• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHATANI DAN PEMASARAN KELAPA SAWIT RAKYAT (Elaeis guineensiss Jacq) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHATANI DAN PEMASARAN KELAPA SAWIT RAKYAT (Elaeis guineensiss Jacq) TERHADAP PENDAPATAN PETANI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

58

ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHATANI DAN PEMASARAN KELAPA SAWIT RAKYAT (Elaeis guineensiss Jacq) TERHADAP

PENDAPATAN PETANI

Kurnia Putra1, Dain Habibie2

Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah1 Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah2

kurniaputra@umnaw.ac.id

Abstrak

Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh petani saat ini, banyak petani cenderung berkelanjutan dalam agribisnis kelapa sawit karena tingkat keuntungan yang cukup tinggi..Penelitian yang dilakukan ini berjenis penelitian kuantitatif dengan bentuk analisis dan subjek yang dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah petani kelapa sawit.Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh biaya produksi sedangkan untuk mengetahui pendapatan digunakan rumus pendapatan π = TR – TC dan rumus kelayakan R/C ratio dan mengetahui pola pemasaran kelapa sawit rakyat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak (Uji F) biaya produksi luas lahan, biaya peralatan, biaya bibit, biaya pestisida, biaya pupuk dan biaya tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan petani kelapa sawit rakyat yaitu F hitung (1223,001) > F tabel (2,36). Sedangkan secara parsial (Uji T) bahwa biaya produksi luas lahan (X1), biaya peralatan (X2) dan biaya pupuk (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit rakyat (Y) dan biaya bibit (X3), biaya pestisida (X4) dan biaya tenaga kerja (X6) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit rakyat (Y). Penerimaan rata-rata usahatani kelapa sawit rakyat adalah sebesar Rp. 24.439.488/ha/tahun, sedangkan biaya rata-rata yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 13.206.023/ha/tahun dengan demikian pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah sebesar Rp. 11.233.465/ha/tahun. Analisis R/C Ratio pada usahatani kelapa sawit rakyat sebesar 1,85, artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp. 13.206.023/ha/tahun maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 24.439.488/ha/tahun sehingga usahatani kelapa sawit rakyat mendapatkan keuntungan. Rantai pemasaran kelapa sawit rakyat di daerah penelitian yaitu petani menjual TBS ke Pedagang Pengumpul Desa Agen Kemudian Agen menjualnya ke Pabrik Industri Pengolahan CPO

Kata Kunci : Biaya Produksi, Usahatani, Pendapatan, Kelayakan dan Pemasaran

Abstract

Oil palm is a product that is in great demand by farmers today, many farmers tend to be sustainable in oil palm agribusiness because the level of profit is quite high.This research is a quantitative research in the form of analysis and the subjects used as sources in this research are oil palm farmers. The data used are primary and secondary dataThe data analysis method uses multiple linear regression analysis to determine the effect of production costs while to determine income, the income formula = TR – TC and the R/C ratio feasibility formula is used and to determine the marketing pattern of smallholder palm oil. The results showed that simultaneously (F test) the production costs of land area, equipment costs, seed costs, pesticide costs, fertilizer costs and labor costs affected the income of smallholder oil palm farmers, namely F count (1223,001) > F table (2 ,36). While partially (T test) that the production costs of land area (X1), equipment costs (X2) and fertilizer costs (X5) have no significant effect on the income of

(2)

59

smallholder oil palm farmers (Y) and seed costs (X3), pesticide costs (X4 ) and labor costs (X6) significantly affect the income of smallholder oil palm farmers (Y).

The average income from smallholder oil palm farming is Rp. 24,439,488/ha/year, while the average cost incurred is Rp. 13,206,023/ha/year thus the average income obtained is Rp.

11,233,465/ha/year. Analysis of the R/C Ratio in smallholder oil palm farming is 1.85, meaning that each cost incurred is Rp. 13,206,023/ha/year it will generate revenue of Rp.

24,439,488/ha/year so that people's oil palm farming can benefit. The marketing chain of smallholder palm oil in the research area is that farmers sell FFB to Village Collectors, Agents, Then Agents sell them to CPO Processing Industries.

Keywords: Production Cost, Farming, Income, Feasibility and Marketing

PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan proses perubahan ke arah yang lebih baik. Sistem pembangunan di Indonesia wajib mengadopsi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) No. 59 Tahun 2017 yang diadopsi dari kebijakan global yakni Sustainable Development Goals (SDGs). Kehadiran Produk Domestik Bruto pada tingkat nasional serta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu selama proses pembangunan. Sektor pertanian sebagai salah satu dari lima penyumbang PDRB terbesar (Syamsiyah, 2015) terutama pada sub sektor perkebunan komoditi kelapa sawit berkontirubsi sebagai leading sektor dalam PDRB. Sebagai negara agraris yang memiliki komoditi perkebunan kelapa sawit terluas di Dunia, Indonesia telah membudidayakan dalam skala komersial pada tahun 1910 di wilayah Sumatera sebagai perkebunan besar swasta dan nasional

Sedangkan perkebunan kelapa sawit rakyat mulai dibudidayakan pada tahun 1980 melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) Trans di Sumatera Utara dan Riau (Lubis, 2018).

Perkebunan kelapa sawit saat ini

menjadi penopang kehidupan petani dan masyarakat, sehingga kehadiranya mampu meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi pengangguran, memberikan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha (Syahza, at al., 2019).Kelapa sawit memiliki potensi pasar lebih tinggi dibandingkan tanaman perkebunan lainnya (Syahza at al., 2020).Keberhasilan petani kelapa sawit melalui program PIR- Trans mendorong masyarakat yang berada disekitarnya untuk turut serta melakukan usahatani kelapa sawit sehingga kebutuhan lahan pengembangan perkebunan semakin tinggi sedangkan ketersediaan lahan semakin sedikit (Sharma et al., 2017).Sehingga lahan marginal sebagai daerah terbuka menjadi pilihan untuk ekspansi perkebunan (Suwondo, 2020).Lahan marginal yang tersedia adalahlahan basah (wetland) yang identik sebagai lahan gambut yang memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan lahan mineral (Mustofa et al., 2018).

Untuk meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat, maka staregi pemberdayaan petani menjadi penting, upaya yang digunakan untuk memenuhi strategi adalah dengan meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan, penyediaan bibit unggul yang bermutu dan harga terjangkau oleh ekonomi petani sehingga perlu

(3)

60 didukung oleh permodalan. Petani merupakan subjek utama yang menentukan kinerja produktivitas usahatani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usahataninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Prduktivitas sumberdaya usahatani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani dalam menggunakan teknologi yang didorong oleh aspek sosial dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas di suatu daerah (Yusdza, dkk, 2004).

Faktor–faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi kedalam dua golongan sebagai berikut yaitu pertama faktor eksternal dan faktor internal serta kedua faktor manajemen. Hal yang termasuk faktor internal adalah umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah input berupa ketersediaan input dan harga dan output berupa permintaan dan harga.

Faktor manajemen juga sangat menentukan dalam mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh pendapatan yang maskimal (Suratiyah, 2006).

Penelitian ini didukung oleh penelitian Wati (2014), dimana di peroleh hasil penelitian yaitu pendapatan petani kelapa sawit Desa Makmur Jaya yang diperoleh dalam satu tahun yaitu Rp. 1.714.736.192, 40 dengan rata-rata nilai efisien yang diperoleh petani dalam usahatani

kelapa sawit tersebut yaitu sebesar 3,76 dimana menunjukkan usahatani

kelapa sawit tersebut

menguntungkan.

Dalam penelitian Furqan et al (2014) dengan judul penelitian Analisis Usahatani Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Way Kanan dan hasil penelitian menunjukkan produksi kelapa sawit rata-rata petani adalah 1.063 Kg pada luas lahan rata-rata 1 ha. Dengan harga rata-rata Rp. 1.500.Penerimaan petani kelapa sawit adalah sebesar Rp. 19.141.423.Usahatani kelapa sawit di Kabupaten Way Kanan menguntungkan dengan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp.

11.739.725 dan pendapatan atau biaya total sebesar Rp. 10.308.945.

Penelitian Junaidi (2016) dengan judul penelitian Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Desa Panton Pange Kecamatan Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya, dimana hasil penelitian menujukkan bahwa pendapatan rata- rata petani kelapa sawit sebesar Rp.

16.804.824 /Ha/Tahun. Analisis R/C Rasio pada usahatani kelapa sawit sebesar 2,86. Artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar satu satuan Rupiah Rp. 1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 2,86 sehingga usaha mendapatkan keuntungan.

Penelitian Yuprin (2009) menyatakan, salah satu pembentuk struktur pasar adalah jumlah dan pembeli dalam pasar.sebagaimana diketahui bahwa penduduk di daerah penelitian sebagian besar bermata pencaharian pertanian yang sudah tentu menggambarkan bahwa jumlah petani sebagai penjual sangat banyak dibandingkan pembeli hasil atau pedagang pengumpul. Struktur pasar yang terjadi pada pemasaran

(4)

61 komoditi pertanian mengarah ke struktur pasar yang terjadi pada pemasaran komoditi pertanian mengarah ke struktur oligopsoni bahkan monopsoni.Kendatipun struktur pasar oligopsoni yang terjadi hanya perbedaan kosentrasi, yaitu ada yang berkosentrasi tinggi, sedang dan ada yang berkosentrasi rendah atau ringan.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh biaya

produksi seperti luas lahan, biaya peralatan, biaya bibit, biaya pestisida, biaya pupuk dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan petani. Untuk mengetahui tingkat keuntungan petani kelapa sawit rakyat.Untuk mengetahui usahatani kelapa sawit layak diusahakan.

Untuk mengetahui rantai pemasaran usahatani kelapa sawit rakyat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada Petani Kelapa Sawit Desa Damuli Kebun Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Adapun pertimbangannya adalah karena daerah ini merupakan salah satu wilayah penghasil kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Penelitian ini di dilaksanakan pada bulan April hingga Mei Tahun 2022.

Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak berdasarkan datayang diperoleh, maka peneliti menggunakan uji statistik.Untuk menganalisis hipotesis pertama dianalisis menggunakan Regresi Linier Berganda dan untuk menganalisis hipotesis kedua

menggunakan metode analisis pendapatan. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut : π = TR – TC.

Untuk menganalisis hipotesis ketiga mengetahui kelayakan usahatani karet rakyat dianalisis dengan menggunakan metode analisis R/C Ratio dan untuk menganalisis pola pemasaran kelapa sawit di daerah penelitian menggunakan metode deskriptif

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil yang digunakan dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah hasil regresi linier berganda.Pengujian hipotesis dilakukan dengan software SPSS versi 22.00.Hasil pengujian tersebut dapat diketahui pada Tabel 1.berikut Tabel 1 Hasil Regresi Linier Berganda

Nomor Variabel Usahatani Karet Lokal

Koefisien thitung ttabel

1. Konstanta 5081507,532 1,933

2.506 2. Luas Lahan (X1) 876522,615 0,312

3. Biaya Peralatan (X2) 24,233 1,647

4. Biaya Bibit (X3) 1,640 3,148

5. Biaya Pestisida (X4) 9,103 3,353

6. Biaya Pupuk (X5) 0,484 0,786

7. Biaya Tenaga Kerja (X6) 4,664 5,031

R2 0.948

0.898 R Square

(5)

62 Ajusted R Square 0.887

1223,011 2.36

2628922,381 Fhitung

Ftabel

Standar Error

Sumber : Data Hasil Regresi SPSS, Tahun 2022

Model Regresi Linier Berganda Dari Tabel 1. diatas, diperoleh model regresi sebagai berikut :

Y = 5081507,532 + 876522,615 X1 + 24,233 X2 + 1,640 X3 + 9,103 X4 + 0,484X5 + 4,664 X6 + e

Dimana :

Y = Pendapatan X1 = Luas Lahan X2 = Biaya Peralatan X3 = Biaya Bibit X4 = Biaya Pestisida X5 = Biaya Pupuk

X6 = Biaya Tenaga Kerja Uji Kebaikan Model Regresi Uji t

Uji t ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 5% dan jumlah data 43. Hasil pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t sebagai berikut:

a. Pengaruh Variabel Luas Lahan (X1) Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit Rakyat

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel Luas Lahan (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani dari hasil didapat nilai T hitung < Ttabel (0,312 < 2,506) yang artinya H0 diterima dan H1

ditolak dengan tingkat kepercayaan 95 %.Dengan demikian luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani kelapa sawit rakyat.Hal ini dikarenakan Luas Lahan rata-rata petani kelapa sawit hanya 1 ha per petaninya jumlah tersebut sangat kecil maka dari itu petani kelapa sawit harus melakukan penambahan luas lahan kelapa sawit agar pendapatan petani kelapa sawit meningkat.

b. Pengaruh Variabel Biaya Peralatan (X2) Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit Rakyat

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel Biaya Peralatan (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani dari hasil didapat nilai T hitung < Ttabel (1,647 < 2,506) yang artinya H0 diterima dan H1

ditolak dengan tingkat kepercayaan 95 %.Dengan demikian variabel biaya peralatan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit rakyat.Hal ini dikarenakan alat yang digunakan petani kelapa sawit memeliki umur teknis pemakaian yang rata-rata 4 tahun lamanya.

c. Pengaruh Variabel Biaya Bibit (X3) Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel Biaya Bibit (X3) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani dari hasil didapat nilai T hitung > Ttabel (3,148 > 2,506) yang artinya H1 diterima dan H0

ditolak dengan tingkat kepercayaan 95 %. Dengan demikian variabel

(6)

63 biaya bibit berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit rakyat.Hal ini dikarenakan bibit yang digunakan petani kelapa sawit sudah layak untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal sehingga pendapatan petani kelapa sawit rakyat meningkat.

d. Pengaruh Variabel Biaya Pestisida (X4) Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit Rakyat

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel Pestisida (X4) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani dari hasil didapat nilai T hitung > Ttabel (3,353 > 2,506) yang artinya H1 diterima dan H0

ditolak dengan tingkat kepercayaan 95 %. Dengan demikian variabel biaya pestisida berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit.Hal ini dikarenakan pestisida yang digunakan petani kelapa sawit rakyat sudah tetap guna dalam pengaplikasiannya sehingga pendapatan petani kelapa sawit rakyat meningkat.

e. Pengaruh Variabel Biaya Pupuk (X5) Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel Biaya Pupuk (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani dari hasil didapat nilai T hitung < Ttabel (0,786 < 2,506) yang artinya H0 diterima dan H1

ditolak dengan tingkat kepercayaan 95 %. Dengan demikian variabel biaya pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit.Hal ini dikarenakan kurang efisiennya penggunaan pupuk yang digunakan serta dosis pupuk yang belum tepat yang disebabkan

kurangnya pengetahuan petani tentang penggunaan dosis pupuk yang tepat per satuan lahan, karena umumnya petani merupakan petani tradisional yang bertani secara turun temurun tanpa mengenal teknik budidaya yang benar.

f. Pengaruh Variabel Biaya Tenaga Kerja (X6) Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit Rakyat

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel Biaya Tenaga Kerja (X6) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani dari hasil didapat nilai T hitung > Ttabel (5,031 > 2,506) yang artinya H1 diterima dan H0

ditolak dengan tingkat kepercayaan 95 %.Dengan demikian variabel biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit.Hal ini dikarenakan petani kelapa sawit sudah optimal dalam menggunakan tenaga kerja sehingga pendapatan petani kelapa sawit meningkat.

