• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESANTUNAN IMPERATIF PRAGMATIK TERJEMAHAN ALQURAN SURAT LUQMAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KESANTUNAN IMPERATIF PRAGMATIK TERJEMAHAN ALQURAN SURAT LUQMAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

20

KESANTUNAN IMPERATIF PRAGMATIK TERJEMAHAN ALQURAN SURAT LUQMAN

1Yudi Ramdani 2Didin Sahidin 3 Lina Siti Nurwahidah

Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Institut Pendidikan Indonesia

1yudiramdhani86@gmail.com;

2didinsah@gmail.com;

3linasiti@institutpendidikan.ac.id;

Artikel diterima: 25-04-2023; Artikel direvisi: 20-05-2023; Artikel diterbitkan: 15-06-2023

Abstract

This study is entitled "Analysis of the Pragmatic Politeness of the Imperative Translation of the Holy Qur'an Letter". The problem underlying this research is that most analysis of politeness takes the object of research in the form of dialogues and monologues that involve humans with each other, while researchers try to analyze the speech delivered in the Quran. This study has two objectives, namely: (1) Describe the form of politeness of the imperative utterances in the translation of the Surah Luqman text; (2) Describe the form of imperative pragmatic politeness in the text of the translation of the Surah Luqman.

This type of research is a descriptive method with analysis techniques. The object of this research is the imperative politeness in the translation of the Luqman Qur’an. The data source in this study is the translation of the Qur'an version of Al-Madinah An-Nabawiyah Mushaf Al-Qur'an Translation Foundation / Interpreter. The data in this study are in the form of text translation of the Alquran of Luqman which contains an imperative pragmatic form and imperative pragmatic politeness. Data collection in this study uses documentation techniques. The results of this study are (1) the pragmatic form of imperative speech in the translation of the Luqman Surah text there are ten forms namely; In imperative data analysis there are two findings command; In analyzing the imperative data of mess, there are two findings; In the imperative data analysis there is one finding; In the analysis of imperative persuasion data there are two findings; In the imperative appeal data analysis there are four findings; In imperative data analysis, there are three findings; In the analysis of imperative prohibition data there are five findings; In the analysis of imperative data expectations there is one finding; In the analysis of recommended imperative data there are two findings; In the "ngelulu" imperative data analysis there are two findings; (2) The form of imperative pragmatic politeness in the text of the translation of the Surah Luqman in the form of polite maxims, namely using as few polite speeches as possible, at least there are at least three polite maxims in the translation of the Letter of Luqman, including the maxim of wisdom, maxim of generosity, and the maxim of agreement.

Keywords: Politeness, pragmatics, imperatives, translations

I. Pendahuluan

Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena di dalam tuturan tersebut

(2)

21

terdapat komunikasi, penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan (Nurlatifah, Hasim, & Nurwahidah, 2022). Kesantunan berbahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi melalui tanda verbal atau tata cara berbahasa (Alawi, Nurwahidah, & Damayanti, 2022).

Kesantunan berbahasa dalam penelitian ini berupa kesantunan berbahasa dalam tuturan imperatif dan tuturan nonimperatif yang sebenarnya mengandung maksud imperative (Nuriah, Hamdani, & Sahidin, 2022). Tuturan imperatif menarik untuk dikaji karena dalam tuturan imperatif, penutur menghendaki adanya tindakan dari mitra tutur sehingga penutur rentan dengan santun atau tidaknya dalam menyampaikan maksud tuturannya. Penutur lazimnya memerintah, mengajak, melarang maupun menghimbau dengan menggunakan tuturan yang berkonstruksi imperative (Isnaeni, Hamdani, & Naida, 2022).

Perintah, ajakan, larangan maupun himbauan yang dinyatakan menggunakan tuturan imperatif dikatakan santun apabila terdapat ciri-ciri kesantunan secara linguistik. Rahardi (2007: 118) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa wujud kesantunan berbahasa yang menyangkut ciri linguistik selanjutnya mewujudkan kesantunan linguistik sedangkan wujud kesantunan yang menyangkut ciri nonlinguistik tuturan imperatif selanjutnya mewujudkan kesantunan pragmatik imperative (Andini, Hamdani, & Nurjamin, 2022).

Pemanfaatan tuturan imperatif itu berkisar antara imperatif yang memiliki kadar tuntutan paling lembut sampai imperatif yang memiliki kadar tuntutan paling kasar atau keras. Dominannya pemanfaatan imperatif dalam bahasa Indonesia dipengaruhi oleh faktor usia (Putri, Sahidin, & Nurjamin, 2022), oleh karena itu perbedaan pemberian tuturan sangat dimungkinkan karena mengikuti tingkat kemampuan kognitif yang berbeda pula. Dengan menggunakan bentuk- bentuk imperatif tersebut akan dengan mudah membantu anak dalam menafsirkan maksud tuturan tersebut (Hidayat, Hamdani, & Suherman, 2022).

