ANALISIS PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP HAK WARGA MASYARAKAT DI WILAYAH TAMBANG DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG MINERAL DAN
BATUBARA Rahbiah
Fakultas Hukum UNISKA Muhammad Arsyad Al-Banjary Email : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui hak-hak masyarakat yang dilanggar sebagai akibat dari ketidaksesuaian perizinan yang diberikan pemerintah terhadap perusahaan pertambangan batubara yang menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat yang berada sekitar tambang, di antaranya;
kerusakan lingkungan, juga mengakibatkan gangguan bagi masyarakat luas berupa kerusakan bangunan rumah dan fasilitas umum. Peneliti menggunakan metode penelitian normatif, yakni penelitian hukum yang didasarkan pada bahan- bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan. Menurut hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukkan bahwa : Pertama, akibat dari ketidaksesuaian perizinan yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan tambang menimbulkan banyak dampak dan kerugian bagi masyarakat disekitarnya. Kedua, ditinjau dari aspek perlindungan hukum terhadap hak-hak masyarakat yang berada disekitar pertambangan sampai saat ini masih belum mencapai kesejahteraan secara merata. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat disekitar lokasi pertambangan terbukti dengan tidak terlaksana nya secara tegas mengenai isi dari Pasal 145 Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Kata Kunci : Perlindungan, Pertambangan, Perizinan ABSTRACT
The purpose of this thesis research is to find out which community rights have been violated as a result of the mismatching of permits granted by the government to coal mining companies which have caused various impacts on the communities around the mine, including; environmental damage, also results in disturbance for the wider community in the form of damage to houses and public facilities.
Researchers used normative research methods, namely legal research based on legal materials obtained from literature studies.
According to the research results in this thesis show that: First, the result of the mismatch in permits granted by the government to mining companies has caused many impacts and losses for the surrounding communities. Second, in terms of the legal protection aspect of the rights of the communities living around the mining area, until now they have not achieved welfare equitably. The government's lack of attention to communities around mining locations is evidenced by the failure to explicitly implement the contents of Article 145 of Law no. 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining.
Keywords: Protection, Mining, Licensing.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Melimpahnya sumber daya alam Indonesia tentunya harus ditunjang dengan pengelolaan yang baik dan benar, guna mewujudkan tujuan negara untuk mensejahterakan rakyatnya. Negara Indonesia adalah negara hukum yang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-empat telah dikemukakan salah satu tujuan negara yakni untuk memajukan kesejahteraan umum.
Undang-Undang Dasar 1945 juga menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan Hak Asasi dan hak konstitusional bagi seluruh warga Negara Indonesia.1 Oleh karena itu negara, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia.2
Hal tersebut dirumuskan secara konkret dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NRI tahun 1945 yang menyatakan: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
1 Nurul Listiyani. (2017). Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan Dalam
Pemanfaatan Sumber Daya Batubara. Penakita Publisher. hlm. 1.
2 Penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
kemakmuran rakyat”.3 Kemakmuran rakyat trsebut tentunya harus dapat dinikmati tidak hanya oleh generasi sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan datang.4
Dalam pengelolaaan pertambangan Mineral dan batubara juga harus terjamin hak warga negara terhadap hak lingkungan yang asri, yang diatur di Pasal 28 H ayat (1) Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa, ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.5 Dasar pengaturan tersebut, maka warga negara untuk lingkungan yang baik dan sehat merupakan salah satu bentuk hak sosial.6 Dampak fisik yang terjadi dari adanya pertambangan tersebut meliputi pencemaran air diakibatkan limbah hasil sisa dari kegiatan pertambangan, pencemaran udara karena tercemar oleh gas hasil buangan, maupun polusi suara karena kegiatan pertambangan seperti (blasting) ataupun truk pengangkut barang tambang.
Kerusakan jalan raya yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan juga memberikan dampak negatif terhadap kondisi fisik jalan di daerah pertambangan.
Dampak kondisi fisik merupakan dampak yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas pertambangan pada kondisi pencemaran pada air, udara, polusi suara, kerusakan jalan dan pembukaan hutan di sekitar wilayah pertambangan.7 Terganggunya aspek kehidupan masyarakat tentulah sangat bersentuhan dengan dampak dari pertambangan batubara ini karena meliputi hak untuk hidup dan berkehidupan yang baik, aman dan sehat yang merupakan hak atas lingkungan hidup yang baik yang sehat yang diatur didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.8
3 Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4 Ibid. Hlm 2.
5 Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6 Siti Kotijah. (2012). Pengaturan Hukum Pengelolaan Pertambangan Batubara. Jurnal Risalah Hukum. Fakultas Hukum Universitas Mulawarman.
7 Dedek Apriyanto. Rika Harini. Dampak Kegiatan Pertambangan Batubara Terhadap Kondisi Sosialekonomi Masyarakat Di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Tenggarong, Kutai
Kartanegara. Penelitian.
8 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Hal-hal yang peneliti uraikan di atas menjadi latar belakang untuk mengangkat permasalahan Analisis Perlindungan Dan Pengelolaan Sumber Daya Pertambangan Batubara Terhadap Hak Warga Masyarakat Di wilayah Tambang Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara.9
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Hak-hak yang dilanggar dalam kasus dugaan pelanggaran akibat ketidaksesuaian perizinan yang diberikan pemerintah daerah dalam aktivitas pertambangan batubara?
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi korban yang dirugikan sebagai akibat dari adanya aktivitas pertambangan batubara?
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normatif, yang mana merupakan penelitian yang memfokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah – kaidah atau norma – norma dalam hukum positif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hak-hak yang dilanggar dalam kasus dugaan pelanggaran akibat ketidaksesuain perizinan yang diberikan pemerintah daerah dalam aktivitas pertambangan Batubara
Negara dalam penguasaan atas SDA memiliki fungsi untuk membuat kebijakan, pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan.10 Fungsi- fungsi tersebut termanifestasi dalam penjelasan Mahkamah Konstitusi sebagai berikut: Tambang batubara merupakan salah satu sumber daya alam yang memberikan kontribusi sangat berarti bagi pembangunan perekonomian di Indonesia. Permasalahan lain yang muncul dalam pengelolaannya adalah karena sebagian besar tambang batubara tersebut berada dalam kawasan hutan lindung
9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara.
10 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021-022/PUU-I/2003, atas permohonan
Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan.
dan kawasan hutan produksi.11 Pada sisi lain, pertambangan juga menghasilkan berbagai dampak buruk terhadap lingkungan.12 Pertambangan adalah kegiatan yang syarat dengan resiko pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan. Tidak ada kegiatan pertambangan yang tidak berpotensi mencemari dan/ atau merusak lingkungan, seperti yang dinyatakan oleh George W. (Rock) Pring:
“Pertambangan adalah inheren (tak terpisahkan) dengan degradasi lingkungan, tidak ada aktivitas pertambangan yang ramah lingkungan. Aktivitas sumber daya mineral mempengaruhi semua media lingkungan, yaitu tanah, udara, air, dan flora dan faunanya, juag lingkungan manusia, keamanan dan kesehatan individu, gaya hidup masyarakat lokal, kelangsungan budaya, tertib sosial, dan kehidupan ekonomi. Ketika sementara menganggap bahwa mayoritas dampak pertambangan dikatakan bersifat lokal, pertambangan dapat menyebabkan persoalan lingkungan secara nasional, bersifat lintas batas, dan bahkan global”.
Setiap mahluk hidup baik itu hewan dan tumbuhan, terutama manusia sangat memerlukan lingkungan yang sehat untuk tetap dapat mempertahankan dan melangsungkan hidup. Mengingat begitu pentingnya keberadaan lingkungan yang sehat merupakan hak dari setiap masyarakat (warga negara), untuk itu Negara berkewajiban untuk dapat menjaga lingkungan hidup yang sehat bagi seluruh rakyat. Dengan demikian negara hendaknya dapat menjaga dan melestarikan lingkungan guna keberlangsungan pembangunan yang berkelanjutan.13
Sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD NRI 1945, yaitu baik hak yang diatur dalam Pasal 28 huruf A sampai dengan Pasal 28 huruf J UUD NRI 1945, maupun hak yang secara implisit diatur dalam Pasal 33 ayat (3)14 mengenai frasa “kemakmuran rakyat”.15 Frasa ini merupakan frasa yang dapat bermakna pula sebagai “hak rakyat” dalam mendapatkan manfaat dari kekayaan negara yang terkandung didalamnya melalui penguasaan oleh negara. Hak rakyat ini
11 Supriadi. (2011). Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan di Indonesia. Edisi 2.
Sinar Grafika. Jakarta. hlm. 64.
12 A’an Efendi. hlm. 84.
13 Akhmad Munawar. (2013). Artikel. Penegakan Hukum Lingkungan Hutan Di Kalimantan Selatan. Volume V Nomor 10. Diakses Tanggal 24 Juli 2020. Pukul 14:29 wib.
14 Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
15 Ahmad Redi. (2013). Divestasi Saham Dalam Rangkanpenanaman Modal Asing.
Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Jakarta.
dapat terpenuhi bilamana negara menguasai kekayaan alam tersebut serta mengelola dan mengusahakannya sesuai dengan prinsip kedaulatan.16
Secara umum terdapat pelanggaran dalam peristiwa dugaan akibat dari ketidaksesuaian perizinan yang diberi oleh Pemerintah Daerah dalam aktivitas pertambangan. Diantaranya adalah rusak nya lingkungan yang sehat dan bersih, penurunan produktivitas lahan, kepadatan tanah bertambah, terjadinya erosi dan sedimentasi, terjadinya geseran tanah atau longsor, terganggunya hewan dan tumbuhan bahkan terganggunya kesehatan masyarakat serta berdampak terhadap perubahan iklim mikro. Sebagai contoh didaerah Dusun Padang Birau, Kelurahan Gunung Kembang, Sarolangun, jambi, warga yang harus menghadapi berbagai masalah sebagai akibat dari adanya aktivitas pertambangan yang terlalu dekat dengan perumahan masyarakatan ataupun pemukiman sekitar. Sejak beroperasi nya perusahaan tambang tersebut semua warga sekitar merasa terganggu bahkan tidak bisa beristirahat dengan tenang karena banyaknya suara bising dari alat berat yang ada dipertambangan. Jarak perusahaan pertambangan dengan pemukiman warga yang terlalu dekat menunjukkan bahwa pemberian izin usaha pertambangan yang ada saat ini tidak mempertimbangkan kesejahteraan rakyatnya.17
Pelanggaran tersebut meliputi Hak atas lingkungan yang sehat dan bersih, berbagai pelanggaran dibidang lingkungan hidup telah terjadi hampir diseluruh tatanan kehidupan masyarakat. Pelanggaran terhadap lingkungan dapat mengakibatkan bencana baik alami maupun buatan manusia dan telah pengorbankan banyak nyawa. Kerusakan lingkungan oleh korporasi menyebabkan penderitaan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Fenomena hak atas lingkungan yang baik, sehat, dan seimbang sebagai hak asasi dikaitkan dengan realitas pengelolaan lingkungan hidup Indonesia yang belum terwujud.
Perlindungan mengenai Lingkungan Hidup telah diatur dalam konstitusi UUD 1945 melalui Pasal 28H ayat 1, UU Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
16 Ahmad Redi. (2014). Hukum Pertambangan Indonesia. Gramata Publishing. Bekasi.
hlm. 12
17 Yitno Suprapto. (2018). Artikel. https://www.mongabay.co.id/2018/05/12/protes- warga-padang-birau-pengankutan-batubara-setop-sementara/. Diakses Tanggal 24 Juli 2020.
13:21 wib
Pertambangan Mineral dan Batubara18 secara jelas mengatur jaminan aspek lingkungan hidup ini melalui beberapa Pasal diantaranya : (a) Pasal 2 huruf d, (b) Pasal 3 huruf b, (c) Pasal 10 huruf b.
Berdasarkan ketentuan baik peraturan yang telah mengamanatkan kepada negara untuk melakukan pengawasan implementasi untuk dimaksud dan kewajiban korporasi untuk menaati seluruh regulasi yang menyangkut aspek lingkungan hidup dan melakukan pemulihan dampak.
Akan tetapi, faktanya dari berbagai kewajiban tersebut secara umum tidak dipatuhi oleh korporasi dengan membiarkan kewajiban pascatambang dengan tidak melakukan pemulihan lingkungan dan termasuk Reklamasi. Dampaknya, selain mengakibatkan peristiwa kematian juga terjadi efek pencemaran lingkungan, kerusakan struktur alam dalam kurung lingkungan, terganggunya kehidupan warga, tercemarnya sumber air bersih dan udara serta hal hal lainnya.
Dengan demikian, sangat jelas bahwa telah terjadi pelanggaran hak atas lingkungan yang sehat dan baik akibat dari adanya kegiatan pertambangan batubara yang mengabaikan standar kesejahteraan dalam aspek lingkungan masyarakat yang sehat dan bersih.
Dengan demikian pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan memiliki peran utama dalam optimalisasi sumber daya alam tanpa membiarkan terjadinya eksploitasi yang merusak sumber daya alam untuk mengharmonisasikan kepentingan masyarakat sekarang dan masyarakat yang akan datang, pengusahaan potensi sumber daya alam secara implementatif dapat terlaksana dengan mempertimbangkan berbagai aspek terkait terutamanya aspek lingkungan yang sehat dan bersih.19
B. Perlindungan Hukum bagi korban yang dirugikan sebagai Akibat dari adanya aktivitas Pertambangan Batubara.
Hak atas lingkungan yang baik dan sehat berkaitan erat dengan pencapaian kualitas hidup manusia, sehingga hak atas lingkungan yang baik dan sehat tidak dapat dikurangi dalam konsisi apapun. Dengan kata lain tidak diperbolehkan
18 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
19 Salim. Op.cit. hlm. 14
adanya diskriminasi apapun dalam penghormatan hak atas lingkungan yang sehat dan bersih.
Dalam perspektif teoritis dan yuridis, lingkungan memiliki hak (enviromental right) untuk mendapatkan perlindungan hukum. Terbitnya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup20 (UUPPLH) mengandung nilai filosofis yang memandang bahwa hak atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak seluruh warga masyarakat Indonesia.
Perlindungan hukum terhadap hak masyarakat di wilayah pertambangan merupakan perwujudan atas tercapainya tujuan hukum itu sendiri. sampai saat ini masyarakat yang bermukim diwilayah pertambangan masih belum mencapai kesejahteraannya secara merata padahal dalam Pasal 145 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara21 sudah sangat jelas disebutkan bahwa: “masyarakat yang terkena dampak negatif langsung dari adanya aktivitas pertambangan akan memperoleh ganti rugi yang layak”. Akan tetapi permasalahan yang timbul seringkali menjadi keresahan di dalam kehidupan bermasyarakat karena kurangnya perhatian dari pemerintah ataupun perusahaan tambang tentang ganti rugi tersebut. Dalam menciptakan perdamaian, keamanan dan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan oleh setiap individu dalam mencapai tujuan hukum. Hak-hak kodrati yang dilindungi oleh negara tidak dapat dipisahkan atau terpisahkan dari diri manusia.
Kurangnya perhatian Pemerintah terhadap perlindungan hukum kepada masyarakat di sekitar lokasi usaha pertambangan terbukti dengan tidak adanya bagian ataupun pasal dari keseluruhan produk hukum di bidang pertambangan yang secara tegas terlaksana dalam penerapnnya. Hal ini sangat memperihatinkan karena melihat usaha pertambangan itu adalah kegiatan yang secara kasar dapat dimaknai sebagai kegiatan yang merusak dan menghilangkan habitat asli dari tempat tersebut.
20 Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
21 Pasal 145 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif Dibidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 4 ayat (5)22 sudah sangat jelas bahwa:
“setiap usaha yang menyebabkan terjadi nya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan manusia maka akan dicabut izin lingkungannya”.
Akan tetapi pada kenyataan yang terjadi dilapangan malah sebaliknya, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang merasa dirugikan akibat dari adanya aktivitas pertambangan yang terlalu dekat dengan pemukiman warga karena kesalahan dari pemerintah dalam memberi izin usaha pertambangan yang tidak mempertimbangkan kesejahteraan masyarakatnya.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
1. Pertambangan yang ada di wilayah negara Republik Indonesia jika dilihat dari perspektif Lingkungan Hidup masih saja ada pelanggaran hak asasi yang di lakukan baik dari pemerintah maupun dari pihak perusahaan. Bentuk pelanggaran telah secara implisit merengut hak-hak masyarakat yaitu hak sosial untuk mendapatkan penghidupan yang layak seperti lingkungan hidup yang kondusif bersih dan sehat.
2. Ditinjau dari aspek perlindungan hukum terhadap hak-hak masyarakat yang berada disekitar pertambangan sampai saat ini masih belum mencapai kesejahteraan secara merata. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat disekitar lokasi pertambangan terbukti dengan tidak terlaksana nya secara tegas mengenai isi dari Pasal 145 Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
SARAN
1. Perlunya mempertegas kebijakan perizinan dari pemerintah, baik izin lingkungan maupun izin usaha pertambangan yang terpadu yang mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
22 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penerapan Sanksi Administratif Dibidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 4 ayat (5).
sebagai upaya efektif mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
2. Pemerintah harusnya juga ikut serta dalam melakukan pengawasan secara intensif sebagai upaya preventif dalam pengendalian dan perlindungan hukum terhadap hak-hak masyarakat disekitar pertambangan batubara berkaitan dengan pemenuhan dan perlindungan hak-hak warga negara, khususnya hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Listiyani Nurul. (2017). Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Batubara. Penakita Publisher.
Redi Ahmad. (2014). Hukum Pertambangan Indonesia. Gramata Publishing.
Bekasi.
Supriadi. (2011). Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan di Indonesia. Edisi 2. Sinar Grafika. Jakarta.
JURNAL DAN WEB
Apriyanto Dedek. Rika Harini. Dampak Kegiatan Pertambangan Batubara Terhadap Kondisi Sosialekonomi Masyarakat Di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Penelitian.
Efendi A’an, Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pertambangan Berbasis Lingkungan Berdasar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jurnal Konstitusi. PKHK, Universitas Janabadra kerja sama dengan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Vol. 1. No. 1. November 2012.
Kotijah Siti. (2012). Pengaturan Hukum Pengelolaan Pertambangan Batubara.
Jurnal Risalah Hukum. Fakultas Hukum Universitas Mulawarman.
Munawar Akhmad. (2013). Artikel. Penegakan Hukum Lingkungan Hutan Di Kalimantan Selatan. Volume V Nomor 10. Diakses Tanggal 24 Juli 2020.
Suprapto Yitno.(2018). Artikel. https://www.mongabay.co.id/2018/05/12/protes- warga-padang-birau-pengankutan-batubara-setop-sementara/.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 145 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif Dibidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 4 ayat (5).
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021-022/PUU-I/2003, atas
permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan.