• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA

N/A
N/A
024 Diana Puspita

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis penggunaan Media Sosial terhadap tingkat kecemasan pada remaja

1

ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA

Diana Ratna Puspita

Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya [email protected]

Dwi Hana Farida

Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya [email protected]

Abstrak

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, individu tidak terlepas dengan berbagai persoalan dan untuk memperoleh banyak informasi maka di era modern saat ini sangat bergantung dengan akses media sosial namun dampak yang ditimbulkan cukup mengkhawatirkan terhadap kecemasannya sehingga peneliti perlu menganalisis seberapa parah tingkat kecemasan yang dialami oleh remaja dengan akses media sosial, Metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah studi literatur dan jurnal-jurnal kepustakaan, karya tulis ini menggunakan jurnal-jurnal terbaru dan terpercaya dari skala nasional, dan hasil penelitian yang didapatkan adalah efek negatif dari kecanduan media sosial dengan kehidupan sosial individu tersebut atas kondisi aktivitas antar pribadi. Semua remaja yang menjadi subjek penelitian mempunyai keterampilan di media sosial dalam derajat yang berbeda.

Kata Kunci: Media sosial, kecemasan, remaja

Abstract

Along with the development and advancement of technology, individuals are inseparable from various problems and to obtain a lot of information, so in this modern era it is very dependent on access to social media, but the impact is quite alarming on their anxiety, so researchers need to analyze how severe the level of anxiety experienced by adolescents with access to social media, the research method used in this scientific work is the study of literature and library journals, this paper uses the latest and most trusted journals from a national scale, and the research results obtained are the negative effects of social media addiction on life the social status of the individual on the conditions of interpersonal activity. All of the youth who were the subject of the study had skills in social media to varying degrees

Keywords: Social media, anxiety, teenager.

PENDAHULUAN

Di Era modern saat ini teknologi sangat menjadi bagian penting bagi manusia, dari usia anak-anak hingga tak terkecuali para remaja. Kemudahan menggunakan berbagai teknologi seperti gadget juga memberikan banyak akses untuk memperoleh informasi dengan cara berselancar di media sosial. Menurut website dari Ditjen perbendaharaan kemenkeu RI Meulaboh Aceh, dijelaskan bahwa kemajuan dan pemakain jaringan komunikasi elektronik secara internasional sekarang ini makin bertambah. Kondisi itu tidak luput pada saluran jagat maya makin gampang tergapai atau sudah merata hingga ke pedesaan lalu tarif saluranya pun makin ringan saat memakai jaringan komunikasi elektronik, berlandaskan dapatan dari peninjauan Literasi Digital Nasional 2020..

selain itu konsekuensi pada situasi itu ialah perkara kenaikan dalam mengaplikasikan social media yang bertambah lama kan makin tinggi dan sangat popular

dipakai sama semua khalayak. Perkembangan teknologi dan komunikasi memiliki dampak sosial secara tidak langsung pada masyarakat modern juga. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah masyarakat dapat bersosialisasi dengan sangat mudah walaupun mereka tinggal berjauhan dan tetap mudah berkomunikasi, berinteraksi dan membentuk komunitas tertentu. Dalam masyarakat saat ini, sangat mudah untuk mengekspos kehidupan pribadi melalui media sosial. Silaturahmi, membangun relasi, berbagi informasi, dan membangun relasi interpersonal semua bisa dilakukan melalui dunia maya.

Menurut statistik digital global yang dilansir oleh We Are Social pada Agustus 2014, kuantitas konsumen dalam menggunakan jaringan komunikasi elektronik di seluruh dunia terus bertambah, terhitung 41,5 juta jiwa atau 2,95 miliar orang. Data Agustus 2015 semakin meningkat, mencapai 43% dari populasi dunia dan 3,17 miliar pengguna internet aktif. Kondisi tersebut

(2)

meyakinkan bahwasanya kemajuan ini dapat membagikan pengaruh yang signifikan bagi seluruh masyarakat, yang merupakan hampir setengah dari populasi dunia. Di Indonesia, menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), didapakan hasil 88,1 juta pemakai jaringan komunikasi elektronik di Indonesia, dimana 48% di antaranya adalah pengguna internet harian.

Sosial Media ialah elemen atas sarana korespondensi. Chris Brogan pada bukunya yang bertajuk Social Media 101 Tactic and Tips to Develop Your Business Online yang muncul di tahun 2011 mendeskripsikan bahwasanya social media itu menjadi bagian dari saraana untuk berkomunikasi serta sarana kerja sama yang mengharuskan banyaknya bentuk korelasi yang pada awalnya tidak tersaji kepada rakyat umum.

Berlainan juga dengan sarana yang umum semacam koran, surat berkala, telegram elektronik dan teve, yang man hubungan ini personalitasnya amat eksklusif dan sukar dalam menambahkan korelasi terhadap besaran yang sangat kuat.

Kemajuan social media sangat kuat dan sebanding seimbang atas kemjuan jaringan komunikasi elektronik itu masing-masing. Sebelumnya kemajuan social media itu terbentuk di tahun 1978 melalui penciptaan prosedur papan pengumuman yang didaptkan lewat Ward Christensen dan Randy Suess. Slepas itu, kehadiran web hosting semacam Geocities menjad alat persewaan pengolahan informasi lewat jaringan komunikasi elektronik jadi asal muasal atas munculnya fasilitas website yang pada saat ini marak digunakan oleh manusia. Mengenai sarana jaringan sosial yang prima yakni Sixdegree.com, lalu di tahun 1999, kehadiran blogger mewujudkan kemajuan social media yang makin meningkat, sebab kelugasan yang diusulkan blogger pada pemakai fasilitasnya, yang mana konsumennya ini mampu menciptakan situs masing-masing secara Cuma- cuma serta perorangan. Lalu social media makin meruak atas kehadiran situs jaringan sosial semacam friendster (2002), situs penyedia LinkedIn dan MySpace (2003), twitter (2006) sampai facebook (2004) dan Instagram (2010), apalagi tarif yang diberikan pun makin rendah serta gampangnya kanal jaringan komunikasi elektronik, gaya konsumen social media ikut beralih ke penerpan social media yang berpusat melalui aplikasi video yang makin tamak informasi semacam youtube dan tiktok.

Seiring dengan banyaknya media sosial yang dapat diakses dengan berbagai macam suguhan kontennya, hal tersebut banyak mempengaruhi unsur kehidupan manusia. Dampak buruk internet khususnya media sosial sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial remaja. Seperti perubahan perilaku, pola pikir dan tingkat kecemasan khususnya pada remaja, kecemasan sendiri adalah hal yang paling krusial dari unsur-unsur diri.

Menurut Unicef, kecemasan merupakan opini yang muncul yang timbul saat kita merasa bimbang atau resah terhadap suatu hal. Perasan cemas atau tegang ialah kondisi yang amat manusiawi. Selama kurun waktu tertentu, kita umumnya merasakan perasan yang damai dan menyenangkan. Perasaan bimbang dan cemas khawatir dan takut, dalam keterangan yang terbatas, bisa mengakomodasi, mengawasi, bahkan menanungi atas suatu kemudaratan. namun, kadang kala, was-was mendatangkan kondisi yang bahkan menjadi negatif.

Kebimbangan yang berlaku secara terus-menerus bisa memicu kecemasan yang akan terus berlarut-larut.

Secara khusus, kecanduan media sosial mengacu pada perilaku menghabiskan banyak waktu di situs jejaring sosial. Ketergantungan didiagnosis karena pengguna menunjukkan gejala perilaku kecanduan terhadap hubungan online. Terlalu sering menggunakan media sosial mengacu pada terbuangnya durasi di situs jejaring sosial, dan pengguna media sosial kehilangan kendali atas waktu mereka. Banyak diketahui dari seringnya peggunaan media sosial membuat remaja kurang tertarik untuk membaca dan belajar. Remaja saat ini lebih cenderung berinteraksi dengan gadget pribadinya.

(Henisaputri, 2022)

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, penulis ingin menganalisis bagaimana penggunaan media sosial terhadap tingkat kecemasan pada remaja. mengingat remaja adalah generasi yang paling paham dan terbuka mengenai teknologi serta bagaimana mengakses informasi melalui media sosial yang ada di internet.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini ialah menggunakan analisis pustaka acuan dan jurnal referensi. Informasi ekspansi ini ditemukan melalui analisi pustaka acuan berbentuk data ststistik, laporan hasil penelitian, serta halaman web resmi dari beragam lembaga berskala regional maupun nasional. Selanjutnya, karangan esai ini juga memakai jurnal yang aktual dan otentik dari skala nasional.

HASIL DAN PEMBAHASAN Media Sosial

Sebagai salah satu unsur penting kehidupan manusia di era digital saat ini, membuat masyarakat selalu bergantung dengan ponsel atau yang biasa disebut dengan gadget. Penggunaan gadget yang meningkat tak terlepas dengan akses internet yang berhubungan langsug dengan aplikasi dunia maya, yakni media sosial. Media dengan jejaring sosial yang luas memudahkan individu untuk berkomunikasi jarak jauh, berkawan dengan orang tak dikenal, hingga memperoleh informasi melalui konten- konten yang tersedia di berbagai macam platform.

(3)

Analisis penggunaan Media Sosial terhadap tingkat kecemasan pada remaja

3 Menurut (Quan-Haase & Sloan, 2022) menjelaskan bahwa Proliferasi global media sosial belum pernah terjadi sebelumnya baik dalam pertumbuhan pengambilan dan produksi konten. McClain et al. (2021) melaporkan bahwa pada tahun 2021, sebanyak 81% orang dewasa online Amerika menggunakan YouTube. 69% menggunakan Facebook, 40% Instagram. 31% Pinterest, 28% LinkedIn, 25% Snapchat, dan 23% Twitter. Sebagian besar anak muda selalu menggunakan Snapchat dan Instagram, memeriksa konten secara teratur sepanjang hari.

Singkatnya, penggunaan media sosial telah menjadi praktik sehari-hari bagi banyak orang. Jumlah data yang dihasilkan dan disimpan setiap menit belum pernah terjadi sebelumnya. Bagi para sarjana, revolusi dalam komunikasi ini memberikan peluang sekaligus tantangan. Banyaknya konten buatan pengguna yang didigitalkan merupakan sumber informasi yang berpotensi kaya tentang dunia sosial termasuk interaksi, sikap, opini, dan reaksi virtual terhadap peristiwa dunia nyata (Hruska

& Maresova, 2020). Namun tantangan komputasi dan analitik adalah signifikan bagaimana memproses sejumlah besar data, bagaimana menyaring kebisingan, bagaimana mendemokratisasi akses ke data media sosial untuk komunitas ilmu sosial yang lebih luas, bagaimana memahami perilaku online, dan bagaimana menerapkan konsep ilmiah sosial tradisional tentang pengambilan sampel dan inferensi untuk memahami hubungan antara komunitas online dan populasi yang lebih luas. Media sosial telah menjadi situs belajar yang khas di berbagai disiplin ilmu dan subdisiplin.

Dalam berbagai hal. penelitian media sosial dapat membantu mendobrak silo akademik tradisional.

Misalnya, konferensi Social Media & Society telah menampilkan peneliti yang mengidentifikasi disiplin mereka sebagai komunikasi, sosiologi, manajemen bisnis, ilmu komputer, ilmu data. geografi, fisika. neurologi, ilmu sosial komputasi. ilmu informasi, humaniora digital, psikologi, kesehatan masyarakat, dan disiplin ilmu lainnya (Social Media & Society. 2020). Dalam penelitian yang telah dilakukan tentang behavioral intention to use social media oleh (Cendrawan & Ajisuksmo, 2020), diketahui dari hasil penelitian mendeskrisikapn bahwa beberapa penyebab yang mempengaruhi usia produktif remaja terutama pada mahasiswa untuk sering menggunakan media sosial dikarenakan bahwa information seeking behavior, hedonic behavior, dan sense of community. Abraham kemauan atas perseorangan itu diperkirakan lewat goal intention.

Behavioral intention to use social media dimotivasi atas keinginan individu untuk mencapai sebuah tujuan

Terdapat banyak hal atau keuntungan yang diperoleh individu dari penggunaan media sosial yaitu memperoleh pengetahuan secara mudah dan

cepat, mengakses hiburan, dan berjejaring bersama orang lain. Hal-hal itulah yang mendorong individu untuk mengakses media sosial. Ajzen (1991, h. 181; 2012, h. 438) mengungkapkan bahwasannya dalam diri individu memiliki keinginan untuk memunculkan dorongan yang mempengaruhi perilaku individu.

Remaja

Sebagai seseorang yang hidup maka setiap individu pasti akan mengalami perkembangan dalam hidupnya, di mana perkembangan manusia ialah hasil dari proses fisik yang mencakup beberapa perubahan individu yang bersifat biologis. Warisan dari gen orang tua, hormon yang berubah-ubah selama masa remaja, usia lanjut, juga transformasi selama-lamanya lewat otak, tinggi badan, berat badan, serta kecakapan gerak seluruh mempresentasikan karakter pertumbuhan melalui metode biologis (Nursalim et al., 2007). Selain itu, perkembangan juga merupakan hasil dari proses kognitif yang meliputi Bagaimana pikiran berubah, kemahiran, dan bahasa tubuh.

Seperti misalnya, bayi mencermati objek pancarona yang teralun-alun pada box nya, menata percakapan mengenai masa depan, memimpikan diri pribadi menjadi orang terkenal, menghafal nomor telepon, seluruhnya itu memperlihatkan kontribusi prosedur psikologis. Selain metode biologis dan proses kognitif perkembangan juga merupakan hasil dari metode sosial-emosional (socioemotional process) yang diliputi oleh transformasi dalam interaksi perseorangan terhadap banyak manusia, peralihan terkait emosi dan peralihan pada karakter. Bayi yang tersenyum menjadi bentuk respon atas sentuhan ibunya, anak gadis yang menjadi asertif, keagresifan orang laki-laki dalam olah raga serta rasa belas kasih yang sama- sama diberikan oleh pasangan, itu semua mempresentasikan peranan proses sosial emosional.

Diketahui pula, fase perkembangan individu yang paling menonjol adalah fase remaja (Putri et al., 2016) secara bahasa sendiri kata remaja didasari dari kata bahasa latin adolescere dengan makna bertumbuh jadi dewasa. Dengan demikian, hal ini memiliki makna yang sangat besar lagi yang meliputi maturitas psikis, perasaan, kemasyarakatan, dan jasmani. Fase remaja ialah bagian perkembangan individu yang sangat krusial, hal tersebut dimulai dari matangnya perananan orgsn tubuh fisik (seksual) kemudian bisa bereproduksi. Pendapat dari Konopka fase remaja ini terdiri dari (a) remaja awal: 12- 15 tahun, (b) remaja madya 15-18 tahun, serta (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Di ketahui dari Salzman mendeskripsikan, bahwasannya remaja ialah fase perubahan perilaku bergantung (dependence) kepada wali individu yang mengarah kebebasan (independence).

Peminatan seksual, inisiatif diri yang suka merenung, dan memperhatikan setiap rancangan yang mengandung keindahan, serta gosip-gosip moral. berdasarkan aturan di

(4)

Amerika serikat ketika pribadi diklaim telah dewasa bila dia beranjak di usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun sama halnya dengan aturan sebelum itu. Remaja ialah suatu fase pertumbuhan yang mana individu melebuh ke dalam masyarakat yang telah dewasa, merasa jika dirinya berada pada tingkatan bawah individu yang cukup matang atupun merasa serupa, atau bisa jadi sejajar. Menjajaki di kelompok penduduk yang sudah akil balig ini banyak pihak yang afektif, kurang lebih pada masa remaja..

Remaja kali ini mengalami perubahan pada bidang psikologis. Perubahan psikologis dari segi bagaimana berasumsi, remaja ini ada kemungkinan mereka tidak sekedar bisa mempersatukan dia kedalam orang dewasa, namun juga menjadi kepribadian yang sangat terlihat melalui segala fase perubahan. Remaja sebenarnya tidak memiliki area yang terbuka. Mereka berakhir tidak menjadi bagian kelompok anak-anak, namun sudah bisa dikabulkan secara ekstensif menyusup ke kelompok manusia yang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh Karen itu, remaja biasanya terkenal atas taraf "memeriksa identitas" atau taraf "topan dan Badai". Penguasaan dan pemfungsian fisik maupun psikis bagi remaja masih dikatakan belum sempurna tetapi, yang harus dipahami ialah fase remaja menjadi fase perkembangan sedang memiliki potensi di masa tersebut, baik ditinjau dari segi kognitif, emosi, maupun fisik. (Al- Faruq & Sukatin, 2020)

Perkembangan secara remaja jelas menunjukkan sifat peralihan atau peralihan karena bukan lagi berstatus anak-anak dan belum ada di fase dewasa. Menurut (Gunarsa, 2008) masa remaja menjadi masa peralihan karena pada saat ini individu telah menghabiskan fase kanak-kanak namun belum menginjak fase dewasa.

Hiperaktif yang terjadi pada remaja di media sosial juga membuat mereka kerap mengupload aktivitas kesehariannya yang seolah mendeskripsikan gaya hidup, mereka berusaha mengikuti. Namun, segala yang ditunjukkan di media sosial tidak selalu menjelaskan kehidupan sosial mereka yang sesungguhnya. Saat kaum remaja ini mengunggah tentang bagian dari bahagia jiwa mereka, biasanya tidak jarang hidupnya merasa sendirian atau hampa. Individu sebagai seseorang yang suka berkreasi dapat menciptakan banyak sesuatu, seperti misalnya adalah ruang relasi untuk berkomunikasi di dunia maya. Tiap-tiap individu dapat menunjukkan identitas kepribadian yang lain saat berada di mayantara ataupun dunia yang faktual. Dalam penelitian ini ditujukan untuk menganalisis pengaruh jejaring sosial Menjelaskan apa saja pengaruh jejaring sosial pada masa perkembangan remaja selanjutnya untuk menganalisis berbagai pengaruh dari perilaku remaja yang diakibatkan dari jejaring media sosial saat ini.

Kecemasan

Kecemasan sosial mempunyai hubungan dengan kecemasan komunikasi. Ini dideskripsikan sebagai perasaan cemas atau khawatir jika orang tersebut dihadapkan pada kondisi sosial. Orang yang berpengalaman terhadap kecemasan sosial akan berkembang menjadi emosi negatif dan antisipatif hal-hal minus dalam interaksi dan berkomunikasi pada berbagai orang (DeVito, 2001). Individu mempunyai berbagai fisik yang berciri sebagaimana dia gelisah, tawar hati, kalem dan proaktif dalam berkomunikasi terhadap individu yang beda serta menjauhi opini minus kepada individu lain yang menentangnya (Geçer & Gümüş, 2010).

Berdasarkan pembahasan Prayoga dan Akmal (2014) menjelaskan bahwasanya ada hubungan antara rasa takut terhadap kecemasan sosial dan kecanduan dalam bermedia sosial, orang yang mengalami kecemasan sosial berkemungkinan memakai social media terlalu sering, lalu kendala yang harus diatasi itu ada di dalam dirinya sendiri.

pengkajian (Prayoga & Akmal, 2014) memaparkan efek minus dari kecanduan social media dengan aktivitas sosial perseorangan tersebut atas kondisi aktivitas antar pribadi.

Observasi lainnya mengatakan bahwasanya ada korelasi antara kecemasan sosial dan Kecanduan media sosial, yakni observasi yang diteliti oleh Soliha (2015) mengatakan bahwasanya kecemasan tersebut kecemasan sosial, depresi dan perasaan kesepian yang sangat mempengaruhi pada berkembangnya keterikatan dalam bermedia sosial.

Sebagai remaja yang menjadi target dalam studi ini menemukan bahwasanya untuk orang dengan kecemasan sosial lisan sangat tertekan ketika berkomunikasi secara tatap muka atau face to face , lalu hasilnya dia akan tergantung pada medianya dan hal ini dapat dilakukan secara tertulis yakni melalui media sosial.

Masalah ini diungkapkan sebab komunikasi online bisa menjadikan seseorang yang terasa didengarkan akan menjadi seseorang yang mudah untuk mengutarakan mengenai dirinya sendiri. Keadaan ini pula yang menciptakan jejaring sosial dapat berkembang pesat dan signifikan baru-baru ini. Seorang remaja dengan kecemasan sosial akan kecenderungan untuk berkomunikasi saat melakukan presentasi daring dan deskripsikan diri anda sebaik mungkin supaya memperoleh pandangan dan reputasi yang positif dari berbagai orang, biasanya tayangan yang ditunjukkan pun tidak relevan dengan diri sendiri. Keadaan tersebut menghasilkan remaja yang mempunyai kecemasan sosial akan makin menderita atas kecanduan dalam bermedia sosial.

Contohnya masalah terbesar dari kecanduan media sosial dikarenakan “TMI" atau remaja menyebut

“terlalu banyak informasi”. Anak remaja menghabiskan waktu luang mereka secara tidak sadar menggunakan

(5)

Analisis penggunaan Media Sosial terhadap tingkat kecemasan pada remaja

5 media sosual dalam kurun waktu yang lama mengungkapkan informasi mengenai kehidupan pribadinya, hal inilah yang bisa menyebabkan masalah seperti kerentanan akan pengganggu di dunia maya

TMI ini mengarah pada kemungkinan atas kepribadian lain, yaitu “FOMO” , atau resah jika tertinggal berita terbaru.” FOMO membesarkan hati anak remaja yang harus selalu memperoleh berbagi suatu pengetahuan dari internet melalui media sosial. Pada individu yang menjajaki fase remaja lebih rentan terkena bahaya dari predator internet, pornografi, kekerasan, Cyberbullying, pelanggaran privasi dan pencurian identitas. (Triastuti, Endah, Dimas Adrianto, 2017)

Contoh Hasil Penelitian

Beberapa penelitian telah membahas mengenai dampak pengunaan media sosial untuk remaja, beberapa di antaranya memberikan penjelasan bahwa kecemasan menjadi suatu hal yang paling banyak di temui terhadap pengaruh media sosial, seperti penelitian yang dilakukan oleh (Soliha, 2015) menjelaskan Bagian utama dari penelitian ini membicarakan mengenai apakah kecemasan sosial dapat mempengaruhi kecanduan dalam bermedia sosial remaja. Pengujian Hipotesis memakai metode analisis regresi linier sederhana. Sebelum melakukan kajian regresi, maka diperlukan membuat asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil normalitas uji Kolmogorov Smirnov pada Tabel 1 memperlihatkan hasilnya yaitu .209 > .05, maka dari itu bisa kita tanggapi bahwasannya distribusi data tersebut cocok dalam mencukupi asumsi normalitas.

Kemudian hasil tes Linearitas menunjukkan nilai .000 <

.05untuk sampai pada kesimpulan bahwa itu telah terpenuhi dalam persyaratan linearitas. Setelah Anda mengikuti tes Heteroskedastisitas dengan pemilihan tes glejser, perhatikan bahwa nilai p-value untuk variabel kecemasan sosial yakni sebanyakl .73. Seperti yang ditunjukkan oleh nilai p-value asilnya lebih dari .05 maka dapat disimpulkan benar bahwasanya variabel prediktor

tidak Ada gejala heteroskedastisitas. Jadi persyaratannya untuk mengaanalisis regresi linier sederhana sudah terisi.

Studi kelayakan model regresi. Hasil uji anova, dapat diperoleh bahwa tingkat signifikansi (p-value) lebih rendah sebagai α (.000 <.05), maka studi ini perlu dicoba cara Regresi pada variabel kecemasan sosial ada bukti efek variabel dependen di media sosial dalam penelitian ini.

Kerusuhan Determinasi

Pada Tabel 2 diketahui nilai r² atau R Kuadratnya adalah 0,072. Sehingga dapat diketahui bahwa koefisien determinasi yakni sejumlah 7,2%. Karakter menjelaskan bahwa hanya variabel dependen media sosial yang terpengaruh 7,2% menurut variabel kecemasan sosial Pada saat yang sama 92,8 persen lainnya. variabel lain berperan yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 2 juga menunjukkan hal itu dilihat dati nilai (std.

kesalahan estimasi), yaitu 8.95. Nilai ini kurang dari standar deviasi variabel kriteria, yaitu di Tabel 9 324. Jadi begitulah karena nilai SEE < STD (8.995 < 9.324), gaya regresi akan baik dan bisa digunakan sebagai prediktor.

Lebih rendah nilai SEE bakal membuat model regresi, semakin akurat saat menaksir variabel kriteria.

Perhitungan koefisien regresi. Koefisien regresi mengillustrasikan persamaan regresi demi mengetahui bilangan konstan dan uji hipotesis signifikan dengan koefisien regresi. Kemudian kita tahu jika p-value .000, koefisiennya α ditentukan yaitu .05 yang berarti p-value

<α (.000 <.05) atau ketentuan jika ditolak tolak H0 dan apabila diterima yaitu H1 berarti kecemasan sosial mempengaruhi kecanduan Media sosial di kalangan remaja. Juga dikenal dalam penelitian ini persamaan regresi yang diperoleh yaitu Y=46.387+.104X, artinya setiap kenaikan 1 untuk variabel kecepatan massa sosial, lalu kecanduan dalam bermain Media sosial pun Kan berkembang sebanyak .104.Jadi bisa dibilang, semakin besar kecemasan sosial yang tinggi, hal ini akan membuat remaja semakin kecanduan dalam bermedia sosial. Serta mengeksplorasi korelasi kausalitas antara dua variabel, penelitian ini juga melakukan analisis Deskripsi variabel kecemasan sosial pada remajs. Berhubungan dengan hasil dari perhitungan tersebut diketahui bahwasanya Rata-rata

= 162.39 dan median 162 dengan skor minimal 88 dan skor maksimal 247. Meskipun jangkauan nilai yamg masuk penelitian ini sebanyak 159. Berdasarkan rentang nilai,

(6)

explorer mengklasifikasikan kecemasan sosial dalam 3 jenis yakni besar, sedang dan rendah.

Remaja dengan tingkatan kecemasan sosial yang tinggi memiliki skor antara 196-249. skor 142 dan 195 termasuk kelas menengah. Lalu jika skor tersebut memiliki skor 88- 141 maka tingkat kecemasan sosial ini rendah

Hal ini diketahui dari Tabel 3 dimiliki oleh sebagian besar siswa kecemasan sosial sedang, jika prosentasenya 74,6%, maka 8,2 kelompok sasaran D44 takut kelas sosial dalam kategori atas. Selain itu sisanya 17,2% dari kelompok uji mempunyak kecemasan sosial yang rendah.

Hal ini diketahui dari Tabel 3 dimiliki oleh sebagian besar siswa kecemasan sosial sedang, jika prosentasenya 74,6%, maka 8,2 kelompok sasaran D44 takut kelas sosial dalam kategori atas. Selain itu sisanya 17,2% dari kelompok uji mempunyak kecemasan sosial yang rendah.

Dari hasil olah data tersebut maka diketahui bahwasanya ketergantungan rata-rata Media sosial ada di grup topik 63,20 dan minimal 29 poin maksimum 96 dan rata-rata 63. Mengenai kisaran nilai minimum dan nilai maksimalnya ialah 67. Jadi peneliti mengklasifikasikan tingkat kecanduan media sosial dalam kelompok topik yang dibagi menjad tiga macam, yaitu: tinggi, sedang, dan secara internal. Sekelompok mata pelajaran dengan poin 75-97, inklusif kategori media sosial panjangnya grup Topik yang mempunyai Item 52-74 disertakan dalam kelas ketergantungan media sosial moderat. Adapun kelompok - Masalah media kelas sosial bawah berkisar dari nilai 29 hingga 51.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwasanya hal ini dimiliki oleh sebagian besar remaja pada level media sosial sedang rata-rata perosentasenya yakni 79.2D44, lalu 10% dari target audiens yang kecanduan media berkategori tinggi, sisanya 10,8% subjek merupakan pecandu Media sosial tingkat rendah. Hal ini membuktikan bahwasanya semua remaja yang menjadi

subjek penelitian mempunyai keterampilan di media sosial dalam derajat yang berbeda.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, penggunaan media sosial di era modern saat ini menjadi aspek yang paling krusial dalam kehidupan manusia.

Media sosial dideskripsikan sebagai wadah atau perangkat yang memiliki banyak manfaat, terlebih dalam hal komunikasi, sebagian besar orang menggunakan media sosial untuk berkomunikasi jarak jauh dengan platform yang berbeda, seperti whatsapp, twitter, hingga instagra.

Penggunaan media sosial sendiri banyak diminati oleh berbagai kalangan, mulai dari kecil hingga dewasa tak terkecuali remaja yang menjadi salah satu pelopor terbanyak terhadap perkembangan teknologi serta akses internet untuk memperoleh informasi melalui media sosial, platform media sosial yang memberikan akses hiburan seperti youtube banyak diminati oleh kaum remaja. Remaja dikategorikan termasuk dalam fase perkembangan yang berada di tengah-tengah, antara anak- anak dan juga dewasa, para remaja lebih banyak waktu untuk mengeksplor hal baru, oleh karena itu mereka lebih banyak mengakses media sosial yang menurut sebuah penelitian mempengaruhi kecemasan pada dirinya, efek negatif dari kecanduan media sosial dengan kehidupan sosial individu tersebut atas kondisi aktivitas antar pribadi Saran

Berdasarkan pemaparan teori dan hasil penelitian yang ada. Maka terdapat berbagai hal yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang bersangkutan mengenai media sosial yang mempengaruhi kecemasan pada individu khsususnya para remaja. Maka beberapa hal yang sebaiknya bisa dilakukan adalah peran orang tua sebagai fasilitator bagi anak mengenai tumbuh kembangnya, terlebih anak usia sekolah yang sedang berbaur dan mengenal banyak orang. Orang tua hendaknya memberikan pemahaman mengenai pentingnya kontrol terhadap penggunaan media sosial. Kemudian guru BK dan tenaga pendidik sekolah yang memiliki peran penting terhadap perilaku, perkembahan dan hasil belajar anak didik di sekolah sekaligus praktisi perlu untuk memantau psikologis remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faruq, M. S. S., & Sukatin, S. P. I. (2020). Psikologi Perkembangan. Deepublish.

Cendrawan, J., & Ajisuksmo, C. R. P. (2020). Faktor- faktor yang memengaruhi keinginan mahasiswa dalam menggunakan media sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi, 17(2), 203–216.

(7)

Analisis penggunaan Media Sosial terhadap tingkat kecemasan pada remaja

7 Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi perkembangan anak dan

remaja. BPK Gunung Mulia.

Henisaputri, R. W. (2022). Analisis Hubungan Kecanduan Media Sosial Dengan Kecemasan Sosial dan Hubungan Interpersonal pada Remaja. 2(1), 22–28.

Hruska, J., & Maresova, P. (2020). Use of social media platforms among adults in the United States—

behavior on social media. Societies, 10(1), 27.

Nursalim, M., Laksmiwati, H., Syafiq, M., Budiani, M. S., Savira, S. I., Khairunisa, R. N., & Satwika, Y. W.

(2007). Psikologi pendidikan. Surabaya: Unesa University.

Putri, W. S. R., Nurwati, N., & Budiarti, M. (2016).

Pengaruh media sosial terhadap perilaku remaja.

Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1).

Quan-Haase, A., & Sloan, L. (2022). The SAGE handbook of social media research methods. Sage.

Soliha, S. F. (2015). Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial Dan Kecemasan Sosial [Level of Dependence on Users of Social Media and Social Anxiety]. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 1–10.

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/artic le/view/9730/7798

Triastuti, Endah, Dimas Adrianto, D. A. N. (2017). Kajian Dampak Penggunaan Media Sosial Bagi Anak Dan Remaja.

djpb.kemenkeu.go.id “Media sosial sebagai alat komunikasi dan Informasi organisasi yang efektif” Ditjen perbendaharaan kemenkeu RI Meulaboh Aceh, survei penggunaan media sosial

<https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/meulaboh/id/

data-publikasi/artikel/2862-media-sosial.html>

[diakses pada Senin, 31 Oktober 2022 Pukul 11.15 WIB].

Unicef.org “Apa itu kecemasan? Perasaan cemas yang dialami anak bisa dicegah dan diatasi”

<https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan mental/kecemasan?gclid=Cj0KCQjwwfiaBhC7 ARIsAGvcPe4zvkejeP_B5doyl7OfKc3e2ImCq

mXRExqedm5wLVQGyrwEuFAmXEaApzLE ALw_wcB> [diakses pada Senin 31 Oktober 2022 pukul 11.20]

Referensi

Dokumen terkait

Analisis sebelumnya telah membahas mengenai tingkat intensitas penggunaan media sosial, kepemilikan penggunaan media sosial dan tingkat perilaku penggunaan media

Pengantar Karya Tugas Akhir dengan Judul: PERANCANGAN KOMIK INTERAKTIF SEBAGAI MEDIA KAMPANYE.. ETIKA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

Diharapkan para remaja untuk mengurangi penggunaan media sosial dan mengganti dengan aktivitas yang bermanfaat lainnya, bagi peneliti selanjutnya dapat

Penggunaan Media Sosial dan Interaksi Remaja dengan Orangtua (Studi Korelasional tentang Penggunaan Media Sosial terhadap Intensitas Interaksi.. Remaja dengan Orangtua di

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efek penggunaan media sosial line messenger sebagai media informasi dan komunikasi yang dapat memudahkan remaja dalam berkomunikasi

Kesimpulan dari penelitian ini adalah didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara body image dengan kecemasan sosial pada remaja pengguna media sosial,

Hasil analisis yang ditemukan pada penelitian pengaruh penggunaan media sosial facebook terhadap perilaku prososial remaja di Kenagarian Koto Bangun dan merupakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara durasi penggunaan media sosial dengan motivasi belajar remaja di SMAN 1 Gringsing responden yang menggunakan durasi media sosial