• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Likuifaksi Di Area Pltu Pacitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Potensi Likuifaksi Di Area Pltu Pacitan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

125 REKAYASA SIPIL / Volume 16, No.2 – 2022 ISSN 1978 - 5658

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DI AREA PLTU PACITAN

Mesra Surya Ariefin

1

, As’ad Munawir

2

, dan Arief Rachmansyah

3

1Mahasiswa /Program Megister/ Jurusan Geoteknik/Fakultas Teknik Sipil, Universitas Brawijaya

2Dosen/Program Megister/ Jurusan Geoteknik/Fakultas Teknik Sipil, Universitas Brawijaya

3Dosen/Program Megister/ Jurusan Geoteknik/Fakultas Teknik Sipil, Universitas Brawijaya

Korespondensi: mesrasuryaariefin93@gmail.com

ABSTRACT

One of Indonesia's regions, Pacitan, is an earthquake-prone area where one of the consequences of the earthquake is the phenomenon of soil liquefaction. Soil liquefaction is the process of changing or transforming the form from a solid to a liquid form. The purpose of this study was to analyze the potential for liquefaction based on field data at the finite element PLTU Sudimoro Pacitan or FEM method. There are three location plans for the liquefaction potential analysis point, namely C-36, S-58, and TC-32 based on earthquake data.

Point C-36 has the possibility of liquefaction. For the point S-58 has conditions that will definitely experience liquefaction. Meanwhile, Point TC-32 has the possibility of liquefaction. The subsidence that occurs due to the earthquake load has a large enough impact on land subsidence, namely at point C-36.

Keyword : Liquifaction, PLTU Sudimoro Pacitan, Quake

1. PENDAHULUAN

Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi bisa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Indonesia berada pada jalur 4 lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Indo- Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Philipine, dan Lempeng Pasifik. Akibat pergerakan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan Indonesia rawan terjadi gempa bumi. (Bock et al., 2003)

Salah satu dampak dari terjadinya gempa bumi adalah fenomena soil liquefaction. Para ahli menyebutkan bahwa soil liquefaction menjadi penyebab utama kerusakan parah yang terjadi di wilayah Kobe, Jepang pada tahun 1996 dan di wilayah Alaska, Amerika pada tahun 1964 setelah terjadinya gempa bumi. [10]

Likuifaksi adalah fenomena berubahnya sifat sedimen dari keadaan padat menjadi

keadaan cair yang disebabkan oleh tegangan geser bolak-balik pada waktu terjadi gempa bumi [7] . Sehingga secara sederhana soil liquefaction dapat diartikan sebagai proses perubahan atau transformasi bentuk dari bentuk padat menjadi bentuk yang sifatnya liquid atau cair sabagai akibat dari naiknya tekanan pori tanah dan berkurangnya tegangan efektif tanah.

Kabupaten pacitan memiliki topografi dataran rendah hingga bergunung, dengan elevasi tertinggi 1200 m di atas permukaan air laut (Kecamatan Bandar, Gunung Gerabes).

Topografi berbukit mencakup wilayah bagian tengah sebagian Kecamatan Tegalombo, Arjosari, dan Wilayah barat di Kecamatan Donorejo, Punung, dan Pringkulu serta di wilayah timur Kecamatan Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro. Sedangkan daerah dengan topografi datar terdapat di sebagian sekitar kota pacitan, arjosari dan kebonagung. Salah satu wilayah di Indonesia yang berisiko mendapat ancaman gempa bumi adalah Pacitan. Dikarena

(2)

REKAYASA SIPIL / Volume 16, No.2 – 2022 ISSN 1978 - 5658 126

wilayah pesisir kota Pacitan merupakan daerah

yang dilalui oleh Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Hal ini diperkuat oleh hasil boring test di 5 titik pesisir Kota Pacitan yang telah dilakukan, bahwa kondisi tanah di lokasi studi sebagian besar adalah tanah berpasir yang berpotensi terjadi soil liquefaction. Potensi soil liquefaction dievaluasi berdasarkan nilai SF (Safety Factor) yang merupakan perbandingan antara CSR (Cyclic Stress Ratio) dengan CRR (Cyclic Resistance Ratio). Untuk penilaian risiko dilakukan dengan menggunakan metode probabilitas likuifaksi dan nilai LPI (Liquefaction Potential Index). [11]. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi likuifaksi dan melihat besaran potensi penurunan tanah jika terjadi likuifaksi.

2. STUDI PUSTAKA 2.1. Gempa

Gempa dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu adalah peristiwa vulkanik, keruntuhan tanah di dalam gua, dan juga pergerakan lempengan bumi yang sering disebut gempa tektonik.

Pacitan terletak di koordinat 1100 55’ – 1110 25’BT dan 70 55’ – 8 0 17’LS yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia di sebelah selatan, dimana terdapat pertemuan lempeng tektonik yang sangat berpotensi terjadinya gempa. Seperti gempa yang terjadi di Bantul pada tahun 2006 dan pada tahun 2009 di Tasikmalaya yang berkekuatan 7,3 SR dengan pusat Gempa 142 kilometer barat daya Tasikmalaya. Kedua daerah tersebut terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Aktivitas subduksi atau pergeseran lempeng yang terjadi akibat lempeng Indo- Australia menyusup ke bawah lempeng Eurasia dengan laju sebesar 67 milimeter/tahun.

2.2. Tanah

Udara, air, dan bahan padat adalah komponen dari tanah. Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifat- sifat teknis tanah.

Ruang diantara butiran- butiran sebagian atau seluruhnya dapat terisi air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya maka tanah dikatan dalam keadaan jenuh (saturated). Bila rongga terisi udara air dan udara, maka tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Sedangkan tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau

kadar airnya nol . [4]. Tanah dalam kondisi jenuh biasanya lebih berbahaya terhadap bangunan struktur dibandingkan dengan tanah dalam kondisi kering. Likuifaksi merupakan salah satu bahaya yang berpotensi terjadi pada tanah dalam kondisi jenuh (Mabrur, 2009).

2.3 Likuifaksi

Seed et al (1975), menjelaskan bahwa likuifaksi adalah proses perubahan kondisi tanah pasir yang jenuh air menjadi cair akibat meningkatnya tekanan air pori yang nilainya menjadi sama dengan tekanan total.

Oleh karena itu terjadinya beban dinamik membuat tegangan efektif tanah menjadi nol.

Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya likuifaksi sangat banyak [15], yaitu karakteristik getaran, jenis tanah, muka air tanah, distribusi diameter butir, kepadatan awal dan kemampuan drainase. Sedangkan [10]

bahwa likuifaksi ada beberapa faktor, yaitu fakor permanen yang memang berasal dari kondisi tanah itu sendiri, kedua faktor pemicu yang memang dipengaruhi oleh faktor luar, yaitu gempa bumi.

Likuifaksi terjadi pada tanah yang terseturasi, maka efeknya seringkali hanya diamati pada area yang dekat dengan badan air seperti sungai, danau, dan laut. Pengaruh yang disebabkan oleh likuifaksi dapat berupa longsor besar ataupun terjadinya retakan - retakan pada tanah yang paralel dengan badan air, seperti kasus yang terjadi di Montagua River, Guatemala tahun 1976. Saat terjadi likuifaksi, kekuatan tanah menjadi berkurang dan kemampuan tanah untuk mendukung pondasi dari bangunan di atasnya akan berkurang pula.

Dinding penahan tanah dapat miring atau bergeser akibat likuifaksi (Mabrur, 2009).

Tahap pertama dalam menganalisa likuifaksi adalah menentukan apakah suatu lapisan tanah termasuk dalam tanah yang berpotensi dalam tanah yang berpotensi terjadi likuifaksi. Secara umum jenis tanah yang bersifat rentan terhadap likuifaksi adalah tenah yang memiliki nilai kohesif yang rendah. Tanah yang bersifat kohesif tidak perlu dianalisa lagi terhadap kemungkinan likuifaksi, kecuali jika memenuhi beberapa kriteria khusus yang dikemukakan oleh Youd dan Gilstrap,1999 dalam Day 2002; Perlea dkk,199 dalam Prakash dan Puri, 2003) di karakteristik butir pasir.

(3)

REKAYASA SIPIL / Volume 16, No.2 – 2022 ISSN 1978 - 5658 127

Pendekatan yang digunakan dalam

analisis potensi likuifaksi adalah Simplified Method menggunakan pengujian Standard Penetration Test (Seed et al, 1985). Tahap – tahap yang dapat dilakukan dalam metode ini adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa jenuh air

2. Memeriksa letak permukaan air tanah 3. Menghitung nilai CSR yang disebabkan oleh

gempa bumi.

4. Menghitung nilai CRR dari pengujian SPT.

5. Analisis likuifaksi dengan menggunakan grafik Seed et al. (Gambar. 1).

6. Menentukan Safety Factor.

Gambar 1. Corrected Blow Count (N1) 60 vs CSR

3. TAHAPAN PENELITIAN 1. Studi literature.

2. Pengumpulan data yang didapat dari PLTU Sudimoro Pacitan sebagai objek penelitian.

3. Analisa data dengan aplikasi NovoLIQ.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Gempa dan Lokasi Titik Analisis Data gempa yang diperlukan dalam analisis ini diperoleh dari USGS Earthquake Hazards Program. Penentuan besaran gempa pada penelitian ini ditentukan pada gempa terjadi yang terbesar dan terdekat pada area sekitaR PLTU Sudimoro Pacitan. Terlihat pada Gambar 2 gempa yang terjadi adalah sebesar 5,5 SR, sehingga besaran gempa tersebut yang akan digunakan untuk menganalisis potensi likuifaksi di area PLTU Pacitan.

Berikut denah lokasi dan titik yang akan

di analisis potensi likuifaksi pada Gambar 3.

Pada denah lokasi terlihat bahwa sisi selatan terdapat endapan pasir yang bisa diakibatkan dari abrasi dari tumbukan gelombang laut terhadap sisi selatan PLTU Sudimoro.

Sedangkan di sisi selatan area PLTU Sudimoro terdapat endapan aluvial.

Gambar 2. Situs resmi USGS Earthquake Hazards Program

Gambar 3. Denah Lokasi Analisis Titik Bor

4.2. Analisa Titik C-36

4.2.1. Interpretasi Data Tanah

Dilihat pada Tabel 1, komposisi tanah terdiri dari pasir (kedalaman 0 sampai dengan 25. 5 meter), lanau (kedalaman 25.5 meter sampai dengan 30.0), lempung berada di kedalaman 31.5 meter samapai dengan 51.00 meter. Pasir berbatu terdapat pada kedalaman 51 meter sampai dengan 60 meter dengan nilai N- SPT 50. Sudut geser (Ø) 19⁰ sampai 33⁰.

Sedangkan nilai kohesi yang ada 39 KN/m² sampai dengan 73 KN/m².

(4)

REKAYASA SIPIL / Volume 16, No.2 – 2022 ISSN 1978 - 5658 128

Tabel 1. Stratifikasi Tanah Titik C-36

4.2.2. Analisis Potensi Liquifaksi pada Software Novoliq

Setelah dilakukan interpretasi data maka dilakukan analisa likuifaksi dengan bantuan software NovoLiq dengan metode NCEER Workshop (1997) serta Idriss (2014). Proses ini dapat dijelaskan pada Gambar 4. berikut :

Gambar 4. Perhitungan pada Novoliq C-36

4.2.3. Hasil potensi Liquifaksi pada titik C- 36 dengan kekuatan 5.5 SR

Hasil permodelan liquifaksi menunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa nilai faktor keamanan menunjukkan nilai kurang dari 1 di kedalaman 31 meter hingga 50 meter. Hal ini berarti bahwa pada kedalaman tersebut sangat mudah terlikuifaksi sedangkan pada kedalaman 0 meter hingga 30 meter dan 51 meter hingga 60 meter tidak terjadi likuifaksi dikarenakan nilai faktor keamanan lebih besar dari 1.

Gambar 5. Grafik Factor of Safety 5.5 SR titik C-36

Nilai total penurun yang dapat terjadi jika terjadi likuifaksi adalah sebesar 133 cm. Nilai penurunan terbesar terjadi pada kedalaman 24 meter hingga 50 meter.

Gambar 6. Grafik Post Liquifaction 5.5 SR titik C-36

4.3. Analisa Titik S-58

4.3.1. Interpretasi Data Tanah

Dilihat pada Tabel 2 komposisi tanah terdiri dari pasir (kedalaman 0 sampai dengan 28 meter), lempung (kedalaman 28 meter sampai dengan 32.0), lanau berada di kedalaman 32 meter samapai dengan 44.00 meter. Pasir berbatu terdapat pada kedalaman 53 meter sampai dengan 60 meter dengan nilai N-SPT 100.

4.3.2. Analisis Potensi Liquifaksi pada Software Novoliq

Setelah dilakukan interpretasi data maka dilakukan analisa likuifaksi dengan bantuan software NovoLiq dengan metode NCEER Workshop (1997) serta Idriss (2014). Proses ini dapat dijelaskan pada Gambar 7.

Kedalaman N-SPT γm γd Ø Cohession

(m) (mg/m³) (mg/m³) (°) (kN/m²)

0,00 - 1,50 2

1,50 - 3,00 2

3,00 - 4,50 3

4,50 - 6,00 5

6,00 - 7,50 4

7,50 - 9,00 5

9,00 - 10,50 10 10,50 - 12,00 7 12,00 - 13,50 6 13,50 - 15,00 8 15,00 - 16,50 10 16,50 - 18,00 13 18,00 - 19,50 15 19,50 - 21,00 14 21,00 - 22,50 12 22,50 - 24,00 13 24,00 - 25,50 11 25,50 - 27,00 22 27,00 - 28,50 6 28,50 - 30,00 8 30,00 - 31,50 9 31,50 - 33,00 10 33,00 - 34,50 10 34,50 - 36,00 9 36,00 - 37,50 5 37,50 - 39,00 22 39,00 - 40,50 2 40,50 - 42,00 14 42,00 - 43,50 15 43,50 - 45,00 30 45,00 - 46,50 10 46,50 - 48,00 15 48,00 - 49,50 12 49,50 - 51,00 24 51,00 - 52,50 22 52,50 - 54,00 24 54,00 - 55,50 24 55,50 - 57,00 50 57,00 - 60,00 32

1.68 1.18

1.67 1.12 Jenis Tanah

Sand, browniesh grey-dark grey

Silty clay, dark grey

Clay, dark grey

USCS

SP

CH

CH

Gravelly Sand with silt, grey to light brown

73

19 39

1.85 1.39 1.69 1.15

SP

0.2273 0.9350 C-36

Cc e

0.4774 1.2738

0.4355 1.4746

0.5279 1.3455

33 45

19 39

33

(5)

REKAYASA SIPIL / Volume 16, No.2 – 2022 ISSN 1978 - 5658 129

Tabel 2. Stratifikasi tanah pada S-58

Gamba r 7. Perhitungan pada Novoliq S-58

4.3.3. Hasil potensi Liquifaksi pada titik C- 36 dengan kekuatan 5.5 SR

Pada Gambar 8 terlihat bahwa nilai faktor keamanan menunjukkan nilai kurang dari 1 di kedalaman 30 meter hingga 50 meter. Hal ini berarti bahwa pada kedalaman tersebut sangat mudah terlikuifaksi.

Gambar 8. Grafik Factor of Safety 5,5 SR titik S-58

Nilai total penurun yang dapat terjadi jika terjadi likuifaksi adalah sebesar 156 cm yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Post Liquifaction 5,5 SR titik S-58

4.4. Analisa Titik TC-32 4.4.1. Interpretasi Data Tanah

Dilihat pada Tabel 3 komposisi tanah terdiri dari lanau (kedalaman 0 sampai dengan 30 meter), lempung (kedalaman 30 meter sampai dengan 53.0), pasir berbatu berada di kedalaman 53 meter sampai dengan 61.50 meter dengan nilai N-SPT 100.

Tabel 3. Stratifikasi tanah pada TC-32

4.4.2. Analisis Potensi Liquifaksi pada Software Novoliq

Setelah dilakukan interpretasi data maka dilakukan analisa likuifaksi dengan bantuan software NovoLiq dengan metode NCEER Workshop (1997) serta Idriss (2014). Proses ini dapat dijelaskan pada Gambar 9.

Kedalaman γm γd γsat Cohession

(m) (gr/cm³) (gr/cm³) (kN/m³) (kN/m²)

0,00 - 2,00 7

2,00 - 4,00 6

4,00 - 6,00 10 6,00 - 8,00 12 8,00 - 10,00 12 10,00 - 12,00 14 12,00 - 14,00 14 14,00 - 16,00 12 16,00 - 18,00 14 18,00 - 20,00 18

20,00 - 22,00 30 Sand, dark grey SP

22,00 - 24,00 14 1,62 1,04 2,64 2,538 14,3518 36

24,00 - 26,00 12 1,73 1,22 2,61 2,139 14,8359 39

26,00 - 28,00 12 Sandy clay CH 1,62 1,04 2,57 2,471 14,2422 41

28,00 - 30,00 4 CH 1,65 1,12 2,63 2,348 14,5808 40

30,00 - 31,00 7 31,00 - 32,00 3

32,00 - 34,00 4 1,57 0,97 2,55 2,629 13,9954 33,5

34,00 - 36,00 5 36,00 - 37,00 6 37,00 - 38,00 10 39,00 - 40,00 17 40,00 - 42,00 23 42,00 - 43,00 21 43,00 - 44,00 27 44,00 - 46,00 25 46,00 - 47,00 15 47,00 - 49,00 21 49,00 - 50,00 25 50,00 - 52,00 31 52,00 - 53,00 100 53,00 - 55,00 100 55,00 - 56,00 100 56,00 - 57,00 72 57,00 - 58,00 75 58,00 - 60,00 73

Sandy gravel, dark grey-greyish brown GP

Sandy gravel, brownish grey-light brown GP Sandy silt, dark grey ML Sandy silt, dark grey ML Silty clay, dark grey CH

2,56 2,016 14,8795 43 Silty clay, dark grey CH

1,78 1,27

14,0576 46

Clay, grey CH 1,57 0,99 2,55 2,576

Sand, greyishlight brown SP

Sand, brownish grey SP

Sand, brownish dark grey SP

14,6871 14,5

Sand, dark grey SP

1,68 1,18 2,59 2,195

S-58

N-SPT Jenis Tanah USCS Gs e

Kedalaman N-SPT γm γd γsat Cohession

(m) (gr/cm³) (gr/cm³) (kN/m³) (kN/m²)

0,00 - 1,50 7 1,50 - 3,00 10 3,00 - 4,50 37 4,50 - 6,00 12 6,00 - 7,50 17 7,50 - 9,00 15 9,00 - 10,50 22 10,50 - 12,00 23 12,00 - 13,50 30 13,50 - 15,00 20 15,00 - 16,50 30 16,50 - 18,00 27 18,00 - 19,50 30 19,50 - 21,00 30 21,00 - 22,50 38 22,50 - 24,00 7 24,00 - 25,50 6 25,50 - 27,00 6 27,00 - 28,50 6

28,50 - 30,00 6 1,61 1,08 2,56 2,370 14,346 46,5

30,00 - 31,50 7 31,50 - 33,50 8 33,50 - 35.50 8 35.50 - 37.00 7 37.00 -38.50 10 38.50 - 40.50 20 40.55 - 42.00 20 42.00 - 43.55 10 43.55 - 45.55 14 45.55 - 47.00 7 47.00 - 48.55 8 48.50 - 50.50 6 50.55 - 52.00 51 52.00 - 53.50 42 53.55 - 55.00 100 55.00 - 56.50 45 56.50 - 58.00 17 58.00 - 60.00 16

60.00 - 61.50 13 1,59 1,13 2,58 2,283 14,526 75

15,323 72

Gravelly Sand with silt, grey to light brown SH

1,78 1,24 2,86 2,306

14,212 88

15,169 58,5

1,51 0,82 2,54 3,098 13,492 35

Clay, dark grey MH

1,62 1,35

2,6 1,926

1,92 1,02 2,59 2,539

Silty clay, dark grey MH

2,576 14,058 49,9

TC-32

Jenis Tanah USCS Gs e

Silty Sand, browniesh grey-dark grey CH

1,55 0,99 2,55

(6)

REKAYASA SIPIL / Volume 16, No.2 – 2022 ISSN 1978 - 5658 130

Gambar 9. Perhitungan pada Novoliq TC-32

4.4.3. Hasil potensi Liquifaksi pada titik TC- 32 dengan kekuatan 5.5 SR

Pada Gambar 10 terlihat bahwa nilai faktor keamanan menunjukkan nilai kurang dari 1 di kedalaman 31,5 meter hingga 50,5 meter.

Hal ini berarti bahwa pada kedalaman tersebut sangat mudah terlikuifaksi.

Gambar 10. Grafik Factor of Safety 5.5 SR titik TC-32

Nilai total penurun yang dapat terjadi jika terjadi likuifaksi adalah sebesar 136,5 cm.

Sehingga dapat dijelaskan bahwa jika terjadi gempa di lokasi tersebut dengan besaran 5.5 SR akan dapat mengalami penurunan tanah lokal sebesar 136, 5 cm. Dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 10. Grafik Post Liquifaction 5.5 SR titik TC-32

5. KESIMPULAN

Akibat beban gempa yang diberikan, yaitu sebesar 5,5 SR titik C-36, titik S-58 dan Titik TC-32 berpotensi terjadi likuifaksi

Potensi penurunan yang terjadi akibat adanya beban gempa memberikan dampak penurunan muka tanah yang cukup besar, yaitu pada titik C-36 ketika diberikan beban gempa sebesar 5,5 SR kemungkinan terjadi penurunan hingga 133 cm. Sedangkan penurunan titik S-58 tidak terlalu beda jauh, yaitu terjadi penurunan 156 cm. Untuk titik TC-32 terjadi penurunan sebesar, yaitu 136,5 cm pada beban gempa sebesar 5,5 SR.

Dari penelitian ini dapat diberikan saran dari hasil analisis potensi likuifaksi di area PLTU Pacitan, yaitu hasil penelitian ini masih diperlukan uji lebih detail dan 4. Diberikan beban gempa yang berbeda – beda agar mendapatkan nilai probalitas likuifaksi yang lebih bervariasi dan dapat memberikan gambaran dampak yang akan terjadi jika beban gempanya lebih kecil atau lebih besar.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Vicky, C.D.L et.al. Analisis Potensi Likuifaksi Di Pt. Pln (Persero) Uip Kit Sulmapa Pltu 2 Sulawesi Utara 2 X 25 Mw Power Plan, Jurnal Sipil Statik (ISSN: 2337-6732), Vol. 1: No. 11.

2013

[2] Hendri.G.P, dkk. Analisa Potensi Likuifaksi Berdasarkan Data Pengujian Sondir (Studi Kasus Gor Haji Agus Salim Dan Lapai, Padang), Jurnal Rekayasa Sipil: Vol. 5 No.1. 2009 [3] Badan Standardisasi Nasional. Standar

Perencanaan Ketahananan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. Departemen Perencanaan Umum. SNI-1726-2012. 2012

(7)

REKAYASA SIPIL / Volume 16, No.2 – 2022 ISSN 1978 - 5658 131

[4] Braja,M,Das. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid 1. Erlangga:

Jakarta.1993

[5] Tsuchida, H. Prediction and Countermeasure Against the Liquefaction in Sand Deposits.

Seminar in the Port and Harbor Research Institute.1970

[6] Housner, George W. Liquefaction of Soils During Earthquakes, National Academy Press.

Washington DC. 1985

[7] B. Seed and Idriss. Ground Motions And Soil Liquifaction During Earthquake, Earthquake Engineering Research Institute, Berkeley,CA.

1982

[8] Hardy, T., et.al. Karakteristik Lapisan tanah berpotensi likuifaksi berdasarkan resistivitas batuan di daerah cilacap, Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 16 No.1 Tahun 2015: 47-56.

[9] Palmadi, E. Potensi Bencana Geologi di Provinsi

Banten, http://pertambangan-

geologi.blogspot.com/2011/04/potensi-bencana- geologi-di-provinsi.html, diakses pada tanggal 4 September 2013. 2011

[10]The Japanese Geotechnical Society,Remedial Measures Againts Soil Liquefaction, A. A.

Balkema, Rotterdam, Netherlands. 1988

[11]Warriessandy, D.N., et.al. Studi Risiko Kerentanan Tanah Akibat Soil Liquefaction Karena Gempa Bumi DiWilayah Pesisir Kota Pacitan, Skripsi, Tidak Dicetak: Institut Teknologi Sepuluh November. 2016

[12]Syukri, Muhammad. Geoelectrical Characterization For Liquifaction At Coastal Zone In South Aceh, Proceedings Of The Annual International Conference Syiah Kuala University, Volume 1 Number 2. 2011

[13]Rosyidi, et al. “Prosedur Analisis Likuifaksi

Menggunakan Vs”. 15

Desember2013.http://atmaja.staff.umy.ac.id/201 0/11/19/analisislikuifaksi-menggunakan-

kecepatan-gelombang-geser. 2010.

[14]Tehputra, W & Hendriyawan. Analsis Likuifaksi Di Paisubololi, Sulawesi Tengah, Institut Teknologi Bandung. 2010

[15]Widodo, Pawirodikromo. Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan., Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2012.

[16]Ikhsan, R. Analisa Potensi Likuifaksi Dari Data CPT Dan SPT Dengan Studi Kasus PLTU Ende Nusa Tenggara Timur, Skripsi: Tidak Diterbitkan, Universitas Indonesia: Jakarta. 2011 [17]R.F. Craig dan Budi Susilo. Mekanika Tanah,

Erlangga: Jakarta. 1991

[18]Braja M. Das dan G.V. Ramana. Principles of soil dynamics, Cengage Learning: USA. 2011 [19]Jha, S. K. and Kiichi Suzuki. Realibility Analysis

of Soil Liquefaction Based on Standard Penetration Test, Computers and Geotechnics, 36 – 589-596. 2008. 2009

[20]Indra, Faisal et.al., Analisa Soil Liquefaction akibat Gempa Bumi berdasar Data SPT di Wilayah Pesisir Pacitan, Jurnal Tugas Akhir, ITS.

2010

[21]Pusat Studi Gempa Nasional. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, Bandung:

Pusat Litbang Perumahan dan Pemukiman. 2017.

Referensi

Dokumen terkait

The Militarisation of Australian History AND Zombie Myths of Australian Military History,"TEACH Journal of Christian Education: Vol... 56 | TEACH | v4 n2 v4 n2 | TEACH | 57