• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESESUAIAN IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DENGAN FATWA DSN-MUI (STUDI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KESESUAIAN IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DENGAN FATWA DSN-MUI (STUDI "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESESUAIAN IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DENGAN FATWA DSN-MUI (STUDI

PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS BRAWIJAYA)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Ardi Abdillah 165020500111017

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS KESESUAIAN IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DENGAN FATWA DSN-MUI (STUDI

PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS BRAWIJAYA)

Yang disusun oleh :

Nama : Ardi Abdillah

NIM : 165020500111017

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 29 Juni 2020

Malang, 29 Juni 2020 Dosen Pembimbing,

Dr. Dra. Asfi Manzilati, ME.

NIP. 196809111991032003

(3)

ANALISIS KESESUAIAN IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DENGAN FATWA DSN-MUI (STUDI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS

BRAWIJAYA) Ardi Abdillah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: ardiabdillah45@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis tentang kesesuaian implementasi pembiayaan akad murabahah pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas Brawijaya (KPRI-UB) dengan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).Pendekatan kualitatif Content Analysis digunakan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi pembiayaan akad murabahah yang ada pada KPRI-UB.

Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan antara implementasi pembiayaan akad murabahah pada KPRI-UB dengan fatwa DSN-MUI. Hasil dari pendekatan Content Analysis didapatkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara implementasi pembiayaan akad murabahah di KPRI-UB dengan fatwa DSN-MUI. Bahwa dalam penerapannya melanggar prinsip pembiayaan murabahah. Bisa dikatakan tidak sah karena tidak memenuhi syarat dari jual beli murabahah

Kata kunci: Kesesuaian, Implementasi, Pembiayaan Murabahah, Fatwa DSN-MUI

A. PENDAHULUAN

Kelahiran koperasi syariah di Indonesia diawali oleh keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004.

Keputusan Menteri tersebut berisi tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

Keputusan Menteri ini memafasilitasi berdirinya koperasi syariah menjadi koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) atau unit jasa keuangan syariah (UJKS), dengan adanya sistem ini membantu koperasi serba usaha di Indonesia untuk memiliki unit jasa keuangan syariah.

Menurut Menteri koperasi dan UMKM lahirnya keputusan Menteri ini dilatarbelakangi oleh banyaknya koperasi yang dikelola secara syariah yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat, serta mengambil bagian penting dalam memberdayakan ekonomi masyarakat khususnya kalangan usaha kecil dan mikro. Selain itu juga pemerintah perlu mengembangkan iklim yang kondusif untuk mendorong perkembangan kegiatan usaha dengan pola syariah, khususnya yang telah dan akan dikelola melalui koperasi, sehingga mampu memberikan manfaat dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Pasca diresmikannya peraturan menteri tersebut jumlah koperasi syariah terus mengalami peningkatan. Dilansir dari Deputi Pembiyaan Kementerian Koperasi dan UKM, Braman Setyo pada tahun 2016, walaupun saat ini koperasi syari’ah yang beroperasi di Indonesia jumlahnya masih sedikit, namun perkembangan koperasi syari’ah sangat berkembang baik dan mengalami meningkatan jumlah di Indonesia. Saat ini jumlah unit usaha koperasi mencapai 150.223 unit usaha . Dari jumlah tersebut 1,5 % nya merupakan koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah (KSPPS). Dan tercatat jumlah KSPPS sebanyak 2.253 unit dengan anggota yaitu sebanyak 1,4 juta orang.

Modal sendiri mencapai Rp 968 Miliar dan modal luar Rp 3,9 triliun dengan volume usaha mencapai Rp 5,2 triliun. (Kementrian Koperasi dan UKM, 2016)

Salah satu koperasi yang menawarkan produk pembiayaan syariah di Indonesia adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas Brawijaya atau biasa disingkat KPRI-UB. Pada mulanya KPRI-UB menggunakan sistem konvensional dalam menjalankan usaha pembiayaan simpan pinjamnya, namun pada 2016 beralih menggunakan sistem syariah. Jenis-jenis akad pembiayaan yang ditawarkan oleh KPRI-UB terdapat empat macam akad, akad tersebut ialah qardh, ijarah, murabahah, dan musyaraka mutanaqisah. (KPRI UB,2020).

Salah satu akad yang cukup diminati oleh anggota KPRI-UB adalah akad murabahah. Dalam 2 tahun terakhir pengguna akad murabahah pada KPRI UB meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2018 total pembiayaan murabahah mencapai Rp.3.766.297.267 rupiah sedangkan pada tahun 2019 meningkat menjadi Rp.5.530.521.737 rupiah.

(4)

Grafik 1. 1 : Pembiayaan Akad Murabahah Pada KPRI-UB

Sumber : KPRI UB (2020)

Pada KPRI UB juga terdapat akad hybrid contract pada akad murabahah tersebut yaitu murabahah bil wakalah.(KPRI UB,2020). Murabahah secara bahasa merupakan mashdar dari kalimat ribhun yang berarti ziyadah (tambahan). Sedangkan pengertian murabahah secara istilah adalah jual beli barang dengan harga yang didahulukan pembayarannya dengan syarat-syarat tertentu. (Rozalinda,2017:83). Sedangkan menurut undang- undang kementerian koperasi dan usaha mikro pengertian Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.