Kesantunan pragmatik imperatif juga terwujud dalam ayat suci Alquran, definisi Alquran secara umum adalah kitab suci agama Islam yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada seluruh umat Islam. Alquran antara lain berisi aturan, perintah, imbauan, ajakan, dan larangan yang ditujukan kepada umat muslim agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat (Jatnika, Nurjamin, & Haryadi, 2022).

Alquran turun secara berangsur-angsur sehingga terdapat konteks yang melatarbelakangi turunnya suatu surat maupun sekadar suatu ayat. Markamah (2013: 157) menyatakan bahwa penutur pertama dalam teks terjemahan Alquran adalah Allah Swt dan partisipan keduanya adalah manusia. Hubungan antara Allah Swt dan manusia merupakan hubungan yang tidak sederajat. Hubungan yang tidak sedrajat ini sebagaimana dinyatakan Brown dan Levinson (dalam Markamah, 2013: 157) berlaku prinsip kesantunan. Alquran diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Teks Terjemahan Alquran dalam bahasa Indonesia memiliki kesantunan linguistik sebagaimana yang ditemukan oleh Markamah (2013: 156) yang menyatakan bahwa kesantunan linguistik yang terdapat pada teks terjemahan Alquran berupa: konstruksi deklaratif, konstruksi imperatif, dan konstruksi interogatif, konstruksi pengandaian dan konstruksi langsung. Pernyataan Markamah tersebut menunjukkan bahwa agama Islam

(3)

22

melalui kitab Alquran, mencontohkan proses interaksi antara sesama manusia menggunakan bahasa yang santun. Temuan Markamah tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kesantunan khususnya kesantunan pragmatik imperatif dalam terjemahan Alquran surat Luqman.

Surat Luqman berisi kandungan hikmah yang memuat tuturan nasihat Luqman sebagai seorang ayah kepada anaknya, berkaca pada perkembangan karakter anak yang dinilai semakin mengkhawatirkan, maka ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari terjemahan Alquran surat Luqman untuk diterapkan dalam kehidupan. Surat Luqman merupakan surat ke-31 dalam susunan Alquran versi Utsmani yang memuat 34 ayat, tiga belas ayat diantaranya berisi tuturan nasihat Luqman yang dapat menjadi hikmah dan diteladani di tengah kondisi masyarakat sekarang ini (Nuriah, Hamdani, & Naida, 2022).

Penelitian mengenai kesantunan pragmatik imperatif telah banyak diambil menjadi bahan analisis, beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan kebanyakan mengkaji tuturan yang bersifat interaksi antara sesama manusia, baik berupa interaksi monolog seperti pidato, ceramah, atau proses mengajar guru ketika di kelas, maupun yang berupa interaksi dialog antara teman sebaya atau lintas generasi. Kesimpulan yang dihasilkan dapat dijadikan acuan bagaimana seharusnya menyampaikan tuturan dengan kaidah kesantunan imperatif, namun ada hal yang luput dari penelitian kesantunan pragmatik imperatif yaitu manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.

Perkembangan zaman yang semakin canggih berpengaruh pada perilaku interaksi manusia dengan lingkungannya, tayangan yang mendidik maupun kurang mendidik semakin mudah dijelajahi dari perangkat gawai (Nurmala, Setia, Surtiana, & Naida, 2022). Perilaku yang tidak mencerminkan kesantunan dengan mudah dapat ditiru sehingga menimbulkan banyak pelanggaran dengan perilaku yang menyimpang (Syahril, & Hamdani, 2022). Kajian analisis kesantunan pragmatik imperatif yang menambil terjemahan Alquran sebagai bahan rujukan dinilai mampu memberikan warna pada penelitian dengan kajian yang sama, ayat suci Alquran yang mempunyai banyak hikmah akan banyak memberikan pelajaran bagi kehidupan manusia di dunia untuk bekal di akhirat.

II. Metode

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (1988), metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Menurut Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Dengan demikian, metode deskriptif dijadikan sebagai metode dalam menganalisis kesantunan imperatif dalam terjemahan Alquran Surat Luqman.

