Kata kunci: analisis jalur, pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, realisasi belanja modal pemerintah, suku bunga kredit investasi, realisasi penanaman modal asing (PMA), nilai tukar USD/IDR, tingkat inflasi, IHK. Pengaruh belanja modal pemerintah terhadap suku bunga Pengaruh belanja modal pemerintah terhadap suku bunga dapat dijelaskan melalui Theory of Loanable Funds (Mankiw, 2016).
Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Penanaman Modal Asing Langsung
Sebagai salah satu klasifikasi belanja pemerintah/belanja publik yang tertuang dalam APBN, belanja modal juga berdampak pada dana pinjaman yang tersedia di pasar keuangan. Dengan asumsi bahwa penerimaan pajak, tabungan swasta dan permintaan dana pinjaman tidak berubah atau konstan, maka peningkatan pengeluaran pemerintah dalam bentuk belanja modal sebagai bagian dari tabungan pemerintah dapat mengurangi ketersediaan dana pinjaman nasional dan dapat meningkatkan tingkat bunga riil.
Pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung terhadap Nilai Tukar Pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung (PMA) terhadap Nilai Tukar dapat
Pengaruh Nilai Tukar terhadap Tingkat Inflasi
Dilihat dari jalur Indirect Through, apresiasi mata uang domestik membuat harga barang ekspor dalam mata uang asing menjadi lebih mahal. Untuk menjaga tingkat profitabilitasnya, produsen dalam negeri akan diuntungkan jika lebih banyak barang yang mereka hasilkan dijual di dalam negeri.
Pengaruh Belanja Modal Pemerintah terhadap Tingkat Inflasi
Jika importir ingin mempertahankan tingkat profitabilitas yang sama, kenaikan nilai tukar akan membuat harga jual ke konsumen menjadi lebih murah. Dilihat dari Path of Expectations, apresiasi nilai tukar akan menyebabkan harga turun di masa depan.
METODE PENELITIAN
Terdapat empat jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (Randolph & Myers Exogenous Variables (X). Variabel Intervening yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Kredit Investasi (Z1), Realisasi Penanaman Modal Asing (Z2), Nilai Tukar USD/IDR (Z3).
Metode Analisis Data
Tingkat perubahan indeks harga konsumen dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya (year-on-year) selama periode 2010Q1–2019Q4. Pengaruh tidak langsung dapat diukur dengan mengalikan koefisien jalur variabel eksogen dan variabel antara dan variabel antara dengan variabel endogen (Keith, 2019). Pengaruh tidak langsung dikatakan tidak signifikan jika pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t menyimpulkan bahwa ada pengaruh parsial variabel eksogen terhadap variabel antara dan bahwa ada pengaruh parsial variabel antara terhadap variabel endogen (Baron & Kenny, dikutip dalam Mackinnon, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 3 di atas, uji linearitas yang dilakukan dengan metode Ramsey pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 5% didapatkan hasil yang berbeda pada keseluruhan panduan model awal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi linearitas tidak dapat dipenuhi oleh semua persamaan gaya pada model awal. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel independen di seluruh persamaan jalur model awal.
Berdasarkan Tabel 4 di atas, uji Multikolinearitas yang dilakukan dengan menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF) didapatkan hasil yang sama pada seluruh persamaan gaya untuk model awal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi multikolinearitas dapat dipenuhi oleh semua persamaan pada model awal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak adanya autokorelasi tidak dapat dipenuhi oleh semua persamaan pada model awal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak ada Heteroskedastisitas tidak dapat dipenuhi oleh semua persamaan pada model awal.
Hasil Pengaruh Tidak Langsung Model Awal
Pengaruh tidak langsung realisasi investasi asing langsung (FDI) (Z2) terhadap tingkat inflasi (Y1) pada model awal ditunjukkan pada Tabel 13 berikut. Pengaruh total model awal adalah pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen, baik melalui variabel intervening maupun tanpa variabel intervening. Berdasarkan tabel 14 di atas terlihat bahwa pada model awal realisasi belanja modal negara (X1) berpengaruh secara keseluruhan terhadap tingkat inflasi (Y1) tidak signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa realisasi belanja modal pemerintah (X1) tidak berpengaruh secara keseluruhan terhadap tingkat inflasi (Y1) pada model awal. 2) Pengaruh realisasi total penanaman modal asing (PMA) (Z2) terhadap tingkat inflasi (Y1). Berdasarkan tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa pada model awal Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) (Z2) memiliki pengaruh total terhadap tingkat inflasi (Y1) yang tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) (Z2) tidak berpengaruh secara keseluruhan terhadap Inflasi (Y1), namun Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) (Z2) hanya berpengaruh langsung terhadap Inflasi (Y1) pada model awal.
Hasil perhitungan koefisien determinasi total untuk model awal menghasilkan angka sebesar 94,26% yang menyatakan bahwa persamaan jalur keseluruhan pada model awal dapat menjelaskan hubungan struktural variabel yang diteliti sebesar 94,26%, sedangkan sisanya sebesar 5,74% dijelaskan oleh variabel awal lain yang tidak ada pada penelitian ini.
Pengembangan Model Trimming
Hal ini dikarenakan, sementara Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) (Z2) secara statistik berpengaruh langsung terhadap Inflasi (Y1), secara statistik variabel antara Nilai Tukar USD/IDR (Z3) yang memediasi pengaruh Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) (Z2) tidak berpengaruh terhadap Inflasi (Y1). Koefisien determinasi (R2) adalah ukuran seberapa cocok garis regresi yang diestimasi dengan metode OLS dengan data. Berdasarkan estimasi model awal yang dilakukan dengan menggunakan metode regresi kuadrat terkecil (OLS) biasa atau regresi kuadrat terkecil dan pengujian hipotesis menggunakan uji-t pada tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi α = 5%, telah dibuktikan bahwa terdapat beberapa alternatif hipotesis yang tidak dapat ditolak dan menggambarkan bahwa terdapat beberapa koefisien jalur yang tidak signifikan.
Meninjau informasi yang diperoleh berdasarkan Tabel 16 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 3 (tiga) koefisien jalur yang memiliki nilai probabilitas lebih dari α = 5%, yaitu pertama koefisien jalur yang menunjukkan tidak adanya pengaruh Realisasi Belanja Modal Pemerintah (X1) terhadap Tingkat Kredit Investasi (Z1); kedua, koefisien yang menunjukkan tidak adanya pengaruh nilai tukar USD/IDR (Z3) terhadap tingkat inflasi (Y1); ketiga, koefisien yang menunjukkan tidak adanya pengaruh realisasi penanaman modal pemerintah (X1) terhadap tingkat inflasi (Y1). Ketiga koefisien jalur yang tidak signifikan ini harus dihilangkan dari model awal dan dilakukan pengembangan model trim. Sama halnya dengan pengembangan model awal, model trim yang dibentuk juga mempertimbangkan tinjauan teoritis dan kajian empiris yang ada.
Pada model trimming, persamaan jalur penelitian yang akan diestimasi menggunakan metode regresi kuadrat terkecil (OLS) biasa atau regresi kuadrat terkecil adalah sebagai berikut:
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Persamaan Jalur Model Trimming
Hasil Pengaruh Langsung Model Trimming
Pengaruh langsung model trimming adalah pengaruh langsung suatu variabel eksogen terhadap variabel endogen tanpa melalui variabel antara. Nilai pengaruh langsung suatu variabel terhadap variabel lain merupakan nilai koefisien jalur yang diperoleh dari koefisien regresi estimasi Ordinary Least Square (OLS). Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F dan uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan dan parsial mampu menjelaskan perubahan variabel dependen pada setiap jalur persamaan model trimming.
Artinya, suku bunga kredit investasi (Z1) dan 45,08% faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan jalur kedua secara simultan dapat menjelaskan perubahan variabel Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) (Z2). Artinya, jika faktor lain dianggap konstan, penurunan suku bunga kredit investasi (Z1) sebesar 1% berpengaruh langsung terhadap peningkatan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) (Z2) sebesar 0,4324% sebagian. Dengan demikian disimpulkan bahwa Hipotesis Nol Kedua (Ho2) ditolak dan/atau diterima Hipotesis Alternatif Kedua (Ha2) yang menyatakan bahwa Tingkat Kredit Investasi (Z1) berpengaruh terhadap Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) (Z2). 2) Pengaruh langsung realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) (Z2) terhadap tingkat inflasi (Y1).
