Pada Tabel 5.1 hasil pengujian serapan agregat kasar berdasarkan SNI 1969-2008 metode pengujian pemisahan dan penyaringan sebesar 2,521%. Dari rata-rata hasil pengujian keausan agregat kasar diperoleh hasil pengujian sebesar 19,24% sehingga dapat disimpulkan hasil pemeriksaan agregat kasar. Pengujian kadar lumpur agregat kasar dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing agregat kasar sehingga diperoleh hasil sebesar 0,437%.
Dari Tabel 5.1 hasil pengujian kadar lumpur pada agregat kasar terlihat bahwa agregat kasar mempunyai persentase kadar lumpur yang kecil, sehingga merupakan agregat yang berkualitas baik untuk bahan pencampur pada aspal, sehingga agregat tersebut memenuhi spesifikasi yaitu tidak lebih dari 1%. Pengujian berat jenis dan serapan agregat halus berdasarkan SNI 1969-2008 dilakukan sebanyak 2 kali (2 fasilitas pengujian). Tabel 5.2 menunjukkan bahwa hasil uji berat jenis agregat halus baik untuk campuran aspal, agregat dengan berat jenis rendah mempunyai volume yang besar sehingga memerlukan jumlah aspal yang banyak.
Tabel 5.2 menunjukkan hasil uji serapan agregat halus berdasarkan metode pengujian SNI 1969-2008 yaitu 2,041% Dapat disimpulkan bahwa agregat halus baik dan tahan terhadap porositas. Berdasarkan Tabel 5.1 dan 5.2 diatas terlihat bahwa pengujian agregat kasar dan halus meliputi berat jenis agregat, serapan agregat, keausan agregat dan kadar lanau agregat telah memenuhi persyaratan pada Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Revisi 2. Pengujian material aspal meliputi berat jenis aspal, titik lembek, penetrasi, susut berat minyak aspal, viskositas, serta pengujian titik nyala dan titik bakar.
Dari hasil penelitian diketahui berat jenis aspal adalah 1,052 dengan batas minimal 1. Dapat disimpulkan bahwa aspal yang digunakan mempunyai kandungan minyak dan partikel yang sedikit, sehingga aspal yang digunakan mempunyai mutu yang baik.
Proporsi Agregat Campuran Beraspal
Dalam penelitian ini digunakan metode SMA untuk merancang campuran aspal yaitu Stone Mastic Asphalt (SMA) yang merupakan aspal campuran panas yang biasa digunakan sebagai lapisan permukaan pada jalan raya, dimana campuran yang digunakan terdiri dari dua bagian. , termasuk bahan pengikat aspal agregat dan bulu dengan proporsi 60/70 yang tinggi serta penggunaan serat selulosa yaitu serat rami. Mix design dilakukan sebelum sampel uji dibuat untuk menentukan proporsi agregat dan aspal yang akan digunakan dalam campuran aspal. Proporsi agregat dalam campuran yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan Peraturan Departemen Pekerjaan Umum 6 Tahun 2018 Revisi 2.
Dari hasil uji analisis pembenihan terlihat bahwa perhitungan setiap komposisi pada ayakan menunjukkan bahwa setiap agregat memenuhi kelayakan penentuan hasil proporsi campuran yang baik yang diterapkan pada proporsi pada setiap sampel yang sesuai dengan jenis batu. . Metode Campuran Aspal Mastik (SMA).
Perkiraan Awal Kadar Aspal
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, untuk memperoleh kadar aspal yang optimal di SMA (Stone Mastic Asphalt), kadar aspal divariasi dalam lima variasi kadar aspal sebagai berikut.
Kebutuhan Berat Agregat
Setelah mengetahui komposisi dan kandungan aspal yang direncanakan, langkah selanjutnya adalah membuat benda uji Stone Matrix Asphalt (SMA) untuk mengetahui kadar aspal campuran yang optimal. Pemadatan dilakukan dengan cara ditumbuk sebanyak 2 x 50 kali untuk jenis metode aspal matriks batu (SMA), dengan menggunakan alat pemadatan lalu lintas Marshall seperti yang dipersyaratkan oleh Bina Marga untuk campuran aspal matriks batu (SMA).
Analisa Perhitungan Sifat Volumetrik Aspal
Pengujian Campuran Beraspal Jenis SMA
Hasil Pengujian Marshall
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap nilai pengujian memenuhi spesifikasi umum Bina Marg mengenai batas minimal pengujian aspal. Berdasarkan Tabel 5.9, hasil rekapitulasi uji Marshall pada variasi campuran aspal dan serat rami 0,2% menunjukkan nilai stabilitas tertinggi sebesar 1059,95 kg. Nilai kestabilan mengalami penurunan seiring dengan penambahan kadar aspal dan campuran serat rami, karena kadar aspal 6% mencapai nilai optimum.
Nilai keawetan secara keseluruhan memenuhi spesifikasi campuran aspal stone damar wangi (SMA) yaitu minimal 600 kg. Nilai kebocoran setiap perubahan kadar aspal mengalami peningkatan, dan nilai tertinggi terdapat pada kadar aspal 7%. Kandungan serat rami sendiri ditingkatkan dari variasi 0% - 0,3%, semakin tinggi tingkat variasi serat rami maka nilai alirannya juga semakin tinggi, namun nilai alirannya memenuhi semua spesifikasi umum.
Masing-masing variasi serat rami memenuhi spesifikasi yaitu kadar serat rami 0% dan 0,1% dengan kadar aspal 6,5%, kadar serat rami 0,2% dan 0,3% dengan kadar aspal 6%. Untuk VMA menunjukkan bahwa nilai VMA cenderung meningkat dan menurun pada setiap variasi kadar aspal. Secara keseluruhan, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa VMA memenuhi syarat yang dipersyaratkan yaitu minimal 17%.
Analisa Karakteristik Campuran Beraspal Jenis SMA
Analisis pengaruh kadar aspal terhadap VMA (Void in Mineral Aggregates). Volume rongga udara pada agregat campuran atau VMA adalah rongga udara dalam campuran (VIM) pada campuran perkerasan aspal, terdiri dari ruang udara antar partikel agregat pembentuk aspal. Gambar 5.18 menunjukkan bahwa pada setiap variasi, kandungan serat rami mengalami penurunan seiring dengan penambahan aspal. Hal ini disebabkan karena rongga antar butiran agregat pada campuran semakin mengecil akibat penambahan kadar aspal yang mengisi rongga antar butiran agregat. Pengaruh penggunaan serat rami sendiri terhadap nilai VMA mengakibatkan turunnya nilai VMA, karena serat rami sendiri mempunyai sifat mampu mengisi ruang udara antar agregat. Oleh karena itu, penambahan aspal pada campuran cenderung menurunkan nilai VMA. namun penurunan nilai VMA masih dalam batas, syaratnya minimal 17%.
Tabel 5.11 menunjukkan nilai determinasi yaitu dan 0,9811%. Hasil ini mendekati 1% yang berarti hubungan antara nilai determinasi dengan nilai VMA mempunyai korelasi yang kuat, sehingga hubungan antara nilai VMA dengan kadar aspal ada nyambung. Grafik tersebut menunjukkan bahwa pengaruh penambahan kadar serat rami secara bersama-sama dengan penambahan kadar aspal menunjukkan adanya penurunan nilai VIM. Tabel 5.12 menunjukkan variasi kadar serat rami 0% dan 0,1% memenuhi syarat yaitu kadar aspal 6,5%.
Tabel 5.13 menunjukkan nilai determinasi yaitu dan 0,994% Hasil ini mendekati 1% yang berarti hubungan antara nilai koefisien determinasi dengan nilai VIM mempunyai korelasi yang kuat, sehingga hubungan antara nilai VIM dengan kadar aspal berhubungan. satu sama lain. Gambar 5.20 menunjukkan nilai kestabilan tertinggi terdapat pada kadar serat rami 0,2% yaitu sebesar 1059,95 kg, dimana berada pada kadar serat rami 0%. Sebab, selain penambahan aspal, aspal tersebut mampu menutupi agregat dengan sangat baik.
Nilai durabilitas menurun pada kadar serat rami 0,2% menuju kadar aspal 0,3%, hal ini disebabkan karena kadar aspal terlalu tinggi sehingga aspal tidak efektif lagi dalam menutupi agregat. Tabel 5.15 menunjukkan nilai determinasi yaitu dan 0,619%, hasil ini mendekati 1% yang berarti hubungan antara nilai koefisien determinasi dengan nilai stabilitas mempunyai korelasi yang kuat yaitu hubungan antara nilai koefisien determinasi dan nilai stabilitas. nilai kestabilan dan kandungan aspal. saling berhubungan. Gambar 5.21 menunjukkan bahwa nilai aliran setiap variasi kandungan serat rami semakin meningkat seiring dengan penambahan kadar aspal, hal ini menjelaskan bahwa campuran tersebut lebih tahan terhadap perubahan bentuk atau deformasi akibat beban lalu lintas.
Tabel 5.17 menunjukkan nilai determinasi yaitu dan 0,9765%. Hasil ini mendekati 1% yang berarti hubungan antara nilai determinasi dengan nilai aliran mempunyai korelasi yang kuat, sehingga hubungan antara nilai aliran dengan nilai aliran Kadar aspal berhubungan. Gambar 5.22 menunjukkan bahwa nilai MQ setiap variasi kandungan serat rami semakin meningkat seiring dengan peningkatan kadar aspal hingga batas maksimum. Setelah mencapai batas maksimal, penambahan kadar aspal justru dapat menurunkan nilai MQ campuran. . Tabel 5.19 menunjukkan nilai determinasi yaitu dan 0,9904%. Hasil ini mendekati 1% yang berarti hubungan antara koefisien determinasi dengan nilai MQ mempunyai korelasi yang kuat, sehingga hubungan antara nilai MQ dengan kadar aspal berhubungan.
Penentuan kadar aspal optimal dimaksudkan untuk menentukan kadar aspal efektif dalam suatu campuran berdasarkan kadar aspal yang sesuai dengan nilai karakteristik marshal. Dari keempat gambar di atas terlihat pada grafik batang bahwa nilai yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar aspal (AAC) optimum dicapai pada kadar serat rami 0% dan kadar serat rami 0%.
Serat Rami 0,3%
Kadar Aspal (%)
Spesifikasi
Pengujian Campuran Aspal Jenis SMA Tahap Kedua .1 Hasil Pengujian Marshall
- Hasil Pengujian Stabilitas Marshall Sisa
Rangkuman hasil pengujian Marshall dengan bahan tambah serat rami dengan kadar serat dan 0,3% dengan kadar aspal optimal dapat dilihat pada Tabel 5.19 di bawah ini. Nilai VMA tertinggi sebesar 19,13% pada kadar serat rami 0% dengan kadar aspal optimal 6,5%. Hal ini disebabkan karena kadar aspal terlalu tinggi untuk mengisi ruang udara antar agregat, sedangkan nilai VMA cenderung menurun setiap penambahan kadar serat rami yaitu pada kadar serat rami 0,2% dan optimal 0,3%. kadar aspal sebesar 6%, hal ini dikarenakan penggunaan serat rami sendiri mempunyai kemampuan mengisi ruang udara antar agregat. Nilai VIM tertinggi terdapat pada kadar serat rami 0% dengan kadar aspal optimal sebesar 6,5%, hal ini disebabkan banyaknya aspal yang mengisi rongga antar agregat, sedangkan pada kadar serat rami optimal sebesar 0,2% dan 0,3% pada kadar aspal optimal 6%.
Nilai stabilitas optimum sebesar 1126,19 kg pada serat rami 0,2%, hal ini dikarenakan penambahan serat rami dapat meningkatkan stabilitas aspal. Nilai alir pada campuran yang menggunakan serat rami mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak menggunakan serat rami. Terlihat nilai pada kadar serat rami 0% sebesar 2,62 mm dan untuk nilai dengan kadar serat rami 0,3% sebesar 2,64 mm. Nilai MQ yang diperoleh akan meningkat hingga nilai optimumnya, setelah itu nilai Koefisien Marshall (MQ) akan menurun. Penambahan serat rami dapat meningkatkan kelenturan campuran jika pada kadar yang tepat, jika berlebihan akan menghasilkan campuran yang lebih kaku dan mudah retak, sehingga campuran mudah teroksidasi sehingga mengakibatkan terkelupasnya lapisan perkerasan jalan.
Pengulangan hasil uji kestabilan Marshall menggunakan serat rami dengan kadar serat rami dan 0,3% dengan kadar aspal optimal dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Stabilitas sisa Marshall dilakukan untuk melihat nilai keawetan campuran yang ditunjukkan dengan indeks perendaman dan penurunan nilai stabilitas. Hal ini untuk memperoleh rongga campuran udara yang besar pada kondisi ekstrim sehingga diperoleh campuran yang lebih fleksibel meskipun dalam kondisi terburuk sekalipun.
Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai stabilitas sisa Marshall meningkat ketika penambahan kandungan serat rami sesuai proporsi aspal optimum. Hal ini disebabkan karena penggunaan serat rami dapat membantu sifat timbal balik antar agregat menjadi baik sehingga meningkatkan nilai kestabilan sisa Marshall, dan juga penggunaan serat rami dapat memperkecil rongga-rongga pada campuran sehingga menjadi agregat. kedap. Jadi dapat disimpulkan bahwa campuran aspal tahan terhadap cuaca, air, suhu atau keausan akibat gesekan kendaraan.
Penentuan Proporsi Ideal yang Memenuhi Semua Karakteristik Campuran Beraspal