Kemudian, teknik yang digunakan yaitu teknik analisis kualitatif karena penelitian yang akan dilaksanakan memiliki dasar deskriptif guna memahami

(4)

23

sesuatu secara lebih mendalam. Penelitian kualitatif menggunakan landasan teori sebagai panduan untuk memfokuskan penelitian, serta menonjolkan proses dan makna yang terdapat dalam fenomena tersebut. Data ini dapat menggunakan kata- kata untuk menggambarkan fakta dan fenomena yang diamati pada kesantunan imperatif pragmatik dalam terjemahan Alquran Surat Luqman.

II. Hasil dan Pembahasan

Pandangan teoretis atau penjelasan dari analisis data wujud pragmatik pemakaian kesantunan imperatif ditemukan sepuluh aspek tuturan wujud pragmatik pemakaian kesantunan imperatif dari kesepuluh wujud tuturan tersebut ditemukan persamaan dan perbedaan. Persamaan dari sepuluh aspek pada terjemahan Alquran Surat Luqman versi Mushaf Al-Madinah An-Nabawiyah Yayasan Penerjemah/Penafsir Alquran adalah sama-sama mengandung makna pragmatik imperatif meskipun tuturan itu berkonstruksi lain. Adapun perbedaan dari kesepuluh wujud pragmatik imperatif tersebut adalah wujud pragmatik imperatif larangan yaitu biasanya ditandai oleh pemakaian kata ”jangan”, wujud pragmatik imperatif perintah yaitu kalimat yang mengandung makna perintah atau permintaan agar orang lain melakukan sesuatu, seperti diinginkan oleh orang yang memerintah itu, wujud pragmatik imperatif harapan yaitu biasanya, ditunjukkan dengan penanda kesantunan “harap” dan “semoga” kedua macam penanda kesantunan itu di dalamnya mengandung makna harapan, wujud pragmatik imbauan ditandai dengan partikel –lah, wujud pragmatik imperatif anjuran yaitu biasanya ditandai dengan penggunaan kata “hendaknya dan sebaiknya”, wujud pragmatik imperatif desakan yaitu biasanya menggunakan kata “ayo” atau “mari” sebagai pemarkah makna, wujud pragmatik imperatif ”ngelulu” merupakan bentuk tuturan imperatif perintah namun sebenarnya melarang.

Adapun wujud pragmatik pemakaian kesantunan imperatif dari kesepuluh wujud tuturan tersebut, dapat diuraikan dengan data sebagai berikut: (1) Dalam analisis data imperatif perintah terdapat dua temuan yaitu pada terjemahan ayat ke- 12 dan ayat ke-14; (2) Dalam analisis data imperatif suruhan terdapat tiga temuan yaitu pada terjemahan ayat ke-21, ayat ke-25, dan ayat ke-33; (3) Dalam analisis data imperatif desakan terdapat satu temuan yaitu pada terjemahan ayat ke-17; (4) Dalam analisis data imperatif bujukan terdapat dua temuan yaitu pada terjemahan ayat ke-8 dan ayat ke-9; (5) Dalam analisis data imperatif imbauan terdapat empat temuan yaitu pada terjemahan ayat ke-2, ayat ke-14, ayat ke-15, dan ayat ke-19; (6) Dalam analisis data imperatif mengizinkan terdapat tiga temuan yaitu pada terjemahan ayat ke-14, ayat ke-15, dan ayat ke-16; (7) Dalam analisis data imperatif larangan terdapat enam temuan yaitu pada terjemahan ayat ke-6, ayat ke- 7, ayat ke-13, ayat ke-15, ayat ke-18, dan ayat ke-33; (8) Dalam analisis data imperatif harapan terdapat satu temuan yaitu pada terjemahan ayat ke-5; (9) Dalam analisis data imperatif anjuran terdapat dua temuan yaitu pada terjemahan ayat ke-3 dan ayat ke-4; (10) Dalam analisis data imperatif “ngelulu” terdapat dua temuan yaitu pada terjemahan ayat ke-7 dan ayat ke-11;

Wujud kesantunan tuturan pragmatik imperatif dalam terjemahan Alquran Surat Luqman ditunjukkan dengan tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif imbauan dan bujukan. Selain itu terdapat juga tuturan imperatif yang mengandung maksim sopan santun yaitu menggunakan sesedikit

(5)

24

mungkin tuturan-tuturan yang tidak sopan, setidaknya terdapat tiga maksim sopan santun dalam terjemahan Alquran Surat Luqman, diantaranya maksim kearifan yaitu tuturan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, maksim kedermawanan yaitu maksim yang bersifat bermurah hati, maksim kesepakatan yaitu maksim yang menekankan kesamaan dalam pendapat atau perasaan.

Tabel 1

Analisis Data Imperatif Perintah

Terjemahan ayat ke-12 Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, ”Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”

Analisis Terjemahan Alquran Surat Luqman ayat ke-12 mengandung imperatif perintah, pada tuturan

”bersyukurlah kepada Allah” terdapat partikel –lah yang menjadi penanda imperatif. Allah Swt memerintahkan kepada Luqman untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan berupa keutamaan yang hanya dikhususkan kepada Luqman dan sesungguhnya segala bentuk syukur yang dilakukan oleh seseorang hakikatnya manfaat dari syukur tersebut untuk dirinya sendiri. Allah Swt tidak membutuhkan syukur dari manusia, bahkan jika seluruh manusia tidak bersyukur sesungguhnya Allah Swt Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Terjemahan ayat ke-14 Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.

Hanya kepada Aku kembalimu.

Analisis Terjemahan tersebut menggunakan imperatif perintah, Allah Swt secara langsung memerintahkan kepada agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya terutama kepada ibunya atas pengorbanan yang telah dilakukan seperti ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah lemahnya serta menyapihnya dalam usia dua tahun. Atas segala pengorbanan tersebut sangat layak bahkan wajib bagi manusia untuk berbuat baik kepada orang tuanya, bahkan berdosa jika mengabaikan perintah tersebut.

Masih dalam terjemahan Surat Luqman ayat ke-14, pada kalimat kedua juga merupakan imperatif perintah. Allah Swt memerintahkan kepada manusia untuk bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orang tua, selain berbuat baik kepada orang tua sebagai timbal balik, manusia juga diperintahkan untuk senantiasa bersyukur kepada Allah

(6)

25

Swt sebagai Sang Pencipta dan bersyukur kepada kedua orang tua sebagai perantara lahirnya manusia ke dunia.

Tuturan tersebut dikatakan santun karena yang memerintah adalah Allah Swt yang Maha Kuasa, bisa saja bentuk perintah tersebut bersifat memaksa namun karena Maha Rahman Allah Swt sehingga memerintah dengan tuturan yang santun.

Tabel 2

Analisis Data Imperatif Suruhan

Terjemahan ayat ke-21 Dan apabila dikatakan kepada mereka, ”Ikutilah apa yang diturunkan Allah!” Mereka menjawab, ”(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami.” Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-nyala (neraka)?

Analisis Terjemahan Alquran Surat Luqman ayat ke-21 mengandung makna imperatif suruhan. Pada tuturan

”Ikutilah apa yang diturunkan Allah” terdapat seruan yang menjadi penanda imperatif suruhan. Maksud ayat ini Allah Swt menjelaskan tentang kekuasaan-Nya melalui ayat ke-20 dengan menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk kepentingan manusia, kemudian di ayat ke-21 Allah Swt menyuruh kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti apa yang diturunkan Allah Swt agar mereka selamat di dunia dan di akhirat, apabila mereka tidak mengikutinya maka mereka akan celaka. Namun mereka membantah dan berkata akan mengikuti jalan bapak-bapak mereka terdahulu.

Terdapat pertikel –lah yang menjadi pemerhalus kesantunan pada tuturan yang terdapat pada ayat ini, kata ikutilah dikatakan lebih santun dibandingkan dengan kata ikuti saja.

Terjemahan ayat ke-25 Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, ”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”

Tentu mereka akan menjawab, ”Allah.” Katakanlah,

”Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Analisis Terjemahan Alquran Surat Luqman ayat ke-25 tersebut menggunakan imperatif suruhan, maksudnya Allah Swt menyuruh kepada Nabi Muhammad SAW agar memuji kepada-Nya ketika orang-orang yang berpaling dari jalan Allah menjawab perihal penciptaan langit dan bumi.

Tuturan ini dikatakan santun karena mengandung pertikel –lah yang dinilai lebih santun dibandingkan dengan tuturan imperatif tanpa menggunakan pertikel –lah.

(7)

26

Terjemahan ayat ke-33 Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah.

Analisis Terjemahan Alquran Surat Luqman ayat ke-33 tersebut menggunakan imperatif suruhan, maksudnya Allah Swt menyuruh kepada manusia agar bertakwa kepada-Nya.

Tuturan ini dikatakan santun karena mengandung pertikel –lah yang dinilai lebih santun dibandingkan dengan tuturan imperatif tanpa menggunakan pertikel –lah.

IV. Kesimpulan

Seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan, beberapa ayat terdapat kesantunan pragmatik imperatif sedangkan beberapa ayat lainnya tidak terdapat kesantunan pragmatik imperatif.

Pada terjemahan Alquran Surat Luqman terdapat wujud pragmatik tuturan imperatif berupa percakapan antara Luqman dengan anaknya berupa nasihat-nasihat yang memuat kebaikan, selain itu terdapat juga wujud pragmatik tuturan imperatif berupa seruan yang disampaikan Allah Swt kepada umat manusia. Baik nasihat maupun seruan, keduanya mengandung kesantunan imperatif. Dalam hal ini penutur mempunyai derajat atau posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mitra tutur sehingga tuturan yang disampaikan sebagai kesantunan imperatif tepat secara makna dan sasaran.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa penelitian yang berjudul ”Analisis Kesantunan Pragmatik Imperatif Terjemahan Alquran Surat Luqman” ini menemukan wujud pragmatik tuturan imperatif berupa wujud pragmatik perintah, wujud pragmatik suruhan, wujud pragmatik desakan, wujud pragmatik bujukan, wujud pragmatik imbauan, wujud pragmatik mengizinkan, wujud pragmatik larangan, wujud pragmatik harapan, wujud pragmatik anjuran, dan wujud pragmatik ”ngelulu”. Selain itu penelitian ini juga menemukan wujud prinsip kesantunan pragmatik berupa maksim sopan santun, maksim kearifan, maksim kedermawanan, dan maksim kesepakatan.

V. Daftar Pustaka

Alawi, A., Nurwahidah, L. S., & Damayanti, D. A. (2022). EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PENGGUNAAN TANDA BACA DI KELAS VI SDN 2 CIUDIAN SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2022- 2023. Lingua Sastra, 2(2), 49-55.

Andini, A. S., Hamdani, A., & Nurjamin, A. (2022). Metode Kupas Rangkai Suku Kata Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan. Lingua Sastra, 2(1), 11-17.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadli, Wahyu Lailul. 2015. “Kesantunan Tuturan Imperatif dalam Komunikasi

(8)

27

antara Penjual Handphone dengan Pembeli di Matahari Singosaren”.

Skripsi thesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hidayat, H., Hamdani, A., & Suherman, E. (2022). POSISI WANITA DIBALIK BERITA (Analisis Wacana Kritis Sara Mills Marjinalisasi Wanita dalam Berita Online Pelecehan Karyawati di RS Solo). Lingua Sastra, 2(2), 56-67.

Isnaeni, D. A., Hamdani, A., & Naida, W. (2022). Analisis Wacana Pilpres Pada Media Tempo. Com Dan Medcom. Id Maret 2019. Lingua Sastra, 2(1), 1-10.

Jatnika, R., Nurjamin, A., & Haryadi, A. M. (2022). PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS VI SDN KARANGANYAR I TAHUN AJARAN 2022/2023. Lingua Sastra, 2(2), 68-80.

Markamah, dkk.2013. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa.

Surakarta: Muhammadiyah Press.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nuriah, N. S., Hamdani, A., & Sahidin, D. (2022). EFEKTIVITAS

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI. Lingua Sastra, 2(2), 87-97.

Nuriah, N. S., Hamdani, A., & Naida, W. (2022). Posisi Tokoh Lesty Kejora Pada Kasus Kdrt Di Media Online Kompas. Com. Lingua Sastra, 2(1), 18-26.

Nurlatifah, L., Hasim, A., & Nurwahidah, L. S. (2022). EFEKTIVITAS

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM

PEMBELAJARAN KALIMAT KORELATIF. Lingua Sastra, 2(2), 81- 86.

Nurmala, S. A., Setia, T., Surtiana, S., & Naida, W. (2022). RAGAM BAHASA GAUL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDENGAR (Kajian Sosiolinguistik pada Penyiar Radio REKS FM Garut). Lingua Sastra, 2(1), 27-34.

Putri, S. I., Sahidin, D., & Nurjamin, A. (2022). EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING PADA TEKS ANEKDOT SISWA KELAS IX MA PERSIS TAROGONG GARUT TAHUN 2022- 2023. Lingua Sastra, 2(2), 98-106.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syahril, T. M., & Hamdani, A. (2022). Efektivitas Penggunaan Metode Akrostik Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi (PTK Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X IPA Semester 2 Tahun Pelajaran 2022-2023). Lingua Sastra, 2(1), 35-48.

Wibowo, Rokhmat. 2012. “Kesantunan Imperatif dalam Pertemuan PKK di Desa

Kadirejo Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten”. Skripsi. Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan pengaruh jenis kelamin secara umum, pada kelompok umur muda (≤22 tahun) dan tua (>45 tahun), laki-laki cenderung mempunyai rata-rata lama mencari

Dalam menyelesaikan laporan akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memberikan yang terbaik, tetapi penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak