• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI "

Copied!
45
0
0

Teks penuh

Dalam perkembangannya, peneliti memfokuskan pada pola penanaman nilai-nilai kewirausahaan yang menjadi nilai-nilai utama dalam kelas pendidikan kejuruan dan kewirausahaan di sekolah menengah di DKI Jakarta. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan agar nilai-nilai kewirausahaan dikembangkan pada remaja SMA, sehingga harus ada sinergi dengan dunia usaha dalam pengembangan kurikulum kewirausahaan dalam arti luas. Lingkungan kelas yang mampu mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang terinternalisasi.

Winarno (2009) menyatakan bahwa terdapat kecenderungan sikap atau nilai-nilai kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa dalam penelitiannya relatif kurang optimal sehingga terdapat indikasi belum terbentuknya sikap kewirausahaan pada mahasiswa. Kewirausahaan di SMA merupakan program untuk mengenal konsep kewirausahaan, mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan, mempraktekkan pengembangan usaha, mendapatkan pengalaman praktis berwirausaha, menumbuhkan minat berwirausaha dan mengembangkan potensi kewirausahaan. Program kewirausahaan di SMA ini merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan kebijakan nasional di bidang pendidikan dengan mengarahkannya pada pembentukan karakter sikap dan perilaku kewirausahaan siswa.

Pendidikan berbasis kewirausahaan adalah pendidikan yang menggunakan prinsip dan metode untuk menginternalisasikan nilai-nilai dalam diri siswa. Pengenalan nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan melalui kurikulum yang terintegrasi dengan perkembangan yang terjadi baik di masyarakat maupun lingkungan global serta penggunaan model dan strategi pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Salah satu hasil pendidikan kewirausahaan adalah siswa mampu menyelesaikan konflik dan lebih bertanggung jawab.

Bagaimana analisis pola penanaman nilai-nilai kewirausahaan pada SMA di wilayah DKI Jakarta.

KAJIAN PUSTAKA

Beberapa negara menekankan pentingnya pendidikan kewirausahaan untuk pembangunan ekonomi dan fokus pada nilai khusus pendidikan kewirausahaan. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa program pendidikan kewirausahaan berdampak pada kesadaran dan persepsi siswa yang mendukung siswa untuk memilih karir kewirausahaan (Fayolle dan Degeorge, 2006; Pittaway dan Cope, 2007). Kasmir (Mulyani, 2011) berpendapat bahwa pendidikan kewirausahaan akan mendorong siswa untuk mengenal dan membuka usaha atau kewirausahaan.

Dilihat dari pengertian tersebut, pendidikan kewirausahaan seharusnya mampu mengubah pola pikir peserta didik, mengubah pola pikir atau orientasi peserta didik sehingga tidak lagi menjadi pencari kerja, tetapi menjadi pencipta lapangan kerja. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, pendidik, pendidik dan peserta didik secara bersama-sama sebagai komunitas pendidikan. Kami memperkenalkan pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulum dengan mendefinisikan jenis kegiatan di sekolah yang dapat menerapkan program kewirausahaan dan yang dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Pemetaan potensi mahasiswa dapat dilakukan dengan Program Potensi dan Kewirausahaan (Hadi, Wekke & Cahaya, 2014: 6). Proses pengembangan nilai-nilai kewirausahaan merupakan proses yang panjang dan berkesinambungan, sejak mahasiswa masuk hingga lulus dari suatu unit studi.

METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian kualitatif menurut Spreadley (Sugiyono tidak menggunakan istilah populasi tetapi diistilahkan dengan situasi sosial atau situasi sosial yang terdiri dari tempat, pelaku dan kegiatan yang saling berinteraksi. Tujuan pemilihan sampel tertentu adalah untuk menghasilkan data yang relevan. adalah dan banyak yang sesuai dengan topik penelitian Inkulturasi lengkap, mereka yang menguasai atau memahami topik penelitian tidak hanya mengetahuinya, tetapi juga menghayatinya.

Keterlibatan langsung, yaitu yang tergolong masih terlibat atau terlibat dalam kegiatan yang diselidiki. Suasana budaya yang asing, mereka yang awalnya cukup asing bagi peneliti, jadi lebih seru jika dijadikan semacam guru atau narasumber. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.Dalam penelitian ini dikumpulkan data perkataan dan perbuatan yang menjadi data primer.

Data pendukung lainnya atau biasa disebut dengan data sekunder yaitu dokumen, foto dan data statistik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan prosedur pengumpulan data penelitian kualitatif yang meliputi empat jenis strategi, yaitu observasi kualitatif, wawancara kualitatif, dokumen kualitatif, dan materi audio dan visual. Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif aktif, dengan memilih jenis observasi ini, peneliti akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang konteks, karena mereka terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh sumber data.

Creswell menyatakan bahwa dia melakukan triangulasi (triangulasi) berbagai sumber data dengan memeriksa bukti-bukti yang diambil dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun pembenaran tema yang koheren. Creswell mendefinisikan validitas dalam penelitian kualitatif sebagai upaya menilai keakuratan berbagai temuan, yang dijelaskan baik oleh penelitian maupun partisipan. Validasi adalah poin kuat dari penelitian kualitatif, di mana laporan dibuat dengan menghabiskan waktu lama di lapangan, deskripsi detail yang tebal, dan kedekatan peneliti dengan partisipan penelitian menambah nilai atau akurasi penelitian.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah berakhir di lapangan. Peneliti melakukan analisis data sebelum terjun ke lapangan, analisis dilakukan terhadap data dari studi pendahuluan atau data sekunder yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tahapan analisis Miles dan Huberman (Sugiyono), kegiatan dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilanjutkan terus menerus hingga selesai sehingga datanya jenuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kegiatan Belajar Mengajar

Pembelajaran berbasis kelompok dapat melatih siswa dalam keterampilan komunikasi, kepemimpinan, saling menghargai pendapat, dan disiplin. Upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan siswa adalah dengan mengintegrasikan mata pelajaran kewirausahaan pada mata pelajaran lain. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendukung selain kegiatan mengajar yang dapat dijadikan sebagai sarana pembentukan karakter siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi siswa. School culture atau budaya sekolah turut andil dalam pembentukan dan penanaman nilai-nilai kewirausahaan bagi siswa.

Pengondisian sekolah menciptakan lingkungan yang mendukung kegiatan prakarya dan kewirausahaan untuk mendorong siswa agar antusias dalam menerapkan pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di sekolah. Sebenarnya dapat dikatakan tidak ada unsur kewirausahaan secara langsung, namun kegiatan tersebut secara langsung membentuk karakter siswa. Kegiatan rutin Wibowo merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara konsisten dan berkesinambungan.

Guru mata pelajaran perdagangan dan kewirausahaan memiliki peran memperkenalkan dan merangsang keinginan, bakat dan pengetahuan berwirausaha, serta membantu siswa untuk mengembangkan nilai-nilai karakter kewirausahaan. Ketiga kegiatan tersebut memiliki kontribusi positif terhadap proses penanaman nilai-nilai kewirausahaan pada mahasiswa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika digambarkan dalam sebuah tabel, ketiga kegiatan tersebut memiliki titik temu yang sama, yaitu pembentukan karakter siswa yang setidaknya memiliki kesamaan dengan nilai-nilai kewirausahaan.

Agar peserta didik dapat menerapkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku kerja (employability). Upaya integrasi tersebut berlangsung melalui inklusi dalam perangkat pembelajaran, melalui RPP dan RPP setiap mata pelajaran, sehingga setiap guru mata pelajaran memiliki andil dalam menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada siswa. Kegiatan yang dapat mendukung penanaman nilai-nilai kewirausahaan selanjutnya melalui budaya sekolah dengan kegiatan sosialisasi rutin dalam membentuk karakter siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

LUARAN YANG DICAPAI

This research explores information from the experience of each aspect of the country(s), actor(s) and activity(s) involved in the craft and educational entrepreneurship creation program. Teaching and learning activities were activities that support the cultivation of entrepreneurial values. The teaching model used by the teachers in relation to the subjects that create craft ventures and the adaptation of the material provided.

When searching for deeper values, entrepreneurship can also be integrated with other subjects, which are related to the formation of the character of learners. Cultivating the values ​​of entrepreneurship can be done through methods of learning, learning materials or learning devices. Material from other subjects a little multiplicity has an affinity for the formation and cultivation of the values ​​of entrepreneurship.

This can be a provision for students when faced with dissent in the community. Extracurricular activities outside the subjects that can be used as a probe for the formation of the students' character. The formation of entrepreneurship-based extracurricular activities is expected to foster the entrepreneurial skills of students.

School culture or the culture of the school contributes to the formation and cultivation of the values ​​of entrepreneurship for the students. The cultivation of the values ​​of entrepreneurship through education, Cambers (Winarno states that the dignity of the noble (dignity) should be built through mental processes and rationality in education. The cultivation of the values ​​of entrepreneurship can be transformed through the third following activities ie .

The school culture can support the implementation of entrepreneurship and create craft learning accordingly. After the activities of the planning and implementation process, the creation of crafts and entrepreneurial education, the evaluation of the results of the learning process should be done. The model of cultivating entrepreneurial values ​​when depicted in the chart below.

The aim is to get the process of cultivating the values, entrepreneurship to proceed optimally and the goal of creating craft professions and entrepreneurship can be achieved with either. The resulting pattern is expected to facilitate teachers to cultivate the values ​​of entrepreneurship to students.

Referensi

Dokumen terkait

iii PENGARUH TIPE AUDITOR DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL Survey Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2015-2017