• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengangguran dan Kemiskinan

N/A
N/A
Abdur Rahman

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Pengangguran dan Kemiskinan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH EKONOMI SUMBERDAYA MANUSIA ANALISIS PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. Jimina Sormin D1B020136

2. Abdurrahman Haspadilah D1B021113 3. Krista Natalia br Sebayang D1B021123

4. Regina Amelia D1B021202

5. Rangga Amarta D1B021222

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. Endy Effran, S.P, M.Si

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ekonomi Sumberdaya Manusia yang berjudul “Analisis Pengangguran dan Kemiskinan”

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk tugas Ekonomi Sumberdaya Manusia memberikan tambahan wawasan kepada kami sebagai penulis dan juga para pembaca. Khususnya dalam materi Analisis Pengangguran dan Kemiskinan.

Kami mengucapkan terima kasih pada pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang ada dan karena itu kami menerima saran dan kritik yang membangun agar makalah yang kami buat ini semakin baik dan bermanfaat bagi semua orang.

Jambi, 26 September 2022

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Itu Pengangguran ? 2. Apa Itu Kemiskinan ?

3. Apa Saja Jenis Pengangguran ? 4. Apa Saja Jenis Kemiskinan ?

5. Apa Contoh Studi Kasus Analisis Pengangguran Dan Kemiskinan ? 1.3 Manfaat

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss, 1999)

Menurut Sukirno (2006), pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut.

Pengangguran adalah adalah orang yang tidak bekerja dan yang 1) secara aktif mencari pekerjaan selama 4 (empat) minggu sebelumnya, atau 2) sedang menunggu dipanggil kembali suatu pekerjaan setelah diberhentikan, atau 3) sedang menunggu untuk melapor atas pekerjaan yang baru dalam jangka waktu 4 (empat) minggu (Dornbusch, dkk dalam Amir, 2007).

Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Penganguran adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun tidak mendapat pekerjaan. Di Indonesia angka penggangguran makin meningkat.

Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena kondisi ekonomi, Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat, Pengembangan sektor ekonomi non-real, pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan, keterbatasan lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja, kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja, memiliki pedidikan yang tinggi tapi tidak memilki peluang kerja dikarena tidak memiliki akses sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu meninggakat tidak pernah mengalami penurunan, budaya suatu daerah dimana yang berkerja itu hanya perempuan saja sementara kaum adam tidak berkerja, Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.

(6)

Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labe force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan.

Berikut adalah beberapa faktor peyebab pengangguran:

1. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang menampung para pencari kerja.

Banyaknya para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang dimiliki oleh Negara Indonesia.

2. Kurangnya keahlian yang dimiliki oleh para pencari kerja. Banyak jumlah sumber daya manusia yang tidak memiliki keterampilan menjadi salah satu penyebab makin bertambahnya angka pengangguran di Indonesia.

3. Kurangnya informasi, dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk mencari tau informasi tentang perusahaan yang memilli kekurangan tenaga pekerja.

4. Kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan pekerjaan di kota, dan sedikitnya perataan lapangan pekerjaan.

5. Masih belum maksimalnya upaya pemerintah dalam memberikan pelatihan untuk meningkatkan softskill budaya malas yang masih menjangkit para pencari kerja yang membuat para pencari kerja mudah menyerah dalam mencari peluang kerja.

2.2 Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.

Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan. Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995)

Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak merupakan salah satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila memiliki pendapatan jauh

(7)

lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, 2004).

Persoalan kemiskinan masyarakat di negara-negara ini tidak hanya sekedar bentuk ketidakmampuan pendapatan, akan tetapi telah meluas pada bentuk ketidakberdayaan secara sosial maupun politik (Suryawati, 2004). Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan pembangunan yang diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang sehingga memperlebar kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan pendapatan antar daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006).

Ciri-ciri kemiskinan yang hingga saat ini masih dipakai untuk menentukan kondisi miskin adalah:

1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan ketrampilan yang memadai.

