• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)ANALISIS GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA AUDITORIAL KELAS VIII.3 SMP PERTIWI 2 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/1017 Oleh Desva Apprilla*, Zulfaneti**, Dewi Yuliana Fitri*** *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(1)ANALISIS GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA AUDITORIAL KELAS VIII.3 SMP PERTIWI 2 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/1017 Oleh Desva Apprilla*, Zulfaneti**, Dewi Yuliana Fitri*** *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA AUDITORIAL KELAS VIII.3 SMP PERTIWI 2 PADANG

TAHUN PELAJARAN 2016/1017 Oleh

Desva Apprilla*, Zulfaneti**, Dewi Yuliana Fitri***

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

**,***) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Learning style is a consistent attitude from each person where it is becoming a key to develop an ability in receiving and analyzing information, so that it can be accepted by her/his own mind. The research aimed at finding out the tendency and learning outcome of auditory students at VIII.3 class SMP Pertiwi 2 Padang. It was a qualitative research where the research subjects were 7 students of VIII.3 class SMP Pertiwi 2 Padang selected by purposive sampling. The data were collected from questionnaire, observation, interview, field-note and documentation. It was analyzed descriptively. The findings show that the tendencies found during the math learning are 1) students pay attention when the teacher is explaining the lesson, 2) Auditory students tend to respond directly by answering the question in front of the class, if the teacher asks to answer the question 3) half of the auditory students understand the materials, 4) to understand the lesson, the auditory students try to pay attention the teachers, 5) learning outcome of the auditory students is relatively weak. It shows that math learning style of auditory students at VIII.3 class SMP Pertiwi 2 Padang is not in line with the characters of auditory students, for example, students like to study by listening and discussion.

Keywords: Learning Style, Auditory Students, Learning Outcome

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu dasar dalam pendidikan dan dijadikan sebagai mata pelajaran wajib disetiap jenjang pendidikan.

Matematika juga sebagai alat bantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari- hari. selain itu matematika juga berperan dalam perkembangan ilmu- ilmu lainnya. Matematika dapat

memajukan daya fikir, karena matematika dapat membentuk pemikiran yang kreatif, logis, dan sistematis.

Berdasarkan observasi di SMP Pertiwi 2 Padang pada tanggal 19 Maret 2016 di kelas VII, dilihat bahwa dalam pembelajaran matematika banyak siswa yang tidak memperhatikan guru. Saat guru menjelaskan materi ada siswa yang

(2)

menulis, ada siswa yang hanya duduk diam tapi tidak memperhatikan guru, ada siswa yang memperhatikan guru, ada siswa yang berbicara dengan temannya, dan ada siswa yang berjalan-jalan ke bangku temannya. Pada umumnya pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga posisi guru sangat dominan, seperti guru menjelaskan materi, memberi contoh soal, dan memberi latihan.

Setiap individu memiliki karakter yang berbeda dalam mengembangkan cara belajar dan daya pikirnya dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi.

Seorang guru harus mampu mengenali karakter siswa agar tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan dapat memotivasi siswa dalam belajar matematika.

Guru harus memahami gaya belajar siswa sehingga metode pembelajaran guru sesuai dengan karakter belajar siswa. Kesesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa akan menjadikan pembejaran lebih menyenangkan dan berakibat baik pada prestasi belajar.

beberapa macam gaya belajar

tersebut terdiri dari gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.

Menurut DePorter dan Hernacki (2013:113) “ Visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengarkan, kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak dan menyentuh”. Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih menyukai guru mengajar dengan cara menuliskan semua materi di papan tulis, dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih suka guru menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih suka membentuk kelompok- kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa sangatlah penting, agar proses pembelajaran berhasil, dapat mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran, dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

(3)

Penelitian ini difokuskan kepada siswa auditorial yaitu siswa yang memiliki gaya belajar siswa auditorial. Menurut Huda (2014:

290) gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan maupun diingat. DePorter dan Hernacki dalam Halim (2012) menjelaskan bahwa orang yang bergaya belajar auditorial lebih dekat dengan ciri seperti lebih suka berbicara sendiri, lebih menyukai ceramah atau seminar daripada membaca buku, dan lebih suka berbicara daripada menulis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar matematika siswa auditorial kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang dan mengetahui hasil belajar matematika siswa auditorial kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Susilohadi (2012) dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Struktural Number-Head Together (NHT) dan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas VII SMP Surabaya”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan subjek penelitian adalah siswa auditorial kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang, yaitu siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial.

instrumen penelitian yang digunakan adalah angket, lembar observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.

Angket bertujuan untuk mengidentifikasi gaya belajar siswa kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang.

Saat observasi diamati respon siswa auditorial saat guru menjelaskan materi pembelajaran matematika, respon siswa auditorial saat guru

menyuruh siswa untuk

menyelesaikan soal matematika kedepan kelas, pemahaman siswa auditorial terhadap materi pembelajaran matematika, dan dilihat bagaimana cara yang dilakukan siswa auditorial dalam pembelajaran matematika. tujuan observasi untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa auditorial kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang. Wawancara

(4)

bertujuan untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa auditorial kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang. Tes diberikan oleh guru matematika kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa auditorial.

Angket diisi oleh siswa kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang, hasil angket dianalisis untuk mengidentifikasi siswa auditorial.

Setelah siswa auditorial teridentifikasi, siswa auditorial diobservasi. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Observer memberi tanda ceklis (√) pada lembar observasi jika siswa auditorial melakukan kegiatan yang ada dalam pernyataan lembar observasi. Selama observasi diambil video, foto siswa saat melakukan kegiatan dan dibuat catatan lapangan.

Siswa auditorial diwawancarai satu persatu, hasil wawancara direkam dan dibuat transkrip wawancaranya.

Analisis data angket dilakukan dengan menghitung jumlah nilai setiap aspek dengan melakukan konversi. Nilai setiap

item pada setiap aspek dijumlahkan.

Nilai tertinggi dari setiap aspek menyatakan kecenderungan gaya belajar siswa.

Analisis data hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan dengan melakukan reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/ verivication).

Reduksi data dilakukan dengan mengelompokkan data dari observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Data dari observasi dan wawancara didisplaykan dibuat kesimpulan.

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini digunakan uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian, diantaranya dengan meningkatkan ketekunan dan triangulasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil angket menunjukkan siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik berturut-turut yaitu 11, 4 dan 7 siswa.

Sedangkan 2 siswa memiliki gaya belajar visual-auditorial, 1 siswa visual-kinestetik, dan 1 siswa

(5)

memiliki gaya belajar auditorial- kinestetik.

Siswa yang diobservasi adalah siswa yang memiliki gaya belajar auditorial, yaitu sebanyak 7 siswa yang terdiri dari 4 siswa auditorial, 2 siswa visual-auditorial, dan 1 siswa auditorial-kinestetik.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa memperhatikan guru dan siswa arang yang berjalan-jalan saat guru menjelaskan materi. Saat guru menyuruh siswa untuk menjawab soal yang diberikan guru kedepan kelas, siswa auditorial cenderung langsung maju kedepan kelas, namun jika tidak disuruh siswa auditorial jarang yang langsung maju. Beberapa siswa auditorial memahami materi yang diajarkan guru, dan siswa auditorial cenderung memprhatikan guru agar paham dengan materi yang diajarkan guru.

Hasil wawancara

menunjukkan bahwa sebagian siswa auditorial cenderung langsung mevawab soal yang diberikan guru, siswa auditorial menyukai pembelajaran secara berdiskusi atau berkelompok dan tidak menyukai

pembelavaran yang dijelaskan dengan media pembelajaran.

Hasil belajar yang diambil dari nilai kuis yang dilakukan oleh guru matematik kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang dapat diketahui bahwa sebagian besar hasil belajar siswa auditorial masih rendah, dan masih di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 80.

Kecenderungan gaya belajar siswa auditorial, sebagian besar siswa auditorial cenderung memperhatikan guru. Saat memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran siswa sering menggerak-gerakkan bibirnya ketika mebaca dan mengulang kata-kata yang diucapakan guru dengan suara yang keras dan berirama. Ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh DePorter (2013: 118) bahwa siswa auditorial menggerak-gerakkan bibirnya ketika membaca, dapat mengulangi kembali dan meirukan nada, irama, dan warna suara, dan berbicara dalam irama yang terpola.

