• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN PESISIR DI KELURAHAN TALLO KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN PESISIR DI KELURAHAN TALLO KOTA MAKASSAR"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN PESISIR

DI KELURAHAN TALLO KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh

ANDI AKRAM TAQWA NIM 45 15 042 022

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN PESISIR

DI KELURAHAN TALLO KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Salahsatu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

OLEH

ANDI AKRAM TAQWA NIM 45 15 042 022

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2019

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Andi Akram Taqwa, 2019 “Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Peningkatan Lingkungan Permukiman Pesisir di Kelurahan Tallo Kota Makassar”. Dibimbing oleh Rudi Latief dan Rusneni Ruslan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarkat terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar. Serta untuk mengidentifikasi strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar. Bagi Pemerintah Kota Makassar, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi penetapan kebijakan lingkungan permukiman, khususnya diwilayah pesisir dan bagi kelompok masyarakat miskin, dengan mempertimbangkan persepsi dan preferensi masyarakat agar kebijakan yang diimplementasikan dapat diwujudkan secara optimal.

Variabel yang digunakan terdiri dari enam diantaranya: (1) Jenis Kelamin; (2) Usia;

(3) Tingkat Pendidikan; (4) Jenis Pekerjaan; (5) Tingkat Pendapatan; (6) Waktu Bertempat Tinggal. Metode analisis yang digunakan berupa analisis chi-square, selanjutnya digunakan uji kontingensi dalam penarikan kesimpulan yang dilanjutkan dengan sistem skoring Skala Likert sebagai parameter mengetahui besarnya hubungan variabel X terhadap Y. Selanjutnya menyusun strategi peningkatan partisipasi masyarakat terhadap kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo dengan metode analisis SWOT.

Seluruh variabel memiliki pengaruh terhadap partisipasi masyarakat di Kelurahan Tallo. Sehingga strategi yang dapat digunakan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir yaitu dengan memanfaatkan penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi untuk menyusun program lanjutan/detail dalam membantu realisasi penataan permukiman, memanfaatkan penduduk yang ingin berpartisipasi secara materi untuk membantu realisasi program RTRW Kota Makassar Tahun 2015-2035 khususnya untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dan memanfaatkan jenis pekerjaan yang disesuaikan dalam merealisasikan berbagai program pemberdayaan masyarakat (RP2KPKP, NUSP-2, KOTAKU, Gema Sabtu Bersih).

Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Kawasan Pesisir, Lingkungan Permukiman.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Allahamdulillahi Rabbil’alamin. Segala puji syukur tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha Tunggal, Pencipta Alam semesta beserta isinya dan tempat berlindung bagi umat- Nya. Shalawat serta salam kami limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat hingga akhir zaman.

Atas limpah rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Pesisir di Kelurahan Tallo Kota Makassar” penelitian ini berisikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dan juga strategi peningkatan partisipasi masyarakat guna meningkatkan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Andi Suriyati, SH dan Ayahanda Andi Tenri Tappu yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayangnya serta perhatian moril dan materilnya. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat,

(8)

ii kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia dan di akhirat atas segala didikan serta budi baik dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Olehnya dengan segala kerendahan hati dan ketulusan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Saleh Pallu, M.Eng selaku Rektor Universitas Bosowa Makassar.

2. Bapak Dr. Ridwan, ST., M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

3. Bapak Jufriadi, ST., MSP selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bosowa Makassar dan Dosen Penguji.

4. Bapak Ir. Rudi Latief, M.Si selaku Pembimbing pertama yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis demi kesempurnaan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Rusneni Ruslan, ST., M.Si selaku pembimbing kedua yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis demi kesempurnaan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Ir. Rahmawati Rahman, M.Si selaku Penasihat Akademik dan Dosen Penguji yang setiap semester selalu memberikan arahan akademik kepada penulis.

(9)

iii 7. Bapak Ilham Yahya, ST., MSP selaku dosen yang selalu membantu penulis baik berupa materi mau pun pikiran, serta bersedia berdiskusi hingga penelitian ini selesai.

8. Bapak Camat Kecamatan Tallo dan Bapak Lurah Kelurahan Tallo yang bersedia untuk diwawancarai serta memberikan data dan pengatahuan tentang lokasi penelitian.

9. Andi Diah Rahmalia Anggraeni, kakak yang tercinta terimakasih atas do’a, dukungan, desakan dan motivasinya yang membuat saya selalu semangat sampai saat ini.

10. Kepada sahabat-sahabatku Aidil,Shidiq, Eno, Panji, Fathur, Fahmi, Fikran, Juang, Rian, Fauzi, Adit yang telah selalu bersama menemani penulis dikesehariannya dan memberikan dukungan.

11. Kepada Saudara/i Aldyrafzanjani, Niken, Ais, Iqra, Chikal, Dzul, Muumin, Jemi, Rauf, Fadli yang telah bersedia diskusi dan membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

12. Kepada parner sepembimbing Arif, Yogy dan Clara yang telah berjuang bersama-sama sampai akhir.

13. Kepada seluruh sahabat dan saudara-saudaraku seperjuangan PWK 2015 (GIS 015), yang selalu memberikan semangat, kritik dan dukungan serta telah mengukir cerita dalam kehidupan penulis.

Jatuh, Bangkit Lagi !!.

(10)
(11)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Batasan Masalah ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Partisipasi Masyarakat ... 10

B. Kawasan Pesisir ... 16

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman ... 18

D. Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberhasilan Program ... 24

E. Kerangka Pikir ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Lokasi Penelitian ... 29

B. Waktu Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 31

(12)

vi

D. Jenis dan Sumber Data ... 33

1. Jenis Data ... 33

2. Sumber Data ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Teknik Pengumpulan Data Primer ... 34

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 35

F. Variabel Penelitian ... 35

G. Metode Analisis ... 37

1. Analisis Chi-Square ... 38

2. Skala Likert ... 39

3. Metode Perumusan Alternatif Strategi ... 40

H. Definisi Operasional ... 48

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil ... 53

1. Gambaran Umum Kecamatan Tallo ... 53

2. Gambaran Umum Kelurahan Tallo ... 55

B. Pembahasan ... 63

1. Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Pesisir Kelurahan Tallo ... 63

2. Analisis Strategi Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Pesisir Kelurahan Tallo ... 75

BAB V. PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(13)

vii DAFTAR TABEL

3.1. Model Data Dirinci menurut Jenis, Sumber dan Teknik

Pengumpulan Data ... 36

3.2. Variabel Penelitian ... 37

3.3. Matrik Metode Analisis Data ... 38

3.4. Penentuan Skala Likert ... 40

3.5. Matrik IFE (Internal Factor Evaluation) ... 44

3.6. Matrik EFE (Eksternal Factor Evaluation)... 47

3.7. Matriks Analisis SWOT ... 48

4.1. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk (Jjiwa/Ha) ... 56

4.2. Rekapitulasi Kusioner Penelitian ... 64

4.3. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Partisipasi Masyarakat ... 65

4.4. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Usia Terhadap Partisipasi Masyarakat ... 67

4.5. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Masyarakat ... 68

4.6. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Jenis Pekerjaan Terhadap Partisipasi Masyarakat ... 70

4.7. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Partisipasi Masyarakat ... 71

4.8. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Waktu Bertempat Tinggal Terhadap Partisipasi Masyarakat ... 73

4.9. Rangkuman Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y ... 74

4.10. Matriks Internal Strategy Factor Analysis (IFAS) ... 76

4.11. Matriks Nilai Skor IFAS ... 77

4.12. Matriks Eksternal Strategy Factor Analysis (EFAS) ... 78

(14)

viii 4.13. Matriks Nilai Skor EFAS ... 79 4.14. Matriks SWOT ... 82

(15)

ix DAFTAR GAMBAR

3.1. Peta Batasan Penelitian ... 31

3.2. Kuadran SWOT ... 49

4.1. Visualisasi Kondisi Persampahan di Kelurahan Tallo ... 60

4.2. Visualisasi Kondisi Jaringan Air Limbah di Kelurahan Tallo ... 62

4.3. Visualisasi Pengambilan Sampel Faktor-Faktor Partisipasi Masyarakat ... 63

4.4. Kuadran SWOT ... 80

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dekade ini para perencana dan sarjana ilmu-ilmu sosial ramai membicarakan masalah partisipasi masyarakat yang dikaitkan dengan kesadaran bahwa orientasi pembangunan dengan dasar pemikiran merembes ke bawah (top-down) nampaknya tidak sepenuhnya dapat memenuhi hasil-hasil yang diharapkan, karena kurang memperhatikan persoalan partisipasi masyarakat dan masyararkat hanya dijadikan sebagai objek semata.

Pola pembangunan yang demikian tidak saja kurang mampu menarik ikut sertanya masyarakat, tetapi juga mengakibatkan mereka semakin tertinggal dan tersisih. Berdasarkan pengalaman yang kurang menggembirakan itu, kini pemerintah Kota Makassar harus berpaling pada orientasi bahwa pelaksanaan pembangunan tidak saja untuk dan oleh masyarakat, melainkan harus pula dipadukan dengan dan bersama masyarakat. Masalah tersebut jelas menyangkut perluasan partisipasi masyarakat.

Masyarakat merupakan satu kesatuan ekosistem dalam lingkungan, sehingga kondisi lingkungan dapat menggambarkan keadaan masyarakat yang berada didalamnya. Lingkungan mempunyai berbagai komponen yang saling berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(17)

2 Keterkaitan lingkungan dan berbagai komponennya harus mempunyai sinergi agar semua bisa berjalan harmonis sesuai dengan fungsinya masing-masing. Berkaitan dengan permasalahan lingkungan salahsatu metode yang dilakukan untuk menanggulanginya dilakukan dengan pendekatan partisipasi masyarakat.

Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan mental dan emosi orang-orang untuk menyumbangkan ide-ide dalam proses pembangunan (Davis:1997, Mubyarto:1970). Keterlibatan secara mental dan emosi muncul dalam bentuk kepedulian, rasa memiliki, aksi nyata dan perilaku yang mendukung untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Partisipasi dianggap juga sebagai hal penting bagi orang lain untuk melakukan sebuah perbuatan. Setiap perilaku akan mempunyai konsekuensi yang berdampak terhadap kondisi lingkungan disekitarnya. Jadi partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan setiap individu untuk menciptakan sebuah kondisi yang nyata terlihat dilingkungannya. Masyarakat yang bertempat pada sebuah wilayah akan selalu melihat, menilai, merekayasa ataupun menciptakan kondisi yang sesuai dengan yang diinginkannya. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Isbandi (2007:7) bahwa partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dalam masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan

(18)

3 keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi permasalahan yang terjadi.

Masyarakat juga diharapkan dapat menyadari akan kebutuhan pokok mengenai permukiman yang sehat, mereka harus diberikan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya permukiman yang bersih dan sehat melalui berbagai media sosialisasi atau pelaksanaan program pemerintah yang lebih menitik beratkan kepada peningkatan partisipasi masyarakat setempat, sehingga mereka lebih banyak memiliki tanggungjawab untuk memelihara dan mempertahankan atau bahkan meningkatkan lebih baik.

Dalam kaitan tersebut, tidak berlebihan jika Zein (1989:67) menyatakan bahwa lingkungan permukiman sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penduduk yang menempati lingkungan permukiman yang sehat umumnya sehat-sehat, sebaliknya yang menempati lingkungan permukiman yang jelek dan tidak teratur mereka sering menderita bermacam-macam penyakit, sehingga menyebabkan banyak kematian di kalangan anak-anak yang berumur di bawah lima tahun. Penyakit yang timbul karena jeleknya lingkungan permukiman itu, misalnya TBC, radang paru, bronchitis, tipus, disentri, influenza, campak, cacar, malaria dan sebagainya. Pernyataan diatas menegaskan bahwa masalah lingkungan permukiman yang erat hubungannya dengan berbagai faktor, seperti masalah tata guna tanah, kepadatan penduduk, penyediaan air minum, penyediaan fasilitas pelayanan umum, pembuangan sampah, pencemaran

(19)

4 air oleh kegiatan industri, pencemaran udara, kesehatan lingkungan, dan sebagainya.

Beberapa tahun terakhir ini perhatian masyarakat Kota Makassar terhadap lingkungan permukiman bertambah besar. Berbagai ceramah, seminar, rapat kerja dan pertemuan diselenggarakan oleh berbagai kalangan pemerintah maupun masyarakat. Masalah lingkungan permukiman ini merupakan masalah yang pelik dan berkaitan satu sama lain, sehingga penanggulangannya harus dilaksanakan secara terpadu melalui berbagai kebijaksanaan, strategi, perencanaan yang dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan (sustainable).

