• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis peranan teknologi pada sektor transportasi dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis peranan teknologi pada sektor transportasi dalam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

3 Email penulis: rocekaye@gmail.com

ANALISIS PERANAN TEKNOLOGI PADA SEKTOR TRANSPORTASI DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KOTA MALANG

Dwi Budi Santoso1 Rocky Septiadi Santoso23

ABSTRAK

Saat ini Kota Malang menghadapi permasalahan kesejahteraan dimana pertumbuhan pendapatan perkapita masyarakatnya lambat dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang tidak maksimal. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan penyerapan tenaga kerja di Kota Malang. Upaya tersebut dapat diwujudkan dalam suatu kegiatan ekonomi yang dapat memberikan nilai tambah (value added) secara cepat dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi apakah hadirnya ojek online di Kota Malang layak dijadikan alternatif kegiatan ekonomi bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya.

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear berganda dengan variabel dummy. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuisioner terhadap responden pengemudi ojek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status pekerjaan ojek dan wawasan multimedia memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan. Tingkat pendidikan dan akses perbankan memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan, namun apabila saling diinteraksikan memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan.

Kata kunci: Pendapatan, Status Pekerjaan Ojek, Pendidikan, Akses Perbankan, Wawasan Multimedia

A. PENDAHULUAN

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama dalam setiap kegiatan ekonomi suatu daerah yang dapat diukur dengan tingkat pendapatan perkapita dan tingkat penyerapan tenaga kerja.

Saat ini Kota Malang menghadapi permasalahan kesejahteraan dimana pertumbuhan pendapatan perkapita masyarakatnya lambat (Gambar 1.1) dan tingkat pengangguran terbukanya cukup tinggi jika dibandingkan dengan Kota Surabaya (Gambar 1.2).

Gambar 1.1 : PDRB Perkapita ADHB Kota Malang dan Kota Surabaya (Dalam Juta Rupiah/Tahun)

Sumber: BPS Jawa Timur (2019), diolah.

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000

2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 Kota Surabaya Kota Malang

(2)

Gambar 1.2 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Malang dan Kota Surabaya

Sumber: BPS Jawa Timur (2019), diolah.

Maka diperlukan suatu upaya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan penyerapan tenaga kerja di Kota Malang agar tidak semakin tertinggal dari Kota Surabaya. Upaya tersebut dapat diwujudkan dalam suatu kegiatan ekonomi yang dapat memberikan nilai tambah (value added) secara cepat dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Di era modern ini kemajuan teknologi dapat digunakan untuk menghasilkan kegiatan ekonomi tersebut. Hal ini sejalan dengan teori Solow yang menyatakan pentingnya peranan teknologi dalam suatu kegiatan ekonomi untuk memperoleh output yang maksimal (Mankiw, 2006). Salah satu contoh kegiatan ekonomi yang menerapkan teknologi adalah ojek online. Survei yang dilakukan oleh Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom UI) tahun 2017 menemukan bahwa pendapatan yang diperoleh pengemudi Gojek rata-rata berada pada rentang Rp 2,5 Juta – Rp 6 Juta.

Tingkat pendapatan tersebut lebih besar jika dibandingkan Upah Minimum Kota Malang yang sebesar Rp 2,47 Juta pada tahun yang sama, sebagai mana ditunjukkan dalam Gambar 1.3:

Gambar 1.3 : Tingkat Pendapatan Driver Gojek di Indonesia Tahun 2017 (Dalam Juta Rupiah)

Sumber: Survei Puskakom UI (2017), diolah.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka hadirnya ojek online di Kota Malang dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi tingkat pengangguran. Maka fokus dari penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar peranan teknologi pada sektor transportasi dalam memberikan nilai tambah (value added) dalam meningkatkan pendapatan dan mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Kota Malang.

4 5 6 7 8 9 10 11

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota Malang Kota Surabaya

3%

8%

13%

16%

28%

28%

5%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

Rp < 1 Rp 1 - Rp 1.5 Rp 1.5 - Rp 2 Rp 2 - Rp 2.5 Rp 2.5 - Rp 3.5 Rp 3.5 - Rp 6 Rp > 6

(3)

B. KAJIAN PUSTAKA

Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow

Dalam model Solow ini memprediksi bahwa akan terjadi konvergensi dalam perekonomian menuju kondisi pertumbuhan steady-state yang bergantung pada perkembangan teknologi dan pertumbuhan tenaga kerja. Dalam hal ini, kondisi steady-state menunjukkan equilibrium perekonomian jangka panjang Invalid source specified.. Asumsi utama yang digunakan dalam model Solow adalah modal mengalami diminishing return. Dalam teori Solow ini, capital output rasio memiliki sifat yang dinamis, artinya dalam menghasilkan tingkat output tertentu dibutuhkan kombinasi yang seimbang antara kapital dan tenaga kerja (Arsyad, 2004). Pokok pemikiran lainnya adalah dalam fungsi produksinya, dengan adanya teknologi yang teraugmentasi pada faktor-faktor produksi seperti kapital dan tenaga kerja, sebagaimana pada model berikut ini:

Y = f (K , AL)……….………..….(2.1) Y = f (AK, L)..………...……….……….……...(2.2) Pada persamaan (2.1) terlihat bahwa teknologi melekat pada labor, yang nantinya akan berdampak pada penerapan pola produksi yang lebih labor intensive. Persamaan (2.1) disebut sebagai purely labor augmenting, maka kesempatan kerja akan semakin luas. Sedangkan persamaan (2.2) terlihat bahwa teknologi melekat pada kapital, yang nantinya akan berdampak pada penerapan pola produksi yang lebih capital intensive. Persamaan (2.2) disebut sebagai purely capital augmenting, maka kesempatan kerja akan semakin sempit.

Peranan Teknologi dalam Perekonomian

Menurut World Bank (2016) dalam laporannya menjelaskan bahwa penggunaan internet dapat meningkatkan perekonomian dengan 3 (tiga) cara, yaitu; inclusion, efficiency dan innovation. Cara pertama adalah inklusi (inclusion), internet dapat mengatasi masalah kesulitan mengakses informasi. Dengan adanya internet maka sharing informasi antar pelaku ekonomi menjadi lebih cepat sehingga mereka mudah untuk berkomunikasi dan bertransaksi. Cara kedua menurut World Bank adalah efisiensi (efficiency), kebanyakan transaksi yang dilakukan oleh perusahaan sebelum revolusi digital menelan biaya yang besar, namun dengan adanya teknologi internet membuatnya lebih cepat, murah dan mudah. Dengan kata lain, biaya transaksi yang rendah dapat meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi. Cara ketiga menurut World Bank adalah inovasi (innovation), mekanisme ini erat kaitannya dengan konsep ekonomi baru. Cara ketiga ini memiliki implikasi yang penting tentang skala ekonomi yang membuat inovasi menjadi mungkin terjadi. Berdasarkan laporan World Bank tentang pengaruh teknologi internet terhadap perekonomian, secara sistematis dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

Gambar 2.1 : Representasi Peranan Internet dalam Perekonomian

Sumber: World Bank Report (2016).

Pra-Internet

Post-Internet

Transaction Cost

Transaction, arranged from high to low cost

(4)

Peranan Pendidikan dalam Perekonomian

Pembahasan mengenai hubungan investasi sumber daya manusia (pendidikan) dengan produktivitas produksi pertama kali dicetuskan oleh Gary S. Becker dalam teori Human Capital (Simanjuntak, 1998). Asumsi dasar dalam teori Human Capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun menempuh pendidikan berarti di satu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat pendapatan seseorang. Tetapi di lain pihak, menunda penerimaan pendapatan selama satu tahun dalam mengikuti pendidikan tersebut. Di samping penundaan penerimaan pendapatan tersebut, seseorang yang melanjutkan penempuh pendidikan harus membayar biaya secara langsung.

Pendidikan sumber daya manusia melalui pendidikan menyokong secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, dan karenanya pengeluaran untuk pendidikan harus dipandang sebagai investasi yang produktif dan tidak semata-mata dilihat sebagai sesuatu yang konsumtif tanpa memperoleh manfaat balik yang jelas (rate of return) (Lik Nurulpaik, 2004).

Peranan Akses Perbankan dalam Perekonomian

Akses perbankan merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan jasa atau layanan perbankan. Beck et. Al (2007) juga menganalisis terkait dampak pembangunan sektor keuangan terhadap distribusi pendapatan dan pendapatan masyarakat masyarakat miskin menggunakan data dari 72 negara tahun 1960-2005 menggunakan metode GMM. Penelitian tersebut menemukan bahwa pembangunan sektor keuangan melalui peningkatan akses perbankan membantu masyarakat miskin. Pembangunan di sektor perbankan yang semakin besar melalui inklusi keuangan dapat mendorong pendapatan orang miskin tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan rata-rata GDP per kapita sehingga ketimpangan pendapatan semakin rendah. Hasil analisis Beck et al. menunjukkan sebesar 60% dari pembangunan sektor perbankan melalui inklusi akses perbankan berdampak pada pertumbuhan agregat dan 40% terhadap pengurangan ketimpangan pendapatan masyarakat.

C. METODE PENELITIAN Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan uji analisis regresi linear berganda dengan variabel dummy untuk menjawab tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi tingkat pendapatan berdasarkan jenis pekerjaan ojek (online dan offline). Maka model persamaan yang dapat diterapkan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑌 = 𝐵0+ 𝐵1𝑋1+ 𝐵2𝐷1+ 𝐵3𝐷2+ 𝐵4𝐷3+ 𝐵5𝐷4+ 𝑒 ……….….…..…..(3.1) Dimana:

𝑌 = Tingkat Pendapatan Pengemudi Ojek 𝑋1 = Tingkat Pendidikan Formal

𝐷1 = Status Pekerjaan (dummy) 𝐷2 = Akses Perbankan (dummy) 𝐷3 = Wawasan Multimedia (dummy)

𝐷4 = Pendidikan x Akses Perbankan (dummy) Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Pendapatan (Y), diukur dari pendapatan yang diperoleh pengemudi ojek dalam satuan juta rupiah per bulan.

2. Variabel Status pekerjaan ojek, merupakan variabel dummy dengan nilai 1 adalah ojek online dan 0 adalah ojek offline.

3. Variabel Pendidikan, diukur dari lama tahun menempuh jejang pendidikan.

4. Variabel Akses Perbankan, merupakan variabel dummy dengan nilai 1 mudah mengakses dan nilai 0 tidak mudah mengakses.

5. Variabel Pendidikan x Akses Perbankan, merupakan interaksi antara pendidkan akses perbankan.

6. Wawasan Multimedia, merupakan variabel dummy dengan nilai 1 menguasai teknologi dan nilai 0 tidak menguasai teknologi.

(5)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji t Parsial

Berdasarkan hasil uji t parsial, variabel independen status pekerjaan ojek, pendidikan, akses perbankan dan wawasan multimedia masing-masing memiliki pengaruh dan dapat memprediksi variabel pendapatan. Adapun hasil estimasinya adalah sebagai berikut (Tabel 4.1):

Tabel 4.1 : Hasil Uji t Parsial

Model B Sig.

(Constant) 3.819 .000

Status 1.839 .000

Education -.325 .002

Bank -1.925 .129

Edu x Bank .248 .041

Multimedia .527 .096

Sumber: Estimasi menggunakan SPSS.

Faktor Pengaruh Perbedaan Pendapatan Ojek Online dan Ojek Offline

Berdasarkan hasil analisis uji t parsial sebelumnya, pendapatan yang diperoleh pengemudi ojek baik online dan offline secara keseluruhan rata-rata sebesar Rp 3,819 juta/bulan. Ojek online memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan ojek offline rata-rata sebesar Rp 1,839 juta/bulan, dengan kata lain ojek online memiliki tingkat pendapatan rata-rata sebesar Rp 5,658 juta/bulan. Hasil analisis ini dapat menjawab tujuan penelitian yang pertama yaitu mengestimasi seberapa besar perbedaan tingkat pendapatan yang diperoleh ojek online dibandingkan ojek offline.

Pengaruh Pendidikan terhadap Pendapatan

Selanjutnya, hasil analisis menjelaskan peranan teknologi melalui pendidikan terhadap pendapatan pengemudi ojek. Tingkat pendidikan formal digunakan sebagai ukuran peranan teknologi terhadap peningkatan pendapatan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tingkat pendidikan yang tinggi tidak menjamin pengemudi ojek menerima pendapatan yang lebih tinggi. Hasil analisis justru menunjukkan hubungan negatif antara pendidikan dan pendapatan. Hal ini disebabkan adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk dapat mengakses pendidikan formal.

Jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi namun tidak mampu memanfaatkannya dalam inklusi, efisiensi, dan inovasi pada aktivitas ekonomi, maka pendapatannya justru akan berkurang. Fungsi dari peranan teknologi melalui pendidikan terhadap pendapatan pengemudi ojek dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑌 = 3.819 − 0.325𝑋1+ 1.839 𝐷1 ……….………....(4.1) Untuk 𝐷1= 0, maka persamaannya:

𝑌 = 3.819 − 0.325𝑋1 …...……………….…………(4.2) Untuk 𝐷1= 1, maka persamaannya:

𝑌 = 3.819 − 0.325𝑋1+ 1.839 .………...………….………..………….…(4.3) 𝑌 = 5.568 − 0.325𝑋1 …….………..………....………...(4.4) Dimana:

Y = Pendapatan Ojek 𝑋1 = Tingkat Pendidikan 𝐷1 = Status Pekerjaan Ojek

𝐷1= 0 adalah pengemudi ojek offline 𝐷1= 1 adalah pengemudi ojek online

(6)

Apabila kita mengasumsikan tingkat pendidikan yang dimiliki pengemudi ojek adalah sama, maka pendapatan yang diperoleh ojek online akan lebih tinggi dibandingkan ojek offline. Hal ini dapat disajikan dalam Gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3 : Pengaruh Pendidikan terhadap Pendapatan

Pengaruh Akses Perbankan terhadap Pendapatan

Selanjutnya, aspek akses perbankan memiliki pengaruh yang negatif terhadap pendapatan. Hal ini berarti pengemudi ojek yang mampu mengakses layanan perbankan secara rata-rata belum tentu memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan yang dimiliki pengemudi ojek dalam memanfaatkan layanan perbankan untuk kegiatan yang produktif.

Namun demikian, jika kemampuan akses perbankan tersebut diinteraksikan dengan pendidikan, akan memiliki hasil yang positif. Artinya, interaksi antara kemampuan akses perbankan, dan pendidikan yang tinggi, secara rata-rata akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan akses perbankan harus dibarengi dengan tingkat pendidikan yang baik agar memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan. Secara matematis pengaruh akses perbankan dan pendidikan terhadap pendapatan pengemudi ojek dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑌 = 3.819 − 0.325𝑋1− 1.925𝐷2+ 0.248𝐷4 ………..………..(4.5) Untuk 𝐷2= 0, maka persamaannya:

𝑌 = 3.819 − 0.325𝑋1 …………..……….……….………....(4.6) Untuk 𝐷2= 1, maka persamaannya:

𝑌 = 3.819 − 0.325𝑋1− 1.677 ……..……….……….…..………(4.7) 𝑌 = 2.142 − 0.325𝑋1 ……….……….……….……….……….(4.8) Dimana:

Y = Pendapatan Ojek 𝑋1 = Tingkat Pendidikan 𝐷2 = Akses Perbankan

𝐷4 = Interaksi Pendidikan x Akses Perbankan

𝐷2= 0 adalah ojek yang tidak mampu mengakses perbankan 𝐷2= 1 adalah ojek yang mampu mengakses perbankan

Dari persamaan matematis dapat diketahui bahwa seorang pengemudi ojek yang dapat mengakses perbankan namun tidak dapat memanfaatkannya secara baik memiliki pendapatan rata-rata sebesar Rp 2,142 Juta atau lebih rendah sebesar rata-rata Rp 1,677 Juta. Kemudian untuk melihat pengaruh interaksi antara pendidikan dan akses perbankan terhadap pendapatan ojek dapat disajikan dalam Gambar 4.4 berikut ini:

𝐷1 Ojek Online

1.839

𝐷1 Ojek Offline (Y) Pendapatan

(𝑋1) Pendidikan 3.819

5.568

(7)

Gambar 4.4 : Pengaruh Akses Perbankan terhadap Pendapatan

Pengaruh Wawasan Multimedia terhadap Pendapatan

Terakhir, aspek wawasan multimedia memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan. Ini artinya kemampuan seorang pengemudi ojek dalam mengoperasikan teknologi (smartphone) dapat menciptakan inklusi, efisiensi dan inovasi sehingga meningkatkan pendapatannya. Wawasan multimedia yang dimiliki pengemudi ojek juga harus dibarengi tingkat pendidikan yang baik. Maka secara matematis persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑌 = 3.819 − 0.325𝑋1+ 0.527𝐷3 ………..……….(4.9) Untuk 𝐷3= 0, maka persamaannya:

𝑌 = 3.819 − 0.325𝑋1 …..……….………..…..(4.10) Untuk 𝐷3= 1, maka persamaannya:

𝑌 = 3.819 − 0.325𝑋1+ 0.527 …...……...………..………..…..(4.11)

𝑌 = 4.346 − 0.325𝑋1 ………...……….……..(4.12) Dimana:

Y = Pendapatan Ojek 𝑋1 = Tingkat Pendidikan 𝐷3 = Wawasan Multimedia

𝐷3= 0 adalah ojek yang tidak mampu menguasai teknologi 𝐷3= 1 adalah ojek yang mampu menguasai teknologi

Dari persamaan matematis dapat diketahui bahwa seorang pengemudi ojek yang mampu menguasai teknologi melalui pengoperasian smartphone memiliki pendapatan rata-rata sebesar Rp 4,346 Juta atau lebih tinggi rata-rata sebesar Rp 527.000. Kemudian untuk melihat pengaruh wawasan multimedia yang dimiliki pengemudi ojek terhadap pendapatan dapat disajikan dalam Gambar 4.5 berikut ini:

Gambar 4.5 : Pengaruh Wawasan Multimedia terhadap Pendapatan (Y) Pendapatan

(𝑋1) Pendidikan 2.142

3.819

𝐷2 Mampu mengakses 𝐷2 Tidak mampu mengakses

(Y) Pendapatan

(𝑋1) Pendidikan 0.527

𝐷3 Tidak menguasai teknologi

𝐷3 Menguasai teknologi

4.346

3.819

(8)

Hambatan Bagi Masyarakat untuk Bergabung Menjadi Ojek Online

Pada hasil analisis sebelumnya diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh ojek online lebih tinggi jika dibandingkan ojek offline. Namun yang menjadi permasalahan adalah tidak semua masyarakat dapat dengan mudah bergabung menjadi ojek online. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bergabung dengan ojek online di Kota Malang, maka perlu diketahui karakteristik masing-masing pengemudi ojek.

Dari aspek pendidikan, pengemudi ojek online memiliki pendidikan yang lebih baik dibandingkan ojek offline. Ojek online mayoritasnya memiliki pendidikan SMA atau lebih tinggi sebanyak 95%, sedangkan ojek offline mayoritasnya memiliki pendidikan SMP atau lebih rendah sebanyak 75%. Dari aspek akses perbankan, pengemudi ojek online memiliki kemampuan mengakses perbankan yang lebih baik. Pengemudi ojek online yang mampu mengakses perbankan sebanyak 85%, sedangkan ojek offline hanya sebanyak 40%. Begitu juga dari aspek wawasan multimedia atau penguasaan teknologi, pengemudi ojek online memiliki kemampuan yang lebih baik. Ojek online yang mampu menguasai teknologi sebanyak 85%, sedangkan ojek offline hanya sebanyak 40%.

Berdasarkan karakteristik pengemudi ojek online dan ojek offline tersebut, terdapat tiga hambatan bagi masyarakat untuk bergabung dengan ojek online, yaitu: pendidikan, akses perbankan dan wawasan multimedia. Dari aspek pendidikan, hambatan muncul akibat kualifikasi dan kualitas pendidikan yang dimiliki pengemudi ojek online rata-rata lebih tinggi yaitu jenjang SMA atau lebih tinggi. Hal ini jelas dapat menghambat para pengemudi ojek offline yang ingin bergabung menjadi ojek online karena rata-rata pendidikan yang mereka miliki adalah jenjang SMP atau lebih rendah.

Dari aspek akses perbankan, hambatan ini muncul akibat kualifikasi yang ditentukan perusahaan ojek online mewajibkan pengemudinya memiliki rekening bank dan mampu menguasai layanan perbankan seperti transfer dan penarikan dana. Kemudian dari aspek wawasan multimedia atau penguasaan teknologi, dalam operasionalnya pengemudi ojek online tidak hanya diwajibkan mampu menguasai fungsi basic dari smartphone seperti telepon dan SMS, namun juga wajib menguasai fungsi lain seperti penggunaan aplikasi, email dan m-banking.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.) Tingginya tingkat Pendidikan formal, dapat digunakan sebagai proksi dari kemajuan teknologi. Dibutuhkan biaya untuk mengakses Pendidikan formal, sehingga jika Pendidikan formal tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk menciptakan inovasi dalam lapangan pekerjaan, justru akan menurunkan tingkat pendapatan masyarakat.

b.) Keberadaan ojek online dapat memberikan inklusifitas dalam aktivitas ekonomi, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Demikian pula dengan penguasaan teknologi atau wawasan multimedia yang juga mampu meningkatkan pendapatan melalui efisiensi dan inovasi dalam aktivitas ekonomi.

c.) Penguasaan iklusifitas perbankan tidak serta merta dapat meningkatkan pendapatan.

Berdasarkan hasil temuan bahwa tingkat inklusifitas perbankan justru dapat mengurangi pendapatan karena adanya tingkat resiko dalam berpartisipasi di dunia perbankan.

d.) Terdapat tiga faktor yang menghambat masyarakat dalam bergabung dengan ojek online, yaitu: (1) Tingkat Pendidikan formal; (2) Wawasan multimedia; dan (3) Kemampuan memanfaatkan layanan perbankan

Saran

a.) Perlu dilakukan match and link antara pendidikan dengan dunia usaha. Hal ini didasari temuan bahwa tingkat pendidikan cenderung mengurangi pendapatan.

b.) Ojek online dapat dijadikan instrumen untuk melakukan match and link tersebut. Oleh karena itu ojek online perlu didukung dengan regulasi pemerintah yang tepat agar tidak ada konflik dengan ojek offline.

c.) Demikian juga dengan pengembangan multimedia (pendidikan praktis) perlu disebarluaskan oleh pemerintah melalui sosialisasi literasi digital agar tercipta match and link.

(9)

F. DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. A. (2017). Pengaruh Inklusi Keuangan Terdahap PDB Indonesia.

Arsyad, L. (2004). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.

Azwar, S. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Badan Pusat Statistik Malang. (2019). Data Wisatawan Kota Malang 2019.

http://malangkota.bps.go.id

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. (2018). Publikasi Jawa Timur Dalam Angka 2018. Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

Beck T, Demirguc-Kunt A, Peria MSM. (2006). Reaching Out: Access to and Use of Banking Services Across Country.

Beck T, Demirguc-Kunt, Levine R. (2007). Finance, Inequality and the Poor.

Cohen, B., & Kietzmann, J. (2014). Ride On! Mobility Business Models.

Hall, J. V., & Krueger, B. A. (2016). An Analysis of The Labor Market for Uber's Driver- Partners in The United States.

Kasali, R. (2017). Disruption: Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi, Motivasi Saja Tidak Cukup. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lik Nurulpaik. (2004). Pendidikan Sebagai Investasi. http://pikiran-rakyat.com Mankiw, N. G. (2006). Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Pratomo, A. N., & Dianari, R. G. (2015). Petani di Tengah Modernisasi.

Puskakom UI. (2017). Manfaat Sosial Aplikasi On-Demand: Studi Kasus Gojek Indonesia.

Depok: Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia.

Regidor, J. R., & Gaabucayang-Napalang, M. S. (2016). Comparative Analysis of Transportation Network.

Sekaran, U. (1992). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Simanjuntak, P. (1998). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LPFEUI.

Soekarwati. (2002). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sutawijaya, A., & Lestari, E. P. (2009). Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca Krisis Ekonomi: Studi Empiris Penerapan Metode DEA.

Syafrino, A. (2017). Efisiensi dan Dampak Ojek Online Terhadap Kesempatan Kerja dan Kesejahteraan.

Tambunan, T. (2001). Transformasi Ekonomi di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Tilaar, H. A. R. (2000). Pendidikan Abad ke-21 Menunjang Knowledge-Based Economy.

Analisis CSIS.

Wallsten, S. (2015). The Competitive Effects of the Sharing Economy: How is Uber Changing Taxis? .

Widarjono, A. (2010). Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

World Development Report. (2016). Digital Dividens Spotlight 1: How Internet Promotes Development. World Bank.

(10)

ANALISIS PERANAN TEKNOLOGI PADA SEKTOR TRANSPORTASI DALAM PENINGKATAN

PENDAPATAN MASYARAKAT DI KOTA MALANG

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Rocky Septiadi Santoso 125020107111042

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

Referensi

Dokumen terkait

In the last few decades, a residue-specific incorporation method utilizing a Trp auxotrophic strain realized the incorporation of various Trp analogs containing fluoro, hydroxyl,