• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perwilayahan Komoditas dan Kontribusi Kopi Arabika Terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Bernando Hutabarat

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Perwilayahan Komoditas dan Kontribusi Kopi Arabika Terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Jurnal Agriuma:, 2 (1) April 2020 ISSN 2657-1749 (Print) ISSN 2657-1730 (Online)

JURNAL AGRIUMA

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agriuma

Analisis Perwilayahan Komoditas dan Kontribusi Kopi Arabika Terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara

Commodity Area Analysis and Contribution of Arabica Coffee to Regional Development in North Tapanuli Regency

Rita Herawaty Br Bangun*

Fungsional Statistisi BPS Provinsi Sumatera Utara

Diterima: April 2020 Disetujui : April 2020 Dipublish: April 2020

*Coresponding Email:rita.bangun@bps.go.id

Abstrak

Kopi arabika merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian dan pembangunan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah basis produksi komoditas kopi arabika, karakteristik penyebarannya dan peranan komoditas kopi arabika dalam mendukung pembangunan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Data yang digunakan adalah data sekunder periode waktu tahun 2016-2018. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis location quotient, analisi lokalisasi dan spesialisasi, analisis rasio layanan dasar dan pengganda wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah basis kopi arabika berdasarkan indikator produksi di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, dan Kecamatan Muara. Usahatani komoditas kopi arabika tidak terlokalisasi dan terkonsentrasi pada suatu wilayah kecamatan tertentu melainkan menyebar di beberapa kecamatan dan tidak menspesialisasikan pada usahatani komoditas kopi arabika. Komoditas kopi arabika mampu mendukung kegiatan perkebunan dan pembangunan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara.

Kata Kunci: efek pengganda; kopi arabika; location quotient; lokalita; spesialisasi

Abstract

Arabica coffee is one of the plantation commodities that has an important role in the economy and regional development in North Tapanuli Regency. This study aims to identify the area of production base of Arabica coffee commodity, its distribution characteristics and the role of Arabica coffee in supporting regional development in North Tapanuli Regency.

The data used are secondary data from 2016-2018. Data analysis methods used are location quotient analysis, localization and specialization analysis, basic service ratio analysis and area multiplier. The results showed that Arabica coffee base area based on production indicators in North Tapanuli District were Parmonangan District, Sipoholon District, Tarutung District, Siatas Barita District, Pangaribuan District, Sipahutar District, Siborongborong District, Pagaran District, and Muara District. Arabica coffee commodity farming is not localized and concentrated in a particular sub- district area but rather spreads in several sub-districts and does not specialize in Arabica coffee commodity farming.

Arabica coffee commodity can support plantation activities and regional development in North Tapanuli Regency. Keywords: arabica coffee; location quotient; localization; multiplier effect; specialization

How to Cite: Bangun, R.H (2020). Analisis Perwilayahan Komoditas dan Kontribusi Kopi Arabika Terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Agriuma. 2 (1): 1-10.

(2)

PENDAHULUAN

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian daerah. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara (BPS, 2019c). Kopi juga berperan sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat (Thamrin, 2016).

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi pengembangan kopi. Produksi kopi di Sumatera Utara pada tahun 2018 mencapai 67.179 ton dengan luas area penanaman sebesar 89.948 hektar (BPS, 2019c). Kopi tersebar di beberapa daerah kabupaten kota di Provinsi Sumatera Utara. Salah satu jenis kopi yang dikembangkan adalah jenis kopi arabika. Kopi Arabika mempunyai kualitas, cita rasa, dan harga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kopi lainnya (Putri et al., 2018).

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu sentra budidaya kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Produksi kopi arabika pada tahun 2018 mencapai 14.175,87 ton dengan luas area penanaman sebesar 16.214,82 hektar (BPS, 2019b). Budidaya tanaman kopi arabika di Kabupaten Tapanuli Utara masih dalam bentuk perkebunan rakyat artinya banyak petani yang menggantungkan hidupnya dari bertani kopi arabika.

Pengembangan suatu komoditas pertanian didasarkan pada prospek komoditas dan potensi wilayah sehingga perencanaan wilayah yang memiliki komoditas unggulan dalam pembangunan patut diperhatikan. Menurut Jannah (2017) kebijakan pembangunan daerah dilakukan dengan melihat potensi masing-masing daerah agar program pembangunan yang dirancang terlaksana dengan baik, tepat sasaran dan nyata. Kusmiati & Windiarti (2011) juga berpendapat bahwa perencanaan wilayah dalam pengembangan komoditas pertanian merupakan hal yang sangat penting karena setiap wilayah memiliki nilai strategis sesuai dengan potensi sumber daya yang terdapat pada masing-masing daerah.

Penelitian tentang analisis pemetaan potensi wilayah sudah pernah dilakukan, antara lain oleh Susanto et al., (2017) yang melakukan penelitian tentang perwilahan dan strategi pengembangan peternakan kambing di Kabupaten Lumajang. Harisman (2017) melakukan penelitian tentang pemetaan potensi wilayah komoditas buah-buahan di Jawa Barat. Penelitian yang sama dilakukan oleh Widyatami & Wiguna (2017) tentang analisis perwilayahan komoditas kedelai di Kabupaten Jember.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dibuat penelitian mengenai pemetaan potensi wilayah komoditas kopi Arabika di Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah basis produksi komoditas kopi arabika, karakteristik penyebarannya dan peranan komoditas kopi arabika dalam mendukung pembangunan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara.

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara. Data yang dikumpulkan adalah data time series selama periode tahun 2016 sampai 2018. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi kopi dan komoditas perkebunan lainnya yang diusahakan oleh masyarakat di masing-masing wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui wilayah basis dan non basis komoditas kopi di Kabupaten Tapanuli Utara adalah metode analisis Location Quetiont (LQ).

(3)

3

LQi= ………..………..(1) Keterangan:

LQi : Location Quetiont

Yij : Produksi kopi di kecamatan i

Yj : Produksi komoditas perkebunan di kecamatan i Yi : Produksi kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

Y : Produksi komoditas perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

 Jika nilai LQ ≥ 1 artinya wilayah tersebut merupakan kecamatan basis komoditas kopi.

Produksi komoditas kopi di kecamatan tersebut tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan untuk wilayahnya namun dapat diekspor ke luar wilayah.

 Jika nilai LQ < 1 artinya wilayah tersebut bukan merupakan kecamatan basis komoditas kopi. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam wilayah kecamatan tersebut.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui karakteristik penyebaran komoditas kopi di Kabupaten Tapanuli Utara adalah analisis lokalita dan spesialisasi.

Koefisien lokalita digunakan untuk mengukur penyebaran dari kegiatan pertanian wilayah dengan rumus (Widyatami & Wiguna, 2017):

αi = [Si/Ni]-[∑Si/∑Ni]……….. (2) Keterangan:

α : koefisien lokalisasi komoditas kopi Si : Produksi komoditas kopi di kecamatan i

Ni : Produksi komoditas kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

∑Si : Total produksi komoditas perkebunan di kecamatan i

∑Ni : Total produksi komoditas perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara Kriteria pengambilan keputusan:

α≥ 1 artinya komoditas kopi terlokalisasi atau terkonsentrasi pada suatu wilayah kecamatan α < 1 artinya komoditas kopi tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Koefisien spesialisasi digunakan untuk mengukur tingkat spesialisasi suatu daerah dalam kegiatan tertentu. Formula koefisien spesialisasi sebagai berikut (Nurmalia & Suwandari, 2019):

βi = [Si/∑Si]-[Ni/∑Ni]………(3) Keterangan:

βi : Koefisien spesialisasi komoditas kopi Si : Produksi komoditas kopi di kecamatan i

Ni : Produksi komoditas kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

∑Si : Total produksi komoditas perkebunan di kecamatan i

∑Ni : Total produksi komoditas perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara

Kriteria pengambilan keputusan:

βi ≥ 1 artinya wilayah kecamatan sudah menspesialisasikan pada usaha komoditas kopi α < 1 artinya wilayah kecamatan belum menspesialisasikan pada usaha komoditas kopi

Untuk mengetahui peranan komoditas strategis sebagai komoditas basis dalam mendukung perkembangan kegiatan sektor pertanian yang bertujuan untuk kesejahteraan

(4)

masyarakat digunakan analisis Basic Service Ratio (BSR) dan Regional Multiplier (RM) dengan formula sebagai berikut (Widyatami & Wiguna, 2017):

BSR = ∑ Sektor basis / ∑ Non basis

RM = (∑ Sektor basis + ∑ Non basis)/ ∑ Sektor basis Keterangan:

∑ Sektor basis: Jumlah produksi kopi di kecamatan basis Kabupaten Tapanuli Utara

∑ Non basis : Jumlah produksi kopi di kecamatan non basis Kabupaten Tapanuli Utara Kriteria pengambilan keputusan:

BSR, RM > 1 artinya sektor basis memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan sektor non basis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Produksi Kopi Arabika

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu sentra komoditas kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Produksi kopi arabika di Kabupaten Tapanuli Utara memberikan kontribusi sebesar 21,26 persen terhadap produksi kopi arabika di Sumatera Utara (BPS, 2019b). Komoditas kopi arabika selama kurun waktu tahun 2016 sampai 2018 menunjukkan peningkatan luas tanaman dan produksi.

Produksi kopi Arabika pada tahun 2018 sebesar 14,18 ribu ton naik 19,89 persen dibandingkan produksi kopi Arabika tahun 2017. Luas tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2018 sebesar 16.077,70 hektar meningkat 0,018 persen dibanding tahun 2017 (BPS, 2019a).

Peningkatan produksi dan luas tanam mengindikasikan tingginya minat masyarakat melakukan usaha budidaya kopi. Kondisi alam juga turut mendukung pengembangan kopi arabika di Tapanuli Utara. Kopi arabika merupakan komoditas perkebunan dataran tinggi sehingga sesuai untuk dibudidayakan di Tapanuli Utara yang berada pada ketinggian 1700 m di atas permukaan laut (BPS, 2019a).

Gambar 1. Produksi dan Luas Area Tanam Kopi Arabika Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2018 Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara, 2019

Wilayah Basis Komoditas Kopi Arabika

Perwilayahan komoditas unggulan merupakan penentuan komoditas unggulan yang akan dikembangkan pada masing-masing wilayah kecamatan. Penentuan wilayah basis dan non basis dapat diketahui berdasarkan nilai Location Quetient (LQ) dari komoditas kopi arabika untuk masing-masing wilayah kecamatan. Hasil analisis LQ komoditas kopi Arabika berdasarkan

(5)

5

indikator produksi di Kabupaten Tapanuli Utara periode tahun 2016-2018 dapat dilihat pada Tabel 1.

Hasil penghitungan LQ menunjukkan bahwa diantara 15 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat 9 (sembilan) kecamatan yang menjadi wilayah basis komoditas kopi arabika. Wilayah basis kopi arabika tersebut terdiri dari Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, dan Kecamatan Muara. Kecamatan tersebut berdasarkan indikator produksi memiliki nilai LQ lebih besar dari 1, artinya kesembilan wilayah tersebut memiliki nilai produksi yang lebih tinggi daripada produksi rata- rata Kabupaten Tapanuli Utara. Wilayah basis komoditas kopi arabika berdasarkan indikator produksi yang tertinggi adalah Kecamatan Pangaribuan dengan nilai LQ sebesar 2,62, artinya setiap 1 bagian produksi kopi arabika akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Kecamatan Pangaribuan dan sisanya sebesar 1,62 bagian untuk memenuhi kebutuhan komoditas kopi arabika di wilayah lain.

Tabel 1. Hasil Penghitungan Location Quetient (LQ) Wilayah Basis Komoditas Kopi Arabika menurut Indikator Produksi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2018

Kecamatan Nilai LQ

2016 2017 2018 Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5)

Parmonangan 1,35 1,34 1,34 1,34

Adiankoting 0,16 0,17 0,26 0,20

Sipoholon 1,57 1,56 1,44 1,52

Tarutang 1,24 1,24 1,23 1,24

Siatas Barita 1,92 1,90 1,77 1,86

Pahae Julu 0,22 0,22 0,03 0,16

Pahae Jae 0,09 0,09 0,02 0,07

Purbatua 0,07 0,06 0,07 0,07

Simangumban 0,23 0,22 0,55 0,33

Pangaribuan 2,37 2,55 2,93 2,62

Garoga 0,82 0,83 0,70 0,78

Sipahutar 1,54 1,53 1,49 1,52

Siborongborong 1,94 1,92 1,81 1,89

Pagaran 2,03 2,01 1,84 1,96

Muara 1,72 1,71 1,62 1,68

Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara, 2019

Hasil penghitungan LQ juga menunjukkan bahwa komoditas kopi arabika merupakan komoditas perkebunan yang dominan diusahakan oleh masyarakat di kecamatan basis tersebut.

Kecamatan basis tersebut mampu mencukupi kebutuhan wilayahnya secara mandiri juga mampu memenuhi kebutuhan komoditas kopi arabika wilayah lain. Wilayah basis komoditas arabika juga menunjukkan bahwa tingginya potensi komoditas kopi arabika di Kabupaten Tapanuli Utara sehingga diperlukan pengembangan wilayah yang tepat untuk mendukung pengembangan komoditas kopi arabika sebagai salah satu komoditas perkebunan rakyat unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara. Pratiwi et al., (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa komoditas kopi arabika di Kabupaten Tapanuli Utara memiliki daya saing di pasar domestik dan internasional sehingga layak untuk dikembangkan. Optimalisasi faktor

(6)

produksi dan pendapatan petani merupakan tujuan dan sasaran dalam peningkatan pengembangan usahatani kopi arabika (Putri et al.,; Thamrin, 2016).

Lokalita Komoditas Kopi Arabika di Kabupaten Tapanuli Utara

Analisis lokalita digunakan untuk mengetahui apakah komoditas kopi arabika terkonsentrasi pada suatu wilayah atau menyebar di beberapa wilayah. Hasil penghitungan analisis lokalisasi kopi arabika ditunjukkan pada Tabel 2.

Hasil analisis lokalisasi berdasarkan indikator produksi menunjukkan bahwa nilai koefisien lokalita yang dihasilkan oleh masing-masing kecamatan besarnya kurang dari 1(αi < 1).

Artinya bahwa usaha perkebunan komoditas kopi arabika yang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara tidak terkonsentrasi di satu wilayah kecamatan saja tetapi tersebar di beberapa kecamatan. Kecamatan yang memiliki nilai koefisien lokalita positif adalah Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran dan Kecamatan Muara. Hal ini menunjukkan bahwa sembilan wilayah kecamatan tersebut mampu menghasilkan produksi kopi arabika lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya di Kabupaten Tapanuli Utara.

Penyebaran komoditas kopi arabika disebabkan wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara memiliki karakteristik yang sama yang meliputi iklim, cuaca dan topografi daerah. Nurmalia & Suwandari (2019) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penyebaran kegiatan usaha pertanian dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usaha yang berkaitan karena jika kebutuhan terhadap komoditas pertanian tidak diperoleh di satu kecamatan maka masih ada kecamatan lain yang dijadikan rujukan untuk memenuhi kebutuhan akan komoditas pertanian tersebut. Churfa et al., (2015) juga menyebutkan bahwa penyebaran komoditas pertanian akan memberikan dampak positif bagi pemenuhan komoditas pertanian.

Tabel 2. Hasil Penghitungan Lokalisasi Komoditas Kopi Arabika menurut Indikator Produksi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2018

Kecamatan Nilai LQ

2016 2017 2018 Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5)

Parmonangan 0,03 0,03 0,03 0,03

Adiankoting -0,10 -0,10 -0,08 -0,09

Sipoholon 0,02 0,02 0,01 0,02

Tarutung 0,01 0,01 0,01 0,01

Siatas Barita 0,02 0,02 0,02 0,02

Pahae Julu -0,05 -0,05 -0,06 -0,05

Pahae Jae -0,09 -0,09 -0,08 -0,09

Purbatua -0,02 -0,03 -0,02 -0,02

Simangumban -0,01 -0,02 -0,01 -0,01

Pangaribuan 0,02 0,02 0,02 0,02

Garoga -0,02 -0,02 -0,03 -0,02

Sipahutar 0,05 0,05 0,05 0,05

Siborongborong 0,08 0,08 0,08 0,08

Pagaran 0,06 0,06 0,05 0,06

Muara 0,02 0,02 0,02 0,02

(7)

7

Spesialisasi Komoditas Kopi Arabika di Kabupaten Tapanuli Utara

Analisis spesialisasi merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui spesialisasi suatu wilayah. Spesialisasi ini menunjukkan apakah suatu wilayah hanya mengusahakan satu jenis komoditas pertanian atau lebih. Hasil penghitungan koefisien spesialisasi komoditas kopi arabika dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil analisis spesialisasi dengan menggunakan indikator produksi menunjukkan bahwa tidak terdapat wilayah kecamatan yang memiliki nilai indeks spesialisasi lebih besar dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara yang menspesialisasikan wilayahnya pada pengusahaan komoditas kopi arabika. Pasaribu dan Soetriono (2009) berpendapat bahwa tidak terdapat wilayah yang menspesialisasikan wilayahnya pada pengusahaan komoditas pertanian mengindikasikan bahwa terdapat keragaman komoditas yang diusahakan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan di wilayah tersebut.

Berdasarkan penghitungan dari koefisien spesialisasi, terdapat 10 kecamatan yang memiliki nilai koefisien spesialisasi yang positif yaitu Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran dan Kecamatan Muara. Sembilan dari 10 kecamatan tersebut merupakan kecamatan basis komoditas kopi arabika di Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian yang dilakukan oleh Churfa et al., (2015) pada komoditas kopi rakyat di Kabupaten Jember menunjukkan adanya spesialisasi komoditas kopi di wilayah basis karena produksi kopi di wilayah basis lebih tinggi dibandingkan dengan produksi kopi di wilayah non basis.

Tabel 3. Hasil Penghitungan Spesialisasi Komoditas Kopi Arabika menurut Indikator Produksi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2018

Kecamatan Nilai LQ

2016 2017 2018 Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5)

Parmonangan 0,16 0,16 0,17 0,164

Adiankoting -0,38 -0,39 -0,38 -0,382

Sipoholon 0,26 0,26 0,22 0,248

Tarutung 0,11 0,11 0,12 0,113

Siatas Barita 0,42 0,42 0,39 0,410

Pahae Julu 0,10 0,10 0,02 0,075

Pahae Jae -0,42 -0,42 -0,50 -0,446

Purbatua -0,43 -0,44 -0,47 -0,444

Simangumban -0,35 -0,36 -0,23 -0,315

Pangaribuan 0,08 0,08 0,08 0,082

Garoga -0,08 -0,08 -0,15 -0,105

Sipahutar 0,25 0,25 0,25 0,248

Siborongborong 0,43 0,43 0,41 0,423

Pagaran 0,47 0,47 0,43 0,457

Muara 0,33 0,33 0,32 0,324

Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara, 2019

(8)

Daya Dukung Komoditas Kopi Arabika Terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

Peranan komoditas kopi arabika terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara dapat diketahui dengan menggunakan analisis Basic Service Ratio (BSR) dan Regional Multiplier (RM). Analisis ini menggunakan perbandingan jumlah wilayah basis dengan jumlah wilayah non basis, artinya semakin banyak wilayah basis akan semakin meningkatkan pembangunan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Hasil analisis Basic Service Ratio (BSR) dan Regional Multiplier (RM) akan menunjukkan sejauh mana peranan yang diberikan wilayah basis komoditas kopi terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Hasil analisis Basic Service Ratio (BSR) berdasarkan indikator produksi dapat dilihat pada Gambar 2. Selama kurun waktu 3 tahun nilai BSR lebih besar dari 1 artinya komoditas kopi arabika mampu mendukung kegiatan perkebunan dan pembangunan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Nilai BSR tertinggi pada Tahun 2018 sebesar 7,72 yang menginterpretasikan bahwa setiap 1 bagian produksi komoditas kopi arabika digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan wilayah basis sedangkan 6,72 bagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan wilayah non basis. Menurut Kusmiati & Windiarti (2011) dalam penelitiannya tentang analisis wilayah komoditas kopi di Indonesia, BSR dipengaruhi oleh permintaan atas kopi itu sendiri sehingga untuk mempertahankan nilai BSR>1 produksi kopi harus ditingkatkan.

Gambar 2. Nilai BSR Komoditas Kopi Arabika Menurut Produksi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2018

Analisis Regional Multiplier (RM) merupakan analisis lanjutan dari analisis BSR. Melalui analisis Regional Multiplier (RM) dapat diketahui suatu hubungan antara wilayah basis dan penambahannya terhadap wilayah lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penambahan ini akan memberikan efek berantai terhadap wilayah lainnya walaupun pengaruhnya tidak selalu bersifat searah dan dengan besaran yang sama. Hasil analisis RM selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 3.

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa nilai RM kopi arabika di Kabupaten Tapanuli Utara berdasarkan indikator produksi selama kurun waktu tahun 2016-2018 mempunyai nilai lebih besar dari 1. Nilai RM yang tertinggi terjadi pada tahun 2016 dan 2017

(9)

9

sebesar 1,15 artinya 1 bagian digunakan untuk kebutuhan wilayah basis itu sendiri sedangkan 0,15 bagian lainnya merupakan efek penambahan terhadap wilayah non basis. Semakin besar angka Regional Multiplier (RM) yang dihasilkan maka semakin besar pula kemungkinan pertumbuhan wilayah yang ditimbulkan oleh wilayah basis (Pasaribu dan Soetriono, 2009).

Nilai RM menggambarkan bahwa keberadaan usaha tani komoditas kopi arabika mendukung kegiatan ekonomi berupa efek pengganda yang ditimbulkan bagi kecamatan- kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Efek pengganda yang ditimbulkan berupa peningkatan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja baik di sektor pertanian maupun sektor lainnya.

Gambar 3. Nilai RM Komoditas Kopi Arabika Menurut Produksi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2018

SIMPULAN

Daerah basis komoditas kopi arabika di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, dan Kecamatan Muara. Usahatani komoditas kopi arabika tidak terkonsentrasi pada satu wilayah saja namun tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Usahatani komoditas kopi arabika di wilayah basis tidak menspesialisasikan pada usahatani kopi arabika. Komoditas kopi arabika berperan dalam pembangunan wilayah dan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, R. H. (2019). Potensi Subsektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Unggulan Dalam Pembangunan Kabupaten Serdang Bedagei. Inovasi, 16(2), 75–84.

BPS. (2019a). Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka, 2019. Tarutung: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara.

BPS. (2019b). Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka. Medan: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS. (2019c). Statistik Kopi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

(10)

Churfa, D., Sholihah, H., Murti, J., Aji, M., & Kuntadi, E. B. (2015). Analisis Perwilayahn Komoditas Dan Kontribusi Subsektor Perkebunan Kopi Rakyat Di Kabupaten Jember. Berkala Ilmiah Pertanian, 1(2), 1–9.

Harisman, K. (2017). The Economic Value of Fruits Commodity in West Java: a Case Study at West Java. In Munich Personal RePEc Archive.

Iswi, A., & Santoso, B. (2015). Perwilayahan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Berdasarkan Kesesuaian Lahan Kabupaten Tuban. Jurnal Teknik ITS, 4(1), 2–7.

Jannah, M. (2017). Analisis Potensi Unggulan Komoditi Tanaman Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Universitas Medan Area.

Kusmiati, A., & Windiarti, R. (2011). Analisis Wilayah Komoditas Kopi Di Indonesia. JSEP (Journal of Social and Agricultural Economics), 5(2), 47–58.

Nurmalia, R., & Suwandari, A. (2019). Analisis Perwilayahan Dan Kontribusi Komoditas Jeruk Siam Terhadap Perekonomian Kabupaten Banyuwangi. SEPA, 16(1), 85–96.

Pasaribu, A. P., & Soetriono. (2009). Perwilayahan Dan Strategi Pengembangan Komoditas Karet (Hevea Brasiliensis) Di Indonesia. J-Sep, 3(3), 1–14.

Pratiwi, A., Sebayang, T., & Hasyim, D. H. (2013). Analisis Daya Saing Komoditas Kopi Arabika di Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal On Social Economic of Agriculture and Agribusiness, 2(12), 1–15.

Putri, A., Yusmani, Y., Paloma, C., & Zakir, Z. (2018). Kinerja Faktor Produksi Kopi Arabika (Coffea Arabika L.) di Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat Performance. Industria:

Jurnal Teknologi Dan Manajemen Agroindustri, 7(3), 189–197.

Susanto, A. D., Soetriono, S., & Supriono, A. (2017). Analisis Perwilayahan dan Strategi Pengembangan Peternakan Kambing di Kabupaten Lumajang. Sorot, 12(2), 107–120.

Thamrin, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kopi Arabika Di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Agric, 26(1), 1-6.

Widyatami, L. E., & Wiguna, A. A. (2017). Analisis Perwilayahan Komoditas Kedelai di kabupaten Jember. Jurnal Ilmiah Inovasi, 17(1), 138–143.

Referensi

Dokumen terkait

adalah menyusun strategi dalam perencanaan pengembangan kawasan perkebunan kopi arabika di Kabupaten Bener Meriah, melalui tahapan mengidentifikasi sebaran perkebunan

Metode Analisis Data Dalam menganalisis produksi dan pendapatan usaha perkebunan kopi arabika pada kelompok tani sari mekar di desa tambakan, kecamatan kubutambahan, kabupaten