Diperkirakan kurang lebih 8.322 jumlah rumah tangga (RP2KPKP Kota Makassar, 2016) penduduk Kota Makassar bertempat tinggal di permukiman kumuh dengan kategori berat yang dimana keadaan fisik dan sosial ekonomi yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Keadaan fisik permukiman itu dapat dilihat pada rumah penduduk yang merupakan bangunan yang tidak permanen, jalan-jalan yang belum diaspal, saluran air yang tidak teratur, pembuangan sampah/kotoran sembarangan, tidak mempergunakan air bersih serta rendahnya penilaian masyarakat tentang pendidikan.

Pemerintah Kota Makassar sudah berusaha keras untuk memperbaiki lingkungan permukiman ini melalui proyek-proyek atau program pembangunan sarana/prasarana kota, seperti pelebaran dan peningkatan

(20)

5 jalan, permukiman penduduk, perbaikan saluran air di tepi jalan raya, pusat- pusat pertokoan/perbelanjaan, gedung sekolah, sarana kesehatan dan sebagainya, namun demikian belum dapat dilaksanakan secara menyeluruh mengingat keterbatasan biaya, peralatan dan fasilitas lainnya.

Berbicara mengenai kualitas lingkungan permukiman, nampaknya patut diperhatikan di kawasan pinggiran Kota Makassar yaitu Kelurahan Tallo, dimana sebagian masyarakat hidup dengan kualitas lingkungan permukiman yang dikategorikan termasuk kumuh berat (Dokumen KOTAKU, Kota Makassar). Tidak dapat disangkal bahwa kondisi lingkungan permukiman di kawasan tersebut sangat tidak sehat, timbulnya pencemaran lingkungan seperti: bau yang kurang sedap, lahan yang kotor/jorok karena tertutup oleh sampah yang berserakan dan membusuk.

Hal ini menunjukkan perilaku/sikap masyarakat masyarakat yangkurang memperhatikan arti pentingnya kesehatan lingkungan. Gambaran tersebut patut untuk dikaji bagaimana penilaian masyarakat tentang partisipasi mereka terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat di Kelurahan Tallo Kota Makassar guna menuju pada peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir yang sehat.

B. RUMUSAN MASALAH

(21)

6 Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang penulis bahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman pesisr di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar?

2. Bagaimana strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan

Ada pun tujuan dari penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah diatas yaitu:

a. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarkat terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukimanpesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar.

b. Untuk mengidentifikasi strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar.

(22)

7 2. Manfaat

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarkat terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui strategi partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar.

c. Bagi Pemerintah Kota Makassar, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi penetapan kebijakan perbaikan lingkungan permukiman, khususnya diwilayah pesisir dan bagi kelompok masyarakat miskin, dengan mempertimbangkan persepsi dan preferensi masyarakat agar kebijakan yang diimplementasikan dapat diwujudkan secara optimal.

d. Penelitian ini merupakan wahana pengembangan ilmu pengetahuan dalam rangka peningkatan kualitas hidup, khususnya yang berkaitan dengan penanganan sikap dan partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kualitas permukiman.

D. BATASAN MASALAH

(23)

8 Pembatasan masalah penelitian Analisis Partisipasi Masyarakat Pesisir Terhadap Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman di Kelurahan Tallo Kota Makassar perlu dilakukan agar lebih fokus dan spesifik berdasarkan variabel penelitian untuk menjawab faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan diantaranya sebagai berikut:

1. Jenis kelamin 2. Usia

3. Tingkat pendidikan 4. Jenis Pekerjaan 5. Tingkat pendapatan 6. Waktu bertempat tinggal E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dibuat berdasarkan tahapan-tahapan proses penelitian yang dimuat dalam beberapa bagian bab agar pembaca dapat mudah mengenal dan memahami subtansi penelitian ini. Ada pun sistematika penulisan yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian, rumusalan masalah, tujuan, kegunaan, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan laporan penelitian.

(24)

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang tinjauan terhadap literatur dan landasan teori yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang digunakan sebagai dasar pemahaman penulis guna mencapai tujuan penelitian.

BABA III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode dalam melakukan penelitian berupa lokasi penelitian, variable penelitian, teknik pengumpulan data, teknik dalam menganalisis data, populasi dan sampel, jenis dan sumber data serta kerangka pemikiran dalam proses penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang gambaran umum Kecamatan Tallo dan spesifik lokasi penelitian, analisis partisipasi masyarakat pesisir terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman serta analisis strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir Kelurahan Tallo.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup penulisan menguraikan kesimpulan dan saran.

(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. PARTISIPASI MASYARAKAT

Definisi partisipasi dalam pembahasan ini diartikan sebagai partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah sedangkan masyarakat mengambil sebagian kewajiban yang menjadi tanggungjawab pemerintah, dan masyarakat mendapatkan manfaat atau keuntungan dari pembangunan tersebut.

Secara umum Conyer dalam Soetomo (2006: 66), mengemukakan pengertian partisipasi adalah keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam mensukseskan program pembangunan. Partisipasi memiliki sisi yang berbeda, bermula dari pemberian informasi dan metode konsultasi sampai dengan mekanisme untuk berkolaborasi dan pemberdayaan yang memberi peluang bagi stakeholder untuk lebih memiliki pengaruh dan kendali.

Partisipasi merupakan suatu konsep yang merujuk pada keikutsertaan seseorang dalam berbagai aktivitas pembangunan. Keikutsertaan ini sudah barang tentu didasari oleh motif-motif dan keyakinan akan nilai-nilai tertentu yang dihayati seseorang.

Definisi partisipasi menurut Tilaar (2009: 287) lebih mengedepankan perencanaan dan pembangunan masyarakat yaitu partisipasi sebagai

(26)

11 wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (button-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.

Pengertian diatas menekankan pada keikut sertaan seseorang dalam proses pengambilan keputusan. Simanjuntak (1982: 56) mengemukakan pendapat bahwa dalam menggerakkan partisipasi masyarakat perlu adanya klasifikasi dari partisipasi tersebut. Ada lima cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat (Mikkelsen, 2003:83) yaitu:

1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melakukan tugasnya sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan.

3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi.

4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.

5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community development).

Pengertian partisipasi diatas dapat dibangun dan diurutkan menjadi tahap-tahap terjadinya suatu partisipasi. Pada tahap pertama partisipasi

(27)

12 merupakan proses yang dilakukan pada penilaian masyarakat tentang pengambilan keputusan. Tahap ini dalam proses pembangunan di kelurahan adalah identik dengan proses perencanaan untuk menentukan program-program dan proyek-proyek apakah yang akan dibangun.

Tahap kedua partisipasi adalah keikut sertaan dalam proses pelaksanaan pembangunan. Tahap ini dalam pembangunan adalah implementasi dari program-program dan proyek-proyek yang telah disetujui atau diputuskan dalam tahap pengambilan keputusan. Tahap pelaksanaan ini dapat berupa keikut sertaan secara fisik seperti pemberian tenaga maupun pemberian sumbangan uang dan bahan-bahan material untuk pembangunan.

Tahap ketiga partisipasi adalah tahap pemanfaatan yakni tahap dimana masyarakat memperoleh hasil-hasil dari program dan proyek pembangunan yang telah dilaksanakan. Tahap penerimaan hasil ini merupakan perwujudan dalam partisipasi. Oleh sebab itu, pada tahap penerimaan hasil akan diikuti oleh tumbuhnya tanggungjawab untuk memelihara dan menjaga agar proyek-proyek pembangunan yang dirasakan memberikan manfaat tersebut dapat dinikmati secara optimal dan berkelanjutan.

Berdasarkan tahap-tahap partisipasi diatas maka dapat dirumuskan pengertian partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan seseorang dalam pergerakan dan pembangunan secara sadar baik dalam tahap

(28)

13 perencanaan, implementasi dan pemanfaatan dalam menerima hasil-hasil pembangunan.

Dengan demikian partisipasi masyarakat tidak lain merupakan peningkatan mutu dari gotong-royong tradisional yang berdasarkan spontanitas, kesuka-relaan dan bersifat insidental, kepada suatu usaha perencanaan yang memerlukan perumusan tujuan, penentuan langkah- langkah dan cara kerja untuk mencapai tujuan. Proses ini jelas memerlukan pemikiran dan keputusan yang rasional. Pimpinan dan orang-orang yang dipimpinya harus pula peka atau tanggap terhadap aspirasi kebutuhan dan pikiran-pikiran yang hidup di masyarakat, sehingga perumusan rasional tadi pada hakekatnya merupakan penjabaran dari apa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Stuart Chapin, Faisal K. dan Joseph F. Stepanek dalam Iskandar (1994:79) mencatat ada lima aspek yang terkait dengan tipe-tipe partisipasi masyarakat, yaitu sebagai berikut:

 Keanggotaan seseorang dalam organisasi atau kelompok kegiatan masyarakat.

 Intensitas kehadiran seseorang dalam berbagai pertemuan masyarakat.

 Intensitas seseorang dalam memberikan sumbangan dana atau keuangan bagi kepentingan bersama.

(29)

14

 Keanggotaan seseorang dalam berbagai kepanitiaan yang dibentuk dalam masyarakat.

 Posisi kepemimpinan seseorang dalam berbagai organisasi/

kelompok kegiatan.

Berdasarkan pendapat tersebut, nampaknya partisipasi lebih dititikberatkan kepada aktivitas seseorang dalam suatu organisasi sebagai pencerminan daripada partisipasi. Sedangkan menurut Rozen Berg dalam Tjokrowinoto (1984: 24), partisipasi merupakan ”keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyumbangkan pikirannya bagi tercapainya tujuan organisasi dan bersama-sama bertanggungjawab terhadap organisasi tersebut”.

Partisipasi masyarakat pada dasarnya dapat dinyatakan dalam bentuk pemikiran, keterampilan/ keahlian, tenaga, harta benda atau uang (Keith Davis dalam Santoso, 1988: 16). Sejalan dengan itu, Surbakti (1984: 72- 73) mengemukakan bahwa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai partisipasi antara lain: (1) Ikut mengajukan usul-usul mengenai suatu kegiatan; (2) Ikut serta bermusyawarah dalam mengambil keputusan tentang alternative program yang dianggap paling baik; (3) Ikut serta melaksanakan apa yang telah diputuskan termasuk disini memberi iuran atau sumbangan materiil; (4) Ikut serta mengawasi pelaksanaan keputusan.

Dengan demikian, ukuran peran serta masyarakat lebih tepat bila dijelaskan secara kualitatif. Dalam hal ini partisipasi dapat didefinisikan ke

(30)

15 dalam sebuah tipologi yang memperlihatkan adanya perbedaan penilaian masyarakat tentang intensitas keterlibatan masyarakat (Whyte dalam Bourne, 1984: 222). Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan penyerahan tanggungjawab dapat dibedakan menjadi (Hamdee dan Goethert, 1997: 66):

1. Tidak ada sama sekali (none): outsider semata-mata bertanggungjawab pada semua pihak, dengan tanpa keterlibatan masyarakat.

2. Tidak langsung (indirect): sama dengan tidak ada partisipasi tetapi informasi merupakan sesuatu yang spesifik.

3. Konsultatif (consultative): outsider mendasarkan atas informasi dengan tidak langsung diperoleh dari masyarakat.

4. Terbagi (shared): masyarakat dan outsider berinteraksi sejauh mungkin secara bersamaan.

5. Pengendalian penuh (full control): masyarakat mendominasi dan outsider membantu ketika diperlukan.

Penilaian masyarakat tentang partisipasi dimana masyarakat memegang kendali merupakan tujuan ideal. Kualitas keterlibatan ditunjukkan oleh manfaat kegiatan yang diambil dalam kerangka kegiatan keseluruhan. Hal ini sejalan dengan pengertian partisipasi yang mengandung makna pengambilalihan sebagian kegiatan. Dapat dikatakan bahwa semakin banyak skala dan jumlah kegiatan yang diambil alih,

(31)

16 semakin tinggi partisipasi masyarakat. Dalam lingkungan permukiman, semakin banyak individu berpartisipasi, maka semakin tinggi pula partisipasi dalam lingkungan permukiman tersebut.

B. KAWASAN PESISIR

Penjelasan umum mengenai kawasan pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik wilayah merupakan hal yang sangat penting, hal ini bertujuan agar pemahaman mengenai wilayah pesisir dapat dimengerti dan merupakan awal pemahaman dari studi ini. Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan, terutama penjelasan tentang ruang lingkup wilayah pesisir yang secara batasan wilayah masih belum jelas. Berikut ini adalah definisi dari beberapa sumber mengenai wilayah pesisir.

Kay dan Alder (1999) “ The band of dry land adjancent ocean space (water dan submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa”. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan.

Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau

(32)

17 pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Dahuri, dkk, 2001).

Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan, hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar. Adanya kondisi seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang potensial dalam pengembangan wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat. Di daerah pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas ini dapat berada jauh dari garis pantai. Sebaliknya di tempat yang berpantai curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam, wilayah pesisirnya akan sempit. Menurut

(33)

18 UU No. 27 Tahun 2007 Tentang batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan.

Ekosistem wilayah pesisir dan lautan dipandang dari dimensi ekologis memiliki 4 fungsi/peran pokok bagi kehidupan umat manusia yaitu (1) sebagai penyedia sumberdaya alam sebagaimana dinyatakan diatas, (2) penerima limbah, (3) penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan manusia (life support services), (4) penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenity services) (Bengen, 2001).

Karateristik pantai secara geomorfologi menurut Hantoro (2004) adalah Pantai curam singkapan batuan, pantai landai atau dataran, pantai dataran endapan lumpur, pantai dengan bukit atau paparan pasir, pantai lurus dan panjang dari pesisir datar, pantai dataran tebing karang, pantai erosi, Pantai akresi. Karakteristik Ekosistem di perairan laut dangkal pada umumnya seperti terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove pada dasarnya dilindungi seperti pada tertera di dalam UU No.32/2009 dan UU No. 5/1990.

C. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Tingginya lajunya pertumbuhan penduduk disuatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat sehingga menyebabkan tingginya tekanan

(34)

19 terhadap daya dukung lingkungan. Pada umumnya penduduk yang memiliki status ekonomi tinggi akan memilih kawasan permukiman yang memiliki fasiltas yang lebih baik dibandingkan dengan penduduk yang mempunyai status ekonomi rendah. Hal tersebut dapat memacu pertumbuhan permukiman baru yang tanpa memperhatikan kemampuan lingkungan.

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan terjadinya perkembangan permukiman yang diikuti dengan pengelolaan yang tidak terkontrol. Permukiman dibangun dengan kualitas rendah serta cenderung kurang terarah, terpadu dan terencana dengan baik. Selain itu kurang memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana dasar dalam lingkungan permukiman, seperti lokasi, air bersih, sistem pembuangan sampah, sanitasi, saluran pembuangan air atau drainase. Lingkungan permukiman yang sehat merupakan salah satu indikator dalam menilai atau mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat dibidang ekonomi sosial.

Pada umumnya kualitas lingkungan dari suatu permukiman dipengaruhi juga oleh tingkat keswadayaan dan kemampuan ekonomi masyarakat. Bagi masyarakat miskin, upaya kebutuhan akan suatu permukiman yang layak merupakan suatu hal yang sangat kompleks, karena suatu hunian permukiman dengan kaulitas lingkungan yang baik bagi masyarakat miskin belum dapat sepenuhnya menjadi kebutuhan dasar

(35)

20 dan mendesak dibandingkan dengan kebutuhan dasar lainnya yaitu kebutuhan akan pangan, sandang dan pendidikan.

Masyarakat sebagai salah satu dalam aktor pembangunan, sangat jelas berperan didalam mekanisme terjadinya perubahan pada kualitas lingkungan permukiman, baik dalam aktivitas ataupun kegiatan sehari-hari, mereka secara sadar atau tidak sadar akan terus menerus melakukan langkah-langkah terhadap lingkungan, baik dalam memutuskan untuk menentukan tempat tinggal, bekerja, belajar, melakukan perjalanan dan kegiatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh masyarakat terhadap lingkungan, baik yang direncanakan maupun tidak, akan membawa dampak pada perubahan kualitas lingkungan. Dampak dari perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada karakteristik lingkungan itu saja, melainkan juga berperan terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang ada dilingkungan permukiman.

Masyarakat juga diharapkan dapat menyadari akan kebutuhan mendasar mengenai lingkungan permukiman yang sehat, mereka harus diberikan pelajaran, pengetahuan dan pemahaman berupa pentingnya lingkungan permukiman yang sehat, bersih dengan melakukan berbagai cara, baik melalui media sosial maupun pelaksanaan program yang dilakukan oleh Pemerintah yang dapat memberikan kesadaran dalam peningkatan partisipasi masyarakat setempat terhadap lingkungan

(36)

21 permukima, sehingga mereka mempunyai tanggung jawab untuk menjaga, memperbaiki, memperhatikan dan meningktakan kualitas lingkungan mereka lebih baik.

Penjelasan tersebut terdapat pada penelitian oleh Julimawati (2014) tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kualitas Lingkungan Permukiman adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Kualitas Lingkungan Permukiman

Kualitas lingkungan dapat diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal dan selaras bagi kelangsungan hidup di suatu wilayah. Kualitas lingkungan permukiman tersusun atas komponen sosial, ekonomi dan fisik.

Berdasarkan acuan dari Direktorat Jenderal Cipta Karya bahwa indikator dari kualitas lingkungan permukiman terdiri dari:

Banjir/genangan air; air bersih/air minum; sanitasi; saluran air limbah; sampah; lokasi permukiman; jalan; bentuk bangunan;

keteraturan bangunan; kepadatan bangunan; sekolah; partisipasi masyarakat.

2. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yaitu bentuk partisipasi berupa buah

(37)

22 pikiran, tenaga, harta dan uang, keterampilan dan keahlian serta dalam bentuk kegiatan sosial.

Menurut Angell (1967) menyatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menegah ke atas dengan keterkaitan moral kepada nilai atau norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis Kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

(38)

23 3. Tingkat Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5. Tingkat Pendapatan

Pendapatan adalah nilai benda-benda yang dapat dikonsumsi selama periode tertentu, sedangkan ia tetap rnemiliki sejurnlah kekayaan yang sama pada periode akhir, seperti halnya yang dimiliki pada periode semula (Mayers, 1983). Dalam definisi tersebut Mayers berpendapat bahwa pendapatan, selain dapat dinilai sebagai suatu balas jasa, juga dapat ditinjau dari segi pemanfaatannya, sebagai konsumsi bagi sipenerimanya dengan tidak mengurangi harta yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, pendapatan adalah besar kecilnya penghasilan rata-rata

(39)

24 yang diperoleh oleh seseorang dalam satu bulan yang dinyatakan dengan rupiah.

6. Waktu Bertempat Tinggal

Waktu bertempat tinggal seseorang dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

D. PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM

Dalam implementasi program pembangunan perkotaan mulai menekankan pendekatan pemberdayaan masyarakat (empowerment) dengan beberapa ciri, antara lain: demokatis, partisipatif, transparasi dan akuntabilitas.

Dalam kaitan hal tersebut, Budihardjo (2001: 4) mengingatkan bahwa kecuali program-program tersebut tidak kalah pentingnya adalah jaminan rasa aman dan konteks micro pengakuan terhadap keberadaan maupun kegiatan ekonomi orang miskin yang dituding sebagai tak terencana (unplanned) dan semrawut (chaostic). Selanjutnya dikatakan sebetulnya yang bisa menjadi ujung tombak penanggulangan kemiskinan perkotaan adalah akses terhadap lahan untuk perumahan dan juga terciptanya rasa aman bertempat tinggal (security of tenure), karena kebanyakan lingkungan

(40)

25 permukiman mereka yang kumuh, informal settlements dan extra legal.

Lebih jauh ditekankan perlunya peningkatan kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam memperjuangkan hak mereka, dalam proses pengambilan keputusan, dalam perencanaan, implementasi pemantauan dan evaluasi dalam meningkatkan prilaku, menyerap informasi dan berkomunikasi.

Sementara itu Tjokroamidjojo (1982: 181), mengemukakan sedikitnya ada enam ciri-ciri program yang baik, antara lain: 1) Tujuan harus jelas, 2) Peralatan yang baik untuk mencapainya, 3) Konsisten kebijakan, 4) Pengukuran biaya dan manfaat, 5) Hubungan dengan pembangunan yang lainnya dan 6) Manajemen yang baik.

Disamping ciri-ciri tersebut terdapat pendekatan yang disebut pendekatan kesesuaian (The Fit Model) yang dikemukakan oleh Korten dan Alfonso (Soetrisno, 2001: 53) model ini berasumsi bahwa keberhasilan suatu program ditentukan oleh adanya kesesuaian antara tiga komponen yaitu:

1. Kesesuaian antara kelompok sasaran dengan organisasi, artinya artikulasi kepentingan kelompok sasaran haruslah mendapat saluran didalam proses pengambilan keputusan organisasi.

2. Kesesuaian antara program dengan organisasi, dalam arti persyaratan tugas yang dituntut program harus sesuai dengan kompetensi personil organisasi.

(41)

26 3. Kesesuaian antara program dengan kelompok sasaran, ini berarti bahwa output suatu program harus sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran.

Pengertian terhadap dimensi-dimensi tersebut sangat berguna untuk mengamati arah dan kebersihan program yang direncanakan. Khususnya mengenai dimensi partisipasi lebih jauh dapat dipahami bahwa menurut Davis (Sastrosaputro, 1986: 13) mengemukakan partisipasi sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Dari definisi tersebut ada tiga hal penting, yaitu: 1) keterlibatan mental dan emosi, jadi bukan sekedar jasmani, 2) kesediaan untuk memberikan sumbangan, jadi ada rasa sukarela, dan 3) tanggung jawab, jadi adanya sense of belongingness. Dalam kaitannya dengan pembangunan, King (Raharjo, 1983: 94) secara tegas menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam program pemerintah.

Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia strategi pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat telah tumbuh dan berkembang sejak lama dan hampir seluruh daerah, hak ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari dalam masyarakat seperti gotong-royong, kerja bakti, gugur

(42)

27 gunung dan saling membantu saat mengalami musibah kematian anggota masyarakat dan sebagainya. Hal ini pada umumnya dikoordinasikan oleh lembaga yang ada dilingkungan masyarakat sendiri seperti Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), PKK, Karang Taruna dan lain-lain.

Dengan demikian secara teoritis dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat melalui berbagai tahapan pembangunan (perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan) akan berpengaruh terhadap keberhasilan program. Artinya, semakin tinggi dan semakin proporsional (lengkapnya proses atau tahap yang dilalui) partisipasi masyarakat pada program yang akan dilaksanakan akan semakin tinggi penilaian masyarakat tentang keberhasilan program tersebut. Oleh karena partisipasi yang tinggi akan memunculkan tanggungjawab yang tinggi pula dan semakin tinggi tanggungjawab serta peran serta masyarakat pada gilirannya akan menentukan keberhasilan program tersebut.

(43)

28 E. KERANGKA PIKIR

EKSISTING

• Sebanyak 8.322 jumlah rumah tangga penduduk Kota Makassar bertempat tinggal dipermukiman kumuh berat.

• Kelurahan Tallo utamanya pada kawasan pesisir merupakan daerah permukiman kumuh dengan kondisi sangat tidak sehat, timbulnya pencemaran lingkungan seperti:

bau yang kurang sedap, lahan yang kotor/jorok karena tertutup oleh sampah yang berserakan dan membusuk.

• Perilaku/sikap masyarakat kurang memperhatikan kesehatan lingkungan.

RUMUSAN MASALAH

• Faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisr di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar ?

• Bagaimana strategi partisipasi masyarakat untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar ?

TUJUAN

• Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarkat terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar.

• Untuk mengidentifikasi strategi partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori yang dipakai pada pemecahan masalah ini yaitu mengacu pada teori

Angell (1967).

VARIABEL

• Jenis Kelamin

• Usia

• Tingkat Pendidikan

• Jenis Pekerjaan

• Tingkat Pendapatan

• Waktu Bertempat Tinggal

DATA

• Data Primer

• Data Sekunder

ANALISIS

• Analisis Chi-Square

• Analisis SWOT

HASIL DAN PEMBAHASAN HARAPAN

• Peningkatan kualitas lingkungan permukiman di kawasan pesisir.

KESIMPULAN

SARAN

(44)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan pesisir Kelurahan Tallo Kota Makassar. Secara administrasi, Kelurahan Tallo termasuk dalam wilayah Kecamatan Tallo, Kota Makassar yang terletak sekitar muara sungai Tallo, Kelurahan Tallo juga termasuk daerah yang memiliki banyak industri pengelolaan kayu dan industri Perahu Fiber. Kelurahan Tallo terdiri dari 5 ORW dan 26 ORT dengan luas wilayah 0.61 Km2. Posisi geografis Kelurahan Tallo terletak di S 05º 06’26,7” dan E 119º 26’22,9”, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Selat Makasar

 Sebelah Selatan : Sungai Tallo Kec. Tamalaranea

 Sebelah Barat : Selat Makasar

 Sebelah Timur : Kelurahan Buloa Kec. Tallo.

(45)

30 Gambar 3.1 Peta Batasan Penelitian

(46)

31 B. WAKTU PENELITIAN

Waktu penelitian merupakan batasan waktu yang digunakan dalam melakukan penelitian. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar ditargetkan selama 6 bulan, terhitung bulan Mei – November 2019.

C. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Dalam memecahkan masalah, langkah yang penting adalah menentukan populasi karena menjadi sumber data sekaligus sebagai objek penelitian. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti atas semua kasus individu dan gejala yang ada di daerah penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang terdapat diwilayah pesisir pada Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Etta Mamang Sangadji, 2010:177). Adapun metode pengambilan sampel digunakan dengan cara multi stage sampling yaitu sampel yang diambil dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa metode diantaranya metode sampling area, proportional sampling dan simple random sampling.

(47)

32 Sampling area, merupakan teknik yang digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan kelompok- kelompok individu, serta dapat dibedakan berdasarkan individu dalam sebuah kawasan. Dalam penelitian ini sampel yang diambil merupakan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir Kelurahan Tallo yaitu RW 2, RW 3, RW 4 dan RW 5.

Simple random sampling, merupakan teknik pengambilan sampel yang tanpa dipilih-pilih akan tetapi didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang sudah diuji dalam praktek.

Proporsional sampling, pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada pada populasi. Maka dari itu populasi dipilih bisa mewakili kondisi populasi.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan metode analisis yang digunakan yaitu Chi-Square. Jumlah sampel yang dibutuhkan paling sedikit 5 kali jumlah variabel indikator (Ferdinand, 2014). Adapun jumlah indikator dalam penelitian ini sebanyak 15 indikator, sehingga minimal dibutuhkan 20 x 5 atau 100 sampel. Jumlah sampel tersebut telah sesuai dengan prinsip matematis karena dalam pengujian Chi Square sangat sensitif dengan jumlah sampel, sehingga sampel penelitian ini akan membutuhkan mengacu pada kriteria yang diusulkan oleh

(48)

33 Hair et al. (2010:637) yaitu dengan teknik Maximum Likelihood Estimation (MLE). Jumlah sampel yang baik menurut MLE berkisar antara 100-200 sampel. Oleh karena itu jumlah sampel yang diharapkan minimal 100 sampel dan maksimum 200 sampel.

D. JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif, yaitu:

1. Jenis Data

a) Data Kuantitatif merupakan data berbentuk numerik atau angka.

Data yang termasuk didalamnya yaitu : usia, tingkat pendapatan dan waktu bertempat tinggal.

b) Data Kualitatif merupakan data non parametris yang menjelaskan secara deskripsi tentang data jenis kelamin, tingatkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Serta gambaran umum lokasi penelitian.

2. Sumber Data a) Data Primer

Sumber data diperoleh dari hasil qusioner yang telah diberikan kepada responden (masyarakat pesisir) di Keluharan Tallo untuk memperoleh data jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan waktu bertempat tinggal.

(49)

34 b) Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh secara langsung melalui Library Research terutama melalui penelusuran buku-buku, laporan penelitian, naskah ilmiah lainnya dan dari instansi terkait untuk memperoleh gambaran umum wilayah penelitian, serta data lainnya yang menyangkut dengan rumusan masalah.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang akan diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data ini terbagi atas pengumpulan data primer dan data sekunder.

1. Teknik pengumpulan data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi lapangan (pengamatan langsung), yaitu terkait dengan karakteristik maupun kondisi permukiman serta lingkungan masyarakat di Kelurahan Tallo. Hasil pengamatan ini dapat berupa foto maupun bentuk catatan lapangan.

Serta pengumpulan data dilakukan menggunakan instrument berupa kuesioner untuk mengetahui faktor-faktor partisipasi masyarakat pesisir terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Tallo.

(50)

35 2. Teknik pengumpulan data sekunder

Data sekunder merupakan data yang berasal dari instansi yaitu BPS Kota Makassar dan Kantor Kelurahan Tallo untuk mengetahui data-data gambaran umum tentang lokasi penelitian.

Tabel 3.1.

Model Data Dirinci menurut Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Data

Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan

Data Jenis Sumber

Jenis Kelamin Kuantitatif Primer Primer Usia Kuantitatif Primer Primer Tingkat

Pendidikan Kualitatif Primer Primer Jenis

Pekerjaan Kuantitatif Primer Primer Tingkat

Pendapatan Kuantitatif Primer Primer Waktu

Bertempat Tinggal

Kuantitatif Primer Primer Gambaran

Umum Lokasi Penelitian

Kualitatif Sekunder Sekunder

F. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai.

Mengenai variabel penelitian yang digunakan dari hasil kajian pustaka yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor partisipasi masyarakat pesisir terhadap peningkatan kualitas permukiman menurut Angell (1967) diantaranya :

(51)

36 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Tingkat Pendidikan 4. Jenis Pekerjaan 5. Tingkat Pendapatan 6. Waktu Bertempat Tinggal

Tabel 3.2.

Variabel Penelitian

Variabel Indikator

Partisipasi Masyarakat

 Tinggi

 Sedang

 Rendah Jenis Kelamin  Pria

 Wanita Usia

 Usia Muda

 Usia Produktif

 Usia Non Produktif Tingkat Pendidikan

 Pendidikan Tinggi

 Tamat Sekolah

 Tidak Sekolah Jenis Pekerjaan

 Pekerjaan Tetap

 Pekerjaan Tidak Tetap/Musiman

 Tidak Bekerja

Tingkat Pendapatan

 Pendapatan Tinggi (Diatas Rp. 2,9 Juta)

 Pendapatan Menengah (Rp. 1 Juta - Rp. 2,9 Juta)

 Pendapatan Rendah (Dibawah Rp. 1 Juta) Waktu Bertempat

Tinggal

 Lama (Diatas 10 Tahun)

 Sedang (5-10 Tahun)

 Baru (Dibawah 5 Tahun)

(52)

37 G. METODE ANALISIS

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metoda analisis chi-square untuk melihat faktor determinan yang menggambarkan karakteristik faktor-faktor yang mempengaruhi dari variabel yang diteliti, kemudian untuk menyusun rumusan alternatif strategi partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas permukiman pesisir di Kelurahan Tallo menggunakan analisis faktor-faktor internal dan eksternal (IFE-EFE) dan Matriks IE, serta analisis SWOT.

Tabel 3.3. Matrik Metode Analisis Data

No. Rumusan Masalah Jenis dan Sumber Data

Metode Analisis Data

Hasil yang Diharapkan 1. Faktor-faktor apa yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisr di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar ?

Data primer - Usia

- Jenis Kelamin - Tingkat

Pendidikan - Jenis

Pekerjaan - Tingkat

Pendapatan - Waktu

Bertempat Tinggal Sumber data diproleh dari hasil olahan data kusioner

Analisis Chi- Square Skala Likert

Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat.

2. Bagaimana strategi partisipasi masyarakat untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir di Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar ?

Data sekunder, yakni RPJMD, RTRW dan laporan lainnya yang terkait dengan penelitian.

Sumber data diproleh dari BPS.

Analisis SWOT Susunan strategi partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir.

