Analisis Kualitas Produk Minyak Goreng Kemasan Standing Pouch Menggunakan Metode FMEA pada PT. KIAS
Muhammad Ramadhan Fernandi1, Akhmad Wasiur Risqi2, Yanuar Pandu Negoro3
1,2,3Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik Jl. Sumatera 101 GKB, Randuagung Gresik 61121, Indonesia
Koresponden email: [email protected]1, [email protected]2
Diterima: 17 Juli 2022 Disetujui: 31 Juli 2022
Abstract
This research was conducted with the number of product defects that occur in the production process of making Standing Pouch packaged cooking oil, this study also aims to reduce product defects using the FMEA method. In this study using qualitative data where the data is from the results of questionnaires with influential sources in the production process. In this study, there are 5 models that cause product defects, including leaky pouches, unclear date numbers, broken seals, damaged cartons, less oil volume. The FMEA method itself has 3 tools used to assist in completing this research, namely Pareto diagrams, flowcharts, and fishbone diagrams, where the 3 tools aim to get results to determine the RPN value or the highest value, the RPN value itself is obtained from the multiplication result. between severity, occurrence, and detection.
From the results of the research conducted, it was found that the cause of the defect in standing pouch cooking oil packaging products with the highest RPN value. The conclusions obtained are the pouch is leaking (pierced by a sharp object when in the machine or conveyor), the date number is not clear (the pouch is not hot enough so that when clamped the embossed pouch is still hard), the seal is broken (the sealbar heater setting is not right), the carton is damaged (the slotter has more visibility). 0.6mm so that it is exposed to cardboard when gluing the insulation, the volume of oil is less (the crank setting is not right).
Keywords: product defects, FMEA, RPN, standing pouch cooking oil packaging, severity, occurrence, detection
Abstrak
Banyaknya kecacatan produk yang terjadi pada proses produksi pembuatan minyak goreng kemasan standing pouch menimbulkan tanda tanya. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kecacatan produk dengan menggunakan metode FMEA. Dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif dimana data tersebut dari hasil kuesioner dengan narasumber yang berpengaruh dalam proses produksi. Pada penelitian ini ada 5 model penyebab kecacatan produk antara lain yaitu pouch bocor, date number tidak jelas, seal jebol, karton rusak, volume minyak kurang. Metode FMEA sendiri terdapat 3 alat yang digunakan untuk membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, yakni diagram pareto, flowchart, dan fishbone diagram, yang mana 3 alat tersebut bertujuan mendapatkan hasil untuk menentukan nilai RPN atau nilai yang paling tinggi, nilai RPN sendiri didapat dari hasil perkalian antara severity, occurance dan detection. Dari hasil penelitian didapat penyebab kecacatan produk kemasan minyak goreng standing pouch dengan nilai RPN tertinggi. Kesimpulan yang didapat adalah pouch bocor (tertusuk benda tajam saat di mesin maupun conveyor), date number tidak jelas (pouch kurang panas sehingga ketika dijepit embos pouch masih keras), seal jebol (setingan sealbar heater kurang pas), karton rusak (slotter outspek lebih 0,6 mm sehingga terkena karton saat perekatan isolasi, volume minyak kurang (setingan engkolan kurang pas).
Kata Kunci: kecacatan produk, FMEA, RPN, kemasan minyak goreng standing pouch, severity, occurance, detection.
1. Pendahuluan
Pengendalian kualitas (quality control) merupakan kegiatan analisa dan perbaikan dapat dilakukan guna merawat atau meningkatkan mutu produk agar akurat dengan standar yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Kualitas sendiri adalah “The ability of a product to perform its function includes the general durability of the product, reliability, accuracy, ease of operation and maintenance, and other valuable attributes” yaitu suatu keterampilan dalam bentuk produk dengan tujuan mempraktikkan kegunaannya [1].
Kualitas pada industri manufaktur, dari sisi lain menekankan produk yang dihasilkan, juga harus diperhatikan kualitas mutu produksinya yang dihasilkan. Poin yang terbaik adalah apabila perhatian mutu
bukan terdapat pada produk akhir, namun terdapat pada proses produksi atau produk yang berada dalam proses, sehingga apabila terdapat kesalahan masih dapat diperbaiki [2].
