• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis penalaran dalam soal ujian nasional matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis penalaran dalam soal ujian nasional matematika"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENALARAN DALAM SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs TAHUN AJARAN 2012 / 2013

Oleh

Sukmawarti* dan Dewi Liliani Batubara

Sukmawarti* dan Dewi Liliani Batubara**adalah Dosen Kopertis Wilayah I dpk pada FKIP UMN Alwashliyah Medan

Abstrak

Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional. Masalah utama dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan siswa dalam UN Matematika. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penalaran apa saja yang terdapat dalam soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs Tahun Ajaran 2012/2013? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis penalaran yang terdapat dalam soal ujian Nasional matematika SMP/MTs. Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif. Sedangkan metode dalam penelitian ini menggunakan kerangka kerja Lithner. Penelitian dilakukan dengan cara menganalisis soal UN berdasarkan konteks teori, kejadian contoh dan latihan soal dalam buku teks rujukan, memberikan argumen dan kesimpulan serta mengomentarinya sesuai dengan hasil analisis penalaran yang terdapat dalam soal UN. Hasil analisis penalaran dari 40 butir soal UN Matematika SMP/MTs tahun ajaran 2012/2013, karakter soal UN sebagian besar menggunakan penalaran Imitative Reasoning. 95% soal menggunakan Memorized Reasoning dan Algoritmic Reasoning, dan 5% soal dengan penalaran Creative Reasoning tipe Local Creative Reasoning. Materi soal UN sesuai dengan standar isi dan sudah dipelajari, serta sering dijumpai siswa dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian siswa tidak perlu cemas menghadapi Ujian Nasional dan harus percaya diri dalam mengikutinya.

Kata Kunci: Ujian Nasional, Penalaran Matematika

Banyak usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, baik dalam proses pembelajaran maupun hasil penilaian. Salah satu usaha pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan standar kelulusan Ujian Nasional (UN).

Namun peningkatan standar kelulusan ini ternyata membuat seluruh elemen terkait, mulai dari Dinas Pendidikan, kepala sekolah, guru, siswa, serta orang tua merasa cemas dan was-was. Bahkan bagi siswa menjadi hal yang paling menakutkan. Tidak jarang ada siswa yang stres bahkan sampai putus asa menjelang UN. Hal ini tentu sangat memprihatinkan bagi dunia pendidikan Indonesia. UN yang awalnya diharapkan menjadi wadah peningkatan mutu pendidikan untuk

‘melahirkan’ generasi yang berkompeten, nyatanya menjadi ‘momok’ yang menakutkan.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan pada UN, merupakan mata pelajaran yang paling dikhawatirkan

ketercapaian standar kelulusannya. Dari beberapa kali UN, matematika selalu menjadi penyebab utama kegagalan siswa. Selain kepercayaan diri yang kurang dalam menghadapi UN, salah satu sebab utama kesulitan menyelesaikan soal-soal UN matematika dikarenakan kurangnya penalaran siswa dalam menyelesaikan soalnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Wahyudin (Alamsyah, 2000:3) bahwa salah satu kecenderungan yang menyebabkan siswa gagal menguasai dengan baik pokok-pokok bahasan dalam matematika adalah siswa kurang menggunakan nalar yang logis dalam menyelesaikan soal atau persoalan matematika yang diberikan.

Dalam menyelesaikan soal matematika umumnya siswa lebih senang dan mudah menyelesaikan soal dengan langsung menggunakan rumus dan soal yang berbentuk angka dengan penyelesaian yang cenderung mekanistik. Kegiatan penyelesaian soal seperti ini sudah terbiasa mereka lakukan sewaktu

(2)

belajar di kelas. Fakta ini menunjukkan bahwa siswa kurang memahami konsep matematika dan lemah dalam penalaran. Penalaran yang digunakan hanya bersifat hafalan sehingga melemahkan pemahaman matematika mereka.

Hal ini dapat menjadi penghalang bagi siswa untuk mahir dalam pemecahan masalah dan pembuktian. Sementara yang diharapkan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu dalam pemecahan masalah, komunikasi dan penalaran, tidak hanya terampil melakukan perhitungan matematis yang prosedural dengan menggunakan algoritma yang baku.

Penalaran menjadi salah satu kompetensi yang sangat penting sehingga harus dipelajari oleh siswa. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar dapat dialih gunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah. Penyelesaian soal-soal dalam UN Matematika tidak terlepas dari proses bernalar. Pemecahan masalah dalam menjawab soal UN matematika dapat diselesaikan melalui penalaran untuk memperoleh jawaban soal yang baik dan benar. Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpikir perlu kiranya untuk melakukan analisis tentang tipe penalaran yang terdapat dalam soal UN matematika SMP/MTs tahun pelajaran 2012/2013.

Masalah yang diteliti adalah tipe penalaran dalam menyelesaikan soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs tahun ajaran 2012/2013 berdasarkan kerangka kerja Lithner. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penalaran apa yang terdapat dalam soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs tahun ajaran 2012/2013 ?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis penalaran yang terdapat dalam soal ujian Nasional matematika SMP/MTs, dan mendeskripsikan tingkat kesukaran soal berdasarkan kerangka penalaran Lithner.

TINJAUAN PUSTAKA A. Ujian Nasional

Salah satu program peningkatan mutu pendidikan nasional adalah dengan menetapkan Ujian Nasional sebagai alat ukur

keberhasilan siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah secara nasional. Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 63 ayat 1 bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah salah satunya dilakukan oleh pemerintah.

Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pemerintah tersebut bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN).

Ujian Nasional di tingkat SMP/MTs tahun ajaran 2012/2013 dilaksanakan pada tanggal 22-25 April 2013. Paket soal terdiri dari 30 paket dengan rincian 20 paket yang akan dibagikan per kelas dan 10 paket sebagai cadangan. Jumlah soal 40 butir berbentuk multiple choice (pilihan ganda) dengan jangka waktu pengerjaan 120 menit.

Pemerintah menargetkan UN tahun ajaran 2012/2013 ini akan lebih ‘bersih’ dan bebas dari kecurangan. Dengan perubahan jumlah paket soal yang sebelumnya 5 paket menjadi 30 paket peluang kecurangan lebih kecil dan dapat diminimalisir. UN sebagai alat ukur keberhasilan proses pembelajaran baik dari sisi guru sebagai pengajar maupun dari pihak siswa sebagai pebelajar merupakan penilaian eksternal berskala nasional yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan pendidik dan satuan pendidikan pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan penilaian yang bersifat internal dan menyeluruh dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pemerintah melalui Kemdikbud dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menetapkan pelaksanaan UN mengacu pada Peraturan BNSP Nomor 0148/ SK–POS / BNSP / I / 2011. Standar Kompetensi Lulusan UN mata pelajaran Matematika untuk tingkat SMP/MTs tahun ajaran 2012/2013 adalah:

(1) menggunakan konsep operasi hitung dan sifat-sifat bilangan, perbandingan, bilangan berpangkat, bilangan akar, aritmetika sosial, barisan bilangan, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah; (2) memahami operasi bentuk aljabar, konsep persamaan dan pertidaksamaan linier, persamaan garis, himpunan, relasi, fungsi, sistem persamaan

(3)

linier, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah; (3) memahami konsep kesebangunan, sifat dan unsur bangun datar, serta konsep hubungan antarsudut dan garis, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Memahami sifat dan unsur bangun ruang, dan menggunakannya dalam pemecahan masalah; (4) memahami konsep dalam statistika, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah; dan (5) memahami konsep peluang suatu kejadian serta menerapkannya dalam pemecahan masalah.

B. Penalaran Matematika

Matematika merupakan salah satu ilmu yang berkaitan dengan proses bernalar.

Depdiknas (2002:6) menyatakan bahwa, materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika.

Konsep yang ada pada matematika seutuhnya merupakan proses bernalar untuk mencapai suatu kesimpulan terstruktur dan saling terkait. Konsep-konsep ini diambil berdasarkan teorema, aksioma, postulat, dalil, rumus, maupun sifat-sifat yang ada dalam matematika. Kesimpulan akhir yang didasari oleh konsep tersebut menjadi pembuktian yang logis dan tidak terbantahkan kebenarannya dalam penyelesaian masalah atau soal matematika. Disamping itu dalam penyelesaian soal matematika dapat digunakan penalaran yang melibatkan aplikasi logaritma, prosedur, keterkaitan antar konsep dan gagasan yang matematis.

Penalaran yang mencakup kemampuan berfikir secara logis dan sistematis merupakan ranah kognitif matematika tertinggi. Penalaran didefenisikan sebagai jalan berfikir yang diambil untuk mengolah pernyataan dan menghasilkan kesimpulan dalam menyelesaikan soal (Lithner, 2003:3). Lithner mengemukakan bahwa penalaran merupakan sebarang jalan berfikir dalam mengerjakan soal, sehingga penalaran tidak harus didasarkan pada deduktif formal dan menandakan prosedur yang singkat dalam menemukan fakta atau bukti-bukti. Penalaran dapat dikatakan sebagai proses berfikir, dan sebagai hasil dari proses berfikir, atau keduanya. Lithner mendeskripsikan suatu konsep kerangka kerja

penalaran yang bertujuan sebagai dasar analisis data. Dari kerangka kerja penelitian yang dilakukan oleh Lithner, penalaran matematika (Reasoning of mathematic) dibedakan menjadi dua tipe, yaitu Imitative Reasoning dan Creative Mathematically Founded Reasoning.

Imitative Reasoning (IR) merupakan jenis penalaran yang menciptakan koneksi bernalar siswa berdasarkan peniruan solusi soal, contoh soalnya persis seperti yang ada didalam buku teks, atau mengikuti contoh dibuku teks, dan dengan mengingat prosedural dalam menjawab soal. Jawaban dan solusi adalah dua unsur penting dalam soal.

Kebenaran pengerjaan soal tidak terlepas dari kesesuaian jawaban dan solusi dengan intruksi soal, seperti dalam latihan dibuku teks, soal- soal ujian, dan dalam kehidupan nyata.

Jawaban didefenisikan sebagai uraian konkrit dari sifat yang diminta dalam soal. Sementara solusi soal adalah jawaban yang diperkuat dengan argumen untuk membuktikan kebenaran suatu jawaban. Ada dua kelompok utama penalaran IR yang digambarkan berdasarkan perbedaan unsur karakteristiknya, yaitu Memorized Reasoning (MR) dan Algoritmic Reasoning (AR).

Penalaran yang terdapat dalam pengerjaan soal matematika dapat dikelompokkan kedalam Memorized Reasoning, jika (1) cara pengerjaan soal dengan mengulang solusi yang lengkap dari apa yang diingat oleh siswa; dan (2) jawaban soal cukup hanya dituliskan atau diucapkan berdasarkan apa yang sudah dihafal dan diingat siswa. Sehingga jenis soal yang dapat diselesaikan dengan penalaran MR adalah soal-soal yang berkenaan dengan pembuktian suatu fakta, menurunkan suatu rumus, menjelaskan defenisi dan membuktikan teorema.

Algoritmic Reasoning dapat diartikan sebagai kumpulan prosedural dan aturan yang menjadi acuan ketika menyelesaikan suatu soal matematika. Penalaran soal yang termasuk tipe ini dapat dilihat berdasarkan kondisi berikut: (1) strategi pemilihan yang didasarkan dengan mengingat kembali sekumpulan prosedural dan aturan yang akan menjamin suatu solusi yang benar itu dapat dicapai; dan (2) implementasi strategi terdiri dari hasil penghitungan trivial atau tindakan dengan mengikuti aturan-aturan.

(4)

Creative Mathematical Founded Reasoning atau yang disebut juga Creative Reasoning (CR) adalah sebuah kerangka kerja yang dipandang sebagai sebuah hasil dari berfikir matematika kreatif. Proses-proses berfikir matematika kreatif dalam konteks ini didasarkan pada sifat fleksibel, melalui pendekatan yang berbeda, dan tidak dibatasi dengan tekanan aturan-aturan yang biasa (Haylock, 1997, Silver, 1997).Dalam matematika, berfikir kreatif termasuk proses bernalar yang fleksibilitas (kelenturan berfikir). Secara spesifik kreatifitas ini muncul dari suatu kreasi baru yang diciptakan siswa sebagai hasil dari penalaran yang berkaitan dengan pengetahuan awal siswa terhadap penyelesaian soal.

Karakteristik penalaran yang kreatif dalam CR dapat dilihat berdasarkan urutan penalaran dalam menyelesaikan soal dengan kondisi: (1) Apakah merupakan suatu penalaran yang baru (novelty); dan (2) dalam mencari solusi soal terdapat strategi, implementasi, argumentasi dan penarikan kesimpulan yang valid dan logis serta mengacu kepada sifat-sifat essential matematika yang melibatkan unsur-unsur dasar penalaran. Ada dua kelompok utama penalaran CR, yaitu Local Creative Reasoning (LCR) dan Global Creative Reasoning (GCR).

Suatu soal dapat dikategorikan kedalam jenis penalaran LCR, jika soal tersebut hampir secara keseluruhan dapat diselesaikan dengan menggunakan Imitative Reasoning hanya dengan memodifikasi algoritma lokal, sehingga essensinya hanya pada modifikasi algoritma yang digunakan dalam menyelesaikan soal. Selain itu soal yang menggunakan LCR dapat diselesaikan dengan prosedur dan langkah-langkah penyelesaian yang telah diketahui serta sudah dipelajari oleh siswa.

Suatu soal dapat dikategorikan kedalam jenis penalaran Global Creative Reasoning (GCR) jika soal tersebut tidak memiliki solusi yang berdasarkan pada solusi Imitative Reasoning. Soal jenis ini selalu membutuhkan penalaran yang menggunakan Creative Reasoning pada keseluruhan langkah-langkah pengerjaan soal. Kalaupun ada hanya sebagian kecil dari GCR yang didasarkan pada Imitative Reasoning. Sebagai langkah awal siswa harus melihat soal tersebut termasuk kedalam materi apa, setelah itu

barulah mengikuti langkah-langkah penyelesaian selanjutnya.

METODA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif. Prosedur penelitian ini adalah mengkaji muatan materi, contoh, dan latihan soal yang ada dalam lima buku teks dari penerbit dan pengarang yang berbeda untuk setiap kelasnya, dan membandingkannya dengan soal Ujian Nasional (UN) matematika SMP/MTs tahun pelajaran 2012/2013.

Analisis soal dilakukan dengan cara mengelompokkan tiap soal dan solusinya dengan mengikuti empat langkah analisis kerangka kerja Lithner berikut.

1. Menganalisi soal Ujian Nasional

Ada 4 (empat) variabel yang digunakan dalam menganalisis soal UN, yaitu:

a. Solusi (solution).

b. Konteks (contexs).

c. Informasi tentang keadaan soal (Explicit information about situation).

d. kata kunci, ungkapan dan informasi lain sesuai buku teks (Other key features).

2. Analisis dari Buku Teks

Analisis dilakukan dengan mencari kejadian-kejadian soal yang ada dalam contoh soal maupun latihan-latihan, dan dalam kejadian teks teori.

3. Argumentasi dan Kesimpulan

Argumentasi tentang persyaratan jenis penalaran dan kesimpulan mengenai pengelompokan soal.

4. Komentar

Komentar merupakan tanggapan tentang bagaimana seharusnya keadaan siswa setelah menyelasaikan soal dan mendeskripsikan soal berdasarkan penalaran Lithner.

Subyek dalam penelitian ini adalah soal-soal Ujian Nasional matematika SMP/MTs tahun ajaran 2012 / 2013 .Obyek yang diteliti adalah jenis-jenis penalaran Lithner (a frame work Lithner) yang terdapat dalam soal-soal Ujian Nasional matematika SMP/MTs tahun ajaran 2012 / 2013.

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen adalah soal UN Matematika SMP/

MTs untuk tahun ajaran 2012/2013 wilayah Medan Kota, dengan jumlah soal 40 butir dan

(5)

berbentuk multiple choice. Paket soal UN untuk tahun ajaran 2012/2013 ada 30 paket dengan 20 paket soal utama yang diujikan dan 10 paket soal sebagai cadangan jika ada kesalahan teknis pada 20 paket soal utama.

Data yang dikumpulkan kemudian akan diolah dengan menggunakan kerangka kerja Lithner yang merupakan rujukan peneliti dalam mengolah data penelitian. Dalam kerangka kerja Lithner, penalaran soal dikelompokakan menjadi dua kelompok umum yaitu Imitative Reasoning (IR) dan Creative Reasoning (CR). Kedua kelompok umum tersebut dibagi kedalam dua tipe yaitu, untuk IR ada tipe Memorized Reasoning (MR) dan Algoritmic Reasoning (AR) sedangkan untuk penalaran CR dikelompokkan menjadi

Local Creative Reasoning (LCR) dan Global Creative Reasoning (GCR).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk sampel penelitian diambil salah satu paket soal dari 30 jenis paket soal UN. Perolehan data dalam penelitian ini diambil dari hasil analisis soal Ujian Nasional dengan menggunakan kerangka kerja penalaran Lithner.

Soal UN matematika SMP/MTs tahun 2012/2013 merupakan soal-soal gabungan yang materi soalnya diambil dari setiap kelasnya. Komposisi materi pelajaran seimbang dari tingkatan kesulitan materi kelas. Berikut ini tabel hasil analisis komposisi persentase tipe penalaran soal berdasarkan materi tiap kelas.

Tabel 1. Persentase Tipe Penalaran Berdasarkan Materi Soal No Tipe

Penalaran

Kelas Jumlah Soal

Persentase

(%) No.Soal

1. IR VII 5 12,5 % 1, 2, 5, 10, 12

VIII 16 40 % 9, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 32, 34 IX 17 42,5 % 3, 4, 6, 7, 8, 20, 21, 22, 28, 31,

33, 35, 36, 37, 38, 39, 40

2. CR VII 0 0 0

VIII 1 2,5 % 17

IX 1 2,5 % 11

Setelah dilakukan penelitian terhadap soal UN matematika SMP/MTs tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 40 butir soal diperoleh data hasil penelitian yang merujuk pada kerangka kerja Lithner dengan pengelompokan soal berdasarkan tipe penalaran yang terdapat dalam soal tersebut maka substansi penalaran soal UN tersebut terdiri dari 38 butir soal yang termasuk tipe penalaran Imitative Reasoning, yang dirincikan dengan 31 butir soal (77,5 % ) termasuk Algoritmic Reasoning, dan 7 butir soal (17,5 %) termasuk Memorized Reasoning.

Kemudian untuk 2 butir soal (5 %) lainnya termasuk penalaran Creative Reasoning tipe Local Creative Reasoning.

Dari hasil perolehan data tersebut menunjukkan bahwa soal-soal yang diujikan dalam UN merupakan soal yang seharusnya dapat diselesaikan siswa dengan mudah. Hasil analisis buku teks pegangan siswa juga membuktikan bahwa sebagian besar dari soal- soal UN tersebut adalah soal yang udah diajarkan, sudah pernah dibahas dan sudah

sangat akrab dengan siswa. Ada banyak ditemukan kejadian contoh dan latihan soal dalam buku teks yang konteks serta kejadian soalnya mirip dengan soal-soal yang diujikan dalam UN. Data konkrit ini seharusnya menjadi indikator yang mendeskripsikan keberhasilan siswa memperoleh nilai yang memuaskan dalam pencapaian nilai UN.

Namun fakta yang ada sangat bertolak belakang dengan apa yang diharapkan dan kondisi yang ada dilapangan.

Masih banyak siswa, guru, orangtua siswa, instansi pendidikan dan pihak-pihak pendidikan lainnya yang masih cemas dan takut ketika menjelang UN, mereka takut akan standar kelulusan yang ditetapkan oleh pendidikan pusat. Kondisi lain yang juga mempengaruhi UN SMP/MTs untuk tahun 2012/2013 salah satunya distribusi pendidikan yang cenderung tidak merata di setiap daerah.

Distribusi pendidikan di kota jauh lebih baik dari pada di desa, sehingga mengakibatkan banyaknya siswa yang tidak dapat mencapai nilai standar kelulusan.

(6)

Hal yang lebih memprihatinkan adalah kondisi UN tahun ajaran 2012/2013 ini yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Adanya peraturan-peraturan baru serta perbedaan mencolok lainnya yang cukup menambah kekhawatiran siswa saat menghadapi UN. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada jumlah paket soal yang makin banyak, LJK yang menyatu dengan lembar soal UN yang menyebabkan siswa kesulitan dan harus berhati-hati pada saat memisahkan LJK dari lembar soal UN agar LJK tersebut tidak rusak. Karena jika LJK rusak, maka LJK tersebut tidak bisa dipakai lagi. Hal lain yang menuntut kehati-hatian siswa saat UN adalah kualitas kertas LJK yang sangat tipis. Keadaan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap jalannya UN. Perubahan-perubahan yang mencolok dalam UN tahun ajaran 2012/2013 yang serba dadakan dan terlihat amburadul sehingga tidak fleksibel dengan kondisi di lapangan dan keadaan siswa yang mengikuti UN. Lambannya sosialisasi UN dengan peraturan-peraturan baru menjadikan pihak sekolah harus siap dengan situasi yang bisa saja terjadi tanpa koordinasi yang baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari analisis dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Materi soal-soal UN Matematika SMP/MTs tahun ajaran 2012/2013 adalah materi pelajaran yang sudah dipelajari, sering dijumpai siswa dalam pembelajaran matematika dan sesuai dengan standar isi pelajaran matematika.

2. Karakter soal UN sebagian besar menggunakan penalaran Imitative Reasoning, dimana terdapat 95% soal yang menggunakan penalaran Memorized Reasoning dan Algoritmic Reasoning.

Sedangkan 5% sisanya merupakan soal dengan penalaran Creative Reasoning tipe Local Creative Reasoning. Tidak terdapat kejadian soal yang baru bagi siswa dan penalaran Global Creative Reasoning.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada:

1. Siswa agar memperbanyak latihan membahas contoh dan soal-soal latihan yang terdapat dalam buku teks maupun yang diajarkan guru. Hal ini

dikarenakan konteks soal UN sejalan dengan materi dan soal pada buku teks.

2. Guru lebih banyak memberikan contoh dan soal-soal latihan yang konteks dan indikator soalnya mirip dengan soal UN, sehingga siswa terlatih dan tidak cemas dalam menghadapi UN.

3. Kemendiknas agar memberikan materi dan tingkat penalaran soal UN lebih berimbang, dengan komposisi penalaran Memorized Reasoning sebanyak 25 %, Algoritmic Reasoning 55 %, dan untuk Local Creative Reasoning 20 % .

DAFTAR PUSTAKA

Andriyatie, dkk.2011 : Ringtone Matematika SMP/MTs Kelas VII,VIII,IX. Jakarta:

PT. Grasindo.

Kemendikbud Dirjend Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan SMP, 2012, Materi Pengayaan Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika, Jakarta.

Lithner, Johan, 2006, A framework for analyzing Creative and Imitative Mathematical Reasoning, Dept.of Science and Mathematics Education, Umea University, Sweden.

Lithner, Johan. Jesper Boesen and Torulf Palm, 2006, The Requirements of Mathematical Reasoning in Upper secondary Level Assessments, Dept.of Science and Mathematics Education, Umea University, Sweden.

Lithner, Johan, 2012, Learning Mathematics By Creative Or Imitative Reasoning, 12th International Congress on Mathematical Education,8 – 15 July, Seoul, Korea.

Mujib, Abdul dan Suparingga, Erik. Analisis Penalaran Ujian Nasional Matematika SMA/MA Program IPA Tahun Ajaran 2011/2012. Laporan Penelitian. UMN Alwashliyah, Medan.

Wardhani, Sri, Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS.

P4TK Matematika

Kemendiknas.Yogyakarta.

Yunimahmudah, 2009, Tesis: Studi Kasus UN Matematika SMP/MTs Tahun 2007/2008. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal ujian nasional mata pelajaran. Bahasa Indonesia tahun ajaran 2010/ 2011 jenjang pendidikan

Pada penelitian ini dilakukan analisis pada butir soal Ujian Nasional SMP/MTs mata pelajaran Matematika tahun 2013 berdasarkan Taksonomi Bloom dan metode SEC

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh informasi bahwa butir soal nomor 2, 3 sangat sukat dan nomor 5 tergolong butir yang sukar, sedangkan butir soal nomor 1 tergolong butir yang

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 40 soal Ujian Nasional matematika SMA / MA tahun ajaran 2011 / 2012, terdapat sebanyak 39 item soal yang termasuk dalam tipe penalaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tingkat kesukaran soal butir soal nomor 2, 3 sangat sukar, dan 5 tergolong butir yang sukar, sedangkan butir soal nomor 1 tergolong butir

Hasil penelitian (1) atribut yang mendasari butir soal ada 67 atribut, meliputi 4 atribut isi, 60 atribut proses, dan 3 atribut keterampilan; (2) materi yang menyebabkan

Lima SMA Swasta Yayasan Katolik di Kota Yogyakarta pada tahun pelajaran 2012/2013, hanya satu sekolah yang hasil analisis butir soal Ujian Sekolah mata pel- ajaran

Dokumen ujian akhir semester matematika kelas VIII SMP/MTs dengan soal dan petunjuk lengkap dalam bahasa