ANALISIS PENGARUH BANTUAN ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO MUSTAHIK
(Studi Pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah Malang)
JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh:
Bambang Surya Alam 145020501111057
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019
ANALISIS PENGARUH BANTUAN ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO MUSTAHIK
(Studi Pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah Malang) Bambang Surya Alam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Modal Usaha/Dana Zakat Produktif, Lama Usaha, Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Pendampingan Usaha terhadap perkembangan usaha mikro mustahik. Berdasarkan data statistik BAZNAS bahwa pengumpalan dana zakat sangatlah tinggi setiap tahunnya, hingga mencapai angka triliunan, tetapi semua itu tidak sesuai dengan kenyataan besaran jumlah dana zakat yang diperoleh dan pengelolaan yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat. Oleh karena itu penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh bantuan dana zakat produktif terhadap usaha perkembangan mikro mustahik zakat. Pada penelitian ini sampel berjumlah 42 pengusaha mikro mustahik dengan menggunakan metode sampling purposive. Penelitian menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel Modal Usaha/Dana Zakat Produktif, Lama Usaha, Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Pendampingan Usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan usaha mikro mustahik sedangkan secara parsial variabel jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan.
Kata kunci : Zakat produktif, Dana Zakat Produktif, Lama Usaha, Pendidikan, Jenis Kelamin, Pendampingan Usaha
A. PENDAHULUAN
Zakat adalah salah satu sektor penting dalam filantropi Islam. Sebagai rukun Islam ketiga, zakat wajib dibayarkan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat (muzakki) untuk menyucikan hartanya dengan cara menyalurkan zakatnya kepada mustahik (penerima zakat). Zakat ini tidak hanya berfungsi untuk menolong perekonomian mustahik, tetapi juga dapat menjadi instrumen penyeimbang dalam sektor ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, tujuan utama zakat adalah mentransformasi para mustahik menjadi muzakki. Hal ini menunjukkan bahwa zakat sangat berpotensi untuk mengatasi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan di suatu negara.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim yaitu sejumlah 216,66 juta penduduk atau dengan persentase muslim sebesar 85 persen dari total populasi (BPS, 2015). Terdapat beberapa studi yang membahas mengenai potensi zakat di Indonesia. Pertama, studi PIRAC menunjukkan bahwa potensi zakat di Indonesia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan survei di 10 kota besar di Indonesia, PIRAC menunjukkan bahwa potensi rata-rata zakat per muzakki mencapai Rp 684.550,00 pada tahun 2007, meningkat dari sebelumnya yaitu Rp 416.000,00 pada tahun 2004. Kedua, PEBS FEUI menggunakan pendekatan jumlah muzakki dari populasi muslim Indonesia dengan asumsi 95 persen muzakki yang membayar zakat, maka dapat diproyeksikan potensi penghimpunan dana zakat pada tahun 2009 mencapai Rp 12,7 triliun (Indonesia Economic Outlook, 2010). Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa potensi zakat nasional dapat mencapai Rp 19,3 triliun. Keempat, penelitian Firdaus et al (2012) menyebutkan bahwa potensi zakat nasional pada tahun 2011 mencapai angka 3,4 persen dari total PDB, atau dengan kata lain potensi zakat di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 217 triliun. Jumlah ini meliputi potensi penerimaan zakat dari berbagai area, seperti zakat di rumah tangga, perusahaan swasta, BUMN, serta deposito dan tabungan. Kelima, menurut penelitian BAZNAS, potensi zakat nasional pada tahun 2015 sudah mencapai Rp 286 triliun. Angka ini dihasilkan dengan menggunakan metode ekstrapolasi yang mempertimbangkan pertumbuhan PDB pada tahun-tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, potensi zakat di Indonesia yang digambarkan oleh berbagai studi tersebut, belum didukung oleh pencapaian dalam penghimpunan dana zakat di lapangan. Data terkini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang cukup tinggi antara potensi zakat dan
realitas penghimpunan dana zakatnya. Dilihat dari data aktual penghimpunan ZIS nasional oleh OPZ resmi, pada tahun 2016 penghimpunan ZIS baru mencapai sekitar Rp 5 triliun, itu artinya realisasi penghimpunan masih cukup jauh dari potensi. Kesenjangan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor : pertama, rendahnya kesadaran wajib zakat (muzakki). Dari realitas ini masyarakat harus kembali digalakkan pemahamannya tentang zakat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai zakat menjadi faktor utama rendahnya perolehan dana zakat, terlebih sebagian masyarakat hanya memahami zakat fitrah yang dikeluarkan saat bulan ramadhan saja.
Kedua, kurangnya dukungan regulasi dari negara untuk proaktif dalam menjalankan amanah UU 23/2011 tentang zakat. Tugas pemerintah seyogyanya tidak hanya menyediakan pelayanan dan menciptakan kondisi yang kondusif, melainkan harus ada ketegasan yang ditujukan kepada institusi zakat tanpa izin agar patuh terhadap UU. Agar terwujudnya pembangunan ekonomi Indonesia melalui zakat, pendekatan sentralisasi pembayaran zakat melalui lembaga zakat resmi harus mendapat penekanan dari pemerintah.
Ketiga, basis zakat yang tergali masih terkonsentrasi pada dua jenis objek zakat saja yaitu zakat fitrah dan profesi. Masih banyaknya objek dan subjek zakat yang belum tergali antara yang menjadi sebab terlalu jauhnya antara realisasi dan potensi. Dalam konteks Indonesia, aset-aset peternakan dan perkebunan antara yang belum tergali secara maksimal ditambah perkembangan zaman sekarang ini, zakat e-commerce, fintech, dan hal-hal baru lainnya perlu juga menjadi perhatian pengelolaan zakat.
Keempat, masih rendahnya insentif bagi wajib zakat untuk membayar zakat, khususnya terkait zakat sebagai pengurang pajak sehingga wajib zakat tidak terkena beban ganda (Indonesia Economic Outlook 2010).
Kelima, masih adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat yang dinilai lemah dan tidak profesional. Beberapa lembaga zakat di sebagian daerah hanya menerima pengumpulan dan tidak melakukan gerakan yang aktif dan progresif. Maka penting untuk mengatur positioning lembaga zakat; baik lembaga pemerintah ataupun lembaga non pemerintah untuk memaksimalkan peran penguatan manajemen lembaga.
Keenam, distribusi zakat hanya untuk keperluan konsumtif masyarakat. Zakat yang disalurkan untuk konsumsi masyarakat tidaklah salah, karena tujuan zakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mustahik. Namun alangkah baiknya jika penyaluran zakat didistribusikan untuk kepentingan produktif dan bisa memberi manfaat jangka panjang. Hal ini yang menjadikan zakat mampu mengentaskan kemiskinan, karena prinsipnya masyarakat tidak diberikan ikan segar melainkan alat pancing yang akan mereka gunakan untuk menangkap ikan lebih banyak (prinsip pemberdayaan).
Meskipun demikian, jumlah penghimpunan dana zakat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlah penghimpunan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) di Indonesia melalui OPZ resmi (BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, LAZ Nasional, LAZ Provinsi, dan LAZ Kabupaten/Kota resmi yang melaporkan penghimpunannya kepada BAZNAS sesuai dengan amanah UU 23/2011.) mengalami kenaikan dari tahun 2008 hingga 2016 sebagai berikut:
Tabel 1. Pertumbuhan Penghimpunan ZIS Tahun Jumlah ZIS
(Miliar Rupiah)
Pertumbuhan (%)
2008 920,00 24,32
2009 1.200,00 30,43
2010 1.500,00 25,00
2011 1.729,00 15,27
2012 2.212,00 27,94
2013 2.639,00 19,30
2014 3.300,00 25,05
2015 3.653,27 10,71
2016 5.017,29 37,34
Sumber: Data BAZNAS (2017)
Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata.
Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat merupakan perintah agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. ketiga, zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan.
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 yang berisi pedoman teknis pengelolaan zakat yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian, serta pendayagunaan zakat. Dalam undang-undang tersebut disebutkan dua tujuan dari pengelolaan zakat. Pertama, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. Kedua, meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Kedua tujuan tersebut akan tercapai apabila sistem distribusi ZIS yang digunakan sesuai dengan kebutuhan mustahik. Pada awalnya, dana ZIS lebih sering didistribusikan secara konsumtif, tetapi belakangan ini dana ZIS mulai dikembangkan dengan pola distribusi secara produktif. Pola distribusi ZIS secara konsumtif bertujuan untuk memenuhi keperluan konsumsi sehari-hari, sedangkan distribusi ZIS secara produktif diberikan dalam bentuk barang-barang produktif atau berupa modal usaha.
Di Indonesia, pada prakteknya, lebih banyak zakat yang disalurkan kepada mustahiq yang bersifat konsumtif. Di mana zakat yang diberikan berupa uang tunai atau barang-barang sembako yang bersifat untuk menambah marginal prosperity to consume dari mustahiq. Hal ini menjadikan zakat konsumtif yang disalurkan hanya akan membuat mustahiq bertahan hidup dengan kebutuhan-kebutuhan pokoknya saja. Zakat konsumtif tidak akan mendorong mustahiq yang menerimanya untuk berusaha bekerja agar bisa keluar dari garis kemiskinan sehingga zakat konsumtif tidak efektif untuk mensejahterakan umat dalam jangka panjang.
Pemberian zakat dalam bentuk produktif lebih efektif dalam membantu mustahiq keluar dari garis kemiskinan dan ketergantungan dari bantuan orang lain. Selain itu zakat produktif diharapkan mampu menstimulus mustahiq yang mendapatkan bantuan zakat untuk bekerja memenuhi kebutuhannya. Pemberian zakat produktif adalah pemberian zakat berupa modal kerja, barang-barang produksi, atau bantuan alat kerja yang bisa digunakan mustahiq yang menerimanya untuk meningkatkan produktifitas mustahiq. Dengan adanya bantuan modal berupa zakat produktif bagi kegiatan usaha mustahiq juga diharapkan akan mempunyai motivasi lebih kuat untuk memberikan kinerja yang baik dan menguntungkan, hal ini dikarenakan kesadaran individu mustahiq yang menyadari apabila bantuan yang mereka dapatkan dari orang lain yang sedang melakukan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu secara tidak langsung zakat produktif bisa menstimulus mustahiq untuk bekerja lebih giat dikarenakan adanya motivasi positif dari mustahiq yang memiliki kesadaran membantu sesama muslim (Herwindo dan Nisful : 2014) .
Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dialokasikan pada kegiatan yang produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, minimnya modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut, maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut (Sartika : 2008).
Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan hasil usahanya untuk menabung. Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga Amil Zakat karena LAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan memberikan pendampingan, memberikan pengarahan, serta pelatihan
agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri (Sartika: 2008)
Adapun pengembangan usaha mikro mustahik dalam penelitian ini, dilihat dari indikator keuntungan. Menurut Stice, et al (2004) keuntungan/laba adalah indikator terbaik atas kinerja.
Pertumbuhan laba/keuntungan dapat digunakan untuk menilai bagaimana kinerja dan perkembangan suatu perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang dikemukakan mengenai perkembangan usaha mikro, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi atau berdampak terhadap pengembangan keuntungan, antara lain jumlah bantuan modal zakat produktif, lama usaha, pendidikan, jenis kelamin dan pendampingan usaha.
Jumlah dana zakat produktif diberikan kepada mustahik dijadikan sebagai modal usaha.
Faktor modal memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan produktif dan pengembangan usaha, sesuai dengan teori bahwa modal akan membantu faktor produksi lain untuk lebih produktif, sehingga seharusnya bantuan modal akan meningkatkan kesejahteraan penerimanya.
Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan, akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa zakat produktif adalah zakat yang dikelola dengan cara produktif, yang dilakukan dengan cara pemberian modal kepada para penerima zakat dan kemudian dikembangkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk masa yang akan datang (Fitrya, 2017). Selanjutnya lama usaha juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan keuntungan mustahiq. Lama usaha adalah lamanya usaha yang sedang dijalankan mustahiq. Semakin lama seseorang tersebut bekerja maka pengalaman yang dimiliki akan lebih banyak sehingga lebih mengetahui strategi apa yang harus dilakukan agar usahanya lebih maju. Pada akhirnya pengembangan usaha pun mengikuti (Rakhma, 2014).
Investasi dalam bidang pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap produktivitas individu dan penghasilan (Baum, 1988, pp 178). Adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pendapatan dimana sumber daya manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya melalui suatu proses pendidikan, latihan, dan pengembangan yang menjamin produktivitas kerja yang semakin meningkat. Sehingga akhirnya menjamin pula pendapatan yang cukup dan kesejahteraan hidupnya yang semakin meningkat (Sagir, 1989,60). Artinya secara teori bahwa semakin tinggi pendidikan seorang usahawan maka tinggi juga penghasilan yang diperoleh.
Menurut Wade dan Tavris (2007;258), istilah jenis kelamin dengan gender memiliki arti yang berbeda, yaitu “jenis kelamin” adalah atribut-atribut fisiologis dan anatomis yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, sedangkan “gender” dipakai untuk menunjukan perbedaan- perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang di pelajari. Gender sangat erat kaitannya dengan usaha kecil yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian rakyat dengan pemerataan pembangunan untuk perempuan dan laki-laki, dalam hal sosial keadilan, efisiensi ekonomi, dan upaya untuk mendorong pembangunan daerah. Tujuan ini bisa tercapai melaui strategi yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan potensi (Emil, 2014). Di seluruh dunia, tingkat pengusaha laki-laki lebih tinggi dari perempuan, misalnya di Amerika Serikat, 14% laki-laki pemilik usaha sedangkan 8% perempuan dan di Eropa angka pengusaha laki laki 19% dan pengusaha wanita 10% (Bengtsson et al, 2012). Sesuai dengan penelitian Khairani (2017) bahwa variabel jenis kelamin (gender) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan usaha mikro mustahik. Hal serupa ditemukan dalam penelitian di sektor usaha mikro di Afika Selatan, dimana Gender berpengaruh signifikan dalam kinerja bisnis (Rapipere : 2014).
Pendampingan Usaha adalah proses membantu orang-orang biasa agar dapat memperbaiki masyarakatnya melalui tindakan-tindakan kolektif (Twelvetrees, 1991:1).
Pendampingan ini bisa dikhususkan pada pendampingan untuk sekelompok masyarakat yang memang perlu untuk didampingi karena berbagai kekurangan dan kelemahan yang ada pada kelompok masyarakat ini seperti kelompok masyarakat miskin atau dhuafa. Pendampingan masyarakat miskin ini bisa disebut juga dengan Pendampingan Sosial. Pendampingan sosial sangat menentukan kerberhasilan program penanggulangan kemiskinan (Adrian & Hendrati, 2017). Dari beberapa pemaparan tersebut, penulis bermaksud untuk meneliti peran dana ZIS (Zakat, Infaq dan Shodaqoh) terhadap pengembangan usaha mikro mustahik. Untuk itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Bantuan Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Studi Pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah Malang)”.
B. KAJIAN PUSTAKA Zakat sebagai Instrumen Pengentasan Kemiskinan
Salah satu instrumen untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat dalam pandangan ekonomi Islam adalah zakat. Konsep zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Secara etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan berkah (al-barakatu). Sedangkan secara terminologis, zakat mempunyai arti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin dalam Beik, 2009).Zakat belum dijadikan mainstream pengambilan kebijakan ekonomi pemerintah dalam mengentasan kemiskinan secara menyeluruh. Padahal potensi itu terbuka lebar dan hasil analisis menunjukan bahwa persoalan kesenjangan kaya dan miskin tidak akan melebar bahkan mengecil asalkan kebijakan dan manajemen zakat secara komprehensif dibenahi dan diberdayakan oleh pemerintah (Musnandar, 2013: 44). Pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan mekanisme zakat untuk menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan akan semakin terwujud karena pertimbangan sebagai berikut:
1. Zakat adalah salah satu bentuk hak (tabungan) masyarakat miskin yang melekat atau dilekatkan pada harta si kaya dalam jumlah tertentu.
2. Zakat adalah hak fakir miskin yang melekat pada penghasilan masyarakat luas yang masuk ke dalam “kolam harta” orang kaya yang terjadi, baik karena proses “eksploitasi” tenaga kerja orang miskin dan tidak berdaya dalam proses produksi (teori nilai lebih) atau proses “transaksi” di pasar barang karenaorang miskin lemah dalam posisi tawar mereka.
3. Hanya dengan mekansime zakat hak fakir miskin tersebut secara jelas dan terarah dapat dinikmati oleh masyarakat miskin.
4. Mekanisme zakat secara sengaja dipersiapkan Allah SWT agar disalurkan untuk menanggulangi kemiskinan karena tuntunan iman dan petimbangan kemaslahatan lain dalam masyarakat miskin (Marthon, 2010).
Zakat Produktif
Zakat produktif adalah zakat di mana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus- menerus (Asnaini, 2008 : 64). Hukum zakat prouktif boleh hukumnya bahkan sangat dianjurkan.
Karenanya, konsep distribusi produktif yang dikedepankan oleh sejumlah lembaga pengumpul zakat, biasanya dipadupadankan dengan dana terkumpul lainya yaitu sedekah dan infak (Mufraini, 2006 : 162). Pembagian distribusi zakat secara produktif ada dua macam, diantaranya:
1. Produktif Tradisional
Distribusi bersifat produktif tradisional dimana zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi, alat cukur, dan lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini akan dapat menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
2. Produktif Kreatif
Distribusi bersifat produktif kreatif yaitu zakat yang diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menambah modal pedagang pengusaha kecil (Mufraini, 2006 :88).
Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
Penjelasan tentang usaha mikro, kecil dan menengah diatur dalam pasal 1 Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah nomor 20, tahun 2008, yang berisi:
1. Usaha mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan atau badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam udang-undang ini.
2. Usaha kecil
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha uang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimilik atau dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
3. Usaha menengah
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagain baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau penjualan tahunan sebagai mana yang diatur dalam undang-undang ini.
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif.
Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandasan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010). Pendekatan kuantitatif pada penelitian dipergunakan untuk mencari tahu bagaimana dampak dana bantuan zakat produktif mempengaruhi perkembangan usaha mikro mustahik di Kota Malang.
Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor atau variabel tertentu (Zulganef, 2013). Deskiptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme perberdayaan dana bantuan zakat produktif mempengaruhi perkembangan usaha mikro mustahik di Kota Malang. Jumlah sampel penelitian adalah 42 mustahik. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sampling purposive. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan berbagai cara, antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Responden. Dari jumlah 42 responden bahwa responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 57% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 43%, jadi dapat dilihat bahwa responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Berdasarkan pendidikan hanya 10%
responden yang memperoleh pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Sedangkan presentase paling tinggi responden menempuh pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 64% dan pendidikan paling tinggi/ sarjana adalah S1 yaitu sebanyak 14%.
Dari segi lama usaha bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 74% yang telah menjalankan usahanya selama 6-10 tahun. Sedangkan persentase yang paling kecil, yaitu 2%
responden telah menjalankan usahanya selama lebih dari 16 tahun. Hal ini disebabkan responden tersebut dari awal usaha masih tetap menekuni bidang usaha yang sama sehingga usaha mereka bisa bertahan lebih lama. Sebanyak 33% Usaha Mikro Mustahik memperoleh bantuan dana antara Rp. 1.100.000 – Rp. 2.000.000 dan jumlah dana yang menerima dana sebesar Rp. 4.000.000 >
hanya 5%. Jumlah dana yang diberikan kepada Usaha Mikro Mustahik tergantung pada pengajuan proposal Usaha Mikro Mustahik setelah melalui beberapa persyaratan yang harus dipenuhi kepada YDSF Malang.
keuntungan sebelum menerima dana persentase terbesar yaitu 64% dengan keuntungan Rp 100.000 – 1.000.000 rupiah, dan persentase yang paling kecil 2% dengan keuntungan Rp 3.000.000 lebih. bahwa Persentase tertinggi pendapatan responden setelah mendapatkan dana yaitu 62% dengan nilai Rp 1.100.000 – 2.000.000, sedangkan persentase terkecil 5% dengan nilai Rp 3.000.000 tetapi meningkat 3% dibandingkan saat sebelum menerima dana. Dari segi jenis usaha yang di geluti oleh responden, yang paling dominan ada pada penjual makanan dan minuman dengan persentase 33%, jasa dan toko 17%, responden dengan usaha penjual pakaian 19%, dan yang paling kecil dengan usaha industri kecil dengan persentase 14%.
Hasil Analisis Data. Hasil estimasi dengan perangkat lunak SPSS Versi 25 diperoleh sebagaimana tabel 2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,528 atau 52,8%. Hal ini berarti kemampuan variabel Modal Usaha, Lama Usaha, Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Pendampingan Usaha menjelaskan variasi Perkembangan Usaha Mustahik adalah sebesar 52,8%. Sedangkan pengaruh sisanya yang sebesar 47,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan regresi atau yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sebagaimana pada tabel 3 dan tabel 4. Tidak ada indikasi terjadinya multikolinearitas, Secara simultan Modal Usaha (X1), Lama Usaha (X2), Pendidikan (X3), Jenis Kelamin (D1), dan Pendampingan Usaha (D2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan usaha mustahik (Y).
Sedangkan secara parsial hanya jenis kelamin (D1) yang tidak berpengaruh signifikan.
Melalui koefisien beta dapat dilihat bahwa variabel tingkat Modal Usaha (X1) adalah variabel yang memiliki koefisien beta yang paling besar. Artinya tingkat Modal Usaha berpengaruh paling dominan, variabel Pendapatan (Y) lebih banyak dipengaruhi oleh variabel Modal Usaha (X1).
Semakin tinggi Modal Usaha (X1) yang ditempuh mustahik maka akan semakin meningkatkan Pendapatan (Y).
Tabel 2. Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
1 0,765a 0,586 0,528
Sumber : Data Primer (2019)
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -1491,293 661,980 -2,253 0,030
Modal Usaha 0,392 0,084 0,596 4,657 0,000 0,702 1,424 Lama Usaha 76,420 30,722 0,292 2,487 0,018 0,833 1,200 Pendidikan 93,360 41,152 0,257 2,269 0,029 0,895 1,117 Jenis Kelamin -148,801 215,796 -0,100 -0,690 0,495 0,550 1,817 Pendampingan
Usaha 651,926 244,352 0,362 2,668 0,011 0,624 1,602
Sumber : Data Primer (2019) Tabel 4. Hasil Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 13413611,234 5 2682722,247 10,177 0,000
Residual 9489629,242 36 263600,812
Total 22903240,476 41
Sumber : Data Primer (2019)
Berdasarkan hasil uji tabel 3. di atas maka dapat dilihat persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = -1491,293 + 0,392 X1 + 76,420 X2 + 93,360 X3 + (-) 148,80 D1 + 651,926 D2 + e Interpretasi model regresi di atas adalah sebagai berikut:
b0 = -1491,293
Konstanta dari persamaan regresi ini menunjukkan nilai sebesar -1491,293 artinya apabila tidak terdapat kontribusi variabel Modal Usaha (X1), Lama Usaha (X2), Pendidikan (X3), Jenis Kelamin (D1), dan Pendampingan Usaha (D2) maka perkembangan usaha mustahik (Y) akan bernilai sebesar -1491,293.
b1 = 0,392
Koefisien regresi variabel Modal Usaha (X1) sebesar 0.392; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Modal Usaha mengalami kenaikan Rp 1000, maka rata-rata perkembangan usaha mustahik (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 392. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara modal usaha dengan perkembangan usaha mikro mustahik (Y), semakin meningkat modal usaha maka semakin meningkat perkembangan usaha mikro mustahik.
b2 = 76,420
Koefisien regresi ini menunjukkan besarnya kontribusi yang diberikan variable Lama Usaha (X2) terhadap Perkembangan Usaha Mustahik (Y). Koefisien variabel Lama Usaha (X2) yang bernilai positif artinya setiap peningkatan variabel Lama Usaha (X2) selama satu tahun maka akan meningkatkan rata-rata Perkembangan Usaha Mustahik (Y) sebesar Rp 76.420 dengan asumsi variabel lain konstan.
b3 = 93,360
Koefisien regresi ini menunjukkan besarnya kontribusi yang diberikan variabel Pendidikan (X3) terhadap Perkembangan Usaha Mustahik (Y). Koefisien variable Pendidikan (X3) yang bernilai positif artinya jika jenjang pendidikan yang dijalankan mustahik bertambah 1 tahun, sedangkan variabel bebas lain tetap, maka rata-rata perkembangan usaha mikro mustahik akan meningkat Rp 93.360.
b4 = -148,80
Koefisien regresi ini menunjukkan besarnya kontribusi yang diberikan variable Jenis Kelamin (D1) terhadap Perkembangan Usaha Mustahik (Y). Koefisien variable Jenis Kelamin (D1) yang bernilai negatif artinya mustahik yang berjenis kelamin laki-laki rata-rata perkembangan usahanya lebih rendah Rp 148.800 dibandingkan mustahik perempuan dengan asumsi variabel lain konstan.
b5 = 651,926
Koefisien regresi ini menunjukkan besarnya kontribusi yang diberikan variabel Pendampingan Usaha (D2) terhadap Perkembangan Usaha Mustahik (Y). Koefisien variabel Pendampingan Usaha (D2) yang bernilai positif artinya mustahik yang sering mengikuti pendampingan usaha rata-rata perkembangan usahanya lebih tinggi Rp 651.926 dibandingkan mustahik yang jarang mengikuti pendampingan usaha, sedangkan variabel bebas lain tetap.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor Modal Usaha, Lama Usaha, Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Pendampingan Usaha berpengaruh terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Salah satu bentuk pendistribusian Zakat Produktif pada LAZNAS YDSF disalurkan dalam bentuk permodalan yaitu Program Ekonomi Mandiri, Program ini diperuntukkan untuk membantu masyarakat Malang Raya (dhuafa) agar mampu menciptakan usaha mandiri yang akan memberikan dampak secara ekonomi di keluarganya. Selama program ini berlangsung, masyarakat penerima bantuan ekonomi mandiri akan mendapatkan pendampingan secara berkelanjutan dari tim yang memiliki pengalaman di bidangnya.
Aktivitas Program ekonomi Mandiri terdiri dari pelatihan usaha bagi keluarga dhuafa, modal usaha keluarga mandiri, dan komunitas usaha mandiri mitra YDSF Malang.
2. Hasil analisis regresi menunjukkan variabel Modal Usaha, Lama Usaha, Pendidikan, Jenis Kelamin dan Pendampingan Usaha secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap perkembangan usaha mikro mustahik, sedangkan secara parsial hanya Jenis Kelamin yang tidak berpengaruh signifikan terhadap perkembangan usaha mikro mustahik.
3. Faktor variabel Modal Usaha berpengaruh terhadap perkembangan usaha mikro mustahik. Semakin besar Modal Usaha yang diberikan, maka perkembangan usaha mikro mustahik semakin baik. Hal ini sesuai dengan teori. Dalam teori produksi jumlah dana merupakan faktor produksi modal, jika jumlah dana zakat produktif naik berarti modal meningkat maka produksi akan meningkat.
4. Faktor variabel Lama Usaha berpengaruh terhadap perkembangan usaha mikro mustahik.
semakin besar masa lama usaha yang dijalani atau digeluti oleh mustahik, maka perkembangan usaha mikro mustahik semakin baik.
5. Faktor variabel Pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan usaha mikro mustahik.
semakin tinggi jenjang pendidikan yang dimiliki mustahik, maka perkembangan usaha mikro mustahik semakin baik.
6. Faktor variabel Jenis Kelamin tidak berpengaruh terhadap perkembangan usaha mikro mustahik.
7. Faktor variabel Pendampingan Usaha berpengaruh terhadap perkembangan usaha mikro mustahik. Semakin sering mustahik mengikuti pendampingan usaha, maka perkembangan usaha mikro mustahik semakin baik.
Saran
Dari hasil pembahasan serta kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya pada penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran terkait penelitian yang telah dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Modal Usaha adalah variabel yang dominan pengaruhnya terhadap perkembangan usaha mikro mustahik, oleh karena itu saran bagi pihak YDSF Malang untuk lebih memberikan alokasi modal tambahan bagi mustahik yang dinilai mampu bertanggung jawab dan serius terhadap usahanya.
2. Variabel Pendampingan Usaha juga termasuk variabel paling dominan berpengaruh terhadap perkembangan usaha mikro mustahik. Dari hasil penelitian YDSF Malang sudah memberikan pendampingan dan binaan dalam program ekonomi mandiri bagi para mustahik secara bagus, namun untuk itu lebih ditekankan lagi pendampingan dan binaan dalam marketing bukan hanya dalam teori namun dalam praktek nyata di dalam berwirausaha.
3. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini masih terbatas pada beberapa faktor saja.
Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pengembangan model penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar serta variabel-variabel lain di luar model dalam penelitian ini sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat.
UCAPANTERIMAKASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, Achmad Setio & Dkk.2017. Buku Statistik Zakat Nasional 2016. Bagian SIM &
Pelaporan BAZNAS.
Ahmad, Hadyan. 2017. Pengaruh Dana Zakat Produktif Terhadap Peningkatan Usaha Kecil Menengah Mustahik (Penerima Zakat) Pada Dompet Dhuafa Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Azhari, Roikha. 2018. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pertumbuhan Usaha Mikro dan Penyerapan Tenaga Kerja Mustahiq Pada Program JATIM Makmur BAZNAS Jawa Timur. Skripsi. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Badan Amil Zakat Nasional. 2013. Laporan Keuangan BAZNAS dan Laporan Auditor Independen. https://pid.baznas.go.id/laporan diakses pada 12 Juli 2018
Badan Amil Zakat Nasional. 2015. Laporan Keuangan BAZNAS dan Laporan Auditor Independen. https://pid.baznas.go.id/laporan diakses pada 12 Juli 2018
Badan Amil Zakat Nasional. 2017. Laporan Keuangan BAZNAS dan Laporan Auditor Independen. https://pid.baznas.go.id/laporan diakses pada 12 Juli 2018
Badan Pusat Statistik. 2018. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin (P0), Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Malang, 2008-2016. https://www.bps.go.id diakses pada 10 Juli 2018.
Divisi Publikasi dan Jaringan Pusat Kajian Strategis (Puskas) BAZNAS. 2107. Outlook Zakat Indonesia 2017. Jakarta Pusat: Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Fathullah, Haikal Luthfi. 2015. Pengaruh Bantuan Zakat Produktif Oleh Lembaga Amil Zakat Terhadap Pendapatan Mustahik (Studi Pada LAZIS Sabilillah dan LAZ El Zawa
Malang). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Fathurrahman, Nur. 2016. Pengaruh Pelatihan, Modal Usaha, dan Pendampingan Terhadap Kesejahteraan Mustahik (Studi Pada Program Institut Mentas Unggul Dompet Dhuafa Yogyakarta). Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Fuadi, Emil. 2014. Perbedaan Gender Dalam Pengambilan Keputusan Menjadi Wirausaha Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Pekanbaru. Skripsi. UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariabel Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Marthon, Said Sa’ad. 2007. Ekonomi Islam. Jakarta. Zikrul Hakim.
Mila Sartika (2008). Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta. Jurnal Ekonomi Islam La Riba. Vol.2 No.1 Hal 75-89.
Miranda, Gessy Evelin. 2018. Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha MIkro MUstahik (Studi Kasus BAZNAS). Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mohammad Adrian & Dr. Hendrati dwi mulyaningsih, SE., MM. 2017. Pengaruh Pendampingan Usaha Terhadap Kinerja UMKM (Studi pada UMKM peserta program PUSPA 2016 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia). e-Proceeding of Management.
Vol.4, (No.1): 915-922.
Mohammad Daud Ali (1988). Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, cet. 1. (Jakarta: UI Press)
Muhammad Ridwan (2005). Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), cet 2.
(Yogyakarta: UII Press)
Multifiah. 2009. Pengaruh Zakat, Infak, Shadaqah (ZIS) Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (Social Sciences). Vol. 21, (No.1): 1-9.
Munawaroh, Chomsatun. 2016. Pengaruh Pembiayaan, Lama Usaha, dan Pendampingan Terhadap Pendapatan UMKM Nasabah Pembiayaan PT. BRI Syariah Yogyakarya. Skripsi.
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Mursalina, Syarifah. 2015. Dampak Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik Kasus : Usaha Mikro Binaan BAZNAS di Kabupaten Bogor. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.
Nainggolan, Romauli. 2016. Gender, Tingkat Pendidikan dan Lama Usaha Sebagai Determinan Penghasilan UMKM Kota Surabaya. KINERJA. Vol.20, (No.1): 1-12.
Nidityo, Herwindo Ghora dan Laila, Nisful. 2014. Zakat Produktif Untuk Meningkatkan Kinerja Produksi, Motivasi dan Religiusitas Mustahiq (Studi Kasus PAda BAZ JATIM). JESTT.
Vol.1 (No.9). Hal 661-673.
Putri, Priyanka Permata & Prahesti, Danica Dwi. 2017. Peran Dana Zakat Produktif terhadap Peningkatan Penghasilan Melalui Bantuan Modal Usaha Kecil dan Mikro. Proceeding of Community Development. Vol.1 : 119-134.
Rahardja Dan Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Makroekonomi Dan Mikroekonomi).
Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Uiversitas Indonesia
Rakhma, Annisa Nur. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Mustahik Penerima ZIS Produktif (Studi pada Lagzis Baitul Ummah Malang). Jurnal Ilmiah.
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya.
Samuelson, Paul A. 2001. Mikroekonomi. Jakarta: Erlangga
Sartika, Mila. 2008. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta. Jurnal Ekonomi Islam La Riba. Vol 2.
No (1).
Setiawan, Achma Hendra & Wulansari, Sintha Dwi. 2014. Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Penerima Zakat) (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang). Diponegoro Journal Of Economics. Vol.3, (No.1): 1-15.
Siregar, Syofian, N. M. 2013. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Dilengkapi dengan perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Yasin, Ahmad Hadi. 2012. Buku Panduan Zakat. Jakarta: Dompet Dhuafa Republika.
Zulganev. 2013. Metode Penelitian Sosial & Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.