• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM MAKASSAR TIDAK RANTASA (MTR) DI KELURAHAN BULOA KECEMATAN TALLO KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM MAKASSAR TIDAK RANTASA (MTR) DI KELURAHAN BULOA KECEMATAN TALLO KOTA MAKASSAR"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

i

Disusun dan diusulkan oleh :

ZULFIKAL

Nomor Stambuk : 10564 01287 11

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

ii

kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi yang berjudul “ Partisipasi Masyarkat Dalam Pelaksanaan Program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar”. Di mana skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi akhir Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena banyaknya hambatan dan kesulitan dalam tehnik penyusunan skripsi serta keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima kritikan dan saran yang bersifat konstruktif dari pihak yang membaca skripsi ini.

Kemudian tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini, diantaranya yaitu:

1. Ibu Dr. Hj. Fatmawati, MSi selaku Pembimbing pertama dan Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing kedua yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan dan seluruh Dekan I-IV Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(3)

iii

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak memberikan ilmu pelajaran di saat kuliah dan membantu penulis selama menempuh pendidikan di kampus tersebut.

5. Untuk kedua orang tua penulis yaitu Bapak Bulla dan Ibu H. Halina Basri yang selama ini selalu membimbing serta mengarahkan kearah yang lebih baik, dan telah memberikan dukungan moril serta pengorbanan materi selama ini dengan sabar mengajari penulis disetiap kesalahan-keslahan yang di perbuat oleh penulis.

Untuk kasih sayang yang selalu diberikan penulis.

Akhirnya dengan segenap kerendahan hati, penulis mengharapkan agar kiranya skripsi ini dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran dan berguna bagi pembaca khususnya Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Dan semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Amin.

Makassar, 1 agustus 2016 Penulis

Zulfikal

(4)

iv oleh Fatmawati dan Ihyani Malik).

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu yang menentukan pencapaian tujuan suatu program pemerintah dan sangat terkait dengan program Makassar Tidak Rantasa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong dan mencoba mengambarkan dan menjelaskan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskripsi kualitatif dengan informan sebanyak 9 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kombinasi teknik pengumpulan data berupa: Observasi, Dokumentasi dan wawancara langsung kepada informan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar dalam 5 bentuk yang di kaji yaitu bentuk partisipasi pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan, sosial tergolong cukup baik. Faktor pendukung di pengaruhi oleh faktor kesadaran masyarakat, peran pemerintah, sosialisasi dan faktor penghambat di pengaruhi oleh sarana dan prasarana, kebiasaan masyarakat.

Kata Kunci : Partisipasi masyarakat dan program Makassar Tidak Rantasa

(5)

v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Partisipasi ... 8

1. Pengertian Partisipasi ... 8

2. Bentuk-Pentuk Partisipasi. ... 16

3. Tingkatan Partisipasi ... 18

4. Derajat Kesukarelaan Partisipasi... 19

B. Program Makassar tidak Rantasa... ... 20

C. Kerangka Pikir ... 23

D. Fokus Penelitian ... 24

E. Deskriptif Fokus ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 26

B. Jenis dan Tipe Peneitian ... 26

C. Sumber Data ... 27

D. Informan Penelitaian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 29

G. Pengabsahan Data ... 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi atau Kreteria Objek Penelitian ... 32

1. Monografi Kelurahan Buloa ... 32

2. Keadaan Demografi. ... 33

B. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Makassar Tidak Rantasa Di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar... ... 35

1. Pikiran ... 37

2. Tenaga ... 42

3. Harta Benda ... 48

4. Keterampilan ... 53

5. Sosial ... 56

(6)

vi BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA ... 74

(7)
(8)
(9)
(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partisipasi masyarakat merupakan modal utama dalam upaya mencapai sasaran program pemerintah diseluruh wilayah Republik Indonesia.Keberhasilan dalam pencapaian sasaran pelaksanaan suatu program bukan semata-mata didasarkan pada kemampuan aparatur pemerintah, tetapi juga berkaitan dengan upaya mewujudkan kemampuan dan keamanan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Adanya partisipasi masyarakat akan mampu mengimbangi keterbatasan biaya dan kemampuan pemerintah dalam pencapaian pelaksanaan program tersebut.

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah , melalui atauran ini telah menempatkan partisipasi masyarakat dalam bab tersendiri dan telah lebih membuka ruang dan juga lebih menjelaskan terkait norma dan teknis terkait partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, yang tidak hanya pada wilayah partisipasi dalam pembentukan Peraturan Daerah.

Adisasmita (2006:38) mengatakan partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi

(11)

program/proyek. Suprianta (2000:209) hanya dengan partisipasi masyarakat penenrima program, maka hasil pembangunan akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan itu sendiri. Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting karena masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat. Tanpa kehadiran masyarakat program pembangunan serta proyek-proyek seperti program Makassar tidak Rantasa ini akan gagal.

Program Makassar Tidak Rantasa merupakan kebijakan yang mengatur tata kebersihan kota dan merupakan bagian dari gerakan revolusi mental untuk membuat masyarakat sadar dan berperan aktif dalam meningkatkan kebersihan kota demi mewujudkan Kota Makassar yang bebas dari sampah.Persoalan rantasa bukan hanya pada persoalan kebersihan, tetapi juga pada pola pikir dan perilaku.Ini akan menjadi langkah awal, untuk merubah pola pikirdan perilaku masyarakat Makassar untuk lebih disiplin dan peduli terhadap kebersihan.

Munculnya program Makassar Tidak Rantasa, sebetulnya patut diapresiasi sebagai sebuah kebijakan publik pemerintah kota didalam memecahkan masalah kesemrawutan di Kota Makassar. Kesemrawutan dalam hal ini, bukan saja menyangkut sampah yang berserakan. Kesemrawutan yang menyelimuti Makassar sesungguhnya beraneka rupa, mulai dari perang kelompok, tawuran, geng motor, narkoba, kemacetan lalu lintas, parkir liar, pungutan liar, banjir dan kesemrawutan kota lainnya termasuk ke dalam kategori kesemrawutan kota.

Berbagai formulasi dicoba untuk menyukseskan program Makassar Tidak Rantasa, mulai dari menggelar kegiatan Jumat bersih, kerja bakti bersama TNI-

(12)

Polri, mengeruk kanal dan lain-lain. Sejumlah program yang dibungkus slogan juga diluncurkan seperti MTR (Makassar ta Tidak Rantasa), LISA (Lihat Sampah Ambil), Mabasa (Makassar Bebas Sampah) dan Mabello (Makassar Bersihkan Lorong-Lorongta) dan program bersih kanal. Namun hasilnya bisa kita lihat sendiri beberapa jam setelah kerja bakti digelar, sampah kembali berserakan.

Beberapa jam setelah sampah kanal dikeruk, kembali muncul sampah baru.

Sebetulnya, jika Pemerintah Kota Makassar konsisten menegakkan peraturan daerah No.4 Tahun 2009 tentang larangan buang sampah di sembarang tempat, tentu tak sulit mewujudkan program Makassar Bebas Sampah. Sebab, di dalam perda itu, sudah diatur sedemikian rupa sanksi yang akan dikenakan bagi warga yang membuang sampah di sembarang tempat

Dalam mewujudkan tujuan program Makassar Tidak Rantasa, salah satu hal yang dibutuhkan adalah kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat dalam menunjang suksesnya pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa.

Ndraha (dalam Kunarjo 2002:63) dengan adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi akan lebih memudahkan bagi pemerintah untuk melaksanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan, sebab dukungan masyarakat adalah merupakan modal bagi pemerintah untuk melaksanakan programnya.

Dalam mendukung program Makassar Tidak Rantasa di kelurahan Buloa Kecematan Tallo telah melakukan beberapa program kebersihan dan penghijauan lingkungan, seperti membentuk dan membina sejumlah lorong termasuk lorong/kawasan Majurong (Makassar Majukan Lorong). Sedikitnya tiga kawasan Majurong yang dibentuk di Buloa, yaitu kawasan bebas sampah, bebas pengaduan

(13)

dan bebas bangunan liar. Tiga kawasan Majurong itu terus dibenahi dengan sasaran peningkatan infrastrukturnya, dan Salah satu wujud kepedulian mendukung Makassar Tidak Rantasa, pihak pemerintah kelruhan buloa aktif kerja bakti satu kali seminggu dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Salah satu contoh adanya partisipasi masyarakat dalam menjalankan program Makassar Tidak Rantasai di Kelurahan Buloa adalah adanya partisipasi masyarakat dengan aktif dalam melakukan kegiatan kerja bakti setiap hari minggu.Bukan hanya itu, pemerintah Kelurahan Buloa telah membuat inovasi lorong dengan konsep lorong hijau, bersih, indah dan produktif bersama masyarakatnya. Dimana lorong tersebut ditanam tanaman produktif seperti lombok dipekarangan rumah warga. Hanya saja, masih banyak masyarakat yang acuh tak acuh dan belum sadar untuk menata lingkungannya. Selain itu, masyarakat juga masih banyak yang mengharap campur tangan pemerintah dalam menata lorong-lorong yang ada. Di samping hal itu faktor perilaku kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan sehingga program Makasar Tidak Rantasa ini belum mencapai subtansi partisipai yang baik.

Partisipasi masyarakat dalam program Makassar Tidak Rantasa dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat serta menguatkan inisiatif masyarakat dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi lingkungan.Rendahnya partisipasi masyarakat dalam program Makassar Tidak Rantasa akan mengakibatkan lingkungan itu menjadi kurang bersih dan kurang sehat. Demikian juga

(14)

masyarakat yang ada di lingkungannya akan mengakibatkan lingkungan perkotaan menjadi lingkungan yang kotor.

Berdaraskan penjelasan tersebut, maka pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar dimana partisipasi masyarakat sangatlah penting guna membantu tercapainya pelaksanaan program tersebut,. Atas dasar inilah kesadaran dari masyarakat perlu terus di tumbuhkan dan ditingkatkan sehingga nantinya partisipasinya akan dirasakan sehingga suatu kewajiban yang lahir secara spontan.

Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judu “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Makassar Tidak Rantasa (MTR) Di Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaiamana bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa Di Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar ?

2. Faktor faktor apa saja yang mendukung dan menghambat partisipasii masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo KotaMakassar ?

C. Tujuan penelitian

(15)

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan dalam penilitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa Di Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasadi Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, peneliti mempunyai dua penejelasan tentang manfaat penelitian yaitu

1. Akademisi

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan bagi peneliti, khususnya dalam kajian ilmu pemerintahan dan bahan studi perbandingan bagi peneliti lain yang berminat meneliti topik yang sama.

2. Praktis

Sebagai bahan masukan yang sangat berharga bagi peneliti mengenai penjelasan teori-teori yang ada serta praktek nyatanya di dunia kerja

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Partisipasi

1. Pengertian Partisipasi

Istilah partisipasi banyak di kemukakandalam berbagai kegiatan terutama kegiatan pembangunan.Hal tersebut di sebabkan oleh istilah partisipasi (partcipation) yang berarti hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, Kamus Bahasa Indonesia (dalam Sumaryadi, 2010:46).

Andrea Cornwall and Jonh Gavent (dalam Karianga, 2011:214), mengemukakan bahwa partisipasi adalah proses tumbuhnya kesadaran terhadap hubungan diantara stakeholders yang berbeda dalam masyarakat, yaitu antara kelompok-kelompok sosial dan komunitas dengan pengambilan kebijakan dengan lembaga-lembaga jasa lain.

Terkait dengan konsep partisipasi, Mikkelsen (dalam Isbandi 2012:227) melihat bahwa konsep partisipasi telah menjadi bagian dari debat yang berkepanjangngan antara lain terkait dengan landasan teoritis, dan dengan kemungkinan untuk diterapkan (practical applicability) dalam kegiatan dengan berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga pememrintah dan lembaga non pemerintah.

(17)

Slamet (dalam Mardikanto dan Poerwoko 2013:91), menyatakan bahwa tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat sangat di tentukan oleh tiga unsur, yaitu :

a. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat b. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi c. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.

Sumaryadi(2010:46) bahwa partisipasi berarti peran serta masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan mapun dalam bentuk kegiatan dengan memberikan masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan uang materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

Bryant dan White (dalam Sumaryadi 2010:47), menganalisis bahwa arti partisipasi pada era 1970-an, bergeser bukan sebagai proses penguatan politik tetapi lebih dilihat sebagai alternatif bagi gerakan-gerakan revolusioner dan pemberontakan petani. Dalam arti, jika rakyat dimobilisasi menjadi bagian proses pembangunan, berkuranglah kemungkinan mereka untuk dibangkitkan dalam revolusi. Partisipasi masyarakat lebih diarahkan pada pembangunan, makanya partisipasi mendapat ciri baru, yaitu peran serta dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program dapat mengembangkan pembangunan kemandirian (self-reliance) yang dibutuhkan oleh para anggota masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan demi eksselerasi pembangunan.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 32/2009) Pasal 70 ayat.

(18)

(1) Yangberbunyi setiap masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

(2) Peran masyarakat dapat berupa:

a. pengawasan social

b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan c. penyampaian informasi dan/atau laporan

(3) peran masyarakat dilakukan untuk:

a. Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

b. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan c. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat d. Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk

melakukan pengawasan sosial

e. Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup

Selain Pasal 70 yang mengatur perihal partisipasi masyarakat, pada pasal 18 juga mengakui pelibatan masyarakat dalam pembuatan KLHS. Tata cara penyelenggaraan KLHS yang melibatkan partisipasi masyarakat kemudian akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP). Penegasan Pasal 18 kemudian disebutkan dalam bagian penjelasan terhadap Pasal 70 huruf (b) tentang pemberian saran dan pendapat masyarakat dalam ketentuan UU No. 32/2009 termasuk dalam penyusunan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) dan amdal.

(19)

Partisipasi menurut Robert Chambers (dalam Daniel 2008:59) partisipasi dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses.

Daniel (2008:59) mengatakan partisipasi adalah pengambilan bagian/pengikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dari rencana (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai kepada monotoring dan evaluasi (controlling) selanjutnya disingkat POAC.

Mikkelsen (dalam Soetomo 2013:438-440) misalnya mengiventarisasi ada enam tafsiran dan makna yang berbeda tentang partisipasi :

a. Partisipasi adalah kotribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

b. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek- proyek pembangunan.

c. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung ari bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

d. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monotoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak- dampaksosial

e. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri.

(20)

f. Partisipasi adalah keterlibatan dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka

Apabila mencermati pola pikir yang digunakan dalam mengenventarisasi cara partisipasi tersebut, maka dapat dipahami bahwa partisipasi dalam perencanaan lebih dimadsutkan dalam rangka memperoleh masukan tentang kondisi dan permasalahan yang ada dalam masyarakat setempat. Masukan tersebut dapat diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari masayarakat dan merupakan hal yang dianggap penting bagi perumusan perencanaan terlepas dari apakah yang merumuskan perencanaan tersebut masyarakat sendiri atau bukan.

Memperhatikan beberapa pengertian partsipasi dan cara untuk mewujudkannya seperti yang sudah diuraikan tadi, tampak bahwa kriteria utama yang digunakan untuk menentukan adanya partisipasi masyarakat adalah adanya keterlibatan tanpa harus mempersoalkan faktor yang melatarbelakangi dan mendorong keterlibatan tersebut. Dengan demikian, apabila latarbelakang yang mendorong keterlibatan dimasukkan sebagai kriteria, maka variasi pengertian partisipasi tadi akan lebih mengerucut. Beberapa pihak mencoba merumuskan pengertian partisipasi dengan memasukkan kedua kriteria tersebut. Dengan menggunakan kedua kriteria tersebut partisipasi diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan yang didorong oleh determinasi dan kesadarannnya tentang arti keterlibatannnya tersebut. Apabila yang muncul hanya unsur keterlibatan dan tidak di dorong oleh determinasi dan kesadaran, hal tersebut tidak masuk dalam kategori partisipasi melainkan lebih tepat disebut sebagai mobilisasi.

(21)

Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat yang dimaksudkan adalah partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari pengambilan keputusan dalam identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan program, serta dalam evaluasi dan menikmati hasil.

Dengan partisipasi masyarakat dalam berbagai tindakan bersama melalui aktivitas lokal telah terjadi proses belajar sosial yang kemudian dapat meningkatkan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara lebih baik dalam tindakan bersama dan aktifitas lokal berikutnya. Dari sudut pandang yang lain, partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga dapat berkedudukan sebagai input sekaligus output. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan, dilain pihak juga dapat dikatakan bahwa pembangunan berhasil kalau dapat meningkatkan kapasitas masyarakat, termasuk dalam berpartisipasi. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara lebih baik sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan juga merupakan pencerminan, bahwa dalam pembangunan masyarakat lebih memberikan fokus perhatian pada aspek manusia dan masyarakatnya bukan semata-mata pada fisik materil.

Pokok pikiran yang melandasi perlunya partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh Hardjasoemantri (dalam Karianga 2011:214) sebagai berikut :

a. Memberikan informasi kepada masyarakat

Partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk memberikan masukan kepada pemerintah tentang masalah yang ditimbulkan oleh suatu rencana tindakan pemerintah dengan berbagai konsekuensinya. Dengan demikian,

(22)

pemerintah akan dapat mengetahui adanya berbagai kepentingan yang dapat terkena tindakan tersebut. Pengetahuan dan pengalaman mengenai aspek tertentu yang diinginkan masyarakat melalui informasi kepada masyarakat itu sendiri maupun dari ahli yang diminta tanggapan oleh masyarakat tentang masalah yang akan timbul merupakan masukan partisipasi masyarakat bagi proses pengambilan keputusan dan dapat meningkatkan kualitas tindakan negara dibidang yang direncanakan tersebut.

b. Meningkatkan kesedian masyarakat untuk menerima keputusan

Seorang warga masyarakat yang telah memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan cenderung memperhatikan kesedian menerima keputusan yang lebih besar dan lebih mudah menyusaikan diri dengan keputusan itu. Dengan demikian, dapat mengurangi kemungkinan timbulnya pertentangan asal partisipasi tersebut dilaksanakan pada waktu yang tepat.

c. Membantu Perlindungan hukum

Jika keputusan diambil dengan memperhatikan keberatan-keberatan yang diajukan oleh masyarakat selama proses pengambilan keputusan berlangsung maka setelah keputusan diambil maka keberatan dari warga akan kecil kemungkinannya karena semua alternatif sudah dibicarakan setidaknya sampai tingkatan tertentu.

d. Mendemokrasikan pengambilan keputusan

(23)

Dalam hubungan dengan partisipasi masyarakat ini, ada pendapat yang menyatakan dalam pemerintah dalam sistem keterwakilan. Maka hak untuk melaksanakan kekuasaan ada pada wakil-wakil rakyat yang dipilih oleh rakayat.

Mikkelsen (dalam Soetomo 2013:449), membedakan adanya empat pendekatan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat sebagai berikut :

a. Pendekatan partisipasi pasif, pelatihan dan informasi

Pendekatan ini berdasarkan pada anggapan bahwa pihak eksternal lebih tahu lebih mengusai pengetahuan, teknologi, skill dan sumber daya.

Dengan demikian, bentuk partisipasi ini akan melahirkan tipe komunikasi satu arah, dari atas kebawah, hubungan pihak eksternal dan masyarakat lokal bersifat vertikal.

b. Pendekatan partisipasi aktif

Dalam pendekatan ini sudah dicoba dikembangkan komunikasi dua arah, walaupun pada dasarnya masih berdasarkan pra anggapan yang sama dengan pendekatan yang pertama, bahwa pihak eksternal lebih tahu dibandingkan masyarakat lokal. Pendekatan ini sudah mulai membuka dialog, guna memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi lebih insentif dengan para petugas dari institusi eksternal.

Salah satu contoh adalah pendekatan pelatihan dan kunjungan.

c. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan

Pendekatan ini mirip kontrak sosial antara pihak eksternal dan masyarakat lokal. Dalam keterikatan tersebut dapat disepakati apa yang dapat

(24)

dilakukan masyarakat lokal dan apa yang harus dilakukan dan diberikan pihak eksternal. Masyarakat setempat, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok kecil, diberikan pilihan untuk terikat pada sesuatu dengan tanggung jawab atas setiap kegiatan pada masyarakat dan juga pada pihak eksternal. Dalam model ini masyarakat setempat mempunyai tanggung jawab terhadap pengelolaan kegiatan yang telah disepakti dan mendapat dukung dari pihak eksternal baik finansial maupun teknis.

Keuntungan dari pendekatan ini adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja sambil belajar dalam melakukan pengelolaan pembangunan. Keuntungan yang lain adalah dapat dilakukan modifikasi atas model yang disepakati sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

d. Partisipasi atas permintaan setempat

Bentuk ini mencerminkan kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat setempat. Kegiatan dan peranan pihak eksternal lebih bersifat menjawab kebutuhan yang diputuskan dan dinyatakan oleh masyarakat lokal, bukan kebutuhan berdasarkan program yang dirancang dari luar. Bagi pihak eksternal, dalam pendekatan ini tidak ada rancangan program dari luar yang harus yang harus dilaksanakan oleh masyarakat lokal, tidak ada target waktu, tidak ada target anggaran yang sudah ditetapkan sebelumnya, serta yang lebih penting tidak sistem komando atau instruksi dari pihak eksternal kepada masyarakat.

2. Bentuk-Bentuk Partisipasi

(25)

Menurut Abu Huraerah (2008: 102) bentuk-bentuk partisipasi masyarakat diantaranya adalah :

a. Partisipasi buah pikiran, yang di berikan partisipasi dalam ajang sana, pertemuann atau rapat

b. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipasi dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan, pertolongan bagi orang lain.

c. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain.

d. Partisipasi keterampilan, yang di berikan orang untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan indusri.

e. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.

Ndraha (dalam Sumaryadi 2010:50) juga mengemukakan bentuk (tahap) partisipasi sebagai berikut :

a. Partisipasi dalam/ melalui kontak dengan pihak lain (contact change) sebagai salah satu titik awal perubahan sosial.

b. Partisipasi dalam memperhatikan/ menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima (mentaati, memenuhi, melaksanakan), mengiyakan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya.

c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan (penetapan rencana). Perasaan terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan sedini mungkin didalam masyarakat. Partisipasi ini disebut juga partisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan politik

(26)

yang menyangkut nasib mereka, dan partisipasi dalam hal yang bersifat teknis (desain proyek).

d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

e. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan.

f. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana pelaksanaan sesuai rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

3. Tingkatan Partisipasi

Dilihat dari tingkatan atau tahapan partisipasi, Wilcox (dalam Mardikato dan Poerwoko 2013:86) mengemukakan adanya 5 (lima) tingkatan, yaitu :

a. Memberikan informasi (information).

b. Konsultasi (consultation), yaitu menawarkan sebagai pendengar pendapat, sebagai pendengar yang baik untuk memberikan umpan balik, tetap tidak terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut.

c. Pengambilan keputusan bersama (deciding together), dalam arti memberikan dukungan terhadap ide, gagasa, pilihan-pilihan serta mengembangkan peluang yang diperlukan guna pengambilan keputusan.

d. Bertindak bersama (acting together), dalam arti tidak sekedar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dalam pelaksanaan kegiatannya.

(27)

e. Memberikan dukungan (supporting independent community interest) di mana kelompo-kelompok lokal menawarkan pendanaan, nasehat dan dukungan lain untuk mengembangkan agenda kegiatan.

Delapan tingkat partsipasi masyarakat menurut Arnstein (Arnstein 1969) Tangga/tingkatan

Partisipasi Hakekat kesetaraan

Tingkatan Pembagian Kekuasaan

(28)

1. Manipulasi 2. Terapi

3. Pemberitahuan

4. Konsultasi

5. Placation

6. Kemitraan 7. Pendelegasian

kekuasaan 8. Kontrol oleh

Masyarakat

Komite berstempel

Pemegang kekuasaan mendidik atau mengobati masyarakat

Hak-hak masyarakat dan pilihan- pilihannya diidentifikasikan

Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai sarannya

Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu di laksanakan

Timbal balik dinegosiasikan

Masyarakat diberi kekuasaan untuk sebagian atau seluruh program

Tidak ada partisipasi

Tokenism

Tingkatan kekuatan masyarakat

Sumber: Mitchell, Setiawan, dan Dwita (2010:260 4. Derajat Kesukarelaan Partisipasi

Dusseldorp (dalam Mardikanto dan poerwoko 2013:87) membedakan adanya beberapa jenjang Kesukarelaan sebagai berikut :

a. Partisipasi spontan, yaitu peran sertayang tumbuh karena motivasi intraksi berupa pemahaman , penghayatan, dan keyakinannya sendiri

b. Partisipasi terinduksi, yaitu peran serta yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari

(29)

luar, meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi.

c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peran serta yang tumbuh karenan adanya tekanan yang di rasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya, atau peran serta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau norma norma yang di anut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperan serta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.

d. Partisipasi tertekan oleh alasan-alasan sosial ekonomi, yaitu peran serta yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian dan manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

e. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peran serta yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah di berlakukan.

B. Program Makassar Tidak Rantasa

Makassar Ta Tidak Rantasa (MTR) merupakan Program yang dikeluarkan oleh Walikota Makassar dalam rangka meningkatkan kebersihan di Kota Makassar. Program ini di deklarasikan oleh Walikota Makassar pada acara akbar A’bbulo Sibatang Lompoa yang dilaksanakan di Gedung Celebes Conventin Center (CCC) 15 Juni 2014.

Tidak Rantasa dalam bahasa Makassar berarti tidak kotor atau tidak jorok.

Secara sosiologis Walikota dan Wakil Walikota Makassar menggunakan bahasa

(30)

Tidak Rantasa untuk membangkitkan Siri’ Na Pacce bugis makassar yang akan selalu malu jika tidak menjaga kebersihan.

Kebijakan Makassar Tidak Rantasa merupakan kebijakan yang mengatur tentang tata kebersihan kota dimulai dari kesadaran semua warga kota Makassar untuk mengedepankan aspek kebersihan dalam kehidupan sehari-hari, pemerintah kota makassar sadar bahwa konsep MTR perlu dukungan dari masyarakat sehingga pemerintah kota akan selalu mensosialisasikan dan mengajak masyarakat terus menjaga kebersihan lingkungan dan mengubah kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat.

Program Makassar Tidak Rantasa merupakan bagian dari gerakan revolusi mental untuk membuat untuk membuat masyarakat sadar dan aktif berperan aktif dalam meningkatkan kebersihan kota demi mewudkan kota Makassar yang bebas dari sampah. Gerakan membersikan kota ini di harapkan sebagai upaya bersama warga kota Makassar untuk menegakkan siri atau rasa malu sebagai warga kota Makassar yang tidak rantasa atau warga yang tidak jorok.

Satu persatu suplemen dari program Makassar Tidak Rantasa launcing. Mulai dari LISA (lihat sampah ambil, sampah tukar beras, termasuk program kebersihan di sekolah, aku dan sekolah ku tidak rantasa di perkenalkan kepada masyarakat Dalam beberapa diskusi dan pidato yang disampaikan Walikota Makassar di depan masyrakat mengatakan bahwa Rantasa dapat diartikan secara luas, tidak hanya diartikan sebagai sampah yang berserakan atau kanal, got dan lingkungan yang penuh sampah dan kotor. Akan tetapai, menyangkut ketertiban pedagang kaki lima, pasar, lokalisasi dan drainase. Selai itu, Rantasa juga harus

(31)

dimaksudkan dalam hal membersihkan perilaku korupsi, penyuapan di instansi pemerintah sehingga good governance dapat terealisasi.

Berdasarkan surat keputusan Walikota Kota Makassar terhadap dinas-dinas dan kecamatan se-Kota Makassar maka program ini telah dijalankan dengan cukup baik. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka mencapai Kota Makassar yang tidak rantasa. Mulai dari di bersihkannya kanal-kanal yang ada, membersihkan drenase di setiap sudut-sudut jalan, serta dengan adanya truk sampah yang baru dengan model yang lebih baik yang diberikan nama truk Tangkasa Ki‖ dengan cup penutup sehingga sampah yang diangkut baunya tidak menyebar kemana-mana.

Program Makassar Ta Tidak Rantasa ini menjadikan kecamatan sebagai ujung tombak dalam pelaksanaannya. Setiap kecamatan telah diberikan fasilitas berupa motor sampah sebanyak 2 buah. Selain itu truk sampah Tangkasa Ki juga terus beroprasi dalam membantu mengumpulkan sampah-sampah di rumah-rumah warga.

Pelaksanaan program tidak diatur dalam Peraturan daerah maupun Peraturan Walikota, hanya didasari atas Keputusan Walikota Makassar No.

660.2/1087/Kep/V/2014 tentang Pembagian Wilayah Binaan Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) Pelaksanaan Program Gerakan Makassar Ta’ Tidak Rantasa (Gemar MTR) Kota Makassar.

Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar, Sasaran program ini adalah meningkatkan kapasistas penanganan Sampah dan kebersihan dengan rencana strategis yaitu menanamkan budaya

(32)

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar

Tidak Rantasa

bersih dalam masyarakat dan peningkatan kapasitas penanganan sampah, sehingga melahirkan program yaitu Makassar Ta Tidak Rantasa dengan targetan awal tahun 2014 ditujukan kepada 20 kelurahan dan pada tahun 2016 yaitu 143 kelurahan telah melaksanakan program Gemar MTR ini. Dalam RPJMD indikator keberhasilan program ini adalah Masyarakat Kota Makassar merasa puas terhadap pengelolaan sampah ditingkat kecamatan dan kelurahan. Sehingga SKPD yang bertanggung jawab terhadap program ini adalah kecamatan dan kelurahan se-Kota Makassar.

C. Kerangka pikir

Salah satu permasalahan di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar adalah kondisi kebersihan yang sangat menghawatirkan, dengan masih banyaknya sampah yang berserakan. Untuk menciptakan lingkungan yang bersih, diperlukan upaya-upaya penanganan dan solusi. Salah satunya dengan pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar.

Pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa perlu partisipasi masyarakat mulai dari bentuk, sebagai berikut : (1). Pikiran, (2). Tenaga, (3). Harta benda, (4).

Keahlian, (5) Sosial. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa : (1). Kesadaran masyarakat, (2). Peran pemerintah, (3). Sosialisasi dan faktor penghambat (1). Sarana dan prasarana, (2). Kebiasaan masyarakat.

Dari uraian tersebut dapat digambarkan dalam suatu kerangka pemikiran sebagai berikut.

Gambar I. Kerangka Pikir

(33)

D. Fokus penelitian

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar. Indikator bentuk partisipasi masyarakat, yaitu : (1). Pikiran, (2). Tenaga, (3). Harta benda, (4). Keterampilan, (5), Sosial. Kemudian faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Pikiran,merupakan jenis partisipasi dimana partisipasi tersebut merupakan partisipasi dengan menggunakan ide/gagasan, krtik, saran, pendapat yang di berikan dalam pertemuan atau rapatyang bertujuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan

Faktor Penghambat:

1. Sarana/prasa rana

2. Kebiasaan masyarakat Bentuk partisipasi :

1. Pikiran 2. Tenaga 3. Harta Benda 4. Keterampilan 5. Sosial

Faktor Pendukung:

1. Kesadaran masyarakat 2. Peran

Pemerintah 3. Sosialisasi

Terciptanya Kebersihan, Keindahan, kerapihan

(34)

2. Tenaga merupakan jenis partisipasi dimana partisipasi tersebut dengan mendayagunakan seluruh tenaga yang dimiliki untuk mencapai sesuatu yang diinginkan

3. Harta benda, partisipasi dengan donasi uang dan sumbangan berupa makanan, minuman atau dengan sebuah barang, sarana dan fasilitas barang untuk membantu guna mencapai hasil yang diinginkan seperti ,skop, tempat sampah.

4. Keterampilan, yaitu berupa pemberian skill yang dia miliki dalam untuk mencapai tujuan yang di inginkan

5. Sosial, yaitu tanda keguyuban antara sesama masyarakat seperti keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan demi kepentingan bersama seperti kegiatan kerja bakti

6. Faktor pendukung adalah segala sesuatu yang mendukung partisipasi masyarakat masyarakat dalam pelaksanaan suatu kegiatan

7. Faktor penghambat adalah segala sesuatu yang menghambat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

(35)

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan setelah seminar proposal.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar. Alasan penulis sehingga partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa dijadikan sebagai judul penelitian dengan pertimbangan bahwa program Makassar Tidak Rantasa tidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk aparat pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya.

A. Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenispenelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha menjelaskan sedetail mungkin objek dan masalah penelitian berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan.

2. Tipe penelitian

Penelitian studi kasus instrumental tunggal (single instrumental case study) adalahpendeskripsiansubyek penelitian ini menggunakan studi

kasus.Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi mengenai partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makaasar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar.

(36)

yang diteliti.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti bersumber dari bahan bacaan atau dokumentasi yang berhubungan dengan objek penelitian.

D. Informan Penelitian

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap terlibat langsung dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar. Dalam hal ini dapat ditampilkan sebagai berikut:

No NAMA INISIAL JABATAN/STRATA KETERANGAN

1 Iraman IM Lurah Buloa 1 orang

2 M. Sahrid, S.SoS MS Staf Kelurahan Buloa 1 orang 3 Abdul Kadir, SE AK Staf Kelurahan Buloa 1 orang 4 Muh Said DG Rani SR Ketua RW 01/RT 06 1 orang 5 Syahabuddin SH Ketua RW 03/Rt 03 1 orang

6 H. Muh Basri MB Guru 1 orang

7 M. Nur S MN Buruh Harian 1 orang

8 Alimuddin DG Haeran AH Pekerja Swasta 1 orang 9 Rosmawati RS Ibu Rumah Tangga 1 orang

jumlah 9 orang

(37)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

Observasi merupakan penelitian dengan cara mengamati objek yang diteliti dalam penelitian ini menempuh dua cara yaitu:

a. Pengamatan langsung

Pengamatan yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek yang diteliti.

b. Pengamatan tidak langsung

Pengamatan yang dilakukan terhadap suatu objek melalui perantara suatu alat atau cara, baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan oleh peneliti dengan cara wawancara bebas terpimpin, artinya peneliti mengadakan pertemuan langsung dengan petugas pemerintah, dan wawancara bebas artinya peneliti bebas mengajukan pertanyaan kepada informan sesuai dengan jenis pertanyaan- pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Dokumentasi

(38)

a. Dokumen membantu pemverifikasian ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi yang telah disinggung dalam wawancara.

b. Dokumen dapat menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber lain; jika bukti dokumenter bertentangan dan bukannya mendukung, peneliti mempunyai alasan untuk meneliti lebih jauh topik yang bersangkutan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisa interakif.

Dalam model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiono, 2012) ketiga komponen tersebut yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan komponen pertama analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat dilakukan.

2. Sajian data

(39)

3. Penarikan simpulan

Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan mencatat peraturan-peraturan sebab- akibat dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan.

Gambar II. Model Analisis Interaktif (Sugiyono:2012)

G. Pengabsahan Data

Validitas data sangat mendukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa pengabsahan data. pengabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan. Akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

Pengumpulan data

Reduksi data Sajian data

Penarikan kesimpulan

(40)

trianggulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

1. Trianggulasi sumber

Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini, untuk menguji kredibilas data tentang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan oleh kepala desa dan aparat desa yang dipimpin, dan masyarakat yang menjadi objek.

2. Trianggulasi teknik

Trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Trianggulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

(41)

1. Monografi Kelurahan Buloa

Kelurahan Buloa sebagai salah satu kelurahan pesisir di Kota Makassar memiliki karakteristk yang tdak jauh berbeda bahkan hampir sama dengan beberapa kelurahan yang ada di wilayah pesisir Kota Makassar. Persamaan tersebut tidak semata pada aspek geografi-ekologis, tetapi juga pada karakteristk ekonomi dan sosial-budaya. Secara geografi, Kelurahan Buloa berada di perbatasan antara daratan dan lautan, Kelurahan Buloa juga menjadi jalur dari sungai Tallo. Kelurahan ini memiliki akses langsung pada ekosistem pantai.

Kelurahan Buloa merupakan salah satu kelurahan hasil pemekaran dari Kelurahan Tallo. Disebut Kelurahan Buloa karena pada zaman dahulu daerah tersebut terdapat banyak pohon bambu (bulo) sehingga kampung tersebut diberi nama Kampung Bambu (Buloa). Kelurahan ini memiliki histori sejarah yang tak lepas dari sejarah Kerajaan Tallo. Di tempat ini terdapat makam Sultan Malik Saleh salah satu penyiar agama islam dikenal dengan nama Timungan Lompoa (Pintu Masuk) Kerajaan Tallo pada waktu itu.

Kelurahan Buloa kecamatan Tallo terus berbenah untuk mewujudkan program Makassar Tidak Rantasa (MTR) di wilayahnya. Beberapa program kebersihan dan penghijauan lingkungan terus digalakkan dan dikembangkan dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.

(42)

lorong/kawasan Majurong (Makassar Majukan Lorong). Sedikitnya tiga kawasan Majurong yang dibentuk di Buloa, yaitu kawasan bebas sampah, bebas pengaduan dan bebas bangunan liar.

Tiga kawasan Majurong itu terus dibenahi dengan sasaran peningkatan infrastrukturnya.Tiga lorong Majurong di Buloa dibina oleh kader PKK kerjasama LPM dan RT/RW. Bukan hanya itu, di Kelurahan Buloa telah membuat inovasi lorong dengan konsep lorong hijau, bersih, indah dan produktif bersama masyarakatnya. Dimana lorong tersebut ditanami tanaman produktif seperti lombok dipekarangan rumah warga. Salah satu wujud kepedulian mendukung program Makassar Tidak Rantasa, pihak pemerintah Keluruhan Buloa aktif kerja bakti satu kali seminggu dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Kelurahan Buloa merupakan salah satu dari 15 kelurahan yang ada di Kecematan Tallo Kota Makassar , dengan luas wilayah 16 H yang terdiri dari 16 RW dan 27 RT. Adapun pembagiannya sebagai berikut : RW 1 terdiri dari 4 RT, RW 2 terdiri dari 8 RT, RW 3 terdiri dari 3 RT, RW 4 terdiri dari 6 RT, RW 5 terdiri dari 3RT, dan RW 6 terdiri dari 3 RT.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar yaitu sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar

(43)

Makassar

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pannampu Kecamatan Tallo Kota Makassar

2. Keadaan Demografi

Data sekunder yang di peroleh dari Kantor Kelurahan Buloa yaitu profil kelurahan pada tahun 2015 tercatat bahwa jumlah penduduk Kelurahan Buloa adalah 8.453 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.953 KK yang terdiri dari laki-laki 4.188 dan jumlah perempuan 4.265 jiwa.

Visi dan Misi Kelurahan buloa

 Visi

Mewujudkan Kelurahan Buloa sebagai pelayanan publik yang ramah untuk semua.

 Misi

1. Meningkatkan pelayanan publik yang tepat dan ramah 2. Meningkatkan ekonomi masyarakat melalui UKM 3. Meningkatkan kualitas lingkungan yang asri dan nyaman

(44)

LURAH IRAMAN

Srtuktur Organisasi Kelurahan Buloa

4.

5.

6.

SEKRTARIS M. Sahrid S.SoS Kelompok Jabatan

Fungsional

Seksi pengeloloaan

kebersihan Abdul Kadir, SE Seksi

perikonomian dan pembanguana Seksi

pemberdayaan masyarakat

dan kesra ABD Karim Seksi

pemerintah ketentaraman dan ketertiban

umum

(45)

Selama ini peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Denngan kondisi ini, partisipasi masyarakat terbatas pada implementasi atau penerapan program. Masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah di ambil pihan luar. Akhinya partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki kesadaran yang kritis.

Partisipasi masyarakat merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap penting suatu program yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidupnya mereka, artinya melalui partisipasi yang di berikan, berarti benar-benar menyadari bahwa suatu program kegiatan bukanlah sekedar kewajiban yang harus di laksanakan oleh (aparat), tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan di perbaiki mutu hidupnya.

1. Pikiran

Partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran adalah bagaimana masyarakat terlibat dalam buah pikirannya dalam proses pembangunan. Partisipasi dapat di wujudkan pada berbagai macam kesempatan seperti melalui pertemuan/rapat dalam memberikan saran,usulan, tanggapan terhadap proses pembangunan.

Dalam pelaksaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar masyarakat juga turut berpartisipasi, dimana

(46)

Tallo Kota Makassar

“Pemikiran masyarakat selama ini dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa sangat baik dan menjadikan wilayah menjadi bersih, asri dan nyaman dan salah satu bentuk pikiran masyarakat, masyarakat secara khusus mengadakan pengecetan lorong-lorong yang di koordinir oleh pengawas dan lurah”(wawancara IM 25 maret 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa masyarakat dalam bentuk pikiran, masyarakat ingin menjadikan lingkungan yang bersih dan indah, ini terlihat dengan adanya inisiatif masyarakat untuk melakukan pengecetan lorong-lorong.

Partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dalam pelaksanaannya terkhusus di kelurahan Buloa dilakukan dengan pertemuan formal dan Informal antara masyarakat dan pemerintah.Berikut hasil wawancara dengan MS staf Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“kalau masyarakat di sini biasanya partisipasi dalam memberikan pikiran atau usulan biasanya dilakukan secara langsung, pada waktu rapat-rapat, pertemuan yang kami lakukan di kelurahan dan juga pada saat kegiatan kerja bakti, ada beberapa masyarakat yang memberikan saran ataupun kritik yang bisa membangun dalam mewujudkan program Makassar Tidak Rantasa”(wawancara dengan MS 25 maret 2016)

(47)

mengenai program Makassar Tidak Rantasa di karena masyarakat biasanya hanya menuggu perintah dari kami sendiri dari pihak pemerintah, namun biasanya masyarakat di sini hanya memberikan saran dan usulan bila ada pertemuan di kantor kelurahan”(wawancara AK 30 maret 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa kurangnya pelibatan masyarakat dalam mensalurkan ide atau gagasan, masyarakat hanya mensalurkan pikiran pada saat ada rapat, pertemuan di kelurahan dan pada saat ada kegiatan kerja bakti dan juga hanya ada beberapa masyarakat yang memberikan kritik dan saran dalam mewujudkan program Makassar Tidak Rantasa.

