• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum di Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum di Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum di Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung

Dimas Rizki Darmawan1*, Mohamad Rangga Sururi2, Etih Hartati3

1,2,3Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Nasional, Bandung Indonesia

*Koresponden email: dimasrizkid@gmail.com

Diterima: 17 Maret 2023 Disetujui: 25 Maret 2023

Abstract

Bandung Kidul Sub-district is part of the service coverage of PDAM Tirtawening, with a population in 2022 of 61,250 people, an area of 616,895 Ha, and is divided into 4 villages. Based on data from PDAM Tirtawening Bandung City in 2018, Bandung Kidul Subdistrict is one of the water-prone areas throughout the year, so it is necessary to plan a Water Treatment Plant (WTP) in Bandung Kidul Subdistrict with a planning period of 20 years (2023-2043). The data needed are population data of Bandung Kidul Subdistrict, IPA design criteria, drinking water quality prerequisites. The IPA alternative selection method uses the Weighted Ranked Technique (WRT) method, each alternative is compared with technical and non- technical aspects. In the results of this planning, the selected treatment units are intake, coagulation, flocculation, sedimentation, filtration, aeration, and disinfection. The results of population projections in 2043 with the geometry method are 65,474 people, projected total water demand discharge of 165 l/dt, and projected maximum water demand discharge of 113.67 l/dt.

Keywords: Bandung city, Bandung Kidul, clean water, drinking water, planning, water treatment plant

Abstrak

Kecamatan Bandung Kidul merupakan bagian dari cakupan pelayanan PDAM Tirtawening, dengan jumlah penduduk pada tahun 2022 sebanyak 61.250 jiwa, luas wilayah 616.895 Ha, dan terbagi menjadi 4 kelurahan . Berdasarkan data PDAM Tirtawening Kota Bandung Tahun 2018, Kecamatan Bandung Kidul merupakan salah satu kawasan rawan air sepanjang tahunnya maka diperlukan perencanaan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Kecamatan Bandung Kidul dengan periode perencanaan 20 tahun (2023-2043).

Data yang dibutuhkan berupa data penduduk Kecamatan Bandung Kidul, kriteria desain IPA, prasyarat kualitas air minum. Metode pemilihan alternatif IPA menggunakan metode Weighted Ranked Technique (WRT),setiap alternatif dibandingkan dengan aspek teknis dan non teknis. Pada hasil perencanaan ini unit pengolahan yang terpilih yaitu intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, aerasi, dan desinfeksi. Hasil proyeksi penduduk pada tahun 2043 dengan metode geometri sebanyak 65.474 jiwa, proyeksi debit kebutuhan air total 165 l/dt, dan proyeksi debit kebutuhan air maksimum 113,67 l/dt.

Kata Kunci: Kota Bandung, Bandung Kidul, air bersih, perencanaan, instalasi pengolahan air

1. Pendahuluan

Penyediaan air minum adalah kegiatan penyediaan air minum bagi kebutuhan masyarakat untuk hidup yang sehat, bersih, dan produktif [1]. Kebutuhan air minum akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk [2]. Bertambahnya populasi penduduk juga menjadi salah satu faktor pembangunan lahan yang digunakan untuk berbagai jenis pemukiman dan industri sehingga peningkatan penggunaan air minum di masyarakat berpengaruh terhadap pelayanan air minum kota atau daerah. Baku mutu air minum yang dikonsumsi oleh warga negara Indonesia wajib memenuhi standar Permenkes RI No.492/Menkes/PER/IV/2010 [3].

Pada tanggal 25 September 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mengesahkan SDGs (Sustainable Development Goals) sebagai kesepakatan baru terhadap agenda pembangunan global untuk 15 tahun kedepan hingga 2030 mendatang. Tujuan dibuatnya agenda ini didasari oleh kesadaran akan pentingnya menjaga kelangsungan hidup manusia dan lingkungan serta mempertahankan tingkat kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Upaya target dari air minum menjadi salah satu tujuan utama pada rencana SDGs, dengan Kota Bandung yang memiliki 30 kecamatan dan 151 kelurahan bertanggung jawab atas seluruh pembangunan yang berada dalam wilayahnya untuk mencapai target SDGs pada tahun 2030 termasuk Kecamatan Bandung Kidul ini memastikan distribusi air bersih yang

(2)

diperlukan upaya untuk penyediaan air bersih dan air minum yang layak dan cukup untuk digunakan bagi masyarakat [4].