2. Tingkat pendidikan yang relatif rendah

3. Bekerja dalam lingkup kecil dan modal kecil atau disebut juga bekerja di lingkungan sektor informal sehingga mereka ini terkadang disebut juga setengah menganggur

4. Berada di kawasan pedesaan atau di kawasan yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan regional atau berada pada kawasan tertentu di perkotaan (slum area)

5. Memiliki kesempatan yang relatif rendah dalam memperoleh bahan kebutuhan pokok yang mencukupi termasuk dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan sesuai dengan standar kesejahteraan pada umumnya.

2.3 Pengelompokan Jenis Pengangguran

1. Macam Pengangguran Berdasarkan Lama Waktu Kerja

a. Pengangguran terbuka (open unemployment), yakni tenaga kerja yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan (tidak bekerja sama sekali).

Pengangguran ini terjadi karena tidak adanya lapangan pekerjaan atau karena ketidaksesuaian lapangan kerja dengan latar belakang pendidikan dan keahlian tenaga kerja.

b. Setengah menganggur (under unemployment), yakni tenaga kerja yang bekerja, tetapi bila di ukur dari sudut jam kerja, pendapatan, produktivitas

(8)

dan jenis pekerjaan tidak optimal. Biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.

c. Pengangguran terselubung (disguised unemployment), yakni tenaga kerja yang bekerja tetapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya. Misalnya, seorang insinyur teknik, bekerja sebagai pelayan restoran.

2. Macam Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya

a. Pengangguran structural, yakni pengangguran yang di sebabkan oleh terjadinya perubahan struktur perekonomian. Misalnya, perubahan struktur dari agraris ke industri, perubahan ini menuntut tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu (misalnya keterampilan mengoprasikan mesin teknologi modern) untuk bisa bekerja di sektor industri.

b. Pengangguran konjungtural, yakni pengangguran yang di sebabkan oleh pergerakan naik turunnya kegiatan perekonomian suatu Negara. Ada masa pertumbuhan (naik), masa resesi (turun), dan masa depresi (turun). Pada masa resesi dan depresi, masyarakat mengalami penurunan daya beli sehingga permintaan terhadap barang dan jasa juga menurun. Penurunan ini mengharuskan produsen mengurangi produksi barang dan jasa, diantaranya dengan cara mengurangi jumlah pekerja sehingga terjadilah pengangguran. PHK yang terjadi karena krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia adalah contoh pengangguran siklikal.

c. Pengangguran friksional, yakni pengangguran yang disebabkan oleh pergeseran (friksi) pekerja yang ingin bergeser (berpindah) dari satu perusahaan ke perusahaan lain dalam rangka mencari pekejaan yang lebih bagus dan cocok. Sementara mencari pekerjaan baru, tenaga kerja pun menganggur untuk sementara waktu, sambil mencari pekerjaan yang yang di inginkan. Oleh karena itu, pengangguran friksional disebut juga pengangguran sukarela, karena terjadi atas keinginan sendiri.

d. Pengangguran musiman, yakni pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musim atau perubahan permintaan tenaga kerja secara berkala.

Misalnya pada masa pembangunan gedung, tukang bangunan bisa bekerja.

(9)

Tetapi bila gedung telah selesai dibangun, tukang bangunan menjadi pengangguran musiman sambil menunggu pembangunan berikutnya.

2.4 Pengelompokan Jenis Kemiskinan

Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat bentuk kemiskinan tersebut adalah (Suryawati, 2004)

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan atau mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal.

3. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.

4. Kemiskinan Struktural

(10)

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur diskriminatif.

Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang paling banyak mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di kalangan negara-negara pemberi bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia. Bentuk kemiskinan struktural juga dianggap paling banyak menimbulkan adanya ketiga bentuk kemiskinan yang telah disebutkan sebelumnya (Jarnasy, 2004: 8-9).

Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:

1. Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra sarana umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang kurang subur. Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya adalah daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi daerah tertinggal.

2. Kemiskinan Buatan

Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian.

2.5 Studi Kasus Pengangguran Dan Kemiskinan

(11)

Provinsi Gorontalo sebagai daerah hasil pekeran dari Provinsi Sulawesi Utara tentunya diperhadapkan dengan masalah penganguran dan kemiskinan, yang merupakan masalah pembangunan yang umum dihadapi oleh setiap daerah. kondisi kependudukan daerah menunjukan bahwa jumlah penduduk di tiap tiap Kabupaten yang ada di Provinsi Gorontalo bervariasi antara satu dengan lainnya. Dari kondisi jumlah penduduk tersebut kemudian perlu dianalisis tentang pengaruh pengangguran dan kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo.

Tabel 1 Tingkat Pengangguran Terbuka, Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Tahun 2006- 2014

No Tahun

Tingkat Penganggura n Terbuka

Tingkat Kemiskinan

Pertumbuha n Ekonomi

(%) (%) (%)

1 2006 7.62 29.13 7.30

2 2007 7.16 27.35 7.51

3 2008 5.65 24.88 7.76

4 2009 5.89 25.01 7.54

5 2010 5.16 23.19 7.63

6 2011 6.68 18.75 7.71

7 2012 4.44 17.33 7.91

8 2013 4.15 17.51 7.68

9 2014 4.18 17.44 7.29

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, 2016

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo berfluktuasi dari tahun 2006- 2014, dan pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tahun terakhir yaitu 2012 sebesar 7,91% yang didorong oleh peningkatan aktifitas sektor pertanian dan jasa yang merupakan sektor penggerak roda perekonomian Gorontalo. Pada tahun 2009 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dari tahun sebelumnya yaitu turun dari 7,76% menjadi 7,54%. Hal ini sebagai imbas dari adanya krisis keuangan yang melanda hampir seluruh dunia membawa pengaruh bagi perekonomian Provinsi Gorontalo.

(12)

Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Gorontalo cukup berfluktuasi di Provinsi Gorontalo dari tahun 2006 sampai 2014. Namun demikian angka ini masih dibawah angka tingkat pengangguran nasional, sehingga dapat dikatakan bahwa pengangguran masih berada pada kondisi yang tidak parah. Pertumbuhan ekonomi yang menunjukan kenaikan dari tahun ke tahun menyebabkan terbukanya kesempatan kerja baik disektor formal maupun informal di Provinsi Gorontalo.

Tingkat kemiskinan di Provinsi Gorontalo cukup berfluktuasi, namun demikian secara umum terlihat bahwa angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo ini berada jauh lebih tinggi dibandingkan angka kemiskinan nasional. Hal ini jelas mengingat penduduk miskin Gorontalo umumnya adalah penduduk yang bekerja di sektor pertanian, yang menyerap tenaga kerja paling banyak di Gorontalo. Baik Petani maupun Nelayan memiliki modal terbatas dan rata-rata mereka adalah tenaga kerja musiman.

(13)

BAB III PENUTUP

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi berganda variabel jumlah penduduk (X 1 ), pengangguran (X 2 ), PDRB (X3) dan Inflasi (X4) berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan (Y) di Kabupaten

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pendidikan, Pengangguran, Pendapatan, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Kemiskinan di Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang..

Leonard Bastian Girsang, NIM 137003010 “ Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera

Metode analisis yang digunakan secara umum untuk menganalisis tentang pengaruh Angka Harapan Lama Sekolah, Upah Minimum Provinsi, Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan di

2. Tingkat Pengangguran terbuka berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat kemiskinan di Kabupaten Jayapura, artinya ketika pengangguran meningkat, maka akan

“Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1990-2017” ini dapat terselesaikan pada waktu yang

Hasil penelitian ini berdasarkan analisis regresi data panel yaitu Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan, Pengangguran berpengaruh signifikan, dan

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Kuncoro 2014 yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan di Jawa Timur Tahun 2009 -