• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota

2. Faktor Penghambat

Selain faktor yang mendukung partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan proram Makassar Tidak Rantasa, terdapat juga faktor yang menghambat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa Di Kelurahan Buloa Kecemtan Tallo Kota Makassar

Madsut dari faktor yang penghambat adalah segala sesuatu yang menjadi pengganjal dan menghalangi dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa. Untuk lebih jelasnya dapat disimak dari hasil wawancara berikut:

a. Sarana dan Prasarana

Berikut hasil wawancara dengan IM selaku Lurah Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“Masyarakat sangat mendukung, namun masih banyaknya kendala, pertama sarana dan prasarana yang belum memadai dan Partisipasi masyarakat belum mencapai 100% baru mencapai 70%”(IM 25 maret 2016).

Hal yang tidak jauh berbeda di nyatakan di atas yang menjadi penghambat dalam program Makassa Tidak Rantasa adalah sarana yang belum memadai.

Berikut hasil wawancara dengan MS selaku staf pemerintah kelurahan buloa kecematan tallo kota makassar.

“sarana dan prasarana menjadi kendala kami selaku pemerintah, tetapi kami dari pihak pemerintah akan berupa untuk menyediakan alat-alat kebersihan maupun menyediadakan tempat pembuangan sampah agar bisa memudahkan masyarakat untuk menciptakan kebersihan” (wawancara MS 25 maret 2016)

Senada dengan pernyataan di atas AK selaku staf Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“Faktor utama yang menghambat dalam program Makassar Tidak Rantasa ini masih kurang tersedianya alat sarana dan prasarana dalam menunjang program Makassar Tidak Rantasa ini”( wawancara AK 30 maret 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa sarana dan prasana menjadi kendala, namun untuk pemerintah selalu berupa dalam menyediadakan fasilitas yang di butuhkan.

Hal lain yang menjadi kendala dalam mengsukseskan program Makassar Tidak Rantasa ini adalah dana dalam hal penyedian fasilitas yang di perlukan.

untuk menyediakan sarana dan prasarana dalam menunjang suksesnya program Makassar Tidak Rantasa”(wawancara SH 5 april 2016)

Berdasarkan Hasil wawancara di atas dapat simpulkan bahwa salah satu penghambat dalam pelaksanaan program Makasaar Tidak Rantasa adalah maslah dana yang belum cukup untuk kepentingan persedian keperluan sarana dan prasarana

Sarana penunjang kebersihan lingkungan yang kurang memadai juga menjadi pemicu buruknya kondisi lingkungan permukiman yang ada di Kelurahan Buloa.

Berikut hasil wawancara dengan MB masyarakat Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“Masih kurang alat yang di pakai untuk kerja bakti di lokasi, sehingga kami biasanya dalam kerja bakti hanya memakai alat seadanya yang di sediakan oleh masyarakat yang mengakibattkan terhambatnya kegiatan kerja bakti”(wawancara MB 10 april 2016 )

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa masih kurangnya persedian alat-alat yang di pakai dalam kegiatan kerja bakti, sihingga masyarakat kurang optimal dalam kegiatan kerja bakti.

kebersihan itu sendiri dan masih mininya

alat yang di gunakan pada saat kerja bakti karna sebagian masyarakat di sini tidak memiliki alat”(wawancara AH 15 april 2016

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bawhwa pola pikir masyarakat dalam arti kebersihan dan masih mininnya alat yang di gunakan dalam kegiatan kerja bakti

b. Kebiasaan Masyarakat

Kebiasaan masyarakat sering membuang sampah sembarangan telah menjadi budaya yang telah lama lekat pada masyarakat tersebut sehingga sangat susah untuk dirubah karena terus-menerus dilakukan serta pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya kebersihan lingkungan masih kurang sehingga kebiasaan tersebut tetap dilakukan, kebiasaan membuang sampah sembarangan dapat mencemari lingkungan. Berikut hasil wawancara dengan SR RW 06 Kelurahan Buloa Kecemtan Tallo Kota Makassar.

“kalau faktor penghambatnya ialah masih di temukannya kebiasaan buruk masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan, ini terlihat dengan masih banyaknya sampah di lingkungan masyarakat, walapun setiap hari minggu kami selalu melaksanakan kegiatan kerja bakti “(wawancara SR 5 april 2016)

masih dengan masih banyaknya sampah yang ada llingkungan masyarakat.

Kondisi kebersihan lingkungan masyarakat Buloa belum dapat sepenuhnya dikatakan sebagai lingkungan pemukiman yang bersih. Hal ini disebabkan masih banyaknya sampah dan ketidakteraturan masyarakat dalam menangani kebersihan lingkungan yang ada disekitar mereka. Disamping hal itu disebabkan pula oleh faktor perilaku kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan.Berikut hasil wawancara dengan MN masyarakat Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassar

“Kebiasaan-kebiasaan dan perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan dengan memanfaatkan lahan-lahan kosongtanpa berfikir dengan lingkungan sekitar,dan faktor lain yang menghambat masih kurangnya kesadaran masyarakatat pentingnya kebersihan”(wawancara MN 12 april 2016)

Berdarakan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan faktor penghambat dalam pelaksanaan program Makssar Tidak Rantasa yaitu masih ditemukannya perilaku masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya

Dari hasil wawancara di atas maka penulis menyimpulkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa adalah masih kurangnya sarana dan prasana yang tersedia dalam

membuang sampah sembarangan yang mengakitkan masih banyak sampah yang di temukan di lingkungan masyaraka

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah di paparkan pada bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti yaitu partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program makassar tidak rantasa di Kelurahan Buloa Kecematan Tallo Kota Makassarsebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Makassar Tidak Rantasa di Kelurahan Buloa secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat tersebut telah cukup memadai dalam rangka pelaksanaan program Makassar tidak rantasa.Dari 5bentuk partisipasi yang dikaji yaitu (1) Pikiran yaitu adanya kehadiran masyarakat dalam rapat, pertemuan dan memberikan saran, usulan kepada pihak pemerintah.Meskipun itu masih kurang karena adanya kemampuan masyarakat yang masih belum aktif dalam menyampaikan pendapat atau gagasannya,(2) Tenaga sudah dapat di katakan tinggi, dengan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti setiap hari minggu, (3) Harta benda yaitu hanya pada menyiapkan alat-alat kebersihan pada saat kegiatan kerja bakti dan tidak ditemukan dalam sumbangan, namun ada sebagian masyarakat yang menyumbangkan makanan dan minuman pada saat kegiatan kerja bakti,(4) keterampilan yaitu mendaur ulang sampah untuk di jadikan sebagai pot-pot bunga dengan memanfaatkan botol-botol bekas, (5) sosial yaitu kehadiran masyarakat Kelurahan Buloa dalam berbagai

2. Faktor pendukung dalam program Makassar Tidak Rantasa seperti tinggi kesadaran masyarakat, adanya dorongan dari pemerintah setempat, adanya sosialisasi. Adapun faktor penghambat dalam program Makassar Tidak Rantasa adalah sarana dan prasarana seperti persedian alat-alat kebersihan dan tempat pembuang sampah dan kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat dalam membuang sampah.

B. Saran

1. Di harapkan masyarakat dalam partisipasi buah pikiran, peneliti menyarankan kepada masyarakat Kelurahan Buloa untuk lebih meningkatkan kedatangannya dalam pertemuan atau rapat dan memberikan usulan mengenai Progam makassar tidak rantasa. Karena dengan masyarakat datang untuk mengikuti pertemuan dan rapat mengenaiprogram makassar tidak rantasa, maka pembahasan masalah dan pememecahan masalah kebersihan lingkungan akan lebih mudah dilakukan karena banyaknya saran maupun kritik yang di dapatkan

2. Di harapkan masyarakat dalam partisipasi tenaga, mengenai indikator ini peneliti menyarankan kepada masyarakat Kelurahan Buloa Kecematana Tallo Kota Makassar untuk lebih meningkatkannnya lagi partisipasinya terkait tenaga dalam ikut kegiatan kerja bakti demi menjaga kualitas lingkungan yang bebas dari sampah

kebersihan yang mereka dan memeliharaan sarana dan prasarana

4. Di harapkan masyarakat dalam partisipasi kemahiran/keterampilan, dalam indikator ini peneliti menyarakan untuk meningkatkan keterampilan dalam mendaur ulang sampah dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang di laksanakan pihak pemerintah agar masyarakat juga dapat memiliki kemahiran dan keterampilan yang mumpuni untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat yang lain. Dengan begitu maka warga kelurahan Buloa akan mendapat pengetahuan yang luas

5. Di harapkan masyarakat dalam partisipasi sosial, peneliti menyarankan kepada masyarakatuntuk lebih meningkatkankedatangannya dalam kegiatan kerja bakti untuk menunjukkan keguyuban antar sesama warga tanpa melihat satatus sosial atau yang lain, dengan masyarakat yang guyub maka akan memudahkan dalam menggapai tujuan Progam program Makassar Tidak Rantasa dilakukan dengan kebersamaan sesama warga.

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu,Yogyakarta.

Daniel Moehar, Darmawati, Nieldalina, 2008, Participatory Rural Appraisal, PT Bumi Aksara. Jakarta

Huraerah Abu. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan masyarakat, Model dan Strategi Berbasis Kerakyatan. Humaniora. Bandung

Karianga Hendra. 2011, Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Keuangan Daerah, Perpestif Hukum dan Demokrasi. PT Alumni, Bandung.

Kutanegara Made Pande. 2014. Membangun Masyarakat Indonesia Peduli Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Kunarjo, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, Universitas Indonesia UI Press, Jakarta.

Mardikanto Totok, Soebiato Pooerwakto, 2013, Pemberdayaan Masyarakat, Dalam Perpestif Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung

Mitchell Bruce, Setiawan, Rahmi Hadi Dwita. 2010, Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan,Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Soetomo. 2008. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Sumaryadi Nyoman, 2010, Sosiologi pemerintahan, Perpestif Pelayanan, Pemberdayaan, Interaksi dan Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.Yogyakarta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung , Alfabeta.

Supriatna, Tjahya, 2000, Strategi Pembangunan dan Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup .

Dokumen terkait