Berikut hasil wawancara dengan SR ketua RW 06 Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“untuk partisipasi pikiran biasanya hadir apabila ada kegiatan-kegiatan di kelurahan dan juga hadir apabila di lakukan rapat-rapat baik di kelurahan maupun di rumah-rumah masyarakat bila ada pertemuan bersama masyarakat, saya selalu memberikan arahan kepada masyarakat agar senangtiasa membuang sampah pada tempatnya dan membungkus sampah dengan kantong plastik karna akan lebih memudahkan kepada petugas sampah untuk mengankutnya”(wawancara SR 5 april)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa bentuk pikiran masyarakat dalam program Makassar Tidak Rantasa dengan kehadiran dalam kegiatan maupun

(48)

agar petugas sampah lebih mudah untuk mengankutnya.

Berikut hasil wawancara dengan SH ketua RW 03 masyarakat Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“Masyarakat selalu aktif mengikuti pertemuan, aktif menyampaikan keputusan dan juga terlibat dalam memberikan masukan berkaitan dengan usaha untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman”(wawancara SH 5 april 2015 )

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa masyarakat aktif dalam memberikan masukan yang berkaitan dalam perbaikan mapun pemeliharaan kualitas lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman.

Adapun bentuk-bentuk saran dan usulan masyarakat dengan secara langsung memberikan saran kepada pihak pemerintah. Berikut hasil wawancara dengan MB masyarakat Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

”Pernah beberapa kali hadir dalam rapat, waktu itu memenuhi undangan bapak RT, namun apa yang kita usulkan dalam kegiatan ternyata susah ditindak lanjuti oleh pemerintah, kesininya saya malas untuk hadir”(wawancara MB 10 april 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa dengan adanya kehadiran masyarakat dalam beberapa pertemuan untuk memberikan ide

(49)

Tallo Kota Makassar

“Biasanya hanya tokoh-tokoh masyarakatlah sering memberikan masukan dan gagasannya dalam program Makassar Tidak Rantasa, karna tokoh masyarakat yang sering aktif bila ada rapat maupun pertemuan”(wawancara MN 12 april 2016)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa dalam memberikan bentuk pikiran, biasanya hanya tokoh-tokoh masyarakat yang memberikan masukukan maupun dalam kehadiran rapat dan pertemuan

Partisipasi masyarakat pada tahap ini dapat diwujudkan pada berbagai macam kesempatan seperti melalui pertemuan atau rapat. Dalam pertemuan atau rapat partisipasi masyarakat dapat dilihat dengan kehadiran masyarakat dalam memberikan saran atau pendapat. Berikut hasil wawancara dengan AH masyarakat kelurahan buloa kecematan tallo kota makassar.

“Sebagian masyarakat belum memiliki tempat pembuangan sampah, jadi sebagaian besar masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan, untuk dijadikan tempat pembuangan sampah, maka kami pernah menyarankan kepada pak Lurah langsung pada saat itu ada pertemuan di kelurahan untuk mengusahakan menyedikan tempat pembuangan sampah” (wawancara AH 15 april 2016)

(50)

Berikut hasil wawancara dengan RS masyarakat kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“Saya pernah mengusulkan bersama masyarakat lainnya kepada Kelurahan untuk membuat slogan-slogan di dinding-dinding tembok, di sinikan banyak tembok-tembok pembatas gudang, makanya saya mengusulkan kepada Kelurahan untuk di manfaatkan. Pihak pemilik gudang sudah setuju, namum sampai saat ini belum ada tanggapan dari pihak pemerintah kelurahan”(wawancara RS 19 april 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan dapat di simpulkan bahwa adanya usulan yang di berikan oleh kepada pihak kelurahan untuk pembuatan slogan-slogan dengan memanfaatkan dinding-dinding tembok, namun belum adanya respon positif dari masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa patisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran sudah dapat dapat dikatakan cukup baik.Biasanya masyarakat dalammenyampaikan ide atau gagasannya dengan hadir pada saat rapat, pertemuan yang dilaksanakan oleh pihak kelurahan.Ada beberapa masyarakat yang aktif dalam memberikan masukan, saran mapun usulan yang berkaitan dalam perbaikan mapun pemeliharaan kualitas lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman.

(51)

pendapat atau gagasannya.

Sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Sumaryadi(2010:46) bahwa partisipasi berarti peran serta masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan mapun dalam bentuk kegiatan dengan memberikan masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan uang materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Partisipasi masyarakat dari hasil penelitian tercapai pada memberikan masukan pikiran. Hal ini secara keselurahan masyarakat dalam memberikan pikirannya dalam bentuk saran maupun usulan yaitu kehadiran masyarakat dalam pertemuan maupun rapat untuk mensalurkan ide, gagasannya dan juga adanya pemberian saran mapun usulan secara spontan pada saat ada kegiatan kerja bakti.

1. Tenaga

Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan tewujud sebagai suatu kegiatan yang nyata. Dalam pelaksaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar masyarakat juga turut berpartisipasi, dimana masyarakat ikut dalam melakukan bentuk tenaga

Partisipasi bentuk tenaga yang di madsut dalam penelitian ini adalah merupakan sumbangan yang di berikan masyarakat dalam bentuk bantuan waktu dan tenaga pada suatu kegiatan dalam rangka mengsukseskan program Makassar

(52)

lingkungan, seperti berkerjasama dalam membersihkan lorong-lorong, dan membersikan selokan dan lain-lain.

Agar lebih jelas mengetahui bagaimana bentuk tenaga yang dilakukan oleh masyarakat untuk pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar dapat di simak dari hasil wawancara sebagai berikut.Berikut hasil wawancara dari IM selaku lurah di Keluruhan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar :

“Dalam bentuk tenaga masyarakat melakukan kerja bakti atau gotong royong pada setiap hari minggu seperti mengeruk sampah di selokan, membersikan sampah dari lorong-perlorong”(wawancara IM 25 Maret 2016 )

Hal yang tidak jauh berbeda di katakan di atas, berikut hasil wawancara MS staf Pemeintah Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar :

“mengenai bentuk tenaga yang di lakukan masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa yaitu berupa melaksanakan kerja bakti secara rutin satu kali dalam seminggu dan menyiapkan segala sesuatu seperti skop, cangkul dan lain-lainnya”(wawancara MS 25 maret 2016).

Berdasarkan hasil wawancara dengan di atas dapat di simpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa pada bentuk tenaga dengan ikut dalam kegiatan kerja bakti kerja secara gotong royong

(53)

setempat, atau dilakukana oleh warga yang tinggal di lorong sekurang-kurangnya di depan rumahnya masing-masing, namun satu sisi ada masyarakat yang disiplin menjaga kebersihan disisi lain ada masyarakat yang tidak ikut dalam kegiatan kerja bakti. Berikut hasil wawancara dengan AK Staf Pemerintahan Kelurahan Buloa Kecemtan Tallo Kota Makassar :

“kalau partisipasi masyarakat dalam program Makassar Tidak Rantasa dalam bentuk tenaga itu biasanya masyarakat melakukan kerja bakti secara` gotong royong atau membantu pembersihan. Tapi terkadang hanya orang-orang yang ada disekitar daerah itu yang hadir yang lain tidak. Begitu juga kalau di daerah mereka juga kadang tidak datang. Namun untuk partisipasi masyarakat sudah berjalan dengan baik” (wawancara AK 30 maret 2016).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di lihat bahwa masyarakat melakukan kerja bakti untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Namum masih terlihat adanya masyarakat yang tidak mengikuti dalam pelaksanaan kerja bakti tersebut.