Uji F

Uji ini digunakan untuk menguji keberartian keofisienregresi secara bersama-sama atau simultan antara variabel luas lahan, biaya peralatan, biaya biaya bibit, biaya pestisida, biaya pupuk dan biaya tenaga kerja terhadap variabel pendapatan petani.

Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan Software SPSSfor Windows 20.00 dengan taraf signifikansi 5% dan jumlah data sampel 43. Nilai F hitung (1223,001) > F tabel (2,36) artinya secara bersama sama variabel (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) atau nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05.

Analisis Pendapatan

(7)

64 Analisis pendapatan petani adalah hasil pengurangan antara total penerimaan yang diterima petani perpanennya dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani perpanennya.

Jumlah pendapatan per petani kelapa sawit berbeda-beda antara satu petani dengan petani lainnya tergantung pada besarnya jumlah penerimaan, jumlah produksi, jumlah luas lahan dan jumlah biaya perpetani dari usahatani kelapa sawit rakyat yang diusahakan sesuai.

Adapun pendapatan petani kelapa sawit rakyat pertahun adalah sebagai berikut :

π = TR – TC

π = Rp. 24.439.488 – Rp.

13.206.023

π = Rp. 11.233.465

Rata-rata luas lahan kelapa sawit milik petani (rakyat) adalah 1 Ha per orang maka pendapatan rata- rata petani adalah Rp.

11.233.465/ha/tahun.Pendapatan petani ini adalah pendapatan bersih petani atau dapat juga dikatakan sebagai keuntungan bagi petani dalam menjalankan usahatani kelapa sawit yang diusahakan selama periode Januari 2021 sampai Desember 2021.

R/C Ratio

Analisis kelayakan usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus Return Cost Ratio (R/C) dimana untuk menghitung R/C dilakukan membagi antara penerimaan yang diterima oleh petani kelapa sawit dengan biaya yang dikeluarkan oleh petan untuk usahatani kelapa sawit rakyat.Pada penelitian ini biaya yang dimaksud adalah biaya operasional di luar biaya investasi tanaman sebagaimana telah dijelaskan pada metode

penelitian. Adapun perhitungan R/C Ratio adalah sebagai berikut :

TR R/C Ratio =---

TC

Rp. 24.439.488 = --- Rp. 13.206.023 = 1,85

Dari penelitian ini hasil dari R/C adalah rata-rata penerimaan petani dibagi dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani sehingga nilai R/C. Ratio adalah 1,85 artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp. 13.206.023/ha/tahun maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 24.439.488/ha/tahun sehingga usahatani kelapa sawit mendapatkan keuntungan. Untuk lebih jelasnya tentang analisis R/C rasio kelapa sawit di Desa Damuli Kebun Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara

Harga jual rata-rata petani ke pedagang pengumpul desa (agen) yang datang ke lahan petani adalah Rp1.170/Kg. Harga jual rata-rata pedagang pengumpul desa (agen) ke pabrik pengolahan sebesar Rp.

1.500/Kg. Petani kelapa sawit rakyat di Desa Damuli Kebun Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara rata-rata menjual hasil panen kelapa sawitnya ke agen dikarenakan tidak memiliki transportasi sendiridan hasil panen tidak menentu. Rata-rata pedagang pengumpul desa (agen) mendapat keuntungan sebesar Rp. 330/Kg.

(8)

65

Tabel 2. Harga Jual Rata-Rata pada Pelaku Pemasaran Kelapa Sawit Rakyat

No. Pelaku Tataniaga Harga Jual (Rp/Kg)

1. Petani Rp. 1.170

2. Pedagang Pengumpul Desa (Agen) Rp. 1.500 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2022

Marjin pemasaran adalah selisih harga yang diterima oleh konsumen akhir dengan harga jual produsen atau petani. Marjin pemasaran untuk saluran tataniaga pertama adalah Rp.