(53)

38 1. Analisis Chi-Square

Chi-Square juga disebut sebagai Kai Kuadrat merupakan salahsatu jenis uji komparatif non parametris dilakukan pada dua variabel dengan skala data kedua variabel ada nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada derajat terendah).

Analisis Chi-Square berguna untuk menguji pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of Contingency).

Analisis Chi-Square memiliki karakteristik : a. Nilai Chi-Square selalu positif.

b. Terdapat beberapa keluarga distribusi Chi-Square, yaitu distribusi dengan DK=1, 2, 3 dan seterusnya.

c. Bentuk distribusi Chi-Square adalah menujulur positif Adapun rumus dari analisis Chi-Square adalah :

𝑥2 = [(𝐹0− 𝐹)2 𝐹 ] Keterangan :

X2 = Nilai Chi-Square

Fh = Frekuensi yang diharapkan F0 = Frekuensi yang diperoleh/diamati

(54)

39 Untuk mengetahui frekuensi yang diharapkan (Fh) pada masing- masing frekuensi menurut baris dan kolom, jumlah masing- masing sub bagian dan jumlah keseluruhan. Selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut:

𝐹 = [(𝑛𝑓𝑏− 𝑛𝑓𝑘)

𝑁 ]

Fh = Frekuensi yang diharapkan

nfb = Jumlah frekuensi masing-masing baris nfk = Jumlah frekuensi masing-masing kolom 2. Skala Likert

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka metode pengukuran untuk melihat seberapa kuat pengaruh variabel yang digunakan terhadap partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman pesisir dengan menggunakan pendekatan Skala Likert untuk mengetahui hubungan antara variabel X dan Y digunakan patokan interpresentase nilai. Dalam penelitian ini hasil analisis / uji Chi-Square akan dicocokkan dengan sistem skoring dalam skala likert yang kemudian untuk menentukan korelasi variabel dengan tingkat pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat.

(55)

40 Tabel 3.4. Penetuan Skala Likert

Nilai Pengaruh

0,80 – 1,00 Pengaruh sangat kuat 0,60 – 0,79 Pengaruh kuat

0,40 – 0,59 Pengaruh sedang 0,20 – 0,39 Pengaruh lemah

0,00 – 0,19 Pengaruh sangat lemah

Sumber : Maria M.I. 2000 dalam Arianti (2009:11)

3. Metode Perumusan Alternatif Strategi

Menurut Rangkuti (2009) proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap, yakni tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan.

Sebelum melakukan proses identifikasi, terlebih dahulu disepakati basis analisis stakeholders yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal. Dalam kajian ini, yang dikategorikan sebagai pihak internal adalah stakeholders Pemerintahan Kota Makassar dan masyarakat pesisir di Kelurahan Tallo, sedangkan pihak eksternal adalah pemerintah pusat, provinsi dan masyarakat atau pengusaha di luar Kota Makassar. Hal ini dilakukan sehingga dapat memudahkan dalam melakukan analisis faktor internal dan eksternal. Lebih jelasnya tahap-tahap perumusan strategi dalam kajian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Pembuatan Personal SWOT Analisis

• Tentukan indikator-indikator kekuatan, caranya adalah dengan mengidentifikasi semua indikator yang dapat kita

(56)

41 kendalikan sendiri. Semua indikator yang mendukung tujuan kita merupakan indikator-indikator kekuatan.

Sebaliknya, indikator yang menghambat atau mengganggutujuan kita merupakan indikator kelemahan.

• Tentukan indikator-indikator kelemahan yang kita miliki.

Tujuan kita menentukan indikator ini adalah untuk meningkatkan kinerja kita. Dengan mengidentifikasi kelemahan, kita dapat memperbaiki diri.

• Tentukan indikatorindikator peluang

• Menentukan indikator ancaman. Tentukan faktor-faktor apa saja yang dianggap dapat mengancam.

b. Model Penentuan Indikator Komponen SWOT

INTERNAL Kekuatan yang dimiliki Kelemahan yang dimiliki EKSTERNAL

Peluang untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai dimasa yang akan datang

Ancaman yang

memungkinkan tujuan yang ingin dicapai tidak terlaksana

Penentuan indikator tersebut disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Selanjutnya lakukan evaluasi terhadap faktor internal, yaitu semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Penentuan indikator peluang dan ancaman disusun berdasarkan tujuan kita dalam membuat analisis SWOT.

(57)

42 c. Evaluasi Faktor Internal (IFE-Internal Factor Evaluation)

Pada tahap pengumpulan data dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor strategis internal atau Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengetahui persepsi stakeholders terhadap faktor internal wilayah Kota Makassar dan wilayah pesisir Kelurahan Tallo berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat. Menurut Rangkuti (2009), terdapat lima langkah yang harus dilakukan untuk melakukan evaluasi faktor internal dengan menggunakan Matrix Internal Factor Evaluation (IFE), yaitu :

1) Setelah dilakukan identifikasi terhadap lingkungan internal, tentukan faktorfaktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan.

2) Berikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting).

Bobot yang diberikan pada suatu faktor menunjukan kepentingan relatif dari faktor itu untuk sukses dalam usaha yang ditekuni lembaga. Tanpa mempedulikan apakah faktor kunci adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi organisasi diberi bobot

Gambar

Tabel 3.3. Matrik Metode Analisis Data
Tabel 3.5. Matrik IFE (Internal Factor Evaluation)
Tabel 3.7. Matriks Analisis SWOT
Gambar 4.1. Visualisasi Kondisi Persampahan di Kelurahan Tallo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam perbaikan sanitasi permukiman di Kelurahan Putat Jaya terdiri

Ruang.. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan persepsi masyarakat mengenai partisipasi dalam peningkatan kulitas Lingkungan Objek Wisata Pantai Lumpue Kota Parepare,

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam perbaikan sanitasi permukiman di Kelurahan Putat Jaya terdiri

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi

Secara keseluruhan; (2) kualitas lingkungan permukiman Kota Jambi tersebar dalam tiga kelas, yaitu permukiman dengan kualitas baik dengan luas 174.64 Ha, permukiman

Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa permukiman dengan tingkat partisipasi masyarakat pada tangga yang lebih tinggi memiliki tingkat kekumuhan yang

Terkait dengan permukiman di atas perairan laut ini, terdapat kebijakan pemerintah Kota Makassar yang tercantum dalam RPJMD Kota Makassar yang tidak lain terdapat dalam

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam perbaikan sanitasi permukiman di Kelurahan Putat Jaya terdiri