• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit

N/A
N/A
Neni Ramayani

Academic year: 2025

Membagikan " Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Page 220 of 9

LITERATUR REVIEW: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT

Neni Ramayani1, Fitriana2

1Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan

2Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan

[email korespondensi:[email protected] ]

Abstract: Analysis of the implementation of infection prevention and control programs in hospitals. Nosocomial infections, also known as Healthcare Associated Infections (HAIs), are a significant challenge to healthcare systems worldwide. Effective Infection Prevention and Control (IPC) programs are critical in reducing these risks and ensuring high quality healthcare. This literature review examines the implementation of IOP programs in hospitals to identify strengths, weaknesses, and areas for improvement. Methods The systematic review used full- text articles from PUBMED, Google Scholar, and ProQuest databases, published between 2019 and 2024. The selection process followed PRISMA guidelines, starting with identifying 573 articles. After screening titles, abstracts and full text, five articles were included in the final analysis. Inclusion criteria included research articles in English and Indonesian that addressed hospital-based IPD programs and were available in an open-access format. Results:Implementation of IOPs in hospitals still faces various challenges, including lack of commitment from all parties involved, uneven training, inadequate incentives, and insufficient facilities and infrastructure, Compliance with SOP is also low. Conclusion:To improve the effectiveness of the IOP program, hospitals should strengthen the commitment of all staff, provide ongoing and comprehensive training, ensure adequate incentives, and regularly monitor compliance with SOP.

Keywords : Analysis, Infection Prevention and Control Program, Hospital

Abstrak: Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Infeksi nosokomial yang juga dikenal sebagai Healthcare Associated Infections (HAIs), merupakan tantangan yang signifikan bagi sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang efektif sangat penting dalam mengurangi risiko ini dan memastikan layanan kesehatan yang berkualitas tinggi. Tinjauan literatur ini mengkaji pelaksanaan program PPI di rumah sakit untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan area yang perlu ditingkatkan. Metode dalam tinjauan sistematis menggunakan artikel teks lengkap dari database PUBMED, Google Scholar, dan ProQuest, yang diterbitkan antara 2019 dan 2024. Proses seleksi mengikuti pedoman PRISMA, dimulai dengan mengidentifikasi 573 artikel. Setelah menyaring judul, abstrak, dan teks lengkap, lima artikel diikutsertakan dalam analisis akhir. Kriteria inklusi mencakup artikel penelitian dalam bahasa Inggris dan Indonesia yang membahas program PPI berbasis rumah sakit dan tersedia dalam format akses terbuka. Hasil dari Pelaksanaan PPI di rumah sakit masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk kurangnya komitmen dari seluruh pihak yang terlibat, pelatihan yang tidak merata, insentif yang tidak memadai, serta sarana dan prasarana yang belum mencukupi, Kepatuhan terhadap SOP juga masih rendah. Kesimpulan: Untuk meningkatkan efektivitas program PPI, rumah sakit harus memperkuat komitmen dari semua staf, memberikan pelatihan yang berkelanjutan dan komprehensif, memastikan insentif yang memadai, dan secara teratur mengawasi kepatuhan terhadap SOP.

(2)

Kata Kunci : Analisis, Program Pencegahan dan Pengendalian Ifeksi (PPI), Rumah Sakit

PENDAHULUAN

Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2023 (UU RI 17, 2023) menyatakan bahwa Rumah Sakit sebagai institusi untuk pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan perorangan secara keseluruhan dalam gawat darurat, rawat jalan, dan rawat inap. Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang selaras dengan standar pelayanannya. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit perlu dilaksanakan pengendalian infeksi, termasuk kejadian infeksi nosokomial atau healthcare assosiated infections (HAIs) yang merupakan masalah dunia dan di Indonesia (UU RI 44, 2009).

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Health Care Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan Kesehatan (Permenkes 27, 2017).

Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al Varado, 2000 dalam Kementerian Kesehatan RI, 2011) mencapai sekitar 9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil survey point prevalensi dari 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain 32,1%.

Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini muncul berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan re- emerging diseases). Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit diperkirakan datangnya, sehingga kewaspadaan melalui surveilans dan tindakan pencegahan serta pengendaliannya perlu terus ditingkatkan. Selain itu infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi juga dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi dalam upaya mengurangi risiko infeksi di rumah sakit. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memperkaya konsep teori keselamatan pasien, khususnya dalam konteks pencegahan dan pengendalian infeksi. Pemahaman yang lebih mendalam tentang aspek-aspek keselamatan pasien melalui kajian ini akan sangat berguna untuk menyusun kegiatan serta perencanaan strategis yang efektif dalam menurunkan tingkat infeksi di rumah sakit. Mengingat adanya berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan yang kuat bagi pengambil kebijakan dan manajemen rumah sakit dalam merancang strategi yang lebih baik dan lebih komprehensif guna meningkatkan keselamatan pasien. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan nilai akademis tetapi juga manfaat praktis yang langsung dapat diterapkan dalam upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan di rumah sakit.

(3)

METODE

Metodologi yang digunakan dalam tinjauan sistematis ini melibatkan pemeriksaan kritis yang komprehensif terhadap artikel teks lengkap dalam bahasa Inggris dan Indonesia, yang bersumber dari database seperti PUBMED, Google Scholar, dan ProQuest. Proses seleksi menggunakan pedoman PRISMA (Page et al., 2021) dan dimulai dengan identifikasi 573 artikel menggunakan kata kunci yang telah ditentukan. Penyaringan awal berdasarkan judul dan abstrak menghasilkan 568 artikel yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, yang meliputi ketersediaan hanya dalam bentuk abstrak, kurangnya akses teks lengkap, klasifikasi sebagai tinjauan literatur atau tinjauan sistematis, diidentifikasi sebagai publikasi non-ilmiah, dan tidak relevan dengan program pencegahan dan pengendalian infeksi. Setelah proses penyaringan ini, lima artikel menjalani penilaian kelayakan yang ketat melalui pembacaan dan rangkuman yang intensif. Pada akhirnya, kelima artikel ini dianggap memenuhi kriteria inklusi untuk studi kelayakan lebih lanjut.

Semua penulis secara aktif berkontribusi dalam proses pencarian dan seleksi literatur.

Pencarian menghasilkan lima artikel yang disaring menggunakan kata kunci: “Analisis, Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Rumah Sakit.” Proses pencarian dipandu oleh kriteria inklusi yang telah ditetapkan, yang dijelaskan sebagai berikut: (1) artikel penelitian yang diterbitkan antara tahun 2019 dan 2024, (2) artikel yang disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia, (3) subjek penelitian yang secara khusus terkait dengan rumah sakit, (4) artikel penelitian yang dapat diakses dalam format akses terbuka dan (5) artikel penelitian yang menyediakan konten tekstual yang lengkap. Artikel yang relevan dikategorikan dan dirangkum berdasarkan kejelasan dan korelasi materi sumber dengan topik yang dipilih. Penilaian relevansi didasarkan pada kejelasan dan korelasi artikel sumber dengan topik yang dipilih, diikuti dengan rangkuman untuk artikel yang relevan.

HASIL

Tabel 1. Hasil pencarian literatur review yang berkaitan dengan Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.

N

o Judul/

Penulis/

Tahun

Tujuan

Penelitian Metode/

Desain Peserta/

Jumlah Sampel

Data

Koleksi Hasil 1 Analisis

Implementasi Program Pencegahand an

Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSUD Pasaman Barat (Standar Akreditasi Versi 2012) (Ramayanti et al., 2019)

Menganalisis pelaksanaan program IPC

Deskriptif dengan pendekat an kualitatif.

Direktur, ketua pencegaha n dan pengendali an infeksi rumah sakit komite, IPCO dan IPCN.

Informan dalam FGD adalah IPCLN.

Wawancar a, FGD, Dokumen ulasan dan observasi

Pelaksanaan PPI belum konsisten dan optimal, serta masih ada

beberapa komponen input yang belum memenuhi standar.

2 Analisis Implementasi 20 perawat dan

Kepengurusa n Komite Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi Terkait

Menganalisis pengelolaan pelaksanaan pencegahan dan

pengendalia n HAIs panitia di RS Tugurejo Provinsi Jawa Tengah

Kualitatif 20 perawat dan dokter

Wawancar a

mendala m

Anggota organisasi IPC tidak menerima pelatihan secara sistematis, tidak ada komitmen dari semua petugas

(4)

Pelayanan Kesehatan di RS Tugurejo Provinsi Jawa Tengah (Agusti et al., 2019)

yang termasuk dalam program IPC, tidak ada insentif untuk anggota organisasi IPC, tidak ada praktik kerja yang tidak merata di antara anggota organisasi IPC, dan hanya ada sedikit kesulitan dan hambatan dalam menyediaka n fasilitas IPC, dengan tingkat kepatuhan petugas sekitar 80%.

3. Analisis pelaksanaan program pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit x kota Surakarta (Fanny et al., 2023)

mengetahui pelaksanaan program Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit X Kota Surakarta

penelitian deskriptif dengan pendekat an kualitatif

6 informan utama dan 3 informan triangulasi

wawancar a

mendala m dan observasi

variabel input terdiri dari man, bahwa PPI telah dibuat dan semua peserta telah

mendapatka n pelatihan;

money, terdapat dana dan telah

diklasifikasik an sesuai dengan beberapa kebutuhan;

material, sebagian besar PPI dan sarana di rumah sakit telah tersedia, namun masih ada beberapa yang kurang tepat;

machine,

(5)

ada beberapa pendukung yang belum berfungsi secara maksimal namun berpotensi memberikan dampak negatif terhadap program PPI;

method, terdapat peraturan yang telah disusun untuk mendukung arahan, struktur organisasi PPI, IPCN, dan IPCLN, tarik ulur anggota, standar operasional prosedur pada setiap bidang kegiatan, surveilans kasus penyakit menular, dan hal lainnya.

4 Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi Health Care Associated Infections di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari (Kusumawati et al., 2021)

menganalisis implementas i Program Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari

Penelitian kualitatif

4 orang laki-laki dan 2 orang perempuan

wawancar a

mendala m,

observasi dan focus group discussion (FGD)

Pelaksanaan program PPI di RSUD Kota Kendari sudah berjalan namun belum maksimal

5 Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan

Pengendalian

mengeksplor asi secara mendalam pelaksanaan PPI dalam meningkatka

Penelitian deskriptif kualitatif

lima

informan wawancar a

mendala m dengan informan penelitian

belum adanya komitmen dari seluruh anggota PPI dan semua

(6)

Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Tomohon (Pandeiroot et al., 2023)

n mutu pelayanan di RSUD

Anugerah Tomohon

serta obervasi.

pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PPI sehingga pelaksanaan program PPI belum sesuai dengan SOP

(7)

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian Ramayanti et al Tahun 2019, ditemukan bahwa pelaksanaan PPI belum konsisten dan optimal, serta masih ada beberapa komponen input yang belum memenuhi standar. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan PPI di RSUD Pasaman Barat yang tidak sesuai dengan analisis sistem.

Input terdiri dari SDM, dana, dan sarana.

Namun dalam prosesnya, masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan agar sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), Capain program PPI sudah sesuai standar akreditasi versi 2012, hanya perlu penguatan komitmen oleh seluruh staf rumah sakit.

Sedangkan menurut penelitian Agusti et al Tahun 2019, anggota organisasi IPC tidak menerima pelatihan secara sistematis, tidak ada komitmen dari semua petugas yang termasuk dalam program IPC, tidak ada insentif untuk anggota organisasi IPC, tidak ada praktik kerja yang tidak merata di antara anggota organisasi IPC, dan hanya ada sedikit kesulitan dan hambatan dalam menyediakan fasilitas IPC, dengan tingkat kepatuhan petugas sekitar 80%. Hal ini disebabkan karena Komite PPI RSUD Tugurejo tidak memiliki pedoman khusus BLUD. Akibatnya, jika komite dibentuk atau jika anggota diharapkan untuk berpartisipasi dalam pelatihan diluar, tidak akan ada insentif atau pertimbangan khusus untuk petugas selain IPCN, yang akan menyebabkan petugas anggota komite PPI lainnya tidak memiliki komitmen atau insentif dalam pelaksanaan program. Terjadi peningkatan kekurangan hingga kekosongan sarana sebagai akibat dari keterlambatan penyediaan oleh rumah sakit sebagai akibat dari tingginya penggunaan, sementara permintaan ditolak. Fenomena ini juga terjadi sebagai akibat dari kurangnya data distribusi yang tepat serta efisiensi yang kurang baik. Ada beberapa faktor yang tidak menguntungkan yang dapat berdampak negatif pada program PPI, seperti pelatihan tenaga kerja yang tidak memadai sehingga tidak dapat diselesaikan di RSUD Tugurejo dan harus dipindahkan ke ruang rawat inap lain. Hal ini akan berdampak buruk pada

pelaksanaan PPI karena fasilitas yang berhubungan dengan keselamatan penumpang dan hewan. Dengan demikian, hal ini dapat berdampak buruk pada kebersihan rumah sakit secara keseluruhan, tidak hanya di area program PPI. Secara keseluruhan, manajemen komite PPI RSUD Tugurejo belum maksimal.. Hal ini sejalan dengan penelitian (Karmidah et al., 2024) penting untuk meningkatkan pengetahuan perawat pelaksana mengenai pencegahan HAIs dengan melaksanakan kegiatan seminar, workshop dan pelatihan mengenai pencegahan infeksi.

Meningkatkan kegiatan supervisi ke ruangan rawat inap agar perawat pelaksana tidak lalai dalam tindakan keperawatan pencegahan HAIs.

Studi dari Fanny et al Tahun 2023 Menemukan bahwa variabel input terdiri dari man, bahwa PPI telah dibuat dan semua peserta telah mendapatkan pelatihan; money, terdapat dana dan telah diklasifikasikan sesuai dengan beberapa kebutuhan; material, sebagian besar PPI dan sarana di rumah sakit telah tersedia, namun masih ada beberapa yang kurang tepat; machine, ada beberapa pendukung yang belum berfungsi secara maksimal namun berpotensi memberikan dampak negatif terhadap program PPI; method, terdapat peraturan yang telah disusun untuk mendukung arahan, struktur organisasi PPI, IPCN, dan IPCLN, tarik ulur anggota, standar operasional prosedur pada setiap bidang kegiatan, surveilans kasus penyakit menular, dan hal lainnya.

Variabel proses meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian, yang semuanya telah berjalan dengan baik namun masih menyisakan ruang untuk terjadinya kesalahan. Variabel output terdiri dari hasil terhadap pelaksanaan program PPI yang terdiri dari kewaspadaan isolasi (berupa kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi), surveilans, pendidikan dan pelatihan. Secara umum Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit X Kota Surakarta masih belum maksimal dan terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.

Penelitian dari Kusumawati et al Tahun 2021 menemukan bahwa pelaksanaan program PPI di RSUD Kota Kendari sudah

(8)

berjalan namun belum maksimal. Kondisi ini disebabkan karena kepatuhan pasien, pengunjung/keluarga pasien dan sebagai petugas yang masih sangat rendah.

Sejalan dengan penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa pelaksanaan program PPI yang belum optimal diakibatkan oleh beberapa factor yaitu ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kepatuhan petugas maupun pengunjung serta pasien, Pendidikan dan pelatihan yang tidak rutin dilaksnakan dan informasi kegiatan surveillance yang tidak dilakukan sosialisasi terhadap hasil temuannya (Alifariki et al., 2020).

Menurut penelitian Pandeiroot et al Tahun 2023 belum adanya komitmen dari seluruh anggota PPI dan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PPI sehingga pelaksanaan program PPI belum sesuai dengan SOP. kendala pelaksanaan program PPI di RSUD Anugerah Tomohon antara lain fasilitas/sarana, fasilitas yang masih kurang/belum memadai dan juga kepatuhan petugas yang terlibat dalam pelayanan masih kurang sehingga tim PPI dalam menjalankan tugasnya masih harus terus mengingatkan pentingnya kepatuhan petugas terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) dan juga perencanaan kebutuhan tim PPI pada manajemen Rumah Sakit untuk melengkapi sarana penunjang. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh (Putri et al., 2023) bahwa pentingnya kepatuhan terhadap langkah-langkah IPC dan perlunya pelatihan dan komunikasi yang berkelanjutan di antara tenaga kesehatan selama pandemi.

Berdasarkan temuan yang diperoleh dari analisis lima artikel menunjukkan Secara keseluruhan, Analisis Implementasi Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di berbagai rumah sakit masih belum optimal.

Kendala utama yang dihadapi meliputi kurangnya komitmen dari seluruh pihak yang terlibat, pelatihan yang belum merata, insentif yang tidak memadai, ketersediaan sarana dan prasarana yang belum mencukupi, serta kepatuhan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) yang masih rendah. Untuk meningkatkan efektivitas program PPI, diperlukan penguatan komitmen dari seluruh staf rumah sakit, pelatihan berkelanjutan yang mencakup seluruh

anggota tim PPI, penyediaan insentif yang memadai, serta supervisi rutin untuk memastikan kepatuhan terhadap SOP. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan program PPI dapat berjalan lebih efektif dan berdampak positif terhadap keselamatan pasien dan petugas rumah sakit.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari berbagai penelitian tentang Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di berbagai rumah sakit menunjukkan bahwa implementasi PPI belum optimal dan konsisten. Penelitian- penelitian tersebut menekankan bahwa untuk mencapai pelaksanaan PPI yang optimal, diperlukan peningkatan dalam hal sumber daya manusia, dana, dan sarana prasarana, serta pelatihan yang berkelanjutan, motivasi yang lebih tinggi, dan penguatan komitmen dari seluruh staf rumah sakit. Pengawasan yang intensif dan upaya berkelanjutan dalam meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan juga sangat penting untuk keberhasilan program PPI.

SARAN

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan pelaksanaan program tersebut adalah dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia, Peningkatan Dana dan Sarana Prasarana,

memberikan pelatihan yang

berkelanjutan, peningkatan Motivasi dan Komitmen Pengawasan Intensif dan Peningkatan Pengetahuan dan Kepatuhan. Dengan menerapkan saran- saran di atas, diharapkan pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit dapat lebih optimal dan konsisten, sehingga dapat mengurangi risiko infeksi dan meningkatkan keselamatan pasien serta staf rumah sakit.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan yang telah mendukung pelaksanaan penulisan artikel Literatur Review ini.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

UU RI 44,. (2009). UU Nomor 44 Tahun 2009. UU Nomor 44 Tahun 2009, 47(57), 3.

Agusti, Y. K., Suryoputro, A., &

Kusumastuti, W. (2019). Analisis Pelaksanaan Manajemen Komite Pencegahan Dan Pengendalian Healthcare Associated Infections Di Rsud Tugurejo Provinsi Jawa Tengah. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 18(4), 147–152.

Alifariki, L. O., Rahmawati, R., La Rangki, L. R., & Kusnan, A. (2020). Relationship of Self-Efication and Organizational Culture with Nurse Behavior in the Implementation of Safe Injecting Practices in Kendari City Hospital. Jurnal Keperawatan, 10(2), 105–110.

https://doi.org/10.22219/jk.v10i2.8408 Fanny, N., Nofikasari, I., & Putri, R. . (2023). Analisis pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit x kota surakarta. Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional, 237–244.

Karmidah, N., Ap, A. R. A., & Gobel, F. A.

(2024). Analisis Implementasi Continuous Quality Improvement dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSUD dr . La Palaloi. 5(2), 16–24.

Kementerian Kesehatan RI. (2011).

Pedoman Manajerial Infeksi di Rumah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/50 830994/Pedoman_Manajerial_PPI_2011.p df?1481467582=&response-content- disposition=inline%3B+filename

%3DPedoman_Manajerial_PPI_2011.pdf&

Expires=1616856550&Signature=Vo1Ha ieL4zLxa4gXcEA7UqMBjhgErPzt8dmukpo kEG1-o4plP2H-h

Kusumawati, P. A., Sabilu, Y., Zainuddin, A., Sudayasa, P., & Sulaiman, E. (2021).

Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi

Health Care Associated Infections Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.

Jurnal Ilmiah Obsgin: Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan, 13(2), 1–8.

https://stikes-nhm.e-journal.id/JOB/article /view/365

NO 27, P. (2017). No Title..ينورتكللإازازتبلاا مئارج

ىذغتت ىلع

« ةرفط لصاوتلا لا

Nusantara PGRI Kediri, 01, 1–7.

Page, M. J., McKenzie, J. E., Bossuyt, P. M., Boutron, I., Hoffmann, T. C., Mulrow, C. D., Shamseer, L., Tetzlaff, J. M., Akl, E. A., Brennan, S. E., Chou, R., Glanville, J., Grimshaw, J. M., Hróbjartsson, A., Lalu, M.

M., Li, T., Loder, E. W., Mayo-Wilson, E., McDonald, S., … Moher, D. (2021). The PRISMA 2020 statement: An updated guideline for reporting systematic

reviews. The BMJ, 372.

https://doi.org/10.1136/bmj.n71

Pandeiroot, I., Niode, N. J., & Rampengan, N. H. (2023). Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Tomohon. E-CliniC,

12(1), 111–115.

https://doi.org/10.35790/ecl.v12i1.45864 Putri, C. D. A., Najmah, N., & Syakurah, R.

A. (2023). Analisis Implementasi Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 di Rumah Sakit Kabupaten Musi Rawas. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 11(1), 52–63.

https://doi.org/10.14710/jmki.11.1.2023.

52-63

Ramayanti, R., Semiarty, R., & Lestari, Y.

(2019). Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSUD Pasaman Barat (Standar Akreditasi Versi 2012). Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 617.

https://doi.org/10.25077/jka.v8i3.1050 RI, P. (2023). UU Nomor 17 Tahun 2023.

Peraturan Perundang-Undangan, 1–300.

Referensi

Dokumen terkait

14 Data Rumah Sakit Pemerintah terkait pencegahan dan pengendalian infeksi dalam Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011 11 yang dilakukan oleh Badan Litbangkes RI

Menyiapkan agar Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain dengan sumber daya terbatas dapat menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat

Dalam rangka menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di RSU Mitra Medika sejak awal tahun 2015, rumah sakit telah menerapkan berbagai kebijakan terkait Pencegahan dan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nosokomial oleh Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Makasar Tahun 2013.. Pola Kuman

14 Data Rumah Sakit Pemerintah terkait pencegahan dan pengendalian infeksi dalam Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011 11 yang dilakukan oleh Badan Litbangkes RI

Wawancara mendalam dan observasi dokumen dilaksanakan untuk memperoleh informasi mendalam terkait pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di

Dengan menggunakan analisis SWOT ini, peneliti menentukan kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang dimiliki Rumah Sakit sehingga dapat merumuskan pada kuadran