Pemahaman siswa auditorial terhadap materi pembelajaran matematika hanya sebagian siswa yang dapat memahami materi yang

(6)

diajarkan oleh guru, sebagiannya lagi masih banyak kurang paham. Siswa auditorial akan lebih paham jika pembelajaran sesekali dilakukan dengan cara berdiskusi atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Namun, kenyataannya siswa auditorial tidak pernah melakukan diskusi dengan temannya, hanya beberapa siswa auditorial yang melakukan diskusi dengan temannya.

Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh DePorter dan Hernacki (2013:118) bahwa siswa auditorial belajar dengan cara mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi, dan mejelaskan sesuatu secara panjang lebar.

Cara yang dilakukan siswa auditorial dalam pembelajaran matematika, sebagian siswa auditorial bertanya kepada guru dengan suara yang keras dan berirama, mengulang kembali kata- kata yang disampaikan oleh guru, menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca, melakukan diskusi atau membentuk kelompok kecil dengan

temannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh DePorter dan Hernacki (2013:118) bahwa siswa auditorial belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama, dan warna suara.

Kecenderungan gaya belajar matematika siswa auditorial hampir sama. Cara belajar DM memperhatikan guru ketika menjelaskan materi, begitupun dengan KY dan AY. AR, DA, RAdan ZU gaya belajar mereka hamper sama. Mereka cenderung kurang memperhatikan guru ketika mengajar. Namun, ketika ditanya mereka dapat memahami penjelasan dari guru. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang di kemukakan oleh DePorter dan Hernacki dalam Halim (2012) menjelaskan ahwa orang yang bergaya belajar auditorial lebih dekat dengan ciri seperti lebih suka berbicara sendiri, lebih menyukai ceramah atau seminar dari pada membaca buku, dan lebih suka berbicara dari pada menulis.

(7)

Rendahnya hasil belajar siswa kemungkinan diakibatkan karena kurang sesuainya metode belajar siswa auditorial yang lebih cenderung belajar dengan dijelaskan secara langsung dan secara berdiskusi

KESIMPULAN

1. Kecenderungan gaya belajar matematika siswa auditorial kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang.

a. Sebagian siswa auditorial

memperhatikan guru,

menggerakkan bibirnya ketika membaca.

b. Siswa auditorial cenderung merespon dengan langsung menjawab soal ke depan kelas jika guru menyuruh menyelesaikan soal.

c. Sebagian siswa auditorial memahami materi pelajaran dan sebagiannya lagi masih banyak yang belum memahami materi.

d. Siswa auditorial cenderung memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran untuk dapat memahami materi pelajaran.

2. Hasil belajar matematika siswa auditorial kelas VIII.3 SMP Pertiwi 2 Padang

Salah satu faktor hasil belajar siswa auditorial yang belum memuaskan diperkirakan karena guru kurang memfasilitasi siswa auditorial sesuai dengan gaya belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi, & Mike, Hernacki.(2013). Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:

kaifa.

DePorter, Bobbi, Reardon, Mark,

&Nourie, Sarah Singer.(2010). Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning Di Ruang- ruangKelas.Bandung :Kaifa.

Halim, abdul. (2012). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. (Nomor 2).

Hlm. 141-158.

(8)

Huda, Miftahul. (2014). Model- model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta :pustakabelajar

Susilohadi. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Struktural Numberd-Heads Together (NHT) dan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Surabaya.

Jurnal FKIP. (Nomor 1).

Hlm. 78-88.

Referensi

Dokumen terkait

kemampuan berpikir kreatif ditinjau dari gaya belajar siswa kelas VIII MTs. Ma’ arif dalam menyelesaikan soal matematika materi Sistem Persamaan

Siswa yang pantang menyerah dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Siswa yang tekun dalam belajar matematika. Siswa yang sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas

Sedangkan bagi guru, dapat memanfaatkan hasil analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita khususnya yang berkaitan dengan pokok

Bagi guru dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika

siswa saat mengerjakan soal cerita dan penyebabnya serta perilaku pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar, sehingga

Pengaruh Kecemasan Matematika Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Open-Ended Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel SPLDV Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Hasil

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan analisis representasi matematika siswa dalam menyelesaikan soal HOT ditinjau dari gaya belajar visual, audio, read/write, dan kinestetik..

Analisis Kesalahan Siswa Kelas II MTs Al-Khoiriyah dalam Menyelesaikan Soal Cerita yang Terkait dengan Sistem Persamaan Linear Dua Peubah.. Tesis Jurusan Matematika Fakultas MIPA