Dalam kebijakannya, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target akses universal (100%) pada akses sektor air minum pada tahun 2024 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), antara lain 15% air minum aman, 70% akses sanitasi layak, dan 15% sanitasi aman. Khusus untuk target ketersediaan air minum, Pemerintah merencanakan strategi yaitu Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) sebagai salah satu strategi untuk menjamin ketersediaan dan terselenggaranya pelayanan air minum bagi masyarakat. Oleh karena itu, PDAM Tirtawening harus mampu memenuhi 4 standar kriteria yaitu kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan keterjangkauan (4K). Dengan strategi tersebut diharapkan pembangunan terkait air bersih dan sanitasi dengan program SDGs diharapkan dapat terealisasi [5].

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan dari suatu lingkungan yang mencakup aspek baik dari perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Sektor sanitasi merupakan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan pengentasan kemiskinan. Tidak memadainya prasarana dan saranan sanitasi akan menimbulkan pengaruh buruk pada kondisi kesehatan dan lingkungan yang memiliki dampak terhadap tingkat perekonomian. Berdasarkan data PDAM Tirtawening Kota Bandung Tahun 2018 untuk Kecamatan Bandung Kidul, merupakan salah satu kawasan rawan air sepanjang tahunnya. Pelayanan air bersih di Kecamatan Bandung Kidul oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung sebesar 8,21% [6].

Maksud dan tujuan dari studi perencanaan IPA di Kecamatan Bandung Kidul ini yaitu agar meningkatkan pelayanan suplai kebutuhan air bersih dan air minum dapat terlayani merata hingga 20 tahun mendatang (2023-2043) karena adanya peningkatan pertumbuhan penduduk sehingga merencanakan unit IPA yang diperlukan dengan kriteria desain terpilih.

2. Metode Penelitian Lokasi Studi

Lokasi yang menjadi studi perencanaan Instalasi Pengolahan Air (IPA) terletak di wilayah Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung. Luas wilayah Kecamatan Bandung Kidul sebesar 6,07 km2 terdiri dari 4 Kelurahan, 195 RT, dan 34 RW [6].

Sumber air bersih pada Kecamatan Bandung Kidul ini beberapa masih ada yang menggunakan sumber air dari sungai, air tanah ataupun resapan air hujan dan ini digunakan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi aktivitas keseharian seperti mandi, cuci, dan kegiatan lainnya. Namun, sebagian dalam daerah ini air bersih dikelola dan mendapatkan pipa pelayanan dari PDAM Tirtawening Kota Bandung.

Gambar 1. Denah Batas Administratif Kecamatan Bandung Kidul Sumber: Hasil Pemetaan, 2022

(3)

Instalasi Pengolahan Air Minum tidak lepas dari kajian studi literatur bagaimana merancang bangunan IPA terutama di Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung. Untuk mendukung studi perencanaan ini yaitu perlu dilakukan proyeksi penduduk, proyeksi kebutuhan air, analisa kualitas air baku yang digunakan, dan penentuan unit alternatif pengolahan.

Sumber Air Baku

Dalam studi penentuan sumber air yang akan digunakan atau dimanfaatkan sebagai sumber air baku, perlu adanya memperhatikan aspek kuantitas dan kontinuitas air karena hal ini sangat menentukan dalam perhitungan kapasitas dan efisiensi pengolahan yang akan digunakan. Sumber air yang akan digunakan dalam perencanaan ini yaitu dengan mengambil sumber air baku dari Sungai Cikapundung Kolot yang terdapat di daerah Mengger dengan debit 70 m3/s, panjang sungai 10 km, lebar permukaan dan dasar sungai 6,2 m x 4,5 m, dan kedalaman sungai 4,5 m [7]

Gambar 2. Kondisi Eksisting Sungai Cikapundung Kolot Sumber: www.google.com

.