Dalam mencapai tujuan perubahan pola pikir masyarakat untuk selalu hidup bersih dan sehat, maka Kelurahan Buloa membuat jadwal kerja bakti setiap minggunya yang bertujuan untuk membiasakan masyarakat membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya. Dalam pelaksanaan kerja bakti tersebut diharapkan agar seluruh elemen masyarakat dapat berperan aktif. Berikut hasil wawancara

(54)

masyarakat melaksanakan kerja bakti, seperti membersihkan selokan-selokan air yang tersumbat supaya bersih, membersikan jalan utama dan membuang sampah pada tempatnya “(wawancara SR 5 april 2016).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa dapat di simpulkan bahwa dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa, dengan adanya jadwal kegiatan untuk pelaksanaan kerja bakti

Berikut Hasil wawancara dengan SH ketua RW 03 Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“saya selaku ketua RW03 terjun langsung ke masyarakat untuk mengajak warga untuk terus melakukan pembenahan lingkungan dalam bentuk kerja bakti satu kali seminggu baik kerja bakti massal maupun membersikan jalanan lorong perlorong. Namun kalau ada peralatan, pasti lebih mudah membersihkan lingkungan. Makanya kami butuh alat kebersihan. Kami dulu dijanjikan, tapi sampai sekarang belum ada”(wawancara SH 5 april 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan dengan selalu mengajak masyarakat untuk melaksanakan pembersihan lingkungan secara gotong royong yang di lakukan sekali seminggu.

(55)

“Di sini ada namanya minggu bersih, kegiatan ini kami melakukan kegiatan kerja baktiuntuk membersihkan lingkungan sekitar, tapi saya tidak rutin mengikutinya karna biasa juga sibuk di rumah”(wawancara MB 10 april 2016)

Kegiatan gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan masyarakat. Demikian pula halnya dalam kegiatan kebersihan segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya di daerah tersebut akan semakin bersih dan nyaman. Partisipasi dalam bentuk tenaga dalam hal ini diwujudkan lewat keikutsertaan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Berikut hasil wawancara dengan MN masyarakat Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar.

“Ikut serta membersikan dengan masyarakat lainya membersikan tempat tinggal masing-masing (wilayahnya) dan membersikan selokan aliran air, menggeruk selokan, membuang sampah pada tempatnya dan mengusahakan tempat sampah”(wawancara MN 12 april 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa adanya kegiatan kerja bakti pada hari minggu, dengan membersikan wilayah masing- masing seperti membersikan dan menggeruk selokan.

(56)

tenaga, yang diwujudkan dengan kerja bakti

Berikut hasil wawancara AH masyarakat Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“Dengan bersih-bersih yang di mulai dengan pekarangan rumah mapun got/selokan dan apabila jalan utama yang akan di bersikan maka kami bergotong royong bersama masyarakat “(wawancara AH 15 april 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga yaitudengan melakukan pembersihan sekitaran rumah dan bergotong royong bersama masyarakat lainnya.

Bentuk partisipasi semacam ini merupakan bentuk partisipasi yang paling tinggi. Kontribusi mereka lewat sumbangan tenaga dalam hal ini juga bisa dikatakan sebagai aspek dominan dalam keberhasilan suatu program.

Senada dengan pernyataan di atas RS masyarakat Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“Kami sering ikut kerja bakti berupa bergotong royongsetiap hari minggu dengan membesikanan lingkungan terutama membersikan selokan, juga dan biasanya membersikan mesjid”(wawancara dengan RS 19 april 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di atas dapat di simpulkan bentuk tenaga yang di lakukan masyarakat yaitu kegiatan kerja bakti secara gotong

(57)

bahwa masyarakat di Kelurahan Buloa dalam bentuk tenaga sangat antusias dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa dengan adanya kegiatan kerja bakti yang rutin di laksanakan pada hari minggu dengan membersikan jalan maupun selokan. adanya keikutsrtaan masyarakat dan memiliki rasa rasa tanggung jawab dalam melakukan pembenahan lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang indah, nyaman dan asri dan juga masyarakat memiliki rasa peran serta dalam mengsuskses program makassar tidak rantasa ini.

Menurut Mardikanto dan Soebiato (2012 : 81) pengertian yang secara umum dapat ditangkap dari istilah partisipasi adalah, keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan.

Dalam hal ini, warga Kelurahan Buloa dikatakan berpartisipasi apabila telah ikut serta dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa. Dalam pelaksanaannya masyarakat di Kelurahan Buloa dengan secara lansung terlibat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan kerja bakti yang rutin di laksanakan setiap hari minggunya. Ini menunjakan bahwa adanya partisipasi masyarakat dalam program Makssar Tidak Rantasa.

2. Harta Benda

Harta adalah adalah menyumbangkan materi berupa barang dan penyedian sarana dan fasilitas untuk kepentingan bersama

(58)

Partisipasi masyarakat di Kelurahan Buloa hanya pada kesedian masyarakat dalam menyiapkan segala bentuk alat-alat kebersihan pada saat adanya kegiatan yang di lakukan di kawasan Kelurahan Buloa. Agar lebih jelas untuk mengetahui bagaimana bentuk harta benda yang di sumbungkan oleh masyarakat untuk pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar dapat di simak dari hasil wawancara sebagai berikut.

Berikut hasil wawancara dengan IM selaku Lurah di kelurahan Buloa di Kecamatan Tallo Kota Makassar

“mereka hanya meyiapkan alat yang mereka miliki berupa skop, linggis, sapu, garpu dan komsumsi dan kami dari pihak kelurahan sudah pernah melakukan pengadaan gerobak, skop dan garpu pada tiap-tiap RW” (wawancara IM 25 Maret 2016).

Hal senada dengan pernyataan di atas MS Staf Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“kalau dalam bentuk harta seperti alat kebersihan yang di sumbangkan masyarakat, hanya menyiapkan cangkul, skop, sapu dan sebagaianya dan pula di berikan alakadarnya seperti snack dan minuman kepada masyarakat untuk pelaksanaan kebersihan“(wawancara MS 25 maret 2016)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian di Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, dapat dilihat bahwa total jumlah telur nyamuk Aedes

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas penulis, oleh sebab itu penulis tertarik mengetahui lebih lanjut tentang penegakan hukum tindak pidana atas pelanggaran

Lembu Suana adalah hewan mitologi masyarakat Suku Kutai dan menjadi lambang kekuasaan Kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur. Lembu Suana memiliki ciri-ciri

Selain itu, pembelajaran dengan tema ”Berbagai Pekerjaan” kelas 4 SD, ada beberapa pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa antara lain siswa mampu mengolah informasi

Mengingat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang

1 Pembicaraan tentang Dasar-dasar Kependidikan Islam ini, dimaksudkan sebagai pembahasan awal tentang berbagai aspek Ilmu Pendidikan Islam, akan didahului pembahasan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberbaiki manajemen perawatan di perusahaan, mengurangi terjadinya downtime, dan meningkatkan kehandalan mesin Metode yang

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran fisika menggunakan model learning cycle 7E dengan