Namun bagaimana kondisi di lapangan? apakah dalam penerapan transaksi akad murabahah yang diimplementasikan oleh KPRI-UB sudah sesuai dengan fatwa yang ditetapkan oleh DSN-MUI? Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alfiani dan Anwar pada tahun 2018 yang berjudul Analisis Pembiayaan Murabahah pada BMT (Studi Kasus Pada BMT AMAN UTAMA JEPARA) ditemukan bahwa pembiayaan murabahah di KSPPS BMT AMAN UTAMA belum bisa dikatakan sepenuhnya sesuai dengan aturan atau ketetapan dalam DSN MUI tentang pembiayaan murabahah, diantaranya yang belum sesuai yaitu, Ketentuan Umum Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 POIN 4 DAN 9 kemudian Ketentuan Diskon Fatwa DSN- MUI NO: 16/DSN-MUI/IX/2000 dan Ketentuan Potongan Pelunasan fatwa Nomor 23/DSN-MUI/III/2002.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Aulia Hanum yang berjudul “ANALISIS KESYARIAHAN AKAD MURABAHAH BIL WAKALAH (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia, Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank CIMB Niaga Syariah, Cabang Malang)” ditemukan pada Bank Syariah Mandiri dan Bank CIMB Niaga Syariah,Cabang Malang, masih banyak aturan syariah yang tidak diterapkan dalam mekanisme akad murabahah bil wakalah yang dilakukannya, seperti misalnya pada Bank Syariah Mandiri walaupun secara teori dikatakan terdapat akad wakalah namun dalam prakteknya akad wakalah tersebut tidak dijalankan. Dan bahkan untuk Bank CIMB Niaga Syariah sendiri, walaupun sudah berbentuk Unit Usaha Syariah namun untuk penerapan produk pembiayaan syariah masih tidak terlaksana sama sekali. Dengan uraian latar belakang di atas, maka pembahasan penelitian ini adalah analisis kesesuaian implementasi pembiayaan murabahah bil wakalah pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas Brawijaya dengan fatwa DSN-MUI.

B. TINJAUAN PUSTAKA Murabahah Dalam Kajian Fiqih

Murabahah merupakan suatu bentuk transaksi jual-beli dengan tujuan utama berbagi laba atau keuntungan penjualan antara pemodal dan wakilnya. Suatu misal, ada seorang pedagang (A) tidak mampu mendapatkan barang sendiri dari sebuah produsen. Kemudian ia meminta seorang agen (B) untuk mengusahakan langganan barang tersebut secara tetap dan rutin dengan perjanjian, kelak ia akan mendapatkan keuntungan dari sekian jumlah unit barang yang dipesan, pihak B akan mendapatkan nisbah keuntungan sekian persen (misal 10 persen).

Akad seperti ini disebut dengan akad muraabahah (berbagi laba).

Dengan demikian, definisi murabahah dalam fiqih menurut Imam al-Mawardi dalam kitab al-Iqna’ fi Hillil Alfadh Abi Sujja’ (1/468), mendefinisikan akad murabahah ini sebagai berbagi keuntungan antara pemodal dan pedagang dengan nisbah/rasio keuntungan yang diketahui di awal.

عيب ةبحارلما زئاج نم يغ ةهارك وهو ع دق نىبي نمثلا هيف ىلع نثم عيبلما لولأا عم ةدياز نبأ يترشي ائيش ةئابم ث لوقي هيغل كتعب اذه ابم هتيترشا حبرو مهرد

ةدياز وأ حبرب مهرد لكل ةرشع وأ في لك

ةرشع

Artinya: “Hukum transaksi jual beli murabahah adalah boleh tanpa adanya unsur makruh. Murabahah merupakan akad yang dibangun dengan jalan menetapkan harga suatu barang di atas harga belinya ditambah

0 1.000.000.000 2.000.000.000 3.000.000.000 4.000.000.000 5.000.000.000 6.000.000.000

2 0 1 8 2 0 1 9

RUPIAH

TAHUN Pembiayaan Murabahah pada KPRI-UB

(5)

keuntungan. Misalnya, seseorang membeli barang dengan harga 100 kemudian berkata kepada pihak kedua, aku jual barang ini ke kamu sesuai dengan harga dasar aku membelinya ditambah laba sekian dirham sebagai laba, atau dengan laba sekian dirham untuk tiap-tiap 10 dirhamnya, atau tiap 10 persennya.”

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pertama, akad murabahah merupakan jenis transaksi yang diperbolehkan dalam syariat. Kedua, unsur pelaku akad ini adalah adanya pemodal dan adanya wakil (orang yang dimodali). Ketiga, diketahuinya harga beli barang (harga dasar), dan Keempat, adanya perhitungan nisbah rasio keuntungan yang mafhum dan diketahui oleh wakil (orang yang dimodali).

Teori Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara penyedia dana dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir,2008)

Fungsi Pembiayaan

Menurut Rivai dan Veithzal (2008:7) Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut :

1) Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang 2) Pembiayaan meningkatkan utility (daya guna) suatu barang

3) Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas barang 4) Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat 5) Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi Sifat Penggunaan Pembiayaan

Menurut Antonio (2001:160) menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dibagi menjadi dua hal yakni pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif.

Fatwa DSN-MUI

Pada saat ini Lembaga Keuangan Syariah, Lembaga Binis Syariah dan Lembaga Perekonomian Syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Untuk mendukung perkembangan tersebut diperlukan dukungan para pihak terkait guna memberikan pembinaan, pengawasan dan arahan yang memungkinkan pengembangan lembaga-lembaga tersebut berjalan dengan sehat dan berkelanjutan.

Fatwa DSN-MUI Tentang Murabahah

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000 yaitu yang mengatur tentang murabahah menyebutkan ketentuan-ketentuan yang mengatur pelaksanaan pembiayaan dengan akad murabahah. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

Menetapkan : FATWA TENTANG AKAD JUAL BELI MURABAHAH Pertama : Ketentuan Umum :

1) Akad bai' al-murabahah adalah akad jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayamya dengan hargayang lebih sebagai laba.

2) Penjual (al-Ba'l') adalah pihak yang melakukan penjualan barang dalam akad jual beli, baik berupa orang (Syakhshiyah thabi'iyaha / natuurlijke persoon) maupull yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum (syakhshiyah i'tibariah/syakhshiyah huhniyah / rechtsperson).

3) Pembeli (al-Musytari) adalah pihak yang melakukan pembelian dalam akad jual beli, baik berupa orang (Syakhshiyah thabi'iyah/ natuurlijke persoon) maupun yang dipersamakan dengan orang baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum (Syakhshiyah i' tib ariah/ syakhshiyah hulcrniyah/ rechtsperson).

4) Witayah ashliyyah adalah kewenangan yang dimiliki oleh penjual karena yang bersangkutan berkedudukan sebagai pemilik.

5) Wilayah niyabiyyah adalah kewenangan yang dimiliki oleh penjual karena yang bersangkutan berkedudukan sebagai wakil dari pemilik atau wali atas pemilik.

6) Mutsman/mabi' adalah barang yang dijual; mutsman/ mabi- merupakan imbangan atas tsaman yang dipertukarkan.

7) Ra's mal al-murabahah adalah harga perolehan dalam akad jual beli murabahah yang berupa harga pembelian (pada saat belanja) atau biaya produksi berikut braya-biaya yang boleh ditambahkan.

8) Tsaman al-murabahah adalah harga jual dalam akad jual beli murabahah yang berupa ra's mal al- murabahah ditambah keuntungan yang disepakati.

9) Bai' al-murabahah al-'adiyyah adalah akad jual beli murabahah yang dilakukan atas barang yang sudah dimiliki penjual pada saat barang tersebut ditawarkan kepada calon pembeli.

(6)

10) Bai' al-murabahah li al-amir bi al-syira' adalah akad jual beli murabahah yang dilakukan atas dasar pesanan dari pihak calon pembeli.

11) At-Tamwil bi al-murabahaft (-pembiayaan murabahah) adalah murabahah yang pembayaranharganya tidak tunai.

12) Bai' al-muzayadah adalah jual beli dengan harga paling tinggi yang penentuan harga (tsaman) tersebut dilakukan melalui proses tawar menawar.

13) Bai' al-munaqashah adalah jual beli dengan harga paling rendah yang penentuan harga (tsaman) tersebut dilakukan melalui proses tawar menawar.

14) Al-Bai' al-hal adalah jual beli yang pembayaran harganya dilakukan secara tunai.

15) Al-Bai' bi al taqsith adalah jual beli yang pembayarun harganya dilakukan secara angsuribertahap.

16) Bai' al-muqashshah adalah jual beli yang pembayaran harganya dilakukan melalui pedumpaan utang.

17) Khiyanah/Tadlis adalah bohongnya penjual kepada pembeli terkait penyampaian ra's mal murabahah.

Kedua : Ketentuan terkait Hukum dan Bentuk Murabahah

Akad jual beli murabahah boleh dilakukan dalam bentuk bai' al' murabahah al-'adiyyah maupun dalam bentuk bai' al-murabahah li al-amir bi al-syira'.

Ketiga : Ketentuan terkait Shigat al-'Aqd

1) Akad jual beli murabahah harus dinyatakan secara tegas dan jelas serta dipahami dan dimengerti oleh penjual dan pembeli.

2) Akad jual beli murabahah boleh dilakukan secara lisan, tertulis, isyarat, dan perbuatan/tindakan, serta dapat dilakukan secara elektronik sesuai syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Dalam hal perjanjian jual beli murabahah dilakukan secara tertulis, dalam akta perjanjian harus terdapat informasi mengenai harga perolehan (ra's mal al-murabahafr), keuntungarr (al-ribh), dan harga jual (tsaman al-murabahah).

Keempat : Ketentuan terkait Para Pihak

1) Jual beli boleh dilakukan oleh orang maupun yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Penjual (al-Ba'i') dan pembeli (al-Musytarl) harus cakap hukum (ahliyah) sesuai dengan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3) Penjual (al-Ba'i) harus memiliki kewenangan (wilayah) untuk melakukan akad jual beli, baik kewenangan yang bersifat ashliyyah maupun kewenangan yang bersifat niyabiyyah.

Kelima : Ketentuan terkait M utsman/Mabi'

1) Mutsmanlmabi' boleh dalam bentuk barang dan/atau berbentuk hak yang dimiliki penjual secara penuh (milk al-tam).

2) Mutsman/mab'i' harus berupa barang dan/atau hak yang boleh dimanfaatkan menurut syariah (mutaqawwam) dan boleh diperjualbelikan menurut syariah dan peraturan perundangundangan yang berlaku.

3) Mutsman/mabi' harus wujud, jelas/pasti/tertentu, dan dapat diserah terimakan (qudrat al-aslim) pada saat akad jual beli murabahah dilakukan.

4) Dalam hal mabi' berupa hak, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana ditentukan dalam Fatwa MUI nomor I/MUNAS VII/512A05 bntang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Keenam : Ketentuan terkait Ra's Mal al-Murabahah

1) Ra's mal al-murabahahharus diketahui (ma'lum) oleh penjual dan pembeli.

2) Penjual (al-ba'i') dalam akad jual beli murabahah tidak boleh melakukan tindakan khiyanah/tadlis terkait ra's mal al-murabahah.

Ketujuh : Ketentuan terkait Tsaman

1) Harga dalam akad jual beli murabahah (tsaman al-murabahah) harus dinyatakan secara pasti pada saat akad, baik ditentukan melalui tawar menawar, lelang, maupun tender.

2) Pembayaran harga dalam jual beli murabahah boleh dilakukan secara tunai (bai' al-hal), tangguh (bai' al-mu'aiia), bertahap/cicil (bai' bi al-taqsith), dan dalam kondisi tertentu boleh dengan cara perjumpaan utang (bai' al-muqashshah) sesuai dengan kesepakatan.

Kedelapan : Ketentuan terkait Produk dan Kegiatan

Murabahah yang direalisasikan dalam bentuk pembiayaan (al-tamwil bi al-murabahah), baik al-murabahah li al-amir bi al-syira' maupun almurabahah al-'adiyah, berlaku ketentuan (dhawabith) dan batasan (hudud) murabahah sebagaimana terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000) tentang Murabahah.

Kesembilan : Ketentuan Penutup

1) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan syariah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

(7)

2) Penerapan fatwa ini dalam kegiatan atau produk usaha wajib terlebih dahulu mendapatkan opini dari Dewan Pengawas Syariah.

3) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari temyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Fatwa DSN-MUI Tentang Diskon Dalam Murabahah

Menurut DSN-MUI ada beberapa ketetapan tentang diskon dalam akad murabahah, yang pertama yaitu tentang ketentuan umum

1) Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qîmah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah.

2) Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.

3) Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah.

4) Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (per-setujuan) yang dimuat dalam akad.

5) Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.

Kedua : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ketiga : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Fatwa DSN-MUI Tentang Denda Dalam Murabahah

Menurut DSN-MUI ada beberapa ketetapan tentang denda dalam akad murabahah, yang pertama yaitu tentang ketentuan umum

1) Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja.

2) Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

3) Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.

4) Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

5) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

6) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.

Kedua : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ketiga : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

C. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini tujuannya adalah mendeteksi kesesuaian implementasi, yang bukan mengukur dalam arti angka ataupun bentuk statistik, tetapi mendeteksi dari konteks dan teksnya maka metode kualitatif adalah metode yang tepat dalam penelitian ini. Metode penelitian kualitatif dipilih dengan tujuan untuk menggali, mengeksplorasi, menggambarkan, atau mengembangkan pengetahuan bagaimana kenyataan dialami, sehingga tidak menggunakan perhitungan (Moleong, 2005).

Unit Analisis

Penelitian ini menggunakan unit analisis yang terfokus pada persoalan penelitian yakni mengenai analisis akad murabahah dilihat dari sudut pandang kesesuaian implementasi akad murabahah tersebut dengan fatwa DSN- MUI. Unit analisis merupakan sesuatu yang berhubungan dengan fokus yang akan diteliti. Unit analisis dalam suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi, benda sesuai dengan fokus permasalahannya.

Dalam penelitian kualitatif pada dasarnya analisis data menggunakan pemikiran logis, analisis dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi, komparasi, dan sejenisnya. (Tatang, 1991)

(8)

Fokus Penelitian

Dalam rangka untuk mengetahui implementasi akad murabahah pada koperasi KPRI UB, makaenelitian ini berfokus pada beberapa objek penelitian yaitu :

1) Skema murabahah bil wakalah pada KPRI-UB 2) Objek murabahah bil wakalah pada KPRI-UB 3) Jaminan murabahah bil wakalah pada KPRI-UB 4) Margin murabahah bil wakalah pada KPRI-UB 5) Denda murabahah bil wakalah pada KPRI-UB 6) Diskon murabahah bil wakalah pada KPRI-UB Penentuan Informan

Berdasarkan unit analisis tersebut, maka pihak-pihak yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1) Pegawai pembiayaan simpan pinjam KPRI-UB karena bertugas sebagai pemutus atau komite pembiayaan.

2) Anggota pengguna murabahah untuk mengonfirmasi informasi yang diberikan pihak KPRI-UB 3) Pakar ekonomi syariah.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi akan tetapi menggunakan informan, dimana informan akan diwawancara secara mendalam tentang permasalahan atau fokus penelitian yang akan diteliti.

Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian, maka penelitian ini dilakukan di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas Brawijaya Malang yang berlokasi di Jalan. Mayjen Haryono No. 169 kota Malang. Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian ini dapat memperoleh data yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian. Lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat di obeservasi.

(Nasution,2003) Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan satu sumber data yakni sumber data primer. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian, data primer didapatkan melalui tahap wawancara mendalam kepada informan yang relavan dengan obyek penelitian, dalam hal ini data primer didapatkan langsung dari lokasi penelitian atau data lapangan yakni wawancara kepada pihak KPRI UB.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan Teknik wawancara dan dokumentasi

Teknik Analisa Data

Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Pengecekan Keabsahan Tenemuan

Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik

D.PEMBAHASAN Gambaran Umum Produk Pembiayaan Murabahah pada KPRI UB

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas Brawijaya (KPRI-UB) merupakan koperasi yang didirikan oleh Universitas Brawijaya dengan tujuan yaitu untuk mensejahterakan pegawai Universitas Brawijaya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Berikut adalah gambaran umum tentang produk pembiayaan akad murabahah pada KPRI UB.

Produk pembiayaan murabahah KPRI UB a. Umum

1) Pada prinsipnya pembiayaan di arahkan untuk tujuan yang produktif dan untuk kesejahteraan anggota KPRI-UB.

(9)

2) Agar pemberian pembiayaan merata dan adil, harus dijamin pengembaliannya secara teratur dan pasti.

b. Plafond Pemberian Pembiayaan Plafond Pemberian Pembiayaan PNS Tabel 4. 1 : Plafond Pembiayaan PNS

Golongan Maksimal Jangka Waktu

I Rp. 125.000.000,- s/d 120 bulan (10tahun) II Rp. 175.000.000,- s/d 120 bulan (10tahun) III Rp. 250.000.000,- s/d 120 bulan (10tahun) IV Rp. 300.000.000,- s/d 120 bulan (10tahun) Sumber : KPRI-ub 2020

Pembiayaan diatas plafond atau kasus tertentu diputuskan melalui rapat pengurus.

Plafond Pemberian Pembiayaan Non PNS Tabel 4. 2 : Plafond Pembiayaan Non PNS

Maksimal Jangka Waktu

SK Kontrak Rp. 25.000.000,- s/d 36 bulan (3th) ADM SK Rektor 80% Rp. 50.000.000,- s/d 84 bulan (7th) DOSEN SK Rektor 80% Rp. 100.000.000,- s/d 84 bulan (7th) ADM SK Rektor 100% Rp. 125.000.000,- s/d 120 bulan (10th) DOSEN SK Rektor 100% Rp. 150.000.000,- s/d 120 bulan (10th)

(SK Kontrak) Pengajuan diatas Rp 10.000.000,- jangka waktu 12 bulan disertai jaminan (Angunan) (SK Rektor Tetap) Pengajuan diatas Rp. 50.000.000,- disertai Jaminan (Angunan) Sertifikat SHM Pembiayaan di atas plafond atau kasus tertentu akan diputuskan melalui rapat pengurus

c. Jenis Pembiayaan yang diberikan dan besar jasa pada KPRI UB

Murabahah diberikan kepada anggota untuk keperluan pembelian barang dengan jangka waktu pendek (maksimal 24 bulan). Margin ditetapkan atas kesepakatan Bersama (pemohon dan KPRI UB)

d. Persyaratan Pembiayaan Persyaratan Pembiayaan PNS

1) Mengisi formulir yang disediakan pada Devisi Simpan Pinjam (SP) KPRI UB 2) Tidak memiliki tunggakan angsuran untuk seluruh pembiayaan

3) Angsuran lewat pemotongan gaji di masing-masing bendahara gaji Fakultas / Unit kerja 4) Besar pembiayaan yang diberikan maksimal sesuai plafond

5) Formulir diserahkan Kembali kepada petugas simpan pinjam, tidak dibenarkan diserahkan kepada petugas lain

6) Slip gaji bulanan terakhir ditandatangani bendahara gaji Fakultas / Kantor Pusat / Unit kerja.

7) Foto copy KTP Suami, Istri masing-masing 2 lembar

8) Seluruh pembiayaan dikenakan provisi dari total pembiayaan. Besar prosentase menyesuaikan sebagai berikut

Tabel 4. 3 : Profisi Pembiayaan PNS

Sumber : KPRI-UB,2020

9) Kolom tanda tangan Wakil Dekan II atau Jurubayar harus ada stempel fakultas atau unit kerja 10) Realisasi pembiayaan dilaksanakan :

• Dilaksanakan tanggal 1 s/d 20 setiap bulannya

• Dalam keadaan tertentu realisasi dapat dilaksanakan tanggal 21 s/d akhir bulan dengan ketentuan :

- Budget kas / keuangan masih memungkinkan

- Angsuran pertama akan dipotong dari gaji dua bulan berikutnya setelah realisasi

Usia Nominal Pembiayaan

s/d 100 Juta 101 jutan s/d 200 juta Diatas 200 juta

s/d 40 tahun 0,5 % 0,6 % 0,7 %

41-50 tahun 0,6 % 0,7 % 0,8 %

51-60 tahun 0,7 % 0,8 % 0,9 %

Ditas 60 tahun 0,8 % 0,9 % 1,0 %

(10)

- Dibebankan 1/3 jasa dari jasa yang harus dibayarkan (saat realisasi) Persyaratan Pembiayaan Non PNS

1) Mengisi formulir yang disediakan pada Devisi Simpan Pinjam (SP) KPRI UB 2) Tidak memiliki tunggakan angsuran untuk seluruh pembiayaan

3) Angsuran lewat pemotongan gaji di masing-masing bendahara gaji Fakultas / Unit kerja 4) Besar pembiayaan yang diberikan maksimal sesuai plafond

5) Formulir diserahkan Kembali kepada petugas simpan pinjam, tidak dibenarkan diserahkan kepada petugas lain

6) Slip gaji bulanan terakhir ditandatangani bendahara gaji Fakultas / Kantor Pusat / Unit kerja.

7) Foto copy SK kontrak (terbaru) / SK Rektor 80% / SK Rektor 100%

8) Foto copy KTP suami, istri masing-masing 2 lembar

9) Seluruh pembiayaan dikenakan provisi dari total pembiayaan. Besar prosentase menyesuaikan sebagai berikut

Tabel 4. 4 : Profisi Pembiayaan Non PNS

Usia Nominal Pembiayaan

s/d 100 Juta 101 jutan s/d 200 juta Diatas 200 juta

s/d 40 tahun 0,5 % 0,6 % 0,7 %

41-50 tahun 0,6 % 0,7 % 0,8 %

51-60 tahun 0,7 % 0,8 % 0,9 %

Ditas 60 tahun 0,8 % 0,9 % 1,0 %

10) Kolom tanda tangan Wakil Dekan II atau Jurubayar serta Ka.TU ada stempel fakultas atau unit kerja

11) Relasi pembiayaan dipertimbangkan dari :

• Lama menjadi anggota koperasi dengan ketentuan sebagai berikut : - 3 bulan - 2 tahun besar pembiayaan 25% dari plafond - 2 tahun - 3 tahun besar pembiayaan 50% dari plafond - 3 tahun - 4 tahun besar pembiayaan 75% dari plafond

• Kemampuan anggota untuk mengangsur

• Dilaksanakan tanggal 1 s/d 20 setiap bulannya

• Dalam keadaan tertentu realisasi dapat dilaksanakan tanggal 21 s/d akhir bulan dengan ketentuan :

- Angsuran pertama akan dipotong dari gaji dua bulan berikutnya setelah realisasi - Dibebankan 1/3 jasa dari jasa yang harus dibayarkan (saat realisasi)

e. Pelunasan Pembiayaan

Pelunasan Pembiayaan Murabahah PNS dan Non PNS

1) Pelunasan pembiayaan diminta datang sendiri ke KPRI UB

2) Pelunasan pembiayaan dari dana KPRI UB sendiri tidak dibebani jasa

3) Pelunasan pembiayaan dari dana bank dibebani penalty 3 % dari sisa pembiayaan dan jasa 1 kali

4) Khusus pembiayaan Murabahah pelunasan berlaku keseluruhan nilai HPP + margin nilai barang

Batas akhir pelunasan pembiayaan tanggal 19 setiap bulannya karena diatas tanggal tersebut sudah masuk tagihan ke jurubayar fakultas / unit kerja masing-masing

Data Informan

Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu anggota pembiayaan murabahah KPRI-UB, Kepala Divisi Simpan Pinjam KPRI UB, Kasir Divisi Simpan Pinjam KPRI-UB, Kepala Divisi Perdagangan KPRI-UB. Berdasarkan hal tersebut maka pihak-pihak yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 5 : Daftar Informan

No Informan Jabatan

1. Informan I Kepala Divisi Simpan Pinjam KPRI-UB

2. Informan II Kasir Divisi Simpan Pinjam KPRI-UB

3. Informan III Pengguna akad Murabahah bil Wakalah

(11)

No Informan Jabatan

4. Informan IV Pakar Ekonomi Syariah

Sumber: Penulis, 2020

Implementasi Pembiayaan Akad Murabahah Pada KPRI-UB

Peneliti mendapatkan jawaban di lapangan yang menjelaskan mengenai Implementasi Pembiayaan Murabahah pada KPRI UB. Jawaban diperoleh oleh peneliti dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. Berikut ini adalah hasil temuan implementasi pembiayaan akad murabahah pada KPRI UB

Implementasi Skema Pembiayaan Murabahah Bil Wakalah Pada KPRI-UB

Murabahah bil Wakalah merupakan salah satu produk pembiayaan yang ditawarkan oleh KPRI UB. Berikut ini adalah implementasi skema pembiayaan murabahah pada KPRI UB. Skema berikut ini adalah skema yang dijelaskan oleh informan dalam penelitian ini.

Gambar 4. 1 : Skema pembiayaan Murabahah bil Wakalah pada KPRI UB

Sumber : Penulis, 2020 Keterangan :

1)

Anggota datang ke kantor KPRI UB divisi simpan pinjam untuk mengajukan permohonan pembiayaan, mengisi formulir pembiayaan dan menyerahkan syarat- syarat pembiayaan.

2)

Kemudian pihak KPRI UB memberikan kuasa kepada anggota untuk membeli barang yang diinginkan.

3)

Anggota membeli barang kepada pihak supplier

4)

Supplier memberikan nota pembelian barang kepada Anggota

5)

Anggota memberikan bukti pembelian bang kepada KPRI-UB

6)

Supplier mengirim barang kepada anggota

7)

Anggota membayar angsuran pembiayaan murabahah kepada KPRI-UB

Dari penjelasan informan tentang skema pembiayaan murabahah bil wakalah pada KPRI-UB. Praktik yang dilakukan oleh KPRI-UB masih belum sesuai dengan fatwa DSN-MUI No. 111/DSN-MUI/IX/2017 tentang AKAD JUAL BELI MURABAHAH yang berbunyi : “Bai' al-murabahah al-'adiyyah adalah akad jual beli murabahah yang dilakukan atas barang yang sudah dimiliki penjual pada saat barang tersebut ditawarkan kepada calon pembeli.”

Karena dalam praktiknya pihak KPRI-UB mengadakan akad sebelum anggota membeli barang. Seharusnya adalah setelah barang di beli oleh anggota, anggota mengembalikan terlebih dahulu barang yang sudah dibeli kepada pihak KPRI-UB kemudian setelah itu melakukan akad pembiayaan murabahah.

Implementasi Objek Murabahah Pada KPRI UB

(12)

Berdasarkan hasil temuan yang ditemukan oleh peneliti dapat disimpulkan objek pembiayaan murabahah yang diperjual belikan sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Akad Murabahah yang berbunyi “Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam.”

Implementasi Jaminan Dalam Pembiayaan Murabahah Pada KPRI UB

Berdasarkan hasil temuan yang ditemukan oleh peneliti implementasi jaminan dalam pembiayaan murabahah pada KPRI-UB dapat disimpulkan sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang AKAD MURABAHAH karena jaminan diperbolehkan dalam fatwa DSN-MUI, sedangkan praktik yang diaplikasikan pada KPRI-UB tidak terdapat jaminan dalam pembiayaannya. Berikut adalah fatwa DSN-MUI tentang Jaminan :

1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.

2) Lembaga keuangan dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

Implementasi Penentuan Margin Pembiayaan Murabahah Pada KPRI UB

Berdasarkan hasil temuan yang ditemukan oleh peneliti penentuan margin dalam pembiayaan akad murabahah pada KPRI-UB ditentukan atas dasar kesepakatan kedua pihak, yaitu anggota dan KPRI-UB. Margin akan ditentukan setelah anggota mengetahui harga pokok barang yang diinginkan. Atas dasar hasil temuan tersebut, maka dapat disimpulkan implementasi yang diterapkan oleh KPRI-UB sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.

111/DSN-MUI/IX/2017 tentang AKAD JUAL BELI MURABAHAH yang berbunyi : “Tsaman al-murabahah adalah harga jual dalam akad jual beli murabahah yang berupa ra's mal al-murabahah ditambah keuntungan yang disepakati.”

Implementasi Denda Dalam Pembiayaan Murabahah Pada KPRI UB

Berdasarkan hasil temuan yang ditemukan oleh peneliti, dapat disimpulkan implementasi denda pada pembiayaan akad murabahah pada KPRI-UB sudah sesuai dengan fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 17/DSN- MUI/IX/2000 Tentang SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA-NUNDA PEMBAYARAN yang berbunyi : ”Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja.”

Implementasi Diskon Dalam Pembiayaan Murabahah Pada KPRI UB

Berdasarkan hasil temuan yang ditemukan oleh peneliti, dapat disimpulkan penerapan diskon dalam pembiayaan akah murabahah KPRI-UB sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 16/DSN-MUI/IX/2000 Tentang DISKON DALAM MURABAHAH yang berbunyi “Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah.”

Implementasi Skema Pembayaran Murabahah

Untuk memperjelas pembahasan pada penelitian ini maka peneliti akan memberikan contoh skema pembayaran pembiayaan murabahah bil wakalah yang di implementasikan oleh KPRI-UB. Contoh yang diberikan adalah skema pembayaran yang dilakukan oleh informan II yang pernah menggunakan produk pembiayaan murabahah pada KPRI UB. Informan II pernah mengajukan pembiayaan sepeda motor dengan total nominal yang dibiayain adalah sebesar Rp.10.000.000. Kemudian KPRI-UB memberikan margin sebesar Rp.999.800 dengan cicilan pembayaran sebanyak 18 kali. Berikut ini adalah tabel pembayaran pembiayaan murabahah.

Tabel 4. 6 : Skema Pembayaran Pembiayaan Murabahah

Bulan ke- Nominal yang dibayarkan

1 Rp.611.100

2 Rp.611.100

3 Rp.611.100

4 Rp.611.100

5 Rp.611.100

6 Rp.611.100

7 Rp.611.100

8 Rp.611.100

9 Rp.611.100

10 Rp.611.100

11 Rp.611.100

12 Rp.611.100

13 Rp.611.100

14 Rp.611.100

15 Rp.611.100

(13)

Bulan ke- Nominal yang dibayarkan

16 Rp.611.100

17 Rp.611.100

18 Rp.611.100

TOTAL Rp. 10.999.800 Sumber : KPRI-UB,2020

Analisis Implementasi Produk Pembiayaan Murabahah Pada KPRI-UB

Dalam menganalisis temuan yang peneliti temui pada KPRI-UB, maka peneliti meminta bantuan kepada informan IV yaitu selaku pakar ekonomi syariah, beliau berprofesi sebagai akademisi pada salah satu perguruan tinggi negeri yang berada di kota Malang. Peran informan IV dalan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi pembiayaan murabahah pada KPRI-UB apakah sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI atau belum.

Berikut adalah hasil analisis dari informan IV.

Dari hasil temuan yang ditemukan oleh peneliti dan didiskusikan dengan informan IV, ditemukan bahwa dalam skema pembiayaan murabahah pada KPRI-UB masih terdapat praktik yang belum sesuai dengan Fatwa DSN- MUI. Berikut ini adalah hasil dari wawancara dengan informan IV selaku pakar ekonomi Syariah

“Ya memang di lapangan di lembaga keuangan di BMT dan koperasi Syariah ada yang praktiknya seperti itu, kalau memang KPRI mempraktikkan seperti itu, saran anda dari temuan itu mestinya yang terjadi bukan memberikan tetapi mewakilkan untuk membeli motor, nanti motornya diserahkan lagi kepada KPRI kemudian baru dijual kepada anggota tadi, tapi kan apa ya, bagi orang administratif ini kan ribet ya, intinya ya sama gitu kan. Tapi itu, justru itulah letak murabahah dan wakalahnya, bedanya ada konsekuensinya di situ itu” (Informan IV,2020)

Selain skema murabahah peneliti juga meneliti bagaimana penerapan objek, margin, denda, jaminan dan diskon yang diterapkan pada akad murabahah KPRI-UB. Berdasarkan hasil temuan yang ditemukan peneliti penerapan objek, margin, denda, jaminan dan diskon sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI. Berikut ini adalah hasil diskusi dengan informan IV berdasarkan hasil temuan yang ditemukan peneliti pada KPRI UB

“Jaminan dan denda kan gak ada, jadi ga masalah. Diskon gapapa, madzhab maliki dan fatwa DSN-MUI memperbolehkan. Margin dalam murobahah, selisih harga beli dan harga jual harus diketahui kedua pihak”

(Informan IV,2020)

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan IV maka dapat disimpulkan bahwa penerapan akad murabahah bil wakalah pada KPRI-UB masih belum sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 111/DSN- MUI/IX/2017 tentang AKAD JUAL BELI MURABAHAH yang berbunyi : “Bai' al-murabahah al-'adiyyah adalah akad jual beli murabahah yang dilakukan atas barang yang sudah dimiliki penjual pada saat barang tersebut ditawarkan kepada calon pembeli.”

Tabel 4. 7 : Analisis Implementasi

Teori Penerapan pada KPRI-UB Kesimpulan

Fatwa No.04/DSN- MUI/IV/2000 tentang Akad Murabahah

Skema Murabahah wakalah Anggota > KPRI Simpan Pinjam

> KPRI memberikan uang kepada anggota > anggota membeli sendiri barang yang di inginkan > anggota memberikan kwitansi pembelian barang kepada KPRI > anggota melakukan angsuran melalui potong gaji

Belum sesuai fatwa DSN-

MUI No.04/DSN-

MUI/IV/2000 tentang Akad Murabahah

Objek

KPRI-UB membolehkan segala macam objek dalam pembiayaan murabahah, dengan syarat barang tersebut halal

Sesuai fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Akad Murabahah

Jaminan

KPRI-UB memberikan jaminan dalam pembiayaan murabahah jika pembiayaan tersebut mencapai nominal tertentu

Sesuai fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Akad Murabahah

(14)

Teori Penerapan pada KPRI-UB Kesimpulan Margin

KPRI-UB menentukan margin berdasarkan kesepakatan kedua pihak

Sesuai fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Akad Murabahah

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 17/DSN- MUI/IX/2000 Tentang

SANKSI ATAS

NASABAH MAMPU

YANG MENUNDA-

NUNDA

PEMBAYARAN

Denda

KPRI-UB meniadakan denda dalam produk pembiayaan akad murabahah

Sesuai Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO:

17/DSN-MUI/IX/2000

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional

NO: 16/DSN-

MUI/IX/2000 Tentang

DISKON DALAM

MURABAHAH

Diskon

Jika terdapat diskon dalam pembiayaan akad murabahah pada KPRI-UB maka diskon akan menjadi milik anggota

Sesuai Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 16/DSN-MUI/IX/2000

Sumber : Penulis,2020

B. Bagian Utama

Bagian utama artikel antara lain berisi: latar belakang, kerangka teoritis, metode penelitian, hasil dan pembahasan serta kesimpulan dan rekomendasi.

C. Bagian Akhir

Bagian akhir artikel antara lain terdiri dari nomenklatur (bila ada), ucapan terima kasih dan daftar pustaka.

E.PENUTUP Kesimpulan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari pembahasan yang sudah di paparkan pada bab sebelumnya berdasarkan penelitian di lapangan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Implementasi skema atau alur pembiayaan murabahah bil wakalah belum sesuai fatwa DSN-MUI No.

111/DSN-MUI/IX/2017 tentang AKAD JUAL BELI MURABAHAH

b. Implementasi objek, jaminan dan penentuan margin pada pembiayaan murabahah di KPRI-UB sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang AKAD MURABAHAH.

c. Implementasi denda pada pembiayaan akad murabahah di KPRI-UB sudah sesuai Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA- NUNDA PEMBAYARAN.

d. Implementasi diskon pada pembiayaan akad murabahah di KPRI-UB sudah sesuai Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 16/DSN-MUI/IX/2000 Tentang DISKON DALAM MURABAHAH.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai implementasi pembiayaan murabahah bil wakalah pada KPRI-UB, maka peneliti memberikan saran kepada anggota dan pihak KPRI-UB dalam mengimplementasikan pembiayaan syari’ahnya. Saran-saran yang diberikan diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan penelitian ini. Adapun bebrapa saran yang diberikan yaitu:

a. Bagi anggota yang hendak melakukan pembiayaan agar lebih dahulu memahami standar produk pembiayaan murabahah dan Fatwa DSN-MUI mengenai murabahah agar terhindar dari transaksi yang tidak sesuai syariat.

b. Bagi pihak KPRI-UB agar mengetahui, memahami, dan mengimplementasikan standar produk pembiayaan murabahah sesuai Fatwa DSN-MUI mengenai murabahah, agar terhindar dari transaksi yang tidak sesuai syariat.

(15)

c. Bagi pihak KPRI-UB supaya mencetak dan memasang skema yang sesuai dengan fatwa DSN-MUI pada kantor divisi simpan pinjam KPRI-UB. Hal ini diharapkan menjadi edukasi atau dakwah ekonomi yang berasis dengan hukum islam dan dapat diketahui Bersama serta mempermudah untuk dipelajari.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan melakukan penelitian di berbagai segmen pembiayaan pada KPRI-UB.

Karena, peneliti merasa masih kurang memperluas produk penelitian.

UCAPANTERIMAKASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Ibu Dr. Asfi Manzilati, SE., ME. selaku dosen pembimbing skripsi serta Bapak Aminullah Achmad Muttaqin, M.Sc. Fin. dan Prof. Dr. M. Umar Burhan, SE., MS. selaku dosen penguji skripsi. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya sehingga jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTARPUSTAKA Rozalinda.2017. Fikih Ekonomi Syariah. Padang : Rajawali Pers

Burhanuddin,2013. Koperasi Syariah dan pengaturannya di Indonesia. Malang : UIN-Maliki Press Moeleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, A. Muri. 2015. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. 2019. Fatwa. https://dsnmui.or.id/kategori/fatwa/

diakses pada 28 Januari 2020

Hestanto. 2020. https://www.hestanto.web.id/pengertian-pembiayaan/ diakses pada 15 Juli 2020

NU Online. 2020. https://islam.nu.or.id/post/read/84936/akad-murabahah-dalam-kajian-fiqih diakses pada 15 Juli 2020

Creswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Designs.

Creswell, J. W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pela

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kekaisaran Ottoman, beberapa persyaratan dasar Murabahah adalah: 1) Murabahah adalah suatu bentuk jual beli, dimana penjual secara jelas menunjukkan harga

Koperasi syari’ah Tulungagung melakukan pembiayaan dengan sistem Murabahah yang selalu mengutamakan perjanjian akad sesuai syariat islam menurut DSN MUI