0, (petani menjual hasil panennya ke pabrik pengolahan langsung. Marjin tataniaga untuk saluran kedua adalah sebesar Rp. 330,

Tabel 3.Marjin Tataniaga Masing-Masing Saluran

No. Saluran Distribusi Marjin (Rp)

1. Langsung 1.170-1.170 = 0

2. Satu Tingkat 1.170- 1.500 = 330

Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2022 Semakin besarnya marjin pemasaran yang timbul diakibatkan oleh banyaknya pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kelapa sawit rakyat dan masing- masing pelaku pemasaran mengeluarkan biaya-biaya pemasaran berupa transportasi, sortasi, grading dan penanggungan resiko. Disamping itu pula masing- masing pelaku pemasaran berusaha untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menekan harga beli mereka kepada petani. Resiko yang diterima petani cukup besar dimana petani telah mengeluarkan biaya produksi yang cukup tinggi namun mendapatkan keuntungan yang paling kecil akibat berfluktuasinya harga jual kelapa sawit

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dalam penelitian ini, maka analisis biaya produksi usahatani kelapa sawit rakyat terhadap pendapatan petani di

Desa Damuli Kebun Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Secara serempak (Uji F) biaya produksi luas lahan, biaya peralatan, biaya bibit, biaya pestisida, biaya pupuk dan biaya tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan petani kelapa sawit rakyat yaitu F hitung (1223,001) >

F tabel (2,36). Sedangkan secara parsial (Uji T) bahwa biaya produksi luas lahan (X1), biaya peralatan (X2) dan biaya pupuk (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit rakyat (Y) dan biaya bibit (X3), biaya pestisida (X4) dan biaya tenaga kerja (X6) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit rakyat (Y).

2. Penerimaan rata-rata usahatani kelapa sawit rakyat adalah sebesar Rp. 24.439.488/ha/tahun, sedangkan biaya rata-rata yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.

(9)

66 13.206.023/ha/tahun dengan demikian pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah sebesar Rp.

11.233.465/ha/tahun.

3. Analisis R/C Ratio pada usahatani kelapa sawit rakyat sebesar 1,85, artinya setiap biaya yang dikeluarkan

sebanyak Rp.

13.206.023/ha/tahun maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.

24.439.488/ha/tahun sehingga usahatani kelapa sawit rakyat mendapatkan keuntungan.

4. Rantai pemasaran kelapa sawit rakyat di daerah penelitian yaitu petani menjual TBS ke Pedagang Pengumpul Desa Agen Kemudian Agen menjualnya ke Pabrik Industri Pengolahan CPO

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Muhammad Firdaus., Lubis, Iskandar. 2018. Production Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Pelalawan, Riau. Bul.

Agrohorti 6 (2) : 281 - 286 (2018).

Mustofa, Riyadi. Riati.Suwondo., 2018. The Study on Impact of Plantation Activities in Siak District. Journal Of Economic and Sustainable Development.

Interntional Knowlegde Sharing Paltform

Syahza, A. and Asmit, B. 2019,

“Development of palm oil sector and future challenge in Riau Province, Indonesia”, Journal of Science and

Technology Policy

Management, Volume 11, Issue 2, pp. 149- 170.

Syahza, A ., Irianti, M., Suwondo., Nasrul, B., 2020. What’s Wrong with Palm Oil, Why is it Accused of Damaging the Environment? Journal of Physics: Conference Series.

Volume 1655, Number 012134.

http://doi.org/10.1088/1742- 6596/1655/1/012134.

Sharma, K, Sunil. Baral, Himlal.

Pacheco, Pablo. Laumonier, Yves., 2017. Assessing impacts on ecosystem services under various plausible oil palm expansion scenarios in Central Kalimantan, Indonesia Suwondo,. