ANALISIS PERSAINGAN TELKOMSEL DAN INDOSAT DALAM INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA: PENDEKATAN MODEL COURNOT &
STACKELBERG Ekonomi Industri I
Dosen Pengampu:
Dr. Jaka Aminta, S.E., M.A.
Disusun Oleh:
Diva Rindra Fitriannisa (12020123120015)
PROGRAM STUDI EKONOMI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO 2025
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Industri telekomunikasi merupakan sektor strategis dalam perekonomian Indonesia, terutama di era digital di mana layanan komunikasi menjadi kebutuhan esensial. Di tengah persaingan yang ketat, Telkomsel dan Indosat menempati posisi sebagai dua pemain utama yang bersaing dalam hal jaringan, tarif, dan inovasi layanan. Untuk memahami dinamika persaingan antara keduanya, pendekatan teori ekonomi industri seperti model Cournot dan Stackelberg dapat digunakan.
Model Cournot menggambarkan kondisi di mana dua perusahaan menetapkan kuantitas layanan secara bersamaan, sedangkan model Stackelberg menunjukkan adanya perusahaan yang bertindak sebagai pemimpin pasar. Dengan menggunakan kedua model ini, analisis dapat dilakukan terhadap jumlah pelanggan, pangsa pasar, pendapatan, dan laba bersih Telkomsel dan Indosat selama periode 2019–2023.
b. Tujuan
Tujuan utama dari tugas ini adalah untuk menganalisis persaingan antara dua perusahaan besar di industri telekomunikasi Indonesia, yaitu Telkomsel dan Indosat, dengan menggunakan dua model ekonomi, yaitu model Cournot dan model Stackelberg. Dalam laporan ini, kita akan melihat bagaimana kedua perusahaan bersaing dalam hal jumlah pelanggan atau layanan yang ditawarkan, dan bagaimana keputusan masing-masing memengaruhi posisi mereka di pasar. Selain itu, analisis ini juga bertujuan untuk memahami seberapa baik kedua model tersebut dapat menjelaskan dinamika persaingan antara Telkomsel dan Indosat di tengah pasar yang sangat kompetitif.
2. Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis persaingan antara Telkomsel dan Indosat di industri telekomunikasi Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diambil dari laporan keuangan resmi kedua perusahaan dan sumber industri terpercaya seperti laporan tahunan dan situs analisis keuangan. Periode data yang dianalisis mencakup lima tahun terakhir, dari tahun 2019 hingga 2023.
Beberapa variabel utama yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi:
a. Jumlah penjualan
b. Pangsa pasar (market share) c. Pendapatan bersih (net revenue) d. Laba bersih (net profit)
Seluruh data dianalisis menggunakan software statistik Stata, yang memudahkan proses pengolahan data secara efisien dan akurat. Analisis dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
● Statistik deskriptif seperti rata-rata, median, dan standar deviasi untuk memberikan gambaran umum dari data
● Simulasi sederhana menggunakan model Cournot dan Stackelberg untuk memahami bagaimana keputusan Telkomsel dan Indosat terkait jumlah layanan atau pelanggan dapat memengaruhi persaingan di pasar
Data penjualan, revenue, dan profit diperoleh dari laporan keuangan tahunan resmi Telkomsel dan Indosat (2019–2023). Analisis dilakukan menggunakan software Stata untuk pengolahan data statistik deskriptif.
3. Hasil dan Analisis
a. Statistik Deskriptif
● Laporan Keuangan Telkomsel (2019-2023)
Tahun Penjualan
(unit) Market Share
(%) Net Revenue
(miliar IDR) Net Profit (miliar IDR)
2019 98,452 32.2 106,055 13,721
2020 79,458 28.8 106,055 8,581
2021 82,845 28.6 98,875 7,137
2022 87,632 27.1 124,881 5,605
2023 83,400 28.6 115,983 8,097
● Laporan Keuangan Indosat (2019-2023)
Tahun Penjualan
(unit) Market Share
(%) Net Revenue
(miliar IDR) Net Profit (miliar IDR)
2019 95,942 25.6 110,524 10,881
2020 89,728 26.6 114,477 7,648
2021 82,845 27.1 98,875 7,137
2022 86,800 28.6 111,211 6,324
2023 91,629 21.2 118,953 5,325
1. Penjualan
● Telkomsel mencatat rata-rata penjualan sebesar 86.357 unit dengan standar deviasi 7.358. Skewness sebesar +0,96 menunjukkan distribusi data yang condong ke kanan, menandakan adanya tahun dengan penjualan tinggi yang menaikkan rata-rata.
● Indosat memiliki rata-rata penjualan 89.389 unit dengan standar deviasi lebih rendah (4.939), serta skewness –0,01 yang menunjukkan distribusi simetris dan performa penjualan yang lebih stabil.
● Kesimpulan: Indosat lebih stabil dari segi volume penjualan, sedangkan Telkomsel menunjukkan variasi antar tahun yang lebih tinggi.
2. Pangsa Pasar (Market Share)
● Telkomsel menunjukkan rata-rata market share sebesar 29,06%
dengan standar deviasi 1,88. Skewness –0,97 mengindikasikan kecenderungan penurunan pangsa pasar pada tahun-tahun tertentu.
● Indosat memiliki rata-rata pangsa pasar 25,82% dengan standar deviasi 2,80. Skewness –0,94 juga menunjukkan tren serupa, yaitu cenderung menurun selama lima tahun terakhir.
● Kesimpulan: Keduanya mengalami penurunan pangsa pasar, namun fluktuasi pada Indosat lebih besar dibanding Telkomsel.
3. Pendapatan Bersih (Net Revenue)
● Telkomsel mencatat rata-rata pendapatan sebesar Rp110.370 miliar dengan standar deviasi Rp10.142 miliar dan skewness +0,42, menandakan kenaikan pendapatan di tahun-tahun tertentu.
● Indosat memiliki rata-rata pendapatan Rp110.808 miliar, dengan standar deviasi Rp7.457 miliar dan skewness –0,75, menunjukkan tren penurunan pendapatan secara bertahap.
● Kesimpulan: Meskipun total pendapatan relatif seimbang, pertumbuhan pendapatan Telkomsel lebih fluktuatif, sementara Indosat cenderung stagnan atau menurun.
4. Laba Bersih (Net Profit)
● Telkomsel mencatat rata-rata laba bersih sebesar Rp8.628 miliar dengan standar deviasi Rp3.065 miliar. Skewness sebesar +0,98 menunjukkan adanya fluktuasi besar, terutama kenaikan pada tahun-tahun awal.
● Indosat memiliki rata-rata laba bersih Rp7.463 miliar dengan standar deviasi lebih kecil yaitu Rp2.103 miliar, serta skewness –0,86, yang menunjukkan tren penurunan laba.
● Kesimpulan: Telkomsel menghasilkan laba lebih besar namun kurang stabil; sebaliknya, Indosat menunjukkan stabilitas yang lebih tinggi meskipun dengan nilai laba yang lebih rendah.
b. Analisis Model Cournot
Model Cournot diaplikasikan untuk menganalisis persaingan kuantitas antara Telkomsel dan Indosat (2019–2023), dengan asumsi kedua perusahaan menetapkan output (jumlah pelanggan) secara simultan. Data menunjukkan:
● Keseimbangan Output: Rata-rata pelanggan Telkomsel (86.357 unit/tahun) dan Indosat (89.389 unit/tahun) relatif seimbang, dengan fluktuasi lebih tinggi pada Telkomsel.
● Pola Cournot: Pada 2021, kedua perusahaan mencapai output identik (82.845 unit), mencerminkan dinamika keseimbangan Nash di mana masing-masing menyesuaikan output berdasarkan prediksi pesaing.
Kesesuaian & Keterbatasan:
● Kesesuaian: Model ini efektif menjelaskan persaingan berbasis kuantitas dan interdependensi strategi.
● Keterbatasan:
- Asumsi homogenitas tidak sesuai dengan realitas diferensiasi layanan (5G, paket bundling).
- Abstraksi dari faktor harga, padahal tarif merupakan variabel kunci persaingan.
Analisis ini mengonfirmasi relevansi Cournot dalam memetakan persaingan output, meski perlu dilengkapi dengan pendekatan lain untuk faktor non-kuantitas.
c. Analisis Model Stackelberg
Model Stackelberg menganalisis persaingan asimetris Telkomsel (leader) dan Indosat (follower) dalam industri telekomunikasi Indonesia. Data 2019-2023 menunjukkan:
● Dominasi Telkomsel:
- Laba bersih rata-rata Rp8,6 triliun vs Indosat Rp7,5 triliun - Inisiatif teknologi (4G/5G) selalu lebih dulu
● Respons Indosat:
- Menyesuaikan strategi dengan jeda waktu
- Volume pelanggan cenderung mengikuti pola Telkomsel
● Keterbatasan Model:
- Indosat tidak sepenuhnya pasif (contoh: merger Hutchison) - Mengabaikan faktor eksternal (regulasi, disruptor teknologi) Model ini efektif menggambarkan hubungan leader-follower, namun perlu dilengkapi analisis faktor non-kuantitatif untuk pemahaman lebih holistik.
4. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dengan model Cournot dan Stackelberg, dapat disimpulkan bahwa dinamika persaingan antara Telkomsel dan Indosat selama periode 2019 hingga 2023 menunjukkan pola yang kompleks. Model Cournot menggambarkan situasi di mana kedua perusahaan menentukan jumlah pelanggan secara simultan dan simetris, seperti yang tercermin pada tahun 2021 ketika keduanya mencatat jumlah pelanggan identik. Namun, model ini kurang mampu menangkap realitas pasar yang dipengaruhi oleh diferensiasi layanan dan strategi harga. Di sisi lain, model Stackelberg lebih menggambarkan struktur pasar yang asimetris, di mana Telkomsel berperan sebagai pemimpin pasar dengan inisiatif lebih dulu dalam hal teknologi dan strategi, sementara Indosat cenderung merespons langkah tersebut sebagai pengikut.
Dari segi kinerja, Telkomsel tetap unggul dalam hal profitabilitas dengan rata-rata laba bersih sekitar Rp8,6 triliun, meskipun pangsa pasarnya mengalami fluktuasi. Indosat menunjukkan performa yang lebih stabil dalam hal jumlah pelanggan, tetapi dengan laba yang lebih rendah, rata-rata sekitar Rp7,5 triliun, dan pangsa pasar yang juga cenderung volatil. Kedua model ekonomi ini memang membantu dalam memahami pola persaingan berbasis kuantitas dan peran dominasi pasar, tetapi memiliki keterbatasan karena tidak mempertimbangkan aspek penting seperti strategi harga, perbedaan kualitas layanan, peran regulasi, serta faktor eksternal seperti merger dan disrupsi teknologi.
Secara strategis, Telkomsel perlu terus berinovasi untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar, sementara Indosat dapat memanfaatkan kolaborasi dan efisiensi untuk memperkecil jarak persaingan. Penting untuk menciptakan kebijakan yang menjaga keseimbangan antara persaingan sehat dan inovasi.
Kesimpulannya, meskipun model Cournot dan Stackelberg memberikan kerangka dasar yang berguna, pemahaman yang lebih utuh tentang industri ini memerlukan pendekatan yang lebih holistik, termasuk analisis terhadap faktor non-kuantitatif dan dinamika pasar yang terus berubah.
5. Refleksi Diri
Setelah lulus, saya ingin ingin mengembangkan karier di bidang analisis pasar dan strategi bisnis, khususnya di industri yang dinamis seperti telekomunikasi atau sektor teknologi informasi. Melalui pemahaman konsep Structure-Conduct-Performance (SCP) yang saya pelajari dalam tugas ini, saya menyadari pentingnya menganalisis struktur pasar sebagai dasar untuk merumuskan strategi bisnis yang efektif, baik bagi perusahaan yang ingin masuk (entry strategy) maupun bagi yang menghadapi persaingan ketat dan perlu mempertimbangkan keluar dari pasar (exit strategy). Ke depannya, saya berencana mengasah kemampuan analisis data dan riset pasar agar mampu membantu perusahaan memahami kondisi industri, menentukan posisi kompetitif, dan mengambil keputusan strategis yang tepat. Dengan pendekatan ini, saya berharap dapat berkontribusi dalam membantu bisnis menghadapi tantangan persaingan sekaligus memanfaatkan peluang untuk tumbuh secara berkelanjutan. Langkah-langkah konkret yang akan saya lakukan
antara lain mengikuti pelatihan analisis pasar, magang di perusahaan strategis, serta terus mengembangkan pengetahuan tentang dinamika industri dan regulasi yang memengaruhi performa perusahaan di pasar.
6. Referensi
Carlton, Dennis W. & Perloff, Jeffrey M. (2015). Industrial Organization. 4th Edition.
Pearson Education.
PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). (2019–2023). Laporan Keuangan Tahunan.
PT Indosat Tbk. (2019–2023). Laporan Keuangan Tahunan.
Setiawan, Ani. (2014). Pasar Oligopoli.