur serta konteks di balik terjadinya tuturan tersebut.

Kesantunan Berbahasa

Parera (dalam Sardiana, 2006: 18) menyatakan bahwa kesantunan berbahasa adalah perilaku berbahasa yang sesuai dengan konteks pembicaraan atau pembicaraan dengan memperhatikan status, umur, jenis kelamin, kedudukan dan suku penutur dan lawan bicaranya. Faktor penentu kesantunan berbahasa adalah segala hal yang dapat mempengaruhi penggunaan bahasa menjadi sopan atau tidak santun. Masinambouw (dalam Silalahi, 2012:3) mengatakan etika berbahasa atau disebut juga kesantunan berbahasa adalah kaidah-kaidah tingkah laku yang ditentukan oleh suatu masyarakat tertentu dan disepakati bersama sehingga kesantunan juga merupakan prasyarat disepakatinya perilaku sosial.

Teori Kesantunan Berbahasa

Berdasarkan pendapat dari berbagai ahli kesantunan berbahasa dapat disimpulkan bahwa kesantunan berbahasa adalah kegiatan menggunakan bahasa dengan lancar, baik dan tenang, atau dengan kata lain kesantunan berbahasa adalah kegiatan mengucapkan kata-kata yang baik sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. berlaku di masyarakat. Aturan-aturan tersebut berupa maksim-maksim yang harus ditaati agar tuturan penutur sesuai dengan prinsip kesantunan. Prinsip kesopanan Leech diterjemahkan ke dalam enam maksim, yaitu kebijaksanaan, kemurahan hati, rasa hormat, kesederhanaan, konsensus dan simpati.

Semua orang yang berakal sehat mempunyai wajah (tentu saja secara kiasan), dan wajah itu harus dilindungi. Ekspresi dalam bahasa Indonesia seperti kehilangan muka, menyembunyikan muka, menyelamatkan muka dan muka terjatuh mungkin lebih baik dalam menjelaskan konsep muka dalam kesantunan linguistik. Wajah negatif mengacu pada gambaran diri setiap orang rasional yang ingin dihormati dengan memberinya kebebasan bertindak atau melepaskannya dari keharusan melakukan sesuatu.

Sedangkan yang dimaksud dengan wajah positif adalah gambaran diri setiap orang yang rasional, yang menginginkan apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau nilai-nilai apa yang diyakininya, sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau dimilikinya, untuk diakui oleh orang lain sebagai sesuatu yang baik, menyenangkan, patut dihargai dan sebagainya (Chaer, 2010:51).

Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia

Penelitian yang dilakukan oleh Rahardi menemukan setidaknya tujuh belas macam makna pragmatis imperatif dalam bahasa Indonesia. Tujuh belas jenis makna pragmatis terdapat dalam tuturan imperatif langsung dan tuturan imperatif tidak langsung. Rahardi (2005:3) menjelaskan bahwa dalam kegiatan bertutur sehari-hari makna pragmatis dari imperatif tidak hanya dapat diungkapkan dalam konstruksi imperatif, tetapi juga dapat diungkapkan dalam konstruksi lainnya.

Rahard dalam penelitian sebelumnya mengenai imperatif mengatakan bahwa makna pragmatis dari imperatif banyak diungkapkan dalam tuturan deklaratif dan interogatif. Namun tuturan nonimperatif mengandung aspek kesantunan pragmatis imperatif. a) Pragmatik imperatif dalam pidato deklaratif. Kesantunan linguistik pada tuturan imperatif dapat dikenali pada tuturan imperatif, sedangkan kesantunan pragmatis imperatif dapat dikenali pada tuturan deklaratif.

Rahardi menjelaskan kesantunan pragmatis imperatif dalam tuturan deklaratif dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut: Pidato dengan konstruksi deklaratif sering digunakan untuk mengungkapkan makna perintah yang bersifat imperatif pragmatis, karena pidato tersebut dapat menyelamatkan muka lawan bicaranya. Dalam kegiatan tuturan sebenarnya, tuturan interogatif juga dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud atau makna pragmatik imperatif.

Dalam kegiatan tutur sebenarnya, tuturan interogatif juga dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud atau makna imperatif pragmatis, misalnya imperatif perintah. Perintah akan lebih sopan jika diungkapkan dalam tuturan interogatif.

Karangka Pikir

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2017 Universitas Muhammadiyah Makassar. Berdasarkan hasil observasi peneliti, jumlah guru sebanyak 40 orang dan jumlah siswa sebanyak 100 orang, tersebar merata pada empat (4) kelas. Contoh tersebut berupa pernyataan atau kalimat yang menggunakan bahasa imperatif untuk menunjukkan bentuk kesantunan dalam berkomunikasi antara tiga orang guru dan siswa dari dua kelas yaitu kelas C dan D, jumlah siswa di kelas C sebanyak 24 orang dan satu kelas D berjumlah 20 orang Jurusan Bahasa dan Pendidikan Sastra Indonesia Angkatan 2017 Universitas Muhammadiyah Makassar dalam proses belajar mengajar di kelas.

Definisi Operasional

Santunan imperatif adalah cara berkomunikasi dengan mitra tutur yang menyatakan perintah/perintah dengan memperhatikan rasa hormat dan menjaga wibawa, nilai, dan perasaan antara penutur dan mitra tutur. Jenis kesantunan imperatif linguistik yang dimaksud adalah variasi tuturan santun dosen dan mahasiswa dalam berinteraksi. Santunan imperatif pragmatik yang dimaksud adalah kesantunan imperatif dalam bahasa Indonesia yang terdiri dari dua jenis, yaitu kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan deklaratif dan kesantunan imperatif dalam tuturan interogatif, yang masing-masing mengungkapkan makna imperatif pragmatik yaitu perintah, ajakan, permintaan, ajakan dan larangan.

Santunan imperatif merupakan bentuk bahasa yang digunakan dosen dan mahasiswa untuk menyatakan perintah/perintah dan meliputi dua jenis, yaitu kesantunan pragmatis imperatif dalam tuturan deklaratif dan kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan interogatif.

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Berikut bentuk tuturan lektor dalam tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatis dari permintaan imperatif. 07) “Saya berharap itu untuk pertemuan terakhir kita. Tuturan (09) berbentuk deklaratif yang menyatakan makna pragmatis dari perintah melarang siswa meninggalkan tempat duduknya. Penggunaan tuturan ini bersifat santun karena mempunyai derajat ketidaklangsungan yang tinggi. 2) Tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatis dari imperatif.

Penggunaan tuturan deklaratif yang menyatakan makna perintah yang pragmatis dapat menyelamatkan rasa percaya diri siswa. Dengan demikian, penggunaan tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatis imperatif suatu perintah mungkin lebih santun dibandingkan tuturan imperatif yang tidak mempunyai konstruksi deklaratif. Berdasarkan hasil penelitian, dua imperatif dosen berbentuk deklaratif yang mengungkapkan makna pragmatis imperatif ajakan dalam interaksi belajar mengajar pada mata pelajaran C dan D.

Kesantunan imperatif guru yang diwujudkan dalam bentuk tuturan deklaratif yang menjelaskan makna pragmatis imperatif mengajak terdapat pada salah satu tuturan dalam interaksi belajar mengajar di kelas D Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan kode data (08). Tuturan-tuturan tersebut mempunyai derajat tidak langsung yang tinggi karena diucapkan dalam bentuk deklaratif yang mengungkapkan makna pragmatis dari keharusan moral. Tuturan berbentuk interogatif yang mengungkapkan makna pragmatis yang memaksa dari ajakan, permintaan dan larangan tidak ditemukan dalam interaksi belajar mengajar di kelas C dan D jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Sebanyak satu ujaran yang menunjukkan makna imperatif pragmatis dari perintah yang diucapkan guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas D jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia terdapat dalam kode (10).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Berdasarkan temuan penelitian, bentuk kesantunan pragmatis yang diperlukan dalam komunikasi belajar mengajar di kelas C dan D pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia diwujudkan dalam bentuk tuturan deklaratif dan adversarial. Selain itu, kesantunan tuturan imperatif dosen yang diwujudkan dalam bentuk tuturan deklaratif yang mengungkapkan makna pragmatis dari ajakan imperatif tersebut dipastikan pada saat dosen menjelaskan pembelajaran dan menutup pembelajaran. Kesantunan tuturan imperatif dosen yang diwujudkan dalam bentuk tuturan deklaratif yang mengungkapkan makna pragmatis dari imperatif permintaan tersebut terdapat pada ungkapan interaksi belajar mengajar di kelas D arah Bahasa dan Sastra Indonesia yang terdapat pada kode data (07) Pernyataan-pernyataan tersebut mempunyai makna imperatif permintaan yang mempunyai nilai kesantunan karena berbentuk deklaratif yang mempunyai derajat ketidaklangsungan yang tinggi.

Untuk mengantisipasi hal tersebut dapat digunakan tuturan deklaratif yang menunjukkan makna pragmatis imperatif larangan dalam komunikasi belajar mengajar di kelas D jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang terdapat pada kode tutur (09). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bentuk tuturan deklaratif dengan makna pragmatis imperatif yaitu perintah, ajakan, permintaan dan larangan. Tuturan makna pragmatis imperatif moral yang diwujudkan dalam tuturan deklaratif terdapat pada tuturan siswa dengan kode data (18) sampai (20).

Selanjutnya, imperatif larangan pragmatis yang diwujudkan dalam tuturan deklaratif terdapat pada tuturan siswa dengan kode data (21). Kesopanan pragmatis yang dituntun dosen dalam interaksi belajar mengajar di kelas C dan D jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2017 di Universitas Muhammadiyah Makassar diwujudkan dalam tuturan deklaratif dan interogatif. Bentuk tuturan deklaratif yang ada mengungkapkan makna pragmatis imperatif berupa perintah, ajakan, permohonan, permohonan dan larangan, kemudian bentuk tuturan interogatif yang menunjukkan makna pragmatis imperatif dari perintah dan permintaan.

Diperlukan kesantunan pragmatis peserta didik dalam interaksi belajar mengajar di kelas C dan D jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2017 Universitas Muhammadiyah Makassar diwujudkan dalam tuturan deklaratif dan interogatif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Dengan selesainya penelitian kesantunan imperatif pragmatik dosen dan mahasiswa dalam interaksi belajar mengajar di kelas C dan D jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan tahun 2017 di Universitas Muhammadiyah Makassar, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut. Sehubungan dengan pentingnya kesantunan guru dan siswa dalam interaksi belajar mengajar, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi guru dan siswa untuk mewaspadai penggunaan tindak tutur dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian tentang Imperatif Kesantunan Instruktur dan Siswa dalam Interaksi Belajar Mengajar di Kelas C dan D Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2017 di Universitas Muhammadiyah Makassar, hendaknya ditindaklanjuti dengan penelitian pragmatis sejenis namun mempunyai ruang lingkup yang berbeda. belajar.

Peneliti menyarankan agar pendidik menginstruksikan siswa untuk selalu berlatih berbicara dan menggunakan bahasa yang santun kepada semua orang, bahkan teman sebaya, terutama pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Diperlukan kesantunan dalam tuturan guru untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja. “Secara tidak sadar, Anda sebenarnya sedang terpengaruh oleh proses penyimpangan bahasa, karena pada umumnya sinetron-sinetron zaman sekarang tidak memperdulikan cara pengucapan bahasa asing dan bahasa Indonesia.

Kemarin berdiskusi dengan teman-teman untuk menulis sebuah karya dan sesuai janji teman-teman akan menyajikannya dalam bentuk majalah.

Referensi

Dokumen terkait

Mitra Djamal FMIPA Detection of heavy metal compounds using surface enhanced Raman spectroscopy SERS substrate Program Staf Exchange dan Research Grant 9 Dr.. FMIPA Development of 2D