Artinya realisasi Penanaman Modal Asing (FDI) (Z2) dan 79,35% faktor lain yang tidak tercantum dalam persamaan jalur kelima secara simultan dapat menjelaskan perubahan variabel Tingkat Inflasi (Y1).
Hasil Pengaruh Tidak Langsung Model Trimming
Tidak terdapat pengaruh langsung realisasi belanja modal pemerintah terhadap laju inflasi di Indonesia selama periode 2010Q1 – 2019Q4, yang tidak sejalan dengan teori permintaan dan penawaran agregat. Terdapat beberapa penyebab tidak adanya pengaruh langsung Realisasi Belanja Modal Pemerintah terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia periode 2010Q1 – 2019Q4. Tidak adanya pengaruh langsung Realisasi Belanja Modal Pemerintah terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia periode 2010Q1 – 2019Q4 berbeda dengan hasil studi empiris yang ada.
Berdasarkan hasil analisis jalur dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, Realisasi Belanja Modal Pemerintah tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap laju inflasi di Indonesia selama triwulan I tahun 2010 – triwulan IV tahun 2019, baik melalui realisasi investasi asing langsung (FDI) maupun nilai tukar USD/IDR. Analisis pengaruh tidak langsung realisasi belanja modal pemerintah terhadap laju inflasi di Indonesia periode triwulan I tahun 2010 – triwulan IV tahun 2019 belum selesai dilakukan. Berdasarkan hasil analisis jalur dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, Realisasi Penanaman Modal Asing (FDI) tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat inflasi di Indonesia selama periode Q1 2010 – Q4 2019.
Tidak adanya pengaruh langsung nilai tukar USD/IDR terhadap inflasi di Indonesia selama periode 2010Q1 – 2019Q4 berbeda dengan hasil studi empiris yang ada.
PENUTUP
Kontrak bisnis ini memungkinkan importir untuk menerima harga yang sama untuk barang impor meskipun nilai tukar USD/IDR melemah selama proses penyelesaian transaksi. Kedua, penelitian yang dilakukan di Indonesia selama periode 1997Q3 – 2014Q3 menemukan bahwa depresiasi nilai tukar USD/IDR berdampak pada peningkatan indeks harga impor (Isnowati & Setiawan, 2017). Ketiga, penelitian yang dilakukan di Indonesia dan Thailand dari Januari 1990 hingga Desember 2008 menunjukkan bahwa pengaruh positif nilai tukar USD/IDR terhadap inflasi harga konsumen di Indonesia dan Thailand telah menurun sejak diperkenalkannya Inflation Targeting Framework (ITF) yang masing-masing dimulai pada tahun 2005 dan 2000 (Siregar dan Goo, 2). 009). . meningkatkan realisasi belanja modal negara berupa pembangunan proyek infrastruktur jalan, irigasi dan jaringan, yang mengurangi komponen biaya transportasi dan logistik.
Hal ini disebabkan tidak adanya pengaruh langsung Realisasi Belanja Modal Pemerintah terhadap Suku Bunga ULN yang memediasi pengaruh tidak langsung Realisasi Belanja Modal terhadap Tingkat Inflasi melalui Realisasi PMA dan Nilai Tukar USD/IDR. Hal ini karena Nilai Tukar USD/IDR sebagai variabel mediasi tidak berpengaruh langsung terhadap tingkat inflasi. Dengan diterapkannya kerangka kebijakan moneter dengan sasaran inflasi, adanya persaingan perdagangan internasional dan kontrak bisnis transaksi internasional merupakan tiga hal yang menyebabkan tidak adanya pengaruh langsung Nilai Tukar USD/IDR terhadap Tingkat Inflasi.
Terkait dengan hasil kajian tersebut, Bank Indonesia dapat melakukan beberapa hal untuk mencapai dan menjaga inflasi yang rendah dan stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Positive correlation between government spending and real interest rate: testing Ramsey model based on US and Chinese data. Accessed on 03 March 2021, from https://blogs.worldbank.org/psd/false-debate-choosing-between-promoting-fdi-and-domestic-investment. Exchange rate passes through to import prices in Indonesia: Evidence post free floating exchange rate.
The Relationship Between Foreign Direct Investment and Inflation: Econometric Analysis and Predictions in the Case of Sri Lanka. Foreign Direct Investment in Developing Countries: What Policymakers Shouldn't Do and What Economists Don't Know.