• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KAKAO (Theobroma Cacao L) DI DESA PELITA KANAAN KECAMATAN MALINAU KOTA KABUPATEN MALINAU

N/A
N/A
M.Davilla Okt

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN PETANI KAKAO (Theobroma Cacao L) DI DESA PELITA KANAAN KECAMATAN MALINAU KOTA KABUPATEN MALINAU"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Cacao L) DI DESA PELITA KANAAN KECAMATAN MALINAU KOTA KABUPATEN MALINAU

Oleh : EVIANA 12.201020.059

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

TARAKAN

2016

(2)

i

MALINAU KOTA KABUPATEN MALINAU

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan

Oleh : EVIANA 12.201020.059

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

TARAKAN

2016

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

1993. anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Andrianus Doni dan Ibu Rinti Kaya. Pendidikan Penulis di awal dari tahun 2000 di Sekolah Dasar Negeri 003 Pelita Kanaan dan lulus pada tahun 2006.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Malinau Kota dan lulus pada Tahun 2009.

Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Darma Bakti Malinau kota dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis langsung melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri Universitas Borneo Tarakan, Program S1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian.

Penulis aktif dalam beberapa organisasi selama dalam bangku perkuliahan. Pada Tahun 2013 bergabung dengan Keluarga Besar Mahasiswa Kristen (KBMK) Universitas Borneo Tarakan. Dan penulis aktif di organisasi luas kampus pada tahun 2014 bergabung dengan Persatuan Mahasiswa Kabupaten Malinau (PMKM).

(7)

vi

nyata di Desa Rian, Kecamatan Muruk Rian, Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2015 dan untuk menyandang gelar S1 di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan, Penulis Melakukan Penelitian “Analisis Pendapatan Petani kakao (Theobroma cacao L) Di Desa Pelita Kanaan Kecamatan Malinau Kota”.

(8)

vii

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, penulisan skripsi yang merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh derajat sarjana pertanian ini dapat diselesaikan dengan baik. Berkat rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Petani kakao (Theobroma cacao L) Di Desa Pelita Kanaan Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau”.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi banyak pihak yang telah memberikan bantuan, sehingga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi tingginya khususnya kepada:

1. Dr. Nia Kurniasih Suryana, SP.,MP, selaku pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari persiapan dan selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

2. Dr. Ir. Adi Sutrisno, MP dan Sekar Inten Mulyani, S.Pt.,M.Si selaku Dosen penguji atas bantuannya yang sudah memberikan saran serta masukan yang diberikan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dewi Elviana, S.P.,M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis yang sudah banyak membantu selama perkuliahan.

4. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan beserta staf pengajar dan staf administrasi yang telah membantu penulis selama belajar di Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan.

(9)

viii

5. Kedua orang tua dan adik tercinta, Bapak Andrianus Doni, Ibu Rinti Kaya dan Adik tercinta Ramos Dagomes terima kasih atas cinta, kasih sayang, nasehat, doa yang tidak pernah putus di panjatkan, dukungan baik secara materi maupun spiritual, dan untuk semua kebaikan yang diajarkan, semoga penulis dapat menjadi seseorang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang sekitar.

6. Saudara Alex Supianus S.T yang selalu memberikan semangat dan motivasi, doa serta dukungan kepada penulis dalam menjalankan perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

7. Keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dari awal proses perkulihan hingga sampai penulis skripsi ini

8. Petani kakao yang telah banyak memberikan pengetahuan dan informasi selama penelitian.

9. Teman-teman Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis angkatan 2012 atas kebersamaan dan kecerian yang telah dihadirkan, serta terima kasih untuk bantuan kalian selama ini, baik dalam proses perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman KKN Universitas Borneo Tarakan Kelompok 19 tahun 2015 Periode II Desa Rian, Kecamatan Muruk Rian, Kabupaten Tana Tidung yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

(10)

ix

Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kekurangan dan keterbatasan, Penulis menyadari bahwa penelitian ini mungkin masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memyempurnakan penelitian ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta wawasan bagi segenap pembacanya.

Tarakan, Agustus 2016

Eviana

Kampus Universitas Borneo Tarakan, Agustus 2016

(11)

x

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRAC ... xvi

I.

PENDAHULUAN

... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

II.

TINJAUAN PUSTAKA

... 10

A. Tanaman kakao ... 10

B. Agribisnis Tanaman Kakao ... 12

C. Faktor Produksi Usahatani ... 14

D. Konsep Usahatani Kakao ... 18

E. Harga ... 20

(12)

xi

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

B. Metode Penetuan Sampel ... 24

C. Jenis Data ... 25

D. Metode Pengumpulan Data ... 25

E. Metode Analisis Data ... 27

F. Definisi Operasional ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

1. Letak Geografis dan Lingkup Wilayah Penelitian ... 31

2. Demografi ... 32

B. Karakteristik Petani Responden ... 35

1. Tingkat Usia Responden ... 36

2. Karakteristik Responden Tingkat Pendidikan ... 37

3. Karakteristik Responden Tingkat Jumlah Tanggungan ... 38

4. Karakteristik Responden Tingkat luas lahan ... 39

5. Karakteristik Responden Tingkat pengalaman usahatani ... 40

6. Karakteristik Responden Tingkat Status Kepemilikan Lahan ... 41

(13)

xii

2. Penerimaan Usahaani kakao ... 44

3. Pendapatan Usahaani kakao ... 45

4. Kontribusi Pendapatan Keluarga Petani ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 53

(14)

xiii

1 Penduduk dari Tahun 2011-2014 di

Kecamatan MalinauKota... 32 2 Karakteristik Responde Berdasarkan Tingkat

Usia... 36 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan... 37 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah

Tanggungan Keluarga... 38 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas

Lahan... 39 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama

Usahatani... 40 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Kepemilikan... 41 8 Rerata Biaya Tetap dan Variabel Pada

Usahatani Kakao Per Tahun... 42 9 Rerata Biaya Eksplisit dan Biaya Implisit

Usahatani Kakao Per Tahun... 43 10 Rerata Penerimaan Usahatani Kakao Per

Tahun... 44 11 Rerata Pendapatan Usahatani Kakao Per

Tahun... 45

(15)

xiv

1. Kerangka Pemikiran ... 22

2. Peta Administrasi Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau Kota ... 54

Lampiran 3. Wawancara kepda petani ... 71

4. Pohon dan pemetikan buah kakao ... 72

5. Pemanenan dan pembelahan buah kakao ... 73

6. Pelepasan buah dari batang dan hasil panen ... 74

7. Proses penjemuran kakao ... 75

(16)

xv ABSTRAK

Eviana. (12201020059) “Analsisi Pendapatan Petani kakao (Theobroma cacao L) di Desa Pelita Kanaan kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau. Dosen Pembimbing Dr. Nia Kurniasih Suryana, SP.,MP

Desa Pelita merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau. kakao merupakan tanaman perkebunan utama yang diusahakan oleh sebagian besar petani di desa pelita kanaan dengan teknik budidaya yang sederhana sudah dapat membuat petani mengandalkan usahatani kakao sebagai sumber pendapatan rumah tangga dari usahataninya dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang sangat berperan penting dalam proses produksi untuk meningkatkan jumlah produksi atau hasil panen produksi kakao yang memberi pengaruh terhadap kesejahteraan petani. Adapun tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengetahui pendapatan yang dihasilkan oleh petani di desa pelita kanaan (2) Untuk mengetahui kontribusi pendapatan usahatani kakao terhadap pendapatan keluarga. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan dan analisis kontribusi.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh (1) Biaya Produksi yang dikeluarkan petani kakao di Desa Pelita Kanaan dengan rata-rata biaya total per tahun untuk luasan 1 ha sebesar Rp. 1.707.837, rata-rata penerimaan per tahun sebesar Rp. 3.560.000, rata-rata pendapatan per tahun untuk luasan 1 ha sebesar Rp. 1.852.163. (2) Kontribusi pendapatan usahatani terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 11,6%.

Kata kunci : Kakao, Pendapatan, Kontribusi

(17)

xvi ABSTRAC

Eviana. (12201020059) "Cocoa Farmer Income Analysis (Theobroma cacao L) in the Pelita Kanaan village subdistrict of Malinau Kota in the Malinau District. Supervisor Dr. Nia Kurniasih Suryana, SP., MP

Pelita Kanaan Village was a village which located in the district of Malinau Kota in the Malinau District. Cocoa was a major crop grown by the most farmers in the Pelita Kanaan village by using one simple cultivation techniques was be able to make the farmers relied on the cocoa farming as a source of household income from farming with the use of factors of production was very important role in the production process to increase the number of production or cacao harvesting production to influence the farmers welfare. The objectives of the study are (1) To determine the revenue generated by the farmers in the Pelita Kanaan village (2) To determine the contribution of the cocoa farm income to the family income.

The analytical method used was the analysis of the revenue and contribution analysis.

Based on the research results finding (1) The production costs incurred by the cocoa farmers in the pelita kanaan village with the total average cost in every year for one area of 1 ha was Rp. 1.707.837, the receipts average was Rp. 3.560.000, the average cost in every year for the total area in of 1 ha was Rp. 1.852.163. (2) The contribution of farming to household income by 11,6%.

Keywords: Cocoa, Income, Contributions

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian.

Oleh karena itu pembangunan bangsa dititik beratkan pada sektor pertanian.

Salah satu sub-sektor di sektor pertanian adalah sub-sektor perkebunan. Sub-sektor ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional dan menjadi makin penting, mengingat makin terbatasnya peranan minyak bumi yang selama ini merupakan sumber devisa utama bagi Indonesia. Keunggulan komparatif dari sub-sektor perkebunan dibandingkan dengan sektor non-migas lainnya disebabkan antara lain oleh adanya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal dan berada di kawasan dengan iklim yang menunjang serta adanya tenaga kerja yang cukup tersedia dan melimpah sehingga bisa secara kompetitif dimanfaatkan. Kondisi tersebut merupakan suatu hal yang dapat memperkuat daya saing harga produk- produk perkebunan Indonesia di pasaran dunia.

(19)

Kakao merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia yang telah memberikan sumbangan devisa bagi negara karena telah lama menjadi komoditi ekspor Indonesia dalam kancah pasar dunia, keberadaan indonesia sebagai produsen kakao utama di dunia menunjukkan bahwa kakao indonesia cukup diperhitungkan dan peluang untuk menguasai pasar global. Dengan demikian, seiring terus meningkatnya permintaan pasar terhadap kakao maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan ekspor dengan lebih meningkatkan lagi produksi nasional.

Indonesia adalah negara produsen kakao terbesar kedua di dunia setelah Pantai Gading, dengan luas areal 1.563.423 ha dan produksi 795.58 ton yang mampu menyerap 1.526.271 kepala keluarga. Produksi kakao Indonesia sebagian besar diekspor dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor sebagian besar (78,5 persen) dalam bentuk biji kering dan hanya sebagian kecil (21,5 persen) dalam bentuk hasil olahan (Departemen Pertanian, 2005).

Indonesia dikenal sebagai negara produsen kakao terbesar di dunia, tapi produktivitas dan mutunya masih sangat rendah. Dalam perkembangan kedepan, perkebunan kakao mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembangunan daerah (Dirjen Perkebunan,2009).

Tingkat produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor yang diluar kemampuan para petani untuk mengendalikannya.

Pada umumnya produksi hasil pertanian selalu berubah-ubah dari satu musim ke musim yang lainnya. Ahyari (1998), menyatakan bahwa

(20)

produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan kegunaan baru. Sukirno (2006), Pengertian faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Produksi pertanian yang optimal adalah produksi yang mendatangkan produk yang menguntungkan ditinjau dari sudut ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor input yang berpengaruh pada produksi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh sehingga petani dapat memperoleh keuntungan dari usaha taninya. Terjadinya perbedaan produksi dan pendapatan untuk masing-masing luas lahan dengan biaya rata-rata yang sama besar disebabkan oleh faktor-faktor produksi diantaranya : (1). luas lahan yang digunakan; (2). banyaknya jumlah pohon yang di tanam; (3).

pemeliharaan yang kurang baik; (4). usia tanaman; (5). status lahan dan tempat memasarkan yang berbeda-beda.

Kabupaten Malinau merupakan perluasan dari Kabupaten Bulungan berdasarkan Undang-undang No. 47 tahun 1999. Luas Kabupaten Malinau 42.260 km2, yang terbagi menjadi 12 kecamatan. Secara geografis, Kabupaten Malinau terletak di antara 1o21’ 36” dan 4o10’ 55”

Lintang Utara dan di antara 114o35’ 22” dan 116o50’ 55” Bujur Timur (BPS Kabupaten Malinau 2006 – 2010).

(21)

Kabupaten Malinau, meski kabupaten yang relatif muda namun memiliki wilayah yang cukup luas dengan budaya bercocok-tanam yang sudah mengakar. Akan tetapi, pertanian yang dilakukan masih pada taraf sub sistem yakni usaha untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan belum menyentuh skala ekonomis yang dapat menjadi sarana untuk meningkatkan taraf hidup. Kabupaten Malinau, sebenarnya telah mengambil satu kebijakan yaitu pembangunan sektor pertanian yang fokus di daerah pedesaan, seperti yang tertuang dalam Gerakan Desa Membangun (Gerdema). Artinya, pemberdayaan ekonomi petani harus menjadi perhatian utama. Karena sebagian besar masyarakat Kabupaten Malinau hidup pada sektor pertanian dan sektor ini masih memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian daerah. Dengan demikian pemberdayaan ekonomi petani juga berarti membangun ekonomi pertanian dengan lebih baik. Gerdema telah dilaksanakan selama dua tahun, dan telah menunjukkan perkembangan yang baik. Terkait dengan pelaksanaan dua tahun Gerdema inilah maka dilakukan kajian ini. Kajian fokus kepada program pembangunan pertanian, sebagai bagian terpenting dari Gerdema. Secara teknis, produk unggulan sektor pertanian yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Malinau.

Pertanian merupakan sektor unggulan di Kabupaten Malinau, mengingat dukungan wilayah yang cukup besar serta mayoritas penduduk yang secara turun temurun bekeja disektor pertanian. Jumlah

(22)

kelompok tani di Kabupaten Malinau sebanyak 336 kelompok dengan jumlah anggota 5.183 orang dan jumlah kelompok tani terbanyak terdapat di Kecamatan Malinau Utara dengan jumlah kelompok tani mencapai 67 kelompok. Sampai tahun 2012 belum terdapat kelompok tani yang masuk kelas utama. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu adanya pembinaan yang intensif agar kualitas kelompok tani lebih meningkat. Jumlah kelompok tani, anggota, dan kelas kelompok tani. (BPS Malinau 2006 – 2010).

Perkembangan sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang tak kalah pentingnya dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan sektor perkebunan merupakan hal yang sangat berkaitan langsung dengan pola hidup masyarakat di Kabupaten Malinau, selain sektor pertanian. Perkembangan pembangunan sektor ini memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi terutama untuk meningkatkan taraf hidup petani sebagai kelompok masyarakat maupun pemerintah dalam upaya pelestarian lingkungan.

Potensi kakao dikabupaten malinau telah mencapai Luas areal tanaman kakao pada tahun 2000 sebesar 2.236 ha dengan produksi 705,58 ton, Menurun dari tahun 2001 seluas 2.074 ha dan tahun 2004 dengan luas areal tanam 2.945 ha dengan produski sebesar 645,18 dan 644 ton, meningkat pada tahun 2005 sebesar 3.239 ha dengan produksi 708 ton dan tahun 2006 dengan luas areal 3.289 ha dengan produksi 720 ton. Menurun pada tahun 2007 sebesar 3.375 ha dengan

(23)

produksi 688 ton. Meningkat dari tahun 2009 seluas 3.784 ha dan tahun 2008 dengan luas areal tanam 3.539 ha dengan produski sebesar 732 ton. Luas areal tanaman kakao pada tahun 2010 sebesar 3.909 ha dan pada tahun 2011 sebesar 4.379 ha sebesar dengan produksi 742 ton.

Sedangkan pada tahun 2012 sebesar 4.199. ha dengan produksi sebesar 802 ton dan tahun 2013 sebesar 4.116 ha dengan luas areal ha dengan produksi sebesar 822 ton (BPS Malinau,2013 dan Dinas Perkebunan Kab.

Malinau ).

Di Kabupaten Malinau, produksi kakao dimulai pada tahun 1980, dengan bantuan dari pemerintah setempat dan pemerintah pusat. Kakao terutama diproduksi oleh petani berskala kecil yang mengadopsi teknik dan praktek (pra dan pasca panen). dan herbisida, pestisida, dan pupuk kimia (sumbangan dari Pemda). budidaya kakao atau usaha perkebunan kakao yang pelakunya adalah petani. Petani kakao dapat menjalankan fungsinya baik sebagai petani yang mengelola usaha perkebunannya dan juga sebagai pengusaha yang melakukan mengolah hasil kebun kakao menjadi produksi biji kakao yang siap untuk dipasarkan, juga petani dapat menjalankan fungsi pemasaran yaitu memasarkan produk berupa buah atau biji kakao ke pedagang pengumpul. Luas areal pertanaman kakao menurut statistik tahun 2013 sebesar ± 22.455 ha dengan produksi biji kakao kering sejumlah 9.527 ton. Tanaman tersebut secara keseluruhannya merupakan pertanaman rakyat. Produksi biji kakao kering dengan mutu unfermented sebagian besar dipasarkan di Sabah Malaysia

(24)

dan tawau. Khususnya yang dihasilkan oleh petani. Sebagaimana komoditi pertanian lainnya, harga biji kakao kering selalu mengalami pasang surut yang tergantung kepada harga pasaran yang telah ditentukan pedagang. harga kakao juga melambung sehingga pendapatan petani meningkat. Dalam upaya mendorong perluasan tanaman kakao, Dinas Perkebunan selain memberikan bimbingan juga bantuan bibit unggul, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dan saran produksi. kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di Kabupaten Malinau khususnya petani skala kecil yaitu pengadaan dan penyaluran sarana produksi dan terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi yang menjadi masalah dalam saran produksi yang masih terbatas karena pengolahan kakao selama ini masih cara tradisional dan hasilnya berupa kakao non prementasi, sedangkan pemasarannya kakao hasil produksi oleh petani di jual kepedagang pengumpul yang datang kerumah petani langsung membeli kepada petani dan dikirim ke sungai nyamu,tawau dan Malaysia. produk kakao juga berpeluang dikembangkan ke sektor industri, dengan produk turunan kakao.

Pembinaan terhadap kelompok tani juga sangat penting dilakukan oleh penyuluh pertanian untuk memberikan penyuluhan ke kelompok tani dan mempunyai kemampuan dalam bidangnya. Komunikasi merupakan hal yang penting tegas dalam kepemimpinan untuk membina dan mengembangkan kemampuan kelompok tani agar mampu menguasai

(25)

teknologi yang lebih baik dan tepat guna. pembinaan tersebut menjadi pekerjaan rumah panjang mengingat sektor perkebunan telah menjadi sektor yang dikembangkan oleh masyarakat di Malianau yang Mayoritas masyarakat petani yang banyak memiliki kebun. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis pendapatan petani kakao di Desa Pelita Kanaan Kecamatan Malinau Kota.

(26)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendapatan yang dihasilkan oleh petani di Desa Pelita Kanaan?

2. Bagaimana kontribusi pendapatan usahatani kakao terhadap pendapatan Keluarga?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan tujuan untuk mencari alternatif Untuk mencapai tujuan utama tersebut, dilakukan melalui tujuan antara sebagai berikut:

1. Mengetahui pendapatan usahatani kakao di Desa Pelita Kanaan.

2. Mengetahui kontribusi pendapatan usahatani kakao terhadap pendapatan keluarga.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bahan informasi bagi petani kakao dalam potensi peningkatkan pendapatan kakao.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat dalam rangka pembinaan terhadap petani kakao dalam upaya peningkatan hasil produksi dan tingkat pendapatan petani.

3. Memberikan informasi kepada pengambil kebijakan dalam rangka merumuskan kebijakan terkait dengan peningkatan pendapatan petani kakao.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kakao

Kakao (Theobroma Cacao L) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang terus mendapat perhatian untuk dikembangkan. Upaya pengembangan tanaman kakao disamping masih diarahkan pada peningkatan populasi (luas lahan) juga telah banyak diarahkan pada peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil. Adapun aspek yang paling diperhatikan dalam usaha peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil adalah penggunaan jenis-jenis kakao unggul dalam pembudidayaan tanaman kakao. Saat ini terdapat sejumlah jenis kakao unggul yang sering digunakan dalam budidaya kakao, antara lain jenis (klon) Sulawesi 1 dan Sulawesi 2 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Kakao termasuk tanaman perkebunan berumur tahunan.

Tanaman tahunan ini dapat mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun.

Tanaman kakao menghasilkan biji yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk coklat. Sistematik tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988).

Sunanto (1994) mengatakan bahwa sesungguhnya terdapat banyak jenis tanaman kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi cokelat secara besar-besaran hanya tiga jenis, yaitu:

(28)

1. Jenis Criollo

Jenis Criollo merupakan jenis yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini terutama untuk blending dan banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik sebagai bahan pembuatan produk-produk cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini bahan tanam kakao mulia banyak digunakan karena produksinya tinggi serta cepat sekali mengalami fase generatif.

2. Jenis Forastero

Jenis Forastero merupakan jenis yang banyak diusahakan diberbagai negara produsen cokelat dan menghasilkan cokelat yang mutunya sedang atau bulk cacao, atau dikenal juga sebagai ordinary cacao.

Jenis Forastero sering juga disebut sebagai kakao lindak. Kakao lindak memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik , relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan kakao mulia.

Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk bulat sampai gepeng, proses fermentasinya lebih lama dan rasanya lebih pahit dari pada kakao mulia.

3. Jenis Trinitario

Jenis Trinitario merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo dan Forastero secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cacao dan ada yang termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario

(29)

antara lain hybride Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybride (kakao lindak). Kakao ini memiliki keunggulan pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen sepanjang tahun, tahan terhadap penyakit VSD (Vascular streak dieback) serta aspek agronominya mudah.

B. Agribisnis Tanaman Kakao

Agribisnis merupakan semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi, sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usahatani atau suatu agroindustri, yang terkait satu sama lain. Di dalam pengembangan agribisnis sebagai suatu sistem tidaklah dapat dilakukan secara parsial, namun harus dilakukan secara holistik. Hal ini mengisaratkan bahwa berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan ekonomi nasional baik langsung maupun tidak langsung harus melaksanakannya secara terpadu dan berkelanjutan. (Yasin, 2002).

Tujuan pembangunan agribisnis adalah untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta mengembangkan kemitraan usaha. Dengan visi mewujudkan kemampuan berkompetisi merespon dinamika perubahan pasar dan pesaing, serta mampu ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Yasin, 2002). Keberadaan kelembagaan dalam agribisnis kakao sangat penting, kelembagaan yang disiapkan dan dibina baik, akan berfungsi sebagai wahana proses belajar (learning sociaty) bagi anggota, wahana untuk menajamkan masalah bersama yang dihadapi, wahana pengambilan keputusan untuk menentukan strategi menghadapi masalah

(30)

bersama dan wahana memobilisasi sumber daya anggota. Kelembagaan juga dapat sebagai alat bagi anggota untuk mengembangkan potensi mereka, sehingga secara bersama dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi (Nababan, 2002).

Sistem agribisnis merupakan suatu gugusan industri (industrial cluster) yang terdiri dari beberapa subsistem yaitu : (1) subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness), yakni industri sarana produksi (industri benih, pupuk dan pestisida, serta industri alsintan); (2) subsistem budidaya (on-farm agribusiness), menghasilkan komoditas pertanian primer (farm product); (3) subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness), yakni industri pengolahan baik manghasilkan produk antara maupun menghasilkan produk akhir (final product); (4) subsistem pemasaran, yaitu kegiatan distribusi dari sentra produksi ke sentra konsumsi; dan (5) subsistem jasa penunjang (supporting system agribusiness), yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif dengan pengembangan agribisnis (Sudaryanto dan Pasandaran, 1993 dan Ditjehort, 2001 dalam Saptana, et.al, 2004).

Peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya merupakan salah satu langkah pengembangan agribisnis kakao yang harus terus menerus diperhatikan. Hal ini disebabkan karena, pengelaman pembangunan pertanian yang dilakukan Negara-negara berkembang menunjukkan bahwa para petani tidak dianggap sebagai sumber informasi yang perlu dimanfaatkan bagi pembangunan pertanian.

Informasi yang dimiliki petani, baik yang menyangkut teknologi pertanian

(31)

maupun tata cara pemanfaatan sumber daya alam, oleh perencana pembangunan pertanian dianggap sebagai bukan informasi yang perlu dimanfaatkan, karena tidak ilmiah. Agar dapat berkelanjutan, pertanian harus mampu lebih peka terhadap pengetahuan penduduk yang dilayani (Soetrisno, 2006).

Kegiatan pengembangan agribisnis kakao ditujukan untuk meningkatkan produksi tanaman kakao, peningkatan pendapatan petani kakao dan meningkatkan nilai tambah produk kakao. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional dan peningkatan pemberdayaan masyarakat, sudah barang tentu perlu ada terobosan-terobosan yang terus digali melalui kerjasama petani dengan lembaga-lembaga pendukung pengembangan agribisnis komodoti kakao (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Kehutanan, 2009). Oleh karena itu, penelitian tentang analisis bentuk-bentuk kerjasama petani dengan lembaga-lembaga pendukung pengembangan agribisnis kakao menjadi penting untuk dilakukan.

C. Faktor Produksi usaha tani

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menanbah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi tidak hanya terbatas pada pembuatannya saja tetapi juga proses penyimpana, distribusi, pengangkutan, pengeceran, dan pengemasan kembali atau yang lainnya (Millers dan Meiners,2000).

(32)

Menurut Sukirno (2006), faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Produksi pertanian yang optimal adalah produksi yang mendatangkan produk yang menguntungkan ditinjau dari sudut ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor input yang berpengaruh pada produksi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh sehingga petani dapat memperoleh keuntungan dari usaha taninya.

Menurut Ahyari (1998), Tingkat produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diluar kemampuan para petani untuk mengendalikannya. Pada umumnya produksi hasil pertanian selalu berubah-ubah dari satu musim ke musim yang lainnya. Menyatakan bahwa produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan kegunaan baru.

Suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi outputn produksi. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu sebagai berikut:

1. Luas lahan

Lahan merupakan faktor produksi yang memiliki kedudukan penting dalam suatu usahatani. Tanah merupakan syarat mutlak bagi petani untuk dapat memproduksi kakao. Dengan memiliki lahan yang cukup berarti petani sudah mempunyai modal utama yang sangat berharga sebagai seorang petani karena pada lahan inilah petani akan melakukan proses

(33)

produksi sehingga menghasilkan kakao (Widiyanto dan Suprapto dalam Maryam, 2002).

Dalam usahatani kakao misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efesian dibanding lahan yang lebih luas.

Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usahatani dilakukan.

Kecuali bila suatu usahatani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada penerapan teknologi, karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan teknologi cenderung berlebihan ( hal ini berhubungan erat dengan konversi luas lahan ke hektar), dan menjadikan usaha tidak efisien.

Tanah sebagai faktor produksi mempunyai nilai yang tergantung pada tingkat kesuburannya atau kelas tanahnya, fasilitas irigasi, posisi lokal terhadap jalan dan sarana perhubungan, adanya rencana pengembangan, dan lain-lai. Atas dasar pengertian lahan dan fungsi lahan di atas, dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan faktor yang penting dalam sektor pertanian ini. Lahan mempunyai nilai ekonomis yang bisa sangat tinggi, dengan begitu akan menguntungkan pemiliknya. Dalam kontek pertanian, penilaian tanah subur mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada tanah tidak subur.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usahaproduksi.

Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga

(34)

kerja. Oleh karena itu dalam analisis ketenaga kerjaan dibidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan pula menentukan macam tenaga kerja yang dibagaimana diperlukan (Soekartawi, 1993).

Dalam usahatani sebagai besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang meskipun tenaganya dicurhakan dihampir seluruh proses pertanian. Bila dari keluarga sendiri belum mencukupi barulah petani menggunakan tenaga kerja dari luar dan biasanya sudah dibayar dengan sistem upah sesuai dengan jam kerjanya.

Tenaga kerja dalam pertanian adalah pencurahan tenaga kerja dalam proses pertanian yang ditujukan untuk menghasilkan produksi pertanian.

Percurahan tenaga kerja usahatani dimaksudkan agar proses produksi dapat berjalan maka pada tiap tahapan kegiatan usahatani diperlukan masukan tenaga kerja yang sepadan. Dengan adanya masukan tenaga kerja yang sepadan diharapakan proses produksi akan berjalan lebih optimal sehingga produksi pertanian meningkat.

3. Modal

Usaha tani adalah kesatuan organisasi antara faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen yang bertujuan untuk memproduksi komoditas pertanian. Usaha tani sendiri pada dasarnya

(35)

merupakan bentuk interaksi antara manusia dan alam di mana terjadi saling mempengaruhi antara manusia dan alam sekitarnya (Abdoel Djamali, 2000).

D. Konsep Usahatani Kakao

Soekartawi (1995), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien guna memperoleh keuntungan tertentu dari usaha taninya. Usahatani pada dasarnya terdiri dari dua unsur pokok yaitu:

1. Petani, ialah orang yang bertindak sebagai manager yang berkewajiban untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan mengatur penggunaan dari sumber-sumber produksi yang ada dalam usaha taninya, secara efektif sehingga dapat menghasilkan benda dan pendapatan seperti yang telah direncanakan.

2. Sebagai sumber produksi yang digunakan untuk memproduksi hasil pertanian dan pendapatan yang meliputi faktor-faktor sebagai berikut : tanah, tenaga kerja, dan modal.

Usahatani adalah sebagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan,tenaga kerja, modal dan manajemen. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut

(36)

memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah dalam Acon Sutrisno, 2009).

Adapun data yang perlukan diketahui dalam usahatani adalah data mengenai penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani ( biaya) dan pendapatan usahatani.

1. Penerimaan usahatani

Penerimaan merupakan nilai yang diperoleh dari perkalian jumlah produksi dengan harga produk. Penerimaan akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang. Disamping itu, bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan input (Soekartawi, 1995).

2. Biaya usahatani

Pengeluaran atau biaya diefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya variabel, biaya tetap, biaya total dan biaya variabel rata-rata ( Hansen dan Mowen, 2004).

Menurut Arsyad ( 1999), dalam jangka pendek ada biaya tetap dan biaya variabel karna perhitungan biaya berkaitan dengan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi.

(37)

a. Biaya Tetap

Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji, penyusutan mesin, biaya listrik/penerangan.

b. Biaya Variabel

Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

3. Pendapatan usahatani

Pendapatan adalah hasil bersih dari kegiatan suatu usahatani yang diperoleh dari hasil bruto (kotor) dikurangi biaya yang digunakan dalam proses produksi dan biaya pemasaran (Mubyarto, 1991).

E. Harga

Menurut Kotler (2008), harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh produk. Tjiptono (1997), juga menyatakan bahwa “harga merupakan satu-satunya bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran)”.

Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya yang dikemukakan oleh Stanton dalam

(38)

Angiopora (1999), Dan menurut Carthy “harga (price) adalah apa yang dibebankan untuk sesuatu.

Tjiptono (1997), menyatakan bahwa “Dari sudut pandang konsumen, harga sering kali digunakan sebagi indikator nilai bagaimana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa”.

F. Pendapatan

Pendapatan dapat dihitung dengan mengurangi input total (biaya atau dengan kata lain pendapatan adalah jumlah yang tersisa setelah biaya yaitu semua nilai input untuk memproduksi yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan setelah dikurangi penerimaan (Soekartawi, 1995).

Menurut Mayers (1983), mengemukakan bahwa “pendapatan adalah selain dapat dinilai suatu balas jasa juga dapat ditinjau dari segi pemanfaatan sebagai konsumsi bagi si penerimanya dengan mengurangi harta yang dimilikinya dalam periode tertentu.

Menurut Winardi pendapatan yaitu hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.

(39)

G. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir Analisis Pendapatan petani Kakao di Desa Pelita Kanaan Kecamatan Malinau Kota.

Dari kerangka berpikir diatas dapat dijelaskan bahwa usahatani kakao merupakan salah satu tanaman yang banyak di budidayakan petani di Desa Pelita Kanaan untuk memperoleh pendapatan dari usahataninya dengan menggunakan faktor produksi yang meliputi (luas lahan, tenaga

Tanaman kakao

Pendapatan Keluarga

Kontribusi Pendapatan

Pendapatan Petani

Harga Jumlah Produksi

Biaya Penerimaan

(40)

kerja dan modal) ke empat faktor produksi tersebut sangat berperan penting dalam proses produksi untuk meningkatkan jumlah produksi atau hasil panen yang di dapatkan petani dari luas lahan yang dimiliki petani dalam 1 kali tanam sehingga pedagang dapat menetapkan harga jual kepada petani dan petani memperoleh pendapatan dari hasil jual produksi kakao dan memberi pengaruh terhadap kontribusi penapatan keluarga petani kakao.

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pelita Kanaan Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau selama 10 bulan dari bulan Oktober 2015 sampai bulan Juli 2016, mulai dari persiapan proposal, pengumpulan data sampai penyusunan akhir laporan.

B. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) karena pertimbangan-pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian (Sugiyono, 2014). Dengan pertimbangan bahwa terdapat petani yang membudidayakan usahatani kakao di Desa pelita Kanaan, Pada penelitian ini adalah responden yang dipilih adalah petani yang melakukan usahatani kakao dan berjumlah 30 petani yang terdiri dari keseluruhan populasi yang ada di kelompok tani.

Menurut Arikunto (2002), sampel penelitian adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagai dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (representatif).

(42)

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.

Data primer disebut juga data asli atau data baru (Supardi, 2016).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data itu biasanya diperoleh dari perpustakan atau dari laporan-laporan/dokumen penelitian yang terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia (Supardi, 2016).

D. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data merupakan langkah yang amat penting serta data yang digunakan harus valid. Menurut Sugiyono (2011). “pengumpulan data merupakan bagian terpenting dari sebuah penelitian. “Terdapat dua hal utama yang menpengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas insturmen penelitian dan kualitas pengumpulan data”. Pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibelitas yang tinggi teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi wawancara dan dokumentasi.

(43)

1. Observasi

Observasi adalah merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang di perlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu.

2. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan menggunakan teknik Wawancara mendalam atau antara peneliti dan informasi yang dilakukan untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap dan jelas. Pengumpulan data yang dibimbing oleh pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan.

Teknik ini disertai pencatatan konsep, gagasan, pengetahuan informasi yang dilakukan lewat tatap muka.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari lokasi penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, foto-foto, data yang relevan penelitian.

(44)

E. Metode Analisi Data

Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengusahakan budidaya kakao maka digunakan rumus (Soekartawi,1995) :

1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengetahui pendapatan usahatani kakao di desa pelita kanaan, Menggunakan analisis pendapatan, dan penerimaan dengan rumus :

a. Pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total penerimaan dengan total biaya, dengan rumus sebagai berikut:

π = TR – TC(eksplisit)

Keterangan :

Π = Pendapatan (Rp)

TR = Total Penerimaan/Total Revenue (Rp) TC = Biaya Total/Total Cost (Rp) eksplisit

b. Untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

TR = P x Q Keterangan:

TR = Total Penerimaan/Total Revenue (Rp) P = Harga Produk/Price (Rp)

Q = Jumlah Produk/Quantity (kg).

Untuk mengetahui nilai kontribusi, Soekartawi (1995) memformulasikannya dengan membandingkan besarnya nilai persentase

(45)

yang diperoleh dari perhitungan rasio suatu kegiatan terhadap total pendapatan rumah tangga :

2. Untuk menjawab tujuan Kedua yaitu mengetahui kontribusi pendapatan usahatani kakao terhadap pendapatan keluarga, Menggunakan analisis Kontribusi dengan rumus :

Keterangan :

X =

Kontribusi pendapatan usahatani kakao terhadap total pendapatan rumah tangga petani.

F. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan-batasan sesuai dengan judul penelitian secara operasional sebagai berikut:

1. Kakao merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dalam meningkatkan produksi sebagai bahan utama dari coklat.

2. Petani kakao adalah orang yang bekerja untuk menghasilkan suatu produksi atau panen kakao di Desa Pelita Kanaan.

3. Pendapatan adalah selisih atau hasil pengurangan antara besarnya nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam satuan rupiah (Rp).

4. Penerimaan adalah jumlah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian antara harga dengan jumlah unit produksi dengan satuan rupiah (Rp).

Total Pendapatan usahatani kakao Total Pendapatan rumah tangga

X 100 % X =

(46)

5. Biaya adalah jumlah pengeluaran yang digunakan petani kakao di Desa Pelita Kanaan selama melaksanakan usahatani dengan satuan rupiah (Rp).

6. Biaya Tenaga Kerja adalah besarnya biaya yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja selama dua kali produksi.

7. Produksi adalah jumlah output yang dihasilkan tanaman kakao berupa biji kering kakao yang diukur dalam satuan kilogram(kg).

8. Harga yang telah ditetapkan oleh para petani dan jumlah tertentu yang di bayarkan oleh pedagang tengkulak kepada petani dengan satuan rupiah (Rp).

9. Pemasaran kakao hasil produksi petani di jual ke pedagang tengkulak yang datang kerumah petani langsung membeli kepada petani, sedangkan pedagang tengkulak menjual kembali kakao yang dibeli kepada petani dan dijual ke sungai nyamuk dan tawau.

10. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirincikan menjadi pendapatan dari usahatani kebun dan ternak sebagai pendapatan rumah tangga petani yang diperoleh dari hasil Usaha tani.

11. Kontribusi pendapatan adalah sumbangan yang diterima dari petani dalam bentuk nilai produksi dari komoditi kakao.

12. Faktor produksi adalah saranan produksi yang disediakan untuk para Petani yang dapat digunakan untuk memproduksi hasil usaha tani dan petani dapat memperoleh keuntungan dari usaha taninya.

(47)

13. Biaya produksi yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk mengelolah usahatani kakao dengan satuan rupiah (Rp). Biaya produksi yang dimaksud adalah biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan sarana produksi lainnya.

14. Kontribusi yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan suatu usaha terhadap pendapatan total keluarga petani.

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak Geografis dan Lingkup Wilayah Penelitian

Kecamatan Malinau Kota merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Malinau, dengan kondisi alam yang mempunyai karakteristik Umum wilayah Geografis yang sangat menguntungkan karena didominasi oleh wilayah daratan yang luasnya mencapai sekitar 474,92 Km2. Secara administratif Kecamatan Malinau Kota memiliki batasan wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Malinau Utara 2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Malinau Barat 3. Sebelah Timu : Berbatasan dengan Tana Tidung

4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Malinau Barat Kemudian pada Tanggal 24 Oktober 2005 sesui dengan SK Bupati Nomor 303 Tahun 2005 tentang Pembentukan Desa Definitif Hasil Pemekaran Desa di Kabupaten Malinau di mekarkan menjadi 6 (Enam) Desa sebagai berikut :

1. Malinau Kota : Berbatasan dengan Trans

2. Pelita Kanaan : Berbatasan dengan Tanjung Belimbing 3. Tanjung Keranjang : Berbatasan dengan Batu Lidung 4. Malinau Hilir : Berbatasan dengan Malinau Kota 5. Malinau Hulu : Berbatasan dengan Pulau Betung

(49)

Wilayah Kecamatan Malinau Kota dengan keadaan Topografi yang Datar sampai Berombak 35 % di Desa Malinau Kota, Berombak sampai Berbukit 52 % di Desa Malinau Hulu, Berbukit sampai Bergunung 13 % dijumpai di Desa Malinau Hulu

2. Demografi

Jumlah penduduk di Kecamatan Malinau Kota pada tahun 2011 sampai 2014 dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Penduduk dari Tahun 2011-2014 di Kecamatan Malinau Kota.

NO Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)

2011 2012 2013 2014

1 Malinau Kota 12.345 13.653 13.436 13.700

2 Batu Lindung 1.175 1.257 1.303 1.212

3 Pelita Kanaan 2.422 2.538 2.448 2.885

4 Malinau Hulu 7.597 8.205 8.344 6.772

5 Malinau Hilir 1.087 1.190 1.273 1.232

6 Tanjung Keranjang 560 603 619 614

Total 25.186 27.446 27.423 26.415

Sumber Data : Seksi Pemerintahan Kecamatan Malinau Kota, 2012

Konsentrasi penduduk umumnya terpusat di daerah perkotaan hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk dan jenis kelamin masing-masing Desa.Konsentrasi penduduk terpadat di Kecamatan Malinau Kota adalah desa Malinau Kota dengan jumlah penduduk sebesar 13.700 Jiwa.

Perkembangan pembangunan di bidang pertanian di Kabupaten Malinau memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi dan mengalami kemajuan yang sangat berarti terutama untuk meningkatkan taraf hidup petani sebagai kelompok masyarakat, dan selalu diupayakan untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Perkembangan pertanian tanaman pangan di kabupaten Malinau, lebih di dominasi oleh

(50)

Tanaman Padi sawah dan padi Ladang, disebabkan kebiasaan masyarakat yang turun temurun dan kondisi topografi Kabupaten Malinau yang mayoritas berbukit-bukit.

Penduduk kecamatan malinau kota khususnya di desa pelita kanaan mayoritas bermata pencaharian disektor pertanian dan perkebunan, terutama disektor tanaman padi sawah dan padi ladang yang secara temurun bekerja di sektor pertanian. Potensi sektor perkebuan di desa tersebut sebenarnya masih potensial untuk ditingkatkan mengingat masih tersedia lahan yang cukup memadai untuk dapat dikembangkan menjadi lahan perkebunan, namun memerlukan intensif dan bantuan dari Pemerintah.

Desa Pelita Kanaan merupakan hasil pengabungan dua Desa yaitu Desa Pelita Dan Desa Tanjung Sepatui menjadi Desa Pelita Kanaan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan sebagian PNS. Secara administratif Desa Pelita Kanaan di pimpin oleh seorang Kepala Desa bernama Musa Baru masa bakti 2011 s/d 2017 sesuai dengan surat keputusan Bupati Malinau nomor: 141/K.453/2011 dan di bantu oleh 7 RT. Sebagian besar rumah penduduknya terletak di pinggir sungai pelita Desa Pelita Kanaan tidak memiliki wilayah yang luas seperti halnya Desa Malinau Kota, terkonsertasi di satu tempat. Dengan jumlah penduduk sekitar 2.885 Jiwa yang terdiri laki-laki 1.545 Jiwa dan perempuan 1.340 Jiwa. (Seksi Pemerintahan Kecamatan Malinau Kota, 2012).

(51)

Desa Pelita kanaan Kecamatan Malinau Kota merupakan salah satu penghasil usahatani kakao. Desa Pelita kanaan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dengan lahan yang digunakan petani adalah lahan gunung dan sawah. Dengan Jumlah kelompok tani desa pelita kanaan sebanyak 11 kelompok dengan jumlah anggota 245 orang terdapat di desa pelita kanaan. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu adanya pembinaan yang intensif agar kualitas kelompok tani lebih meningkat dari Jumlah kelompok tani, anggota, dan kelas kelompok tani. kelompok tani yang ada di Desa Pelita Kanaan Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau yang berkecimpung di bidang usahatani kakao. Selain kakao, padi dan karet juga menjadi usahatani perkebunan di Desa Pelita Kanaan Kecamatan Malinau kota. Tanaman kakao merupakan tanaman yang cukup familiar untuk dibudidayakan baik di lahan pekarangan maupun di lahan yang luas.

Petani yang mengusahakan usahatani kakao di Desa Pelita Kanaan pada umumnya hanya sebagai usaha sampingan, hal ini karenakan sifat tanaman kakao yang berbuah musim dan tidak dapat dipastikan hasilnya setiap tahun. karena petani hanya mendapatkan bantuan dari dinas pertanian dan perkebunan yang memberi fasilitas kepada petani untuk membudidaya tanaman kakao ini. Usahatani kakao ini sebagai pekerjaan sampingan bagi petani untuk menambah pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani kakao yang berada pada daerah penelitian lebih banyak

(52)

mengusahakan tanaman padi ladang dan sawah karena tanaman kakao hanya sebagai sampingan untuk menambah pendapatan petani dan untuk mengisi lahan yang kosong dengan membudidayakan tanaman kakao yang diberi bantuan dari desa kepada petani untuk diusahatani dan dijual kepada pedagang.

kendala yang dialami petani dalam budidaya tanaman kakao adalah rawan terserang penyakit dan hama, kurang perawatan, pemangkasan, buah kakao di biarkan hingga tidak terpetik serta buah kakao yang keras kendala tersebut yang dialami petani dalam proses produksi yang menurunkan hasil produksi atau panen dari buah kakao.

B. Karakteristik Petani Responden

Petani responden dipilih sebanyak 30 orang dari setiap kelompok tani yang ada di desa pelita kanaan. Karakteristik responden meliputi tingkat usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, pengalaman usahatani, dan status kepemilikan lahan.

1. Usia Responden

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Hasil penelitian menunjukan umumnya umur yang dimiliki petani responden bekisar antara 29 – 62 tahun. Umur produktif tenaga kerja menurut Badan Pusat Statistik, 2010 adalah 14 – 64 tahun. Petani yang tergolong usia produktif biasanya mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk mengelola lahan

(53)

usahataninya dan ditunjang oleh pengalaman dalam berusahatani yang telah diguluti sejak lama, sehingga masih berpotensi untuk mengembangkan usahatani kakao. Petani Responden dipilih sebanyak 30 orang dari setiap kelompok tani yang ada di desa pelita kanaan. Dari hasil wawancara dengan petani responden yang berada dilokasi. Karakteristik responden pada penelitian ini terbagi atas 6 jenis karakteristik yaitu responden berdasarkan umur, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, status kepemilikan, pengalaman berusaha, dan luas lahan. Umur petani responden berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Karakeristik Responen Berdasarkan Tingkat Usia Umur Petani

(Tahun)

Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

30-35 4 13

37-39 3 10

40-45 6 20

46-49 4 13

50-57 8 27

61-64 4 13

Total 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan tingkat usia, di dapatkan data bahwa pada responden petani memiliki usia 30-35 sebanyak 4 orang dengan persentase 13%, responden yang memiliki usia 37-39 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 10%, responden yang memiliki usia 40-45 tahun sebanyak 6 orang dengan persentase 20%, responden yang memiliki usia 46-49 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 13%, responden yang memiliki usia 50-57 tahun sebanyak 8 orang dengan persentase 27%, dan responden yang memiliki usia 61-64 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 13%

(54)

Penduduk berumur muda umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Bahkan mereka umumnya bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 15-55 tahun, terutama laki-laki umumnya dituntut untuk mencari nafkah. Lebih lanjut penduduk di atas 55 tahun sudah mulai menurun kemampuannya untuk bekerja (Simanjuntak, 1998).

Umur tenaga kerja cukup menentukan kerberhasilan dalam melakukan suatu pekerja, baik sifarnya fisik maupun non fisik. Pada umumnya, tenaga kerja yang berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat (Amron,2009).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Menurut kurniawan (2010), menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas, karena orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kinerjanya.

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah petani

(Orang) Presentase (%)

Tamat SD 18 60

Tamat SLTP 4 13

Tamat SLTA 8 27

Total 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan tingkat pendidikan, di dapatakan data bahwa petani responden memiliki pendidikan SD sebanyak 18 orang dengan presentase 60%, petani responden memiliki Pendidikan SMP sebanyak 4 orang dengan

(55)

presentase 13% dan petani responden memiliki Pendidikan SMA sebanyak 8 orang dengan presentase 27%

Menurut (Simanjuntak, 1985) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut. Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih tingga akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Keluarga dalam pengertian umum adalah sekelompok dalam suatu rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari suatu pengelolaan sumberdaya keluarga yang bersangkutan. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi pendapatan keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang bekerja maka pendapatan keluarga akanmeningkat.

Tabel4. Karakteristik Responen Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah anggota

Keluarga Jumlah petani ( Orang) Presentase (%)

0 1 3,3

1-5 24 80

6-7 5 16,6

Total 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan jumlah tanggungan keluarga, di dapatkan data bahwa responden memiliki tanggungan keluarga 0 sebanyak 1 orang dengan presentase 3,3%, responden memiliki tanggungan keluarga 1-5 sebanyak

(56)

24 orang dengan presentase 80%, memiliki jumlah tanggungan keluarga 80% dan responden memiliki tanggungan keluarga 6-7 sebanyak 5 orang dengan presentase 16,6, dengan beban tanggungan keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga dan meningkatkan pendapatan agar kesejahteraan petani dan seluruh anggota keluarga dapat terpenuhi.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

Luas penguasaan lahan akan terpengaruhi terhadap adopsi, inovasi karena semakin luas lahan usahatani maka akan semakin tinggi hasil produksi sehingga turut meningkatkan pendapatan petani. Semakin luas usaha tani yang di milik, biasanya semakin cepat mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik (Mardikanto,1993)

Tabel 5. Karakteristik Responen Berdasarkan jumlah Luas Lahan Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden

(Orang) Presentase (%)

0,5 – 1 27 90

2 3 10

Total 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan luas lahan, di dapatkan data bahwa mayoritas responden petani memiliki luas lahan antara 0,5-1 sebanyak 27 orang dengan presentase 90%, dan responden petani memiliki luas lahan garapan 2 sebanyak 3 orang dengan presentase 10%. luas lahan usahatani menentukan pendapatan hasil usaha yang dikelolah, taraf hidup dan kesejahteraan rumah tangga petani.

(57)

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman usahatani

Pengalaman bertani yang dimiliki responden juga dipengaruhi oleh adanya kefokusan pekerjaan dimana petani hanya memiliki satu-satunya pekerjaan yaitu bertani. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan bertani ini sudah lama mereka lakukan dengan hanya fokus terhadap pertanian, secara tidak langsung seseorang petani akan memiliki keuletan dan ketelatenan dalam pekerjaannya yang kemudian membentuk keahlian yang dimilikinya.

Tabel 6. Karakteristik Responen Berdasarkan Pengalaman Usahatani Pengalaman Usahatani

(Tahun)

Jumlah responden

(Orang) Presentse (%)

5-19 14 47

20-29 13 43

38-50 3 10

Total 30 100

Sumber Data :Primer diolah, 2016

Berdasarkan pengalaman usahatani di ketahui bahwa responden dengan lama usahatani selama 5-19 tahun sebanyak 14 0rang dengan presentase 47%, responden yang memiliki pengalama berusahatani selama 20-29 tahun sebanyak 13 orang dengan presentase 43% dan responden yang memiliki pengalama berusahatani selama 38-50 tahun sebanyak 3 0rang dengan presentase 10%.

Lama usahatani atau pengalaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan usahanya, sebagaimana pendapat Handoko (1999) yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan usahanya.

(58)

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan petani bervariasi mulai lahan milik sendiri dan sewa lahan. Status kepemilikan lahan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Responen Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Status Kepemilikan lahan Jumlah responden

(Orang) Presentase (%)

Milik Sendiri 30 100

Sewa - -

Total 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan status kepemilikan lahan seluruh responden petani memiliki status kepemilikan lahan sendiri tanpa sewa. Hal ini menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan dan pengelolaan lahan adalah milik sendiri dan usahatani sendiri. Status kepemilikan lahan menentukan juga pengembangan pertanian disuatu daerah. Lahan milik sendiri akan memyebabkan petani lebih serius dalam pengembangan lahan secara intensif.

(59)

C. Analisis Pendapatan Usahatani Kakao 1. Biaya Produksi Usahatani Kakao

Produksi tanaman kakao dalam setahun ada dua kali produksi atau panen dengan luasan 1 ha dengan rata-rata usia tanaman kakao 10 tahun.

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama masa produksi berlangsung untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani kakao. Biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Untuk luasan 1 ha tersaji pada tabel .

Tabel 8. Rata-rata Biaya Tetap dan Variabel Usahatani Kakao Per Tahun

No Komponen Biaya Rata-rata Biaya

Biaya Tetap

1 Cangkul 12.894

2 Parang 19.396

3 Hand Sprayer 92.183

4 Gunting 28.333

5 Mesin Rumput 201.587

6 Sandak 22.000

7 Linggis 39.444

Total Biaya Tetap 415.837 Biaya Variabel

1 Bibit 25.000

2 Pupuk 115.000

3 Desis 63.667

4 Gemaxone 435.000

5 Amin 252.000

6 Basmilang 301.333

7 Upah Tenaga Kerja 100.000

Total Biaya Variabel 1.292.000 Total Biaya Tetap + Biaya Variabel 1.707.837

Sumber: Data Primer diolah, 2016

Gambar

Gambar  1.  Kerangka  Berpikir  Analisis  Pendapatan  petani      Kakao  di  Desa  Pelita  Kanaan  Kecamatan  Malinau  Kota
Tabel  1.  Jumlah  Penduduk  dari  Tahun  2011-2014  di  Kecamatan  Malinau  Kota.
Tabel 2. Karakeristik Responen Berdasarkan Tingkat Usia  Umur Petani
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan   Tingkat Pendidikan  Jumlah petani
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aspek motivasi dan persepsi petani kakao di Desa Maspul Kecamatan Sebatik Tengah sebagai salah satu sentra produksi

Berlatar belakang dari pengembangan komoditas tanaman kakao di Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar dan pentingnya evaluasi kesesuaian lahan maka penelitian ini mengkaji

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dosis cuka kayu yang tepat untuk membasmi hama pada tanaman kakao dan jumlah jenis hama pada tanaman kakao yang dapat diatasi dengan

Analisis alokasi tenaga kerja, pendapatan rumah tangga petani dan kontribusi agroforestri kakao terhadap pendapatan rumah tangga dibatasi hanya pada musim panen kakao tahun

Faktor pembatas kesesuaian lahan tanaman kakao di Desa Cukilan adalah kelerengan, curah hujan, KTK, salinitas, pH, KB, dan C-organik dengan faktor pembatas utama yaitu

Tanaman kakao yang diusahakan petani mayoritas masih berada dalam umur produktif yaitu kurang dari 20 tahun, baik pada peserta LEMS maupun bukan peserta LEMS..

Tanaman kakao yang diusahakan petani mayoritas masih berada dalam umur produktif yaitu kurang dari 20 tahun, baik pada peserta LEMS maupun bukan peserta LEMS..

Pada umumnya petani mengusahakan tanaman kakao dengan luas lahan yang sangat bervariasi antara petani yang satu dengan petani yang lainnya sehingga tingkat penggu- naan