Tabel 1. Kualitas Air Baku Sungai Cikapundung Kolot

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian [8]

Baku Mutu Air Sungai Kelas 1 (PP 22 Tahun 2021) Fisika

1. Temperatur oC 26,6 Deviasi 3

2. Kekeruhan NTU 0,66 -

3. DHL µs/cm 130,3 -

4. TDS mg/L 250 1000

5. TSS mg/L 68 40

Kimia Anorganik

1. pH - 7,67 6-9

2. Nitrit sebagai N mg/L 0,17 0,06

3. NO sebagai N mg/L 7,17 10

4. NH3N Bebas mg/L 1,12 0,2

5. Besi (Fe) mg/L 0 0,3

6. Mangan (Mn) mg/L 0,12 0,1

7. Seng (Zn) mg/L 0,06 0,05

8. Kadnium (Cd) mg/L 0,009 0,01

9. Sulfat (SO42-) mg/L 15,39 300

10. Fluorida (F-) mg/L 0,25 1,5

11. Klorida (Cl) mg/L 38,46 300

Kimia Organik

1. BOD mg/L 13,61 2

2. COD mg/L 43,92 10

3. DO mg/L 3,17 Maksimal 4

4. Deterjen sebagai MBAS mg/L 0,18 0,2

Mikrobiologi

1. Fecal Coli Jml/100 ml 350 1000 Jml/100 ml

(4)

Berdasarkan dari hasil pengujian sumber air baku, parameter yang tidak sesuai dan telah melebihi baku mutu diantaranya Total Suspended Solid (TSS) NH3N Bebas, Besi (Fe), Mangan (Cd), Seng (Zn), Kadmium (Cd), BOD, dan COD.

Penentuan Unit Alternatif Pengolahan Terpilih

Pada tahap desain teknis pembangunan IPA, unit produksi disusun berdasarkan kajian kualitas air yang akan diolah dengan menggunakan kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi sebagai acuan untuk mementukan proses pengolahan air yang dikaitkan dengan standar baku mutu. Satu rangkaian proses pengolahan air biasanya terdiri dari unit proses dan unit operasi yang bertujuan memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses netralisasi air dan proses desinfeksi.

Tabel 2. Alternatif Pengolahan Parameter yang Melebihi Baku Mutu No. Parameter Kualitas Air Baku Cara Pengolahan

1. Kekeruhan Koagulasi Flokulasi, Prasedimentasi (jika air memiliki nilai kekeruhan yang

tinggi)

2. Total Suspended Solid (TSS) Prasedimentasi (jika air memiliki nilai kekeruhan yang tinggi)

Koagulasi Flokulasi Sedimentasi

Filtrasi

3. Ammonia Air/Gas Stripping

Reverse Osmosis (RO)

4. Mangan (Mn) Oksidasi

Aerasi Chemical Precipitation

Ion Exchange

5. Seng (Zn) Chemical Precipitation

Ion Exchange

6. Kadmium (Cd) Chemical Precipitation

Ion Exchange 7. Biological Oxygen Demand

(BOD)

Filtrasi 8. Chemical Oxygen Demand

(COD)

Koagulasi dengan penambahan koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) Sumber: Water Treatment Principles and Design,1985

Dalam perencanaan ini, berdasarkan pada tinjauan kualitas air baku yang digunakan dengan mengacu Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, untuk mengolah air baku Sungai Cikapundung Kolot dalam tujuan mengurangi kadar parameter yang melebihi baku mutu maka dibutuhkan studi analisa penentuan alternatif pengolahan yang akan dibangun dengan pertimbangan hasil kualitas olahan air yang diinginkan, kemudahan dalam operasional dan pemeliharaan unit.

Tabel 3. Pemilihan Unit dari 3 Alternatif Pengolahan

Alternatif I Alternatif II Alternatif III

Intake Intake Intake

- Prasedimentasi Prasedimentasi

Koagulasi dengan Hydraulic Jump

Koagulasi dengan Hydraulic Jump

Koagulasi Mekanik (Mixer Propeller) Flokulasi dengan

Baffle Channel Horizontal

Flokulasi dengan Baffle Channel Vertical

Flokulasi dengan Baffle Channel Vertical Sedimentasi (Tube Settler) Sedimentasi (Plate Settler) Sedimentasi (Plate Settler)

Filtrasi (Saringan Pasir Cepat)

Filtrasi (Saringan Pasir Lambat)

Filtrasi (Saringan Pasir Lambat)

Aerasi Aerasi Aerasi

Desinfeksi Desinfeksi Desinfeksi

Reservoar Reservoar Reservoar

Sumber: Hasil Analisis,2022

(5)

Tabel 4. Penilaian Aspek Teknis dan Non Teknis Tiap Alternatif Pengolahan

Alternatif Pengolahan Teknis Operasional Ekonomi Penggunaan Lahan Alternatif Pengolahan I Efektif

Perlu Operator, Biaya Operasional dan Maintenance rendah

Investasi relatif kecil

Tidak membutuhkan lahan luas

Alternatif Pengolahan II Efektif

Perlu Operator, Biaya Operasional dan Maintenance tinggi

Investasi relatif tinggi

Tidak membutuhkan lahan luas

Alternatif Pengolahan III Efektif

Perlu Operator, Biaya Operasional dan Maintenance tinggi

Investasi tinggi dikarenakan penggunaan mesin

mekanik

Membutuhkan lahan luas Sumber: Hasil Analisis, 2022

Unit IPA yang terpilih terdiri dari unit Intake, Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Filtrasi, Aerasi, dan Desinfeksi [9]. Koagulasi merupakan proses terbentuknya koloid yang stabil diubah menjadi tidak stabil dan akan membentuk serpihan flok koloid dengan muatan yang berbeda. Flokulasi adalah proses penyisihan kekeruhan dari air dengan cara menggumpalkan partikel untuk membentuk partikel yang lebih besar [10]. Sedimentasi adalah serangkaian unit pemisahan partikel diskrit. Partikel diskrit adalah partikel yang tidak mengalami perubahan bentuk, ukuran, ataupun berat setelah pengendapan [11]. Filtrasi adalah suatu unit dimana air yang telah diolah dari unit sebelumnya akan melewati media penyaring dengan bahan yang terdiri dari media yang tersusun dari butiran pasir atau media lainnya dengan ukuran diameter dan ketebalan media tertentu. Aerasi adalah unit pengolahan air dengan menambahkan udara atau oksigen dengan cara memberikan gelembung udara dipermukaan bak pengolahan [11]. Diagram alir IPA dapat dilihat pada (Gambar 3.)

Gambar 3. Skema Unit Pengolahan Terpilih Sumber: Hasil Analisis,2022 Proyeksi Penduduk

Pemilihan metode proyeksi yang sesuai dengan kriteria dipilih secara statistik yaitu dengan menggunakan rumus standar deviasi (SD), koefisien variasi (CV), dan koefisien korelasi (r). Penggunaan koefisien korelasi dimaksudkan untuk menunjukkan derajat hubungan yang besar antara dua variabel (x dan y), maka dari itu nilai koefisien korelasi harus mendekati +1, -1, dan atau mendekati keduanya, standar deviasi dipilih nilai yang paling kecil dikarenakan semakin kecil nilai SD maka semakin mendekati data asli atau angka proyeksi tidak berbeda jauh dengan data aslinya, nilai CV diambil dengan satuan koefisien yang paling kecil.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Bandung Kidul

No Tahun Jumlah Penduduk

Kecamatan Bandung Kidul (jiwa)

1 2013 58.957

4 2016 59.265

7 2019 59.698

10 2022 61.250

Sumber : Kecamatan Bandung Kidul Dalam Angka,2022

(6)

Tabel 6. Jumlah Penduduk dengan Metode Proyeksi Geometri Tahun 2022 – 2042

Tahun Geometri

2023 61.338

2024 61.549

2030 62.830

2036 64.138

2042 65.474

Sumber : Hasil Perhitungan, 2023 3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Proyeksi Penduduk

Dengan perhitungan statistik tersebut maka proyeksi penduduk yang terpilih adalah metode geometri. Metode geometri ini menghasilkan jumlah proyeksi penduduk pada tahun 2042 sebanyak 65.474 jiwa, nilai Standar Deviasi (SD) 622,576, Koefisien Variasi (CV) 0,010, dan Koefisien Korelasi (r) 0,999.

Kesimpulan ini diambil karena proyeksi dengan menggunakan metode ini merupakan proyeksi tingkat pertumbuhan yang tetap. Proyeksi ini secara umum dapat diterapkan pada daerah-daerah yang pada tahun pertama observasi pertumbuhan penduduknya kecil dan meningkat dalam beberapa tahun terakhir [12]

Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bandung Kidul Sumber: Hasil Perhitungan, 2023

3.2. Proyeksi Kebutuhan Air

Hasil keseluruhan dari perhitungan proyeksi jumlah kebutuhan air baik air domestik dan non domestik akan direkapitulasi. Berdasarkan standar dari Departemen Pekerjaan Umum (PU) tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Sistem Penyediaan Air Minum 1998 disimpulkan bahwa Kecamatan Bandung Kidul tergolong dalam kategori Kota Kecil dengan jumlah penduduk di Kota Bandung khususnya Kecamatan Bandung Kidul sebesar 61.250 Jiwa pada Tahun 2022.

Tabel 7. Proyeksi Kebutuhan Air Total Kecamatan Bandung Kidul Tahun 2022 – 2042

Kebutuhan Air (L/dt)

2022 2027 2032 2037 2042

106,33 107,96 109,83 111,73 113,67 Sumber : Hasil Perhitungan, 2023

3.3. Perhitungan Unit Pengolahan Terpilih a) Unit Intake

Intake merupakan bangunan penangkap air baku dengan pipa sadap. Asumsi yang digunakan untuk intake, yaitu Vstrainer pipe = 0,15 m/detik; Vsuctrion pipe = 1,5 m/detik; Vraw water gravity pipe = 0,6-1,5 m/detik;

Vbackwash pipe = 3 m/detik; dan fmd = 1,65) dasar sumur intake = 1,45 [2]. Beberapa asumsi digunakan untuk barscreen, yaitu diameter bar = 70 mm, kemiringan = 60o, faktor β = 1,79 ; kecepatan saluran pembawa =

54000 56000 58000 60000 62000 64000 66000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Jumlah Penduduk

Penduduk Eksisting 10 Tahun Proyeksi Penduduk 20 Tahun

(7)

0,5 meter/detik; muka air maksimum = +8,5 m dan minimum = +7 m; jarak muka tanah ke tangki = 4,5 m;

freeboard = 20% tinggi efektif air . Lsp = 0,5 m; w = 0,07 m; b = 0,05 m.

Tabel 8. Hasil Perhitungan Unit Intake

Parameter Kriteria Desain Sumber [13] Satuan Perhitungan Diameter suction pipe ≤0,08 SNI 6775, 2008 m 0,055 Diameter backwashing pipe 220 SNI 6775, 2008 mm 240

Diameter strainer pipe 0,6 – 1,2 SNI 6775, 2008 m 1,7

Volume Intake - SNI 6775, 2008 m3 247,5

Hefektif - SNI 6775, 2008 m 2,95 m

Sumber : Hasil Perhitungan, 2023 Tabel 9. Hasil Perhitungan Unit Intake

Parameter Rumus Satuan Perhitungan

Volume Intake Qtotal x td m3 247,5

Tinggi Efektif {HWL– (LWL – dasar sumur intake)} m 2,95 Sumber : Hasil Perhitungan, 2023

Gambar 5. Perencanaan Unit Intake Sumber : Hasil Perhitungan, 2023 b) Unit Koagulasi

Unit koagulasi menggunakan pengadukan hidrolis, dimana pengadukan cepat dilakukan dengan memanfaatkan pintu air di dalam bak. Koagulan yang digunakan adalah PAC, dengan kadar 20 mg/L. PAC diinjeksikan ke dalam pipa, kemudian dijatuhkan ke bak hidrolis. Bak koagulasi terdiri dari dua bak, dengan debit per bak sebesar 0,32 m3/detik. Bak berbentuk persegi panjang, dengan panjang 5 m; lebar 4,5 m; dan tinggi (h) 1,3 m.

Asumsi yang diambil untuk bak koagulasi adalah: nilai kecepatan pengadukan (G) = 90/detik; waktu tinggal (td) = 11 detik; viskositas kinematik (𝜗) = 1,011 x 10-6 m2/detik; dan percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/detik2.

Tabel 10. Hasil Perhitungan Unit Koagulasi

Parameter Kriteria Desain Sumber [14] Satuan Perhitungan

td 1-60s KemenPUPR 26, 2014 detik 3,7

Gradien kecepatan 400-1000 KemenPUPR 26, 2014 detik-1 756,64

Debit maksimum - KemenPUPR 26, 2014 m3/s 0,32

Tinggi Air ≥0,3 m KemenPUPR 26, 2014 m 1,01 m

Sumber : Hasil Perhitungan,2023 Tabel 11. Hasil Perhitungan Unit Koagulasi

Parameter Rumus Satuan Perhitungan

Debit Maksimum Qave x fmd m3/s 0,32

Tinggi Air 𝑉

∆𝑠 m 1,01

Sumber : Hasil Perhitungan,2023

(8)

Gambar 6. Denah Unit Koagulasi Sumber : Hasil Perhitungan,2023 c) Unit Flokulasi

Unit flokulasi yang digunakan, yaitu horizontal baffle channel berbentuk rectangular; dan terdiri dari 6 kompartemen (n). Bak flokulasi berfungsi untuk proses pengadukan lambat agar membentuk flok yang lebih besar dari flok awal. dengan asumsi waktu detensi (td) = 31,6 menit. Masing-masing bak flokulasi memiliki dimensi bak sisi 2 m dengan tinggi (h) = 1,01 m. Diasumsikan kecepatan saluran v1 (kecepatan dalam aliran) = 0,65 meter/detik dan v2 (kecepatan belokan) = 1,2 meter/detik ; viskositas dinamis (µ) = 1,002 x 10-3 N.s/m2. Hasil perhitungan unit flokulasi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Perhitungan Unit Flokulasi

Parameter Kriteria Desain Sumber [14] Satuan Perhitungan

td 15 – 45 KemenPUPR 26, 2014 menit 31,6

Gradien kecepatan 10 - 60 KemenPUPR 26, 2014 detik1 45,72 Jumlah bak flokulasi ≥ 6 KemenPUPR 26, 2014 buah 10 Kecepatan aliran maks 0,9 KemenPUPR 26, 2014 m/detik 0,63

Volume Bak - - m3 11,52

Panjang Saluran - - m 18,43 m

Sumber : Hasil Perhitungan,2023 Tabel 13. Hasil Perhitungan Unit Flokulasi

Parameter Rumus Satuan Perhitungan

Volume Bak td x Q m3 11,52

Panjang Total Saluran 𝑉

𝑄 m 18,43

Sumber : Hasil Perhitungan, 2023

Gambar 7. Denah Unit Flokulasi Sumber : Hasil Perhitungan, 2023 d) Unit Filtrasi

Unit ini menyaring kotoran dan partikel halus serta partikel tersuspensi. Unit filtrasi yang digunakan adalah rapid sand filter yang terdiri dari 6 bak. luas permukaan masing-masing bak 20,43 m2 dan dimensi bak 11 m. Asumsi waktu beroperasi 24 - 48 jam; viskositas = 8,93 x 10-7 m2/detik. Diameter inlet IPAM yaitu 30 cm. Debit yang masuk ke unit sebesar 165 liter/detik. Antrasit dan pasir silika akan digunakan sebagai media filter dan nozel digunakan sebagai media penyangga. Hasil perhitungan unit filtrasi yang dapat dilihat pada Tabel 14.

(9)

Tabel 14. Hasil Perhitungan Unit Filtrasi

Parameter Kriteria Desain Sumber Satuan Perhitungan

Luas tiap bak 40 - 400 KemenPUPR 4, 2017 [15] m2 120,43

D too fine (pasir) 0,25 – 0,35 KemenPUPR 26, 2014 mm 0,32

D too coarse (pasir) <1,5 KemenPUPR 26, 2014 mm 0,87

Headloss 0,06 - 12 KemenPUPR 4, 2017 m 0,363

Sumber : Hasil Perhitungan,2023 Tabel 15. Hasil Perhitungan Unit Filtrasi

Parameter Rumus Satuan Perhitungan

Jumlah Bak 12√𝑄 = ... + 1 Cadangan Filter buah 6 Luas Permukaan

Bak

0,165 𝑚3/𝑠

1,57 x 10 − 3 m2 120,43

Dimensi Bak L = B = √𝐴𝑠 m 11

Sumber : Hasil Perhitungan,2023

Gambar 8. Denah Unit Filtrasi Sumber : Hasil Perhitungan,2023 4. Kesimpulan

Kekurangan air bersih dan air minum dapat diatasi dengan perencanaan desain unit IPA di Kecamatan Bandung Kidul hingga Tahun 2043. Karakteristik air baku Sungai Cikapundung Kolot sebagai sumber akan direncanakan unit pengolahan yaitu intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, aerasi, dan desinfeksi. Debit air baku yang diolah pada IPA ini sebesar 165 Liter/detik. Berdasarkan perhitungan debit kebutuhan air maksimum yang diperlukan dalam daerah pelayanan hingga 2043 hanya sebesar 113,67 Liter/detik. Dengan adanya perencanaan ini diharapkan masyarakat Kecamatan Bandung Kidul mendapatkan kualitas air yang baik dan kuantitas air terpenuhi secara kontinuitas.

5. Referensi

[1] Pemerintah Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,” Sekretariat Negara, Jakarta, 2005.

[2] Triyadi, “Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum di Kecamatan Jatinangor dan Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang. Bandung,” Fakultas Teknik UNPAS, Bandung, 2016.

[3] Fathan, “Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Babakan Pada Perumdam TKR Kabupaten Tangerang.

Bandung,” ITENAS, Bandung, 2023.

[4] Bappenas, “Tujuan SDGs Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan.

https://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/, Jakarta, 2023.

[5] Shanty, Dewi, “Ketercapaian 4K dalam Pelaksanaan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) di PDAM Tirta Dharma Kota Malang,” ITENAS,Bandung, 2020.

[6] Badan Pusat Statistik, “Kecamatan Bandung Kidul dalam Angka 2022,” Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2022.

[7] Badan Pusat Statistik, “Sungai-Sungai Menurut Nama, Kualitas Air dan Kecamatan yang Dilintasi di Kota Bandung 2020,” Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2020

[8] Dinas Lingkungan Hidup, “Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup (DIKPLHD),” Dinas Lingkungan Hidup, Kota Bandung, 2020.

[9] Mines, Richard O, Laura W. Lackey, “Environmental Engineering : Principles and Practice” USA,

(10)

[10] Ermawati, Ristie, Awaluddin Setya Aji, “Sistem Penyediaan Air Minum,” Magelang, Unimma Press.

2018.

[11] Febriary, Irfan, “Efektivitas Aerasi, Sedimentasi, dan Filtrasi dalam Menurunkan Kekeruhan dan Kadar Besi (Fe) dalam Air,”Jurnal Kesmas Indonesia, 2016.

[12] Henry,M.Rangga Sururi, “Pemilihan Skenario Kebutuhan Air Minum pada Pengembangan Jaringan Distribusi Air Minum di Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten,” ITENAS, Bandung, 2015

[13] BSNI, “Standar Nasional Indonesia 6675 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air,” SNI, Jakarta, 2008.

[14] Kementerian PUPR, “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 26 Tahun 2014 Tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum,” Kementerian PUPR, Jakarta, 2014.

[15] Kementerian PUPR, “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 4 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik ,” Kementerian PUPR, Jakarta, 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis yang telah dilakukan terhadap 3 variabel yang meliputi variabel perkembangan kampung Kauman sebagai embrio kota Semarang, variabel karakteristik

Penelitian yang dilakukan mengenai daya hambat pertumbuhan jamur menggunakan sampel ekstrak umbi bawang hutan (eleutherine palmifolia (L.) merr) yang berasal dari daerah

53.. Prinsip &#34;Low Rise Building&#34; dinilai lebih sesuai dengan karakteristik ruang yang dibutuhkan bagi Pusat Penelitian, Pengembangan dan Pemuliaan Benih Tanaman Hutan

Apabila diketahui siswa dalam kondisi tidak sehat (suhu badan lebih dari 37 derajat, batuk, pilek, terdapat gangguan kulit, mata, muntah, diare, tidak selera makan atau keluhan

[r]

Keterampilan proses sains ini perlu dilatihkan kepada siswa dengan alasan: (1) dalam praktiknya, sains tidak bisa dipisahkan dari metode ilmiah atau metode

Hasil dari penerapan metode Role Playing pada mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Akhlak Terpuji dalam meningkatkan Motivasi Belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Yaspuri

Cerita tadi mulai dengan papan selancar yang telah dilihat oleh Philipp dan Paula.. Dengarkan adegan itu kembali dan coba menangkap kedua verba yang terdapat dalam