• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA GURU MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA KELAS XI IPA 2 DI SMAN 8 TASIKMALAYA

N/A
N/A
Restiana Dewi

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA GURU MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA KELAS XI IPA 2 DI SMAN 8 TASIKMALAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA GURU MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA

KELAS XI IPA 2 DI SMAN 8 TASIKMALAYA

Oka Agus Kurniawan Shavab1, Ajib Bilki Febriani2, Annisa Syifa Azzahra3, Elka Fikri Al- Hassani4, Melva Adisti5, Restiana Dewi6

123456Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Siliwangi, Jl. Siliwangi No.24 Tasikmalaya Jawa Barat

1okaaks@unsil.ac.id, 2202171501@student.unsil.ac.id, 3202171088@student.unsil.ac.id,

4202171083@student.unsil.ac.id, 5202171005@student.unsil.ac.id ,

6202171074@student.unsil.ac.id

Abstrak

Penelitian ini berjudul Analisis Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI IPA 2 Di SMAN 8 Tasikmalaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas model pembelajaran di kelas XI IPA 2 SMAN 8 Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah adanya keefektifan penggunaan model Discovery Learning untuk pendidik, karena memberikan kemudahan pada pendidik dalam proses penyampaian materi ajar kepada peserta didik. Namun, model pembelajaran ini tidak memberikan keefektifitasan belajar kepada peserta didik di kelas XI IPA 2 SMAN 8 Tasikmalaya dilihat dari kurangnya antusiasme dan respon peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran tersebut.

Kata Kunci : Discovery Learning, efektifitas, pembelajaran sejarah, Abstract

This study is entitled Analysis of the Application of the Discovery Learning Learning Model to Indonesian History Subject Teachers in Class XI IPA 2 at SMAN 8 Tasikmalaya. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of the learning model in class XI IPA 2 at SMAN 8 Tasikmalaya. The research method used in this study is a descriptive analysis research method with a qualitative approach. The results of this study are the effectiveness of the use of the Discovery Learning model for educators, because it provides convenience to educators in the process of delivering teaching materials to students. However, this learning model does not provide learning effectiveness to students in class XI IPA 2 SMAN 8 Tasikmalaya seen from the lack of enthusiasm and student responses to the use of this learning model.

Keywords: Discovery Learning, effectiveness, learning history.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah upaya yang dilakukan untuk mengembangkan potensi seorang manusia dalam segi

pengetahuan. Menurut Hasan (2003), pendidikan dapat digambarkan dengan dua perspektif. Perspektif yang pertama berkaitan dengan masyarakat.

Masyarakat melihat pendidikan proses

(2)

penyaluran warisan budaya atau nilai- nilai budaya dari generasi tua ke generasi muda untuk kelangsungan hidup terus masyarakat dapat terjadi. Perspektif kedua diarahkan pada individu atau orang-orang memandang bahwa pendidikan adalah proses dimana keterampilan dikembangkan dan disempurnakan memang ada pada

manusia untuk mewujudkan

kemungkinan tersebut keterampilan tertentu memastikan kehidupan manusia yang seimbang dan normal.

Pendidikan merupakan aspek universal yang harus selalu ada dalam kehidupan seseorang. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan pernah berkembang dan tumbuh, apalagi hidup juga menjadi statis tanpa kemajuan, bahkan bisa mengalami penurunan dan kepunahan.

Oleh karena itu, adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang diperlukan dalam kehidupan manusia. Secara historis, teori dan rencana ini lahir dari teori yang sudah ada, yang tugasnya memperbaiki, mengontrol atau bahkan membuat teori baru. Teori pendidikan lahir setelah adanya berbagai macam permasalahan pendidikan itu sendiri.

Sebuah teori muncul ketika ada kekurangan pendidikan di dunia.

Adapun macam-macam teori pendidikan yaitu:

1. Pendidikan Klasik

Pendidikan klasik adalah pendidikan yang dianggap sebagai konsep pendidikan tertua. Pelatihan ini bermula dari anggapan bahwa semua warisan budaya (pengetahuan, ide ataunilai) yang ditemukan oleh para pemikir sebelumnya. Pendidikan berfungsi hanya untuk pelestarian atau transmisi dari generasi ke generasi (Sukmadinata, 2009:7). Jadi guru tidak perlu repot mencari atau membuat pengetahuan, konsep, atau nilai baru untuk masing-masing sudah tersedia, bagaimana mengelola dan mengajarkannya. Dalam teori

pendidikan klasik lebih ditekankan pada isi pendidikan bukan proses atau pengajarannya. Isi pendidikan dipertimbangkan disiplin ilmu yang ditemukan oleh para ahli sebelumnya (Sukmadinata, 2009:8). Peran guru dan pengembang dalam pendidikan klasik Kurikulum adalah pemilihan dan penyajian materi sesuai dengan tingkatannya pengembangan siswa.

Sebelum diserahkan kepada siswa pendidik harus menganggap ini serius karena itu adalah tugas guru tidak hanya mengajarkan materi tetapi juga melatih keterampilan dan memasukkan nilai.

2. Pendidikan Pribadi

Teori pendidikan personal berbeda dengan anggapan yang dimiliki seorang anak sejak lahir ada kemungkinan tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi siswa berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. Dalam hal ini, siswa menjadi pemangk ukepentingan utama dalam pendidikan. Sementara guru hanya yang kedua dengan lebih banyak peran untuk dimainkan mentor, pengemudi, tutor danpetugassiswa.

3. Pelatihan Interaktif

Pelatihan interaktif dikembangkan berdasarkan pemikiran filosofis pragmatisme, dimana masyarakat (manusia) menjadi pusatnya. Pendidikan kemudian ada hubungannya dengan pembangunan sosial. Diana Lapp (1975: 195-215) menguraikan pandangan tentang pendidikan interaktif, berdasarkan identifikasi pelatihan, pelatihan interaktif adalah radikal, yaitu mengacu pada akar proses pendidikan (apa dan mengapa) dan Pendidikan ini bersifat humanistik, yaitu bahwa manusia adalah makhluk kehidupan sosial yang perkembangan potensinya dipengaruhi oleh kecanduan lain konteksnya adalah masyarakat manusia. Interaksi yang disengaja

(3)

adalah hasil belajar yang diperoleh dari interaksi antara guru dan siswa, interaksi antara siswa dan konten dan interaksi antara pikiran siswa dan hidupnya.

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif yang terjadi antara guru dengan siswa di dalam kelas.

Dalam proses pembelajaran itu terdapat dua aktivitas yakni proses belajar dan proses mengajar. Artinya dalam peristiwa proses pembelajaran itu senantiasa merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar (Suryadi, 2014: 12).

Selain itu Rustaman (2003: 461) mengatakan proses pembelajaran adalah suatu langkah/urutan pelaksanaan yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.

Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.

Proses Pembelajaran

1. Proses Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai sebuah tujuan.

Menurut Majid (2010: 17) Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya. Agar dalam pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik untuk itu guru perlu menyusun komponen perangkat perencanaan pembelajaran antara lain:

a. Menentukan Alokasi Waktu dan Minggu efektif

b. Menyusun Program Tahunan (Prota)

c. Menyusun Program Semester (Promes)

d. Menyusun Silabus Pembelajaran e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Jadi pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Oleh karena itu dalam hal pelaksanaan pembelajaran mencakup dua hal yaitu, pengelolaan kelas dan peserta didik serta pengelolaan guru.

Dua jenis pengelolaan tersebut secara rinci akan diuraikan sebagai berikut:

a. Pengelolaan kelas dan peserta didik

Pengelolaan kelas adalah satu upaya memberdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.

Berkenaan dengan pengelolaan kelas sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari (pembentukan dan pengembangan kompetensi) dan bina suasana dalam pembelajaran (Majid, 2010: 165).

(4)

Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya, situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Suryobroto pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut: 1) Tahap pra instruksional, yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar:

Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir; 2) Tahap instruksional, yaitu tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut:

Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa; 3) Tahap evaluasi dan tindak lanjut, tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap instruksional.

b. Pengelolaan guru

Pelaksanaan sebagai fungsi manajemen diterapkan oleh kepala sekolah bersama guru dalam pembelajaran agar siswa melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Sehubungan dengan itu, peran kepala sekolah memegang

peranan penting untuk

menggerakkan para guru dalam mengoptimalkan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas.

Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan

sehingga ia dapat

mengembangkan potensi yang

dimilikinya. Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), memiliki posisi sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana kondusif, yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak.

3. Proses Evaluasi Pembelajaran Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu “evaluation”.

Menurut Wand dan Gerald W. Brown evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu yang dikerjakan (Hamalik, 2008: 156). Evaluasi merupakan suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru.

Evaluasi pembelajaran mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi hasil

belajar menekankan pada

diperolehnya informasi tentang seberapa perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.

Adapun langkah-langkah evaluasi hasil pembelajaran meliputi:

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif seringkali diartikan sebagai kegiatan evaluasi yang dilakukan pada akhir pembahasan setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan.

Evaluasi ini yakni diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, yang diselenggarakan secara periodik, isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan.

b. Evaluasi Sumatif

(5)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu pada akhir semesteran.

Penilaian sumatif berguna untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan belajar pada siswa, yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai rapor akhir semester.

c. Evaluasi proses pembelajaran

Evaluasi proses

pembelajaran yakni untuk menentukan kualitas dari suatu program pembelajaran secara keseluruhan yakni dari mulai tahap proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran.

Evaluasi ini memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan

menggunakan model Discovery Learning dapat memaksimalkan kegiatan belajar siswa untuk mencari, menemukan, berpikir, berpendapat, dan saling bekerja sama dalam aktivitas belajar sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Pembelajaran dengan menggunakan Discovery Learning bisa membuat siswa lebih mengeksplorasi lingkungan-lingkungan pembelajarannya. Menurut (Anitah, 2009 : 55) "Discovery Learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan".

Adapun langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning menurut (Anitah 2009 : 57) yaitu 1).

Identifikasi Masalah 2). Mengembangkan solusi (Hipotesis) 3). Pengumpulan data 4). Analisis dan Interpretasi data 5). Uji Kesimpulan.

Kelima langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning menurut Sri Anitah dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Indentifikasi Masalah, pada tahap ini siswa mencari dan mengumpulkan sebanyak mungkin masalah yang berhubungan dengan tema yang akan dipelajari.

2. Hipotesis, di tahap ini siswa diajak untuk membuat suatu solusi atas masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Pengumpulan data, di tahap ini siswa mengumpulkan data-data terkait dengan masalah. Data tersebut bisa dari observasi langsung, internet, buku, eksperimen, ataupun dari sumber lainnya.

4. Analisis dan intepretasi data, pada tahap ini siswa menganalisis data

hasil temuannya, lalu

mengembangkan pernyataan pendukung data.

5. Uji Kesimpulan, tahap terakhir setelah muncul data baru maka dilakukan pengujian data dan hasil data tersebut akan menghasilkan kesimpulan.

Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencangkup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

Sanjaya (2010, hlm. 13) mendefinisikan “Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa dalam memperoleh tujuan pembelajaran” Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku, bertambahnya pengetahuan, dan

(6)

keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru sehingga siswa menjadi lebih maju dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelas XI IPA 2 SMAN 8 Tasikmalaya pada tanggal 9 Mei 2023. Adapun instrumen penelitian yang dipakai yaitu lembar observasi dan wawancara.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Menurut I Made Winarta (2006:155), metode analisis deskriptif kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang telah dikumpulkan berupa hasil wawancara, atau mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.

Sedangkan menurut Sugiyono (2008:14) metode analisis merupakan metode yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang difokuskan pada masalah-masalah yang benar-benar terjadipada saat ini atau sekarang (aktual) sesuai pada saat dilaksanakannya penelitian tersebut. Selain itu juga, penelitian ini mendeskrispsikan fakta yang terjadi sesuai dengan keadaan sebenranya di lokasi penelitian SMAN 8 Tasikmalaya, yang berkaitan dengan penggunaan dan hambatan atau kendala model Discovery Learning yang di gunakan di sekolah tersebut serta respon peserta didik terhadap penggunaan model Discovery Learning.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan lembar observasi penelitian di lapangan yang dilakukan oleh kami secara langsung diperoleh pernyataan sebagai berikut :

a. Pada lembar observasi bagian kegiatan pendahuluan diperoleh data :

- pendidik memeriksa kesiapan peserta didik baik fisik maupun mental untuk mengikuti pembelajaran dengan presentase 100% yang berarti pendidik telah sesuai dengan sintak model Discovery Learning.

- Pada tahap pendahuluan yaitu berdoa, pendidik tidak melakukan intruksi untuk berdoa bersama terlebih dahulu.

- Kegiatan pendahuluan

selanjutnya yaitu absensi, pendidik telah melakukan pengecekan kehadiran peserta didik dengan presentase 100%.

- Tahap selanjutnya yaitu kegiatan motivasi, pendidik telah memberikan kegiatan motivasi kepada peserta didik dengan presentase 80% yang bertujuan agar peserta didik semangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

- Tahap terakhir dalam kegiatan

pendahuluan dengan

menyampaikan Kompetensi, Tujuan dan Rencana Kegiatan, Pendidik tidak melakukan penyampaian tersebut.

b. Pada lembar observasi bagian kegiatan inti diperoleh data :

- Pada aspek penguasaan materi pembelajaran, pendidik mendapatkan presentase 85%

yang menunjukkan bahwa pendidik menguasai materi dan dapat menyampaikan dengan baik.

- Aspek yang kedua yaitu Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain, pendidik mendapatkan presentase 78%

yang berarti pendidik dengan

(7)

baik mengaitkan materinya dengan penetahuan lain yang belum diketahui peserta didik.

- Aspek yang ketiga yaitu, Mengintegrasikan kegiatan kerja ilmiah (berpikir kritis, kreatif dan reflektif), pada tahap ini pendidik mendapatkan 35% tidak melakukan kegiatan tersebut terlalu fokus dalam penyampaian materi.

- Aspek yang keempat yaitu melaksanakna pembelajaran secara runtut sesuai RPP,

pendidik mendapatkan

presentase 74% yang berarti pendidik telah melakukan kegiatan sesuai dengan RPP.

- Aspek yang kelima yaitu menyampaikan materi dengan benar dan tidak ada miskonsepsi,

pendidik mendapatkan

presentase 95% karena pendidik mempunyai buku pegangan selain itu juga pendidik menguasai materi pembelajaran tersebut.

- Aspek yang keenam yaitu menguasai kelas, pada aspek ini

pendidik mendapatkan

presentase 65% karena pendidik telah melakukan kegiatan belajar mengajar dan kondisi peserta didik yang cukup kondusif.

- Aspek yang ketujuh yaitu menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik, pendidik mendapatkan presentase 40% hal itu ditujukkan dengan sedikitnya partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

- Aspek yang kedelapan yaitu memberikan respon atas partisipasi peserta didik,

pendidik mendapatkan

presentase 95% karena pendidik selalu merespon kembali jika ada peserta didik yang berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran.

- Aspek yang kesembilan yaitu menumbuhkan keceriaan dan antuasme peserta didik dalam belajar, pendidik mendapatkan presentase 37%. Yang berarti

pendidik tidak bisa

menumbuhkan keceriaan, semangat dan antuasias peserta

didik dalam kegiatan

pembelajaran.

- Aspek yang kesepuluh yaitu memantau kemajuan belajar peserta didik, pendidik mendapatkan presentase 83%

karena pendidik selalu memeriksa pemahaman peserta didik terkait materi yang dibahas.

- Aspek yang kesebelas yaitu menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar, pendidik mendapatkan presentase 90%

karena bahasa yang digunakan pendidik jelas dan mudah dipahami.

- Aspek yang kedua belas yaitu menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar, pendidik mendapatkan presentase 90%

karena menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar serta menulis secara kronologis.

- Aspek yang ketiga belas yaitu media pembelajaran yang bervariasi, pada aspek ini pendidik tidak menggunakan media pembelajaran yang bervariasi.

c. Pada lembar observasi bagian kegiatan penutup diperoleh data:

- Aspek yang pertama yaitu melakukan refleksi dengan melibatkan siswa, pada aspek ini pendidik tidak melakukan hal tersebut.

- Aspek yang kedua yaitu membuat kesimpulan dengan melibatkan peserta didik, pada aspek ini pendidik mendapatkan presentase 74% yang berarti

(8)

pendidik melibatkan siswa untuk memberikan kesimpulan.

- Aspek yang ketiga yaitu memberi arahan atau tugas untuk kegiatan selanjutnya, pada aspek ini pendidik mendapatkan presentase 88% karena pendidik memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didik untuk pertemuan selanjutnya.

- Aspek yang keempat yaitu kesesuaian durasi waktu pelaksanan dengan durasi dalam RPP, pendidik mendapatkan presentase 84% karena dalam RPP 2 x 40 menit sedangkan waktu pelaksanaan hanya 65 menit proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, pembelajaran Discovery Learning memiliki kelemahan dan kelebihan dalam kegiatan belajar peserta didik. Hal ini ditujukan dengan adanya kelebihan dalam proses pembelajaran yaitu materi yang disampaikan mudah diingat oleh peserta didik, menumbuhkan keatifan peserta didik dan meningkatkan paetisipasi peserta didik dalam suasana kelas.

Sedangkan kelemahan dari Discovery Learning yaitu tidak sedikit juga peserta didik yang sibuk sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan materi dari pendidik.

Selain itu juga, hal yang ditemukan oleh peneliti di lapangan yaitu suasana kelas yang tidak ceria karena peserta didik tidak fokus terhadap pembelajaran lalu pendidik tidak tegas dalam menyikapinya. Sedikitnya partisipasi aktif dari peserta didik membuat suasana belajar tidak begitu menyenangkan.

Media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik tidak bervariasi karena keterbatasan sarana dan prasarana di lingkungan sekolah. Tidak adanya diskusi antara pendidik dan peserta didik meskipun pendidik sudah merangsang peserta didik unutk melakukan tanya jawab.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka penerapan model pembelajaran pada guru mata pelajaran sejarah Indonesia kelas XI Ipa 2 SMAN 8 Tasikmalaya memberikan dampak dalam pembelajarannya. Hasil dari penelitian ini peserta didik dapat mengingat materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Peserta didik juga mampu mengingat materi yang sudah lama dipelajari. Keterampilan peserta didik selanjutnya ialah komunikasi, yang merupakan keterampilan interaksi peserta didik dengan lingkungan atau manusia.

Peserta didik yang termasuk ke dalam 35% mampu memecahkan masalah, mendapatkan ide-ide baru, berpikir kritis pada situasi apapun. Dengan kegiatan pembelajaran menggunakan mode Discovery Learning ini dianggap efektif dalam mengembangkan kemampuan maupun keterampilan peserta didik dalam belajar sesuai dalam hasil lembar observasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasmori¹, dkk. (2011). Pendidikan, kurikulum dan masyarakat:

Satuintegrasi. Journal of Edupres, 1, 350-356.

Majid, A. (2010). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pristiwanti, D.dkk(2022) Pengertian Pendidikan. Jurnal Pendidikan

(9)

dan Konseling (JPDK), 4(6), 7911-7915

Rustaman. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jakarta:

Depdikbud

Suryadi. (2014). Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Smk Negeri 1 Lais Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin

(Mahasiswa Prodi IPI

Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang).

Winarta, I.M(2006) Metodologi Sosial Ekonomi. Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bulungan.

(10)

Bukti unggah jurnal

Link video

https://vt.tiktok.com/ZSLYMVuht/

Referensi

Dokumen terkait

4.1087 Ilmy Amiqoh Ilmu Administrasi Publik 4.1088 Dikhla Rif`A Ilmu Administrasi Publik 2.39 4.1089 Elfananda Istiqlalia Ilmu Administrasi Publik 4.1090 Hamida Condrowati Jayadi

Algorithm 1Retrospective DAgger for Fixed Size 1: Inputs:,N the number of iterations,π1an initial policy trained on expert traces, αthe mixing parameter,{Pj}a set of training problem