FMEA sendiri adalah metode untuk menyelidiki model kegagalan agar dapat menentukan efek kegagalan yang terkait dalam setiap mode kegagalan. Adapun analisis FMEA, yaitu berfokus pada pengaruh kerusakan atau mekanisme kerusakan [3][4]. Suatu penyebab kegagalan dan bentuk model untuk setiap mode kegagalan telah diidentifikasi, jadwal pemeliharaan preventif atau rencana pemantauan untuk mengurangi tingkat kegagalan dapat diusulkan. Dengan demikian bentuk potensial kegagalan dapat ditekan dengan langkah-langkah yang diharapkan berdasarkan prioritas. Perhitungan RPN diperoleh saat memilih tentang prioritas. Nilai dari perhitungan RPN yang dihasilkan mewakili prioritas peningkatan area atau komponen yang termasuk dalam sistem [5].
PT. KIAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan minyak masak dengan merk Sedap. Pada saat produksi agar mendapatkan produk yang berkualitas dan baik, biasanya perusahaan menerapkan aturan atau spesifikasi yang pas pada produk agar dapat digunakan untuk sebagai batasan dari produk tersebut layak atau tidak. Dari kesimpulan di atas terdapat banyak permasalahan yang muncul terutama pada kecacatan produk kemasan minyak goreng STP (Standing Pouch) agar dapat diukur dan dianalisa penyebab utama dari kecacatan tersebut. Adapun salah satu metode yang dapat menangani masalah dari kecacatan produk yaitu dengan memakai metode FMEA, yaitu bentuk metode yang mayoritas dipakai buat identifikasi bentuk dari kegagalan yang dalam kegagalan tersebut dapat menyebabkan efek kegagalan fungsi dan dapat memastikan efek kegagalan tersebut dapat dihubungkan pada setiap model dari kegagalan [6][7].
2. Metode Penelitian
Metode Penelitian dilakukan di PT. KIAS dengan memakai data kuantitatif, data tersebut diperoleh dengan menggunakan data primer maupun sekunder. Data primer didapat dari hasil pembuatan kuesioner dan disebarkan kuesioner tersebut ke pihak paling berpengaruh di area produksi, data sekunder adalah data suport dari penelitian ini.
Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan penelitian sebagai berikut:
Mulai
Studi pendahuluan Studi puastaka
Identifikasi masalah
> Data produk dan Produk cacat pada bulan Maret 2022
Pengumpulan data
> Data Defect produk pada bulan Maret 2022
> Data kuantitatif Pengolahan data
> Identifikasi masalah dengan diagarm tulang ikan (Fishbone)
> Membangun FEMA
> Menetapkan nilai untuk SOD
> Menentukan dan menetapkan nilai Risk Priority Number (RPN)
Analisa untuk menentukan tingkat prioritas
Kesimpulan dan Saran
Gambar 1. Langkah-langkah penelitian
Keterangan:
1. Mulai
2. Studi pendahuluan
Pada tahap ini adalah survei awal, karena tahap ini sangat diperlukan untuk melihat secara real yang bertujuan untuk diteliti. Hal tersebut untuk menghindari adanya ketidak sesuaian antara tujuan penelitian dengan kondisi yang sebenarnya.
3. Studi pustaka
Pada tahap ini adalah pengumpulan studi literatur sebagai bahan referensi. Informasi studi literatur diambil dari buku serta jurnal penelitian yang tujuannya agar dapat membantu menyelesaikan laporan penelitian.
4. Identifikasi masalah
Pada tahap ini melakukan identifikasi terhadap perusahaan pada bulan Maret 2022, yang nantinya akan dilakukan tindakan perbaikan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
5. Pengelompokan data
pada tahap ini dilakukan pengambilan data defect produk minyak goreng kemasan standing pouch (STP) 1 dan 2 liter pada bulan Maret 2022 yang berupa data kuantitatif yang nantinya akan dijadikan bahan pengolahan data selanjutnya.
6. Pengolahan data
Pada tahap ini pengumpulan data mencakup prosedur penerapan metode FMEA sebagai berikut:
a. Menentukan nilai Severity Occurance Detection (SOD)
Dimana nilai Severity ini untuk menunjukkan tingkat keparahan pada defect, sedangkan untuk Occurance ditunjukkan nilai yang sering mengalami kegagalan secara spesifik, detection yaitu dimana nilai yang dilakukan dengan adanya sistem pengendalian yang dilakukan pencatatan terhadap suatu jumlah produk dan jumlah potensial kegagalan yang terjadi.
b. Menghitung serta menetapkan RPN
Jika nilai Severity Occurance Deection (SOD) sudah didapat, lanjut dengan menghitung RPN yaitu dengan mengalikan Saverity Occurance, dan Detection (SOD) yang sudah ada tersebut.
7. Analisis data
Pada tahap ini melakukan pengurutan nilai dari Risk Priority Number (RPN) yang nantinya nilai tersebut dipakai untuk mengetahui prioritas perbaikan defect yang terjadi. Kemudian hasil dari pengurutan tersebut akan dilakukan analisa dari masing-masing defect yang sudah memiliki nilai, dari nilai tersebut akan digunakan untuk mengetahui manakah nilai yang berkontribusi terhadap nilai RPN dan hasil analisa tersebut, selanjutnya akan dipakai sebagai acuan dalam memberikan usulan perbaikan pada produk tersebut.
8. Kesimpulan dan saran
Setelah proses analisis data selesai, kemudian membuat kesimpulan dari langkah-langkah pengerjaan secara keseluruhan, lanjut dengan menentukan hasil analisa yang sudah dilakukan pada tahap sebelumnya.
Analisis menggunakan metode FMEA
FMEA dapat didefinisikan suatu bentuk penelitian terstruktur bertujuan agar menemukan penyebab kegagalan dan menghilangkan segala jenis kegagalan yang terdapat pada produk minyak goreng kemasan (standing pouch) [8][9][10].
Adapun model penyelesaian dengan menggunakan metode FMEA:
a. Melaksanakan analisis pada produksi
b. Identifikasi potensial kegagalan pada produksi c. Identifikasi akibat yang ditimbulkan.
d. Menentukan severity (S) yakni seberapa serius bentuk dari kegagalan.
e. Identifikasi pengaruh bentuk kegagalan saat proses berlangsung.
f. Menentukan occurance (O), yaitu tingkat keseringan dari kegagalan yang diakibatkan oleh potencial cause.
g. Identifkasi kontrol (current procces control) yaitu penjelasan kontrol bertujuan menghindari efek dari mode kegagalan.
h. Menentukan detection (D), yaitu proses kontrol untuk mencegah terjadinya mode kegagalan.
i. Menentukan RPN yaitu mengalikan Severity (S), Occurance (O), Detection (D).
j. RPN adalah suatu bentuk dari potensial kegagalan, semakin tinggi nilainya maka semakin bermasalah tingkat dari kegagalannya. Hasil ini tidak jadi acuan buat pembenahan.
k. Melakukan usulan perbaikan dari (potencial cause)
Adapun 3 alat kegiatan FMEA:
a. Diagram Pareto, yaitu grafik yang menunjukkan permasalahan dengan urutan jumlah kejadian yang paling banyak. Masalah tersebut lalu ditampilkan ke diagram batang. Yang pertama mulai dari tertinggi ditempatkan posisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah paling sedikit terjadi ditempatkan pada sisi paling kanan [11].
b. Flowchart, bentuk dari suatu model yang menampilkan urutan dan wajib dilakukan dalam mengakhiri bentuk dari permasalahan dengan cara mengaplikasikan ke dalam serangkaian simbol- simbol grafik khusus [12].
c. Fishbone Diagram, dalam mencari faktor yang menyebabkan kualitas pada suatu proses untuk memecahkan inter-relasi antar faktor-faktor [13].
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini menganalisa permasalahan yang sering terjadi kecacatan produk minyak goreng kemasan standing pouch (STP) di PT. KIAS dengan memakai metode FMEA. Penelitian ini juga terkait dengan berbagai macam permasalahan, mulai dari menghitung berapa besar dampak yang timbul dari intensitas kejadian yang mempengaruhi output proses, mencari frekuensi dari pengaruh kegagalan suatu produk secara spesifik, pengukuran guna mendeteksi atau mengontrol defect/kecacatan yang telah terjadi.
Dalam pengumpulan data penelitian yaitu memakai data kuesioner yang disebarkan kepada supervisor produksi, alasan memilih supervisor produksi adalah orang tersebut sangat berpengaruh di area produksi dan lebih paham mengenai kecacatan produk minyak goreng kemasan standing pouch (STP). Gambar 2 adalah data historis jenis kecacatan dari produk minyak goreng kemasan standing pouch (STP) selama bulan 3 Maret 2022.
Gambar 2. Histogram jenis kecacatan produk minyak goreng kemasan standing pouch (STP) Sumber: Pengolahan data (2022)
Pada Gambar 2 Terdapat jenis kecacatan produk minyak goreng kemasan standing pouch (STP) pada bulan Maret 2022 mulai dari pouch bocor, seal jebol, volume minyak kurang, date number tidak jelas, dan karton rusak. Dari jenis kerusakan tersebut memiliki jumlah kecacatan yang banyak, untuk itu perlu adanya analisis lebih lanjut agar bisa diketahui penyebab-penyebab dari kecacatan tersebut dan dapat diatasi sehingga kecacatan produk minyak goreng kemasan standing pouch (STP) dapat terminimalisir.
Tabel 1 adalah jumlah OK dan NG yang terjadi pada minyak goreng kemasan standing pouch 1 liter pada bulan Maret 2022 di PT. KIAS.
Tabel 1. Data OK dan NG pada bulan Maret 2022 di PT. KIAS No. Data Defect Minyak Goreng Kemasan 1 Liter pada bulan Maret
Periode Keterangan Jumlah Satuan
1. Minggu 1 (28/02/2022- 05/03/2022)
Ok 598200 Pcs
Ng 2426 Pcs
2. Minggu 2 (07/03/2022- 12/03/2022)
Ok 534740 Pcs
Ng 2167 Pcs
POUCH BOCOR
SEAL JEBOL
VOLUME MINYAK KURANG
DATE NUMBER
TIDAK JELAS
KARTON RUSAK
Series1 2158 2055 2050 1980 1887
Series2 21% 42% 62% 81% 100%
2158
2055 2050
1980
1887 21%
42%
62%
81%
100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1750 1800 1850 1900 1950 2000 2050 2100 2150 2200
Series1 Series2
No. Data Defect Minyak Goreng Kemasan 1 Liter pada bulan Maret
Periode Keterangan Jumlah Satuan
3. Minggu 3 (14/03/2022- 19/03/2022)
Ok 454200 Pcs
Ng 2513 Pcs
4. Minggu 4 (21/03/2022- 26/03/2022)
Ok 440400 Pcs
Ng 3024 Pcs
Total Ok/Ng Ok 2027540 Pcs
Ng 10130 Pcs
% 0,50%
Sumber: Pengolahan data (2022)
Dari Tabel 1 jumlah total keseluruhan kecacatan mulai dari pouch bocor, seal jebol, volume minyak kurang, date number tidak jelas, dan karton rusak. Kemudian agar menemukan permasalahan dari mana defect produk itu terjadi, dibuatkanlah flowchart agar mengetahui proses produksi mulai dari awal sampai bahan jadi [12] seperti tampak pada Gambar 3.
mulai
Menerima rencana produksi dari PPIC
dan KABAG
Informasi diteruskan ke KARU dan
Operator
Menyiapkan mesin untuk proses produksi
Siap ?
Konfirmasi ke PPIC/KABAG
Tidak
LOADING
MIXING
Penambahan vitamin
Vitamin
A
kurang
pas
Gambar 3. Flowchart proses dari produksi minyak goreng kemasan STP (standing pouch) Sumber: Data penelitian (2022)
Siapkan pouch kemasan dan
karton
Setting mesin STP sesuai
prosedur
Mesin posisi siap
Masukkan pouch kedalam mesin
produksi
Packing kedalam karton dengan jumlah yang telah
ditentukan
Print ing
Pilih pallet yang bagus
Simpan di gudang
(finish good) selesai Hopper di isi minyak dari tanki
Pouch di isi minyak dari
hopper
Print jelek
Sealer carton dengan isolasi
sealer jelek Timbang carton
dengan berat yang telah ditent ukan
Kurang pas Volum kurang
Volume pas
Tidak
Timbangan pas
Sealer isolasi bagus
Print ing jelas
Susun pada pallet Pallet jelek
Carton sobek
A mulai
Gambar 4. Flowchart proses dari produksi minyak goreng kemasan STP (standing pouch) Sumber: Data penelitian (2022)
Dari Gambar 4 dapat diketahui alur proses produksi dari minyak goreng kemasan STP, lalu dari alur produksi tersebut agar dapat menemukan masalah yang sering terjadi dari kecacatan dalam proses produksi dapat dilakukan dengan memakai fishbone diagram [14]. Berikut Gambar 5 adalah fishbone diagram.
Machine
Material
Method Man
Environment
Bocor sudah dari suppliyer Settingan mesin
kurang pas sehingga buat pouch bocor
Settingan lintasan output produk kurang
tepat
Tertusuk benda tajam saat di mesin maupun posisi jalan di conveyor
Pekerja kurang teliti saat pengepackan
pouch
Pouch bocor Penjepit finger kurang
pas sehingga membuat pouch bocor
Bocor karena pouch terlalu tipis
Conveyor kurang bersih sehingga membuat pouch kotor dan bisa terkena gram-gram kecil yang membuat pouch
luka
Gambar 5. Pouch bocor Sumber: Pengolahan data (2022)
Machine Material
Method Environment
Pouch kaku sehingga sulit saat pengecapan
date number Posisi Embos kurang
pas
Settingan Sealbar cooling kurang
pas
Pouch kurang panas sehingga ketika dijepit embos pouch masih keras
Date number tidak jelas Pouch tipis sehingga
terlalu lembek saat pengecapan date number
Penjepit finger pada pouch kurang pas sehingga saat sealing dan pengecapat date number kurang pas Settingan finger
kurang pas Posisi sealbar kurang
pas
Gambar 6. Date number tidak jelas Sumber: Pengolahan data (2022)
Machine Environment
Method Man
Settingan heater kurang panas sehingga pouch masih keras/
dibawah suhu 170°
Settingan sealbar heater kurang pas
Posisi pouch pada saat dijepit finger
kurang presisi
Pekerja kurang teliti saat setting
mesin
Seal jebol Settingan finger kurang pas sehingga
pada saat njepit pouch dan di seal kurang maksimal Settingan finger
kurang pas
Gambar 7. Seal jebol Sumber: Pengolahan data (2022)
Material
Method Man
Environment
Penataan kurang baik
Terkena minyak bocor didalam karton
Pekerja kurang teliti saat memilih pallet
Karton rusak Terkena benda tajam
di conveyor
Sloter outspek lebih 0,6mm sehingga terkena karton saat perekatan dengan isolasi Karton terlalu kaku
Terkena fold back yang timernya kurang pas buat
melipat karton
Karton tidak sesuai ukuran
Gambar 8. Karton rusak Sumber: Pengolahan data (2022)
Machine
Method Man
Environment
Valve tabung rotary nutup kurang sempurna Hopper belum siap/
tidak ada minyak (kosong)
Pekerja kurang teliti saat setting
volume
Volume minyak kurang Supply minyak
kurang
Settingan engkolan kurang pas Settingan angel sett kurang akurat
Posisi selang minyak kemasukan angin dan mengakibatkan volume
kurang
Gambar 9. Volume minyak kurang Sumber: Pengolahan data (2022)
Dari hasil penentuan permasalahan defect produk minyak goreng kemasan Gambar 5 - 9 dengan menggunakan diagram sebab akibat/fishbone diagram, kemudian dilanjut menentukan nilai prioritas dengan mengalikan severity x occurance x detection atau perhitungan RPN [15]. Tabel 5 berikut adalah perhitungan RPN.
Tabel 5. Nilai Risk Priority Number produk minyak goreng kemasan standing pouch (STP)
Failure Mode Effect of Failure Cause of Failure 5M S O D RPN
Pouch bocor
Direject dan tuangkan minyak
dalam hooper kembali
Bocor sudah dari supplyer Material 5 6 5 150 Bocor karena pouch terlalu
tipis Material 5 5 5 125
Pekerja kurang teliti saat
pengepakan pouch Man 6 6 6 216
Tertusuk benda tajam saat di mesin maupun posisi jalan di conveyor
Environment 8 8 6 384 Conveyor kurang bersih
sehingga membuat pouch kotor dan bisa terkena gram- gram kecil yang membuat pouch lecet
Environment 5 5 5 125
Setingan mesin kurang pas
sehingga buat pouch bocor Machine 5 6 5 150 Penjepit finger kurang pas
sehingga membuat pouch bocor
Machine 6 5 5 150 Setingan lintasan output
produk kurang tepat Method 7 7 6 294
Date number tidak jelas
Direject dan tuangkan minyak
dalam hooper kembali
Pouch kaku sehingga sulit saat
pengecapan date number Material 4 7 7 196 Pouch tipis sehingga terlalu
lembek saat pengecapan date number
Material 5 6 5 150 Penjepit finger pada pouch
kurang pas sehingga saat sealing dan pengecapan date number kurang pas
Environment 5 5 5 125 Pouch kurang panas sehingga
ketika dijepit embos pouch masih keras
Environment 6 7 6 252 Posisi sealbar kurang pas Machine 5 5 0 posisi embos kurang pas Machine 5 8 6 240 Setingan finger kurang pas Method 5 5 5 125 setingan sealbar cooling
kurang pas Method 4 6 5 120
Seal jebol
Direject dan tuangkan minyak
dalam hooper kembali
Setingan heater kurang panas sehingga pouch masih keras/dibawa suhu 170°
Environment 5 7 6 210 Setingan finger kurang pas
sehingga pada saat menjempit pouch dan di seal kurang maksimal
Environment 5 6 8 240 Pekerja kurang teliti saat
seting mesin Man 5 7 6 210
Setingan sealbar heater
kurang pas Machine 5 7 7 245
Setingan finger kurang pas Machine 5 5 5 125 posisi pouch pada saat dijepit
finger kurang presisi Method 5 6 8 240
Karton rusak Ganti karton dengan yang baru
Sloter outspek lebih 0,6mm sehingga terkena karton saat perekatan dengan isolasi
Material 6 7 8 336
Karton terlalu kaku Material 5 5 5 125
Pekerja kurang teliti saat
memilih pallet Man 5 6 7 210
Failure Mode Effect of Failure Cause of Failure 5M S O D RPN Terkena minyak bocor
didalam karton Man 7 6 7 294
Terkena benda tajam di
conveyor Environment 6 5 6 180
Terkena fold back yang timer- nya kurang pas buat melipat karton
Environment 7 5 6 210 Karton tidak sesuai ukuran Method 5 5 5 125
Penataan kurang pas Method 6 6 6 216
Volume minyak kurang
Direject dan tuangkan minyak
dalam hooper kembali
Supply minyak kurang Environment 8 6 5 240 Posisi selang minyak
kemasukan angin dan mengakibatkan volume kurang
Environment 5 5 5 125 Pekerja kurang teliti saat
setting volume Man 8 6 5 240
Setingan engkolan kurang pas Method 7 7 5 245 Setingan angel set kurang
akurat Method 5 5 5 125
Valve tabung rotary menutup
kurang sempurna Machine 5 5 5 125
Hopper belum siap/tidak ada
minyak (kosong) Machine 6 5 4 120
Sumber: Pengolahan data (2022) Keterangan:
Dari hasil nilai S x O x D sudah didapat hasilnya yaitu dimana nilai RPN dapat diambil yang paling tinggi dikarenakan nilai tertinggi adalah nilai yang paling kritis terjadi.
1. Pouch bocor : 384 = Tertusuk benda tajam saat di mesin maupun posisi jalan di conveyor (Environment)
2. Date number tidak jelas: 252 = Pouch kurang panas sehingga ketika dijepit embos pouch masih keras (Environment)
3. Seal jebol : 245 = Setingan sealbar heater kurang pas (Machine)
4. Karton rusak: 336 = Sloter outspek lebih 0,6mm sehingga terkena karton saat perekatan dengan isolasi (Material)
5. Volume minyak kurang: 245 = setingan engkolan kurang pas (Method)
Setelah mendapatkan nilai prioritas, dilakukan usulan perbaikan dari produk minyak goreng kemasan (standing pouch). Tabel 6 berikut adalah usulan perbaikan.
Tabel 6. Usulan perbaikan produk minyak goreng kemasan standing pouch (STP) Jenis defect Cause dengan RPN
tertinggi 5M Usulan perbaikan
Pouch bocor
Tertusuk benda tajam saat di mesin maupun posisi
jalan di conveyor
Environment
1. Menata ulang lintasan mesin dan conveyor agar produk tidak rusak 2. Cleaning area yang akan dilewati
pouch agar saat melintas aman
Date number tidak jelas
Pouch kurang panas sehingga ketika dijepit embos pouch masih keras
Environment
1. Seting mesin sesuai SOP yaitu
>170°
2. Analisa lebih lanjut untuk pengecekan pouch apakah sesuai ketebalannya atau melebihi toleransi
Seal jebol Setingan sealbar heater
kurang pas Machine
Setting heater sesuai SOP yaitu
>170° agar seal kuat dan juga mudah saat di press date number 2. Pastikan setingan finger dan
sealbar pada posisi yang pas
Jenis defect Cause dengan RPN
tertinggi 5M Usulan perbaikan
sehingga pada saat mesin jalan tidak ada pouch yang jebol
Karton rusak
Sloter outspek lebih 0,6mm sehingga terkena
karton saat perekatan dengan isolasi
Material
1. Setting mesin sealer dengan tepat agar terhindar dari karton sobek dan rusak
2. Seting cutting pas pada posisi jangan sampai lebih
Volume minyak kurang
Setingan engkolan kurang
pas Metode
1. Setting engkolan sesuai SOP yaitu 9,15gram untuk minyak goreng kemasan standing pouch 1 liter 2. Pastikan tabung dan selang
minyak tidak kemasukan angin sehingga pada saat pengisian yang keluar ful minyak
Sumber: Pengolahan data (2022)
Usulan Perbaikan
Untuk melakukan usulan perbaikan, yang pertama harus diperhatikan adalah akar penyebabnya kritis yang mengakibatkan defect dan dianggap paling berpengaruh pada saat proses produksi minyak goreng kemasan standing pouch. Akar dari penyebab kritis tersebut dapat diambil dari nilai RPN yang paling tinggi dari masing-masing jenis defect.
4. Kesimpulan dan Saran
Menurut hasil dari pembahasan analisis yang sudah dilakukan terdapat kesimpulan bahwa apabila menentukan (defect) produk minyak goreng kemasan (Standing Pouch) STP dengan menggunakan metode FMEA adalah sangat tepat, karena memiliki (Risk Number Priority) RPN yang berfungsi untuk mencari nilai prioritas dengan menggunakan perkalian dari Severity, Occurance, dan Detection dimana hasil perkalian tersebut dapat menentukan hasil tingkat kritis dari (defect) produk minyak goreng kemasan (Standing Pouch) STP. Adapun saran yang dapat diberikan kepada PT. Karya Indah Alam Sejahtera semoga bisa jadi masukkan untuk perbaikan produk minyak goreng kemasan standing pouch yang berkesinambungan agar dapat diaplikasikan pada perusahaan dan semoga dapat mengurangi jumlah defect pada produk minyak goreng kemasan standing pouch.
5. Referensi
[1] H. Kartika, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk CPE Film Dengan Metode Statistical Process Control Pada PT. MSI,” Ilm. Tek. Ind. Univ. Mercu Buana Jakarta, vol. 1, no. 1, pp. 50–58, 2013, [Online]. Available: digilib.mercubuana.ac.id.
[2] R. A. Haryanto, “Strategi Promosi, Kualitas Produk, Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Mcdonaldâ€TMS Manado,” J. Ris. Ekon. Manajemen, Bisnis dan Akunt., vol. 1, no. 4, pp. 1465–1473, 2013, doi: 10.35794/emba.v1i4.2923.
[3] A. Andriyanto, Y. Ega, and A. Putri, “Analisis Penyebab Kegagalan Pengiriman Barang Project 247 Atau Jenis SXQ Pada Divisi Operation Airfreight PT. Cipta Krida Bahari Dengan Metode Failure Mode And Effect Analysis ( FMEA ) dan Fault Tree Analysis ( FTA ) PT. Cipta Krida Bahari ( CKB Logisti,” vol. 11, no. 01, pp. 7–13, 2021.
[4] Y. E. Priharanto, M. Z. Latif, and R. S. HS, “Penilaian Risiko pada Mesin Pendingin di Kapal Penangkap Ikan Dengan Pendekatan FMEA,” J. Airaha, vol. 6, no. 1, pp. 24–32, 2017, doi:
10.15578/ja.v6i1.86.
[5] M. Basori and S. Supriyadi, “Analisis Pengendalian Kualitas Cetakan Packaging Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),” Pros. Semin. Nas. Ris. Ter. SENASSET, pp. 158–163, 2017, [Online]. Available: https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/senasset/article/view/442.
[6] D. Reza, S. Supriyadi, and G. Ramayanti, “Analisis Kerusakan Mesin Mandrel Tension Rell dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),” Pros. Semin. Nas. Ris. Ter. SENASSET, no.
November, pp. 190–195, 2017, [Online]. Available: https://e- jurnal.lppmunsera.org/index.php/senasset/article/view/447.
[7] B. Priambodo, E. Nursanti, and D. I. Laksmana, “Analisa Risiko Lift (Elevator) dengan Metode
FMEA,” J. Teknol. dan Manaj. Ind., vol. 7, no. 2, pp. 7–12, 2021.
[8] M. F. Kurnianto, Kusnadi, and F. N. Azizah, “Usulan Perbaikan Risiko Kecelakaan Kerja Dengan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) dan Fishbone Diagram,” J. Pengabdi. Masy.
Berkemajuan, vol. 6, no. 1, pp. 18–23, 2022.
[9] J. Balaraju, M. Govinda Raj, and C. S. Murthy, “Fuzzy-FMEA Risk Evaluation Approach for LHD Machine-A Case Study,” J. Sustain. Min., vol. 18, no. 4, pp. 257–268, 2019, doi:
10.1016/j.jsm.2019.08.002.
[10] A. Rachman, H. Adianto, and G. P. Liansari, “Perbaikan Kualitas Produk Ubin Semen Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis dan Failure Tree Analysis di Institusi Keramik,” J. Online Inst. Teknol. Nas., vol. 4, no. 2, pp. 24–35, 2016.
[11] O. Yemima, D. A. Nohe, and Y. N. Nasution, “Penerapan Peta Kendali Demerit dan Diagram Pareto Pada Pengontrolan Kualitas Produksi ( Studi Kasus : Produksi Botol Sosro di PT . X Surabaya ),” J.
EKSPONENSIAL, vol. 5, pp. 197–202, 2014, [Online]. Available:
https://fmipa.unmul.ac.id/files/docs/14.[23] Jurnal Ola Yemima Edit.pdf.
[12] Jogiyanto, “Desain Algorithma Operasi Perkalian Matriks Menggunakan Metode Flowchart,” J. Tek.
Komput. Amik Bsi, vol. 1, no. 1, pp. 144–151, 2018.
[13] M. A. Adha, A. Supriyanto, and A. Timan, “Strategi Peningkatan Mutu Lulusan Madrasah Menggunakan Diagram Fishbone,” J. Keilmuan Manaj. Pendidik., vol. 5, no. 01, pp. 11–22, 2019, doi: 10.32678/tarbawi.v5i01.1794.
[14] P. P. Pontororing and A. Andika, “Analisis Risiko Aktivitas Pekerjaan Karyawan Perusahaan Ritel Dengan Metode FMEA dan Diagram Fishbone,” vol. 19, no. 1, pp. 1–7, 2019.
[15] I. B. Suryaningrat, W. Febriyanti, and W. Amilia, “Identifikasi Risiko Pada Okra Menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di PT. Mitratani Dua Tujuh Di Kabupaten Jember,” J.
Agroteknologi, vol. 13, no. 01, p. 25, 2019, doi: 10.19184/j-agt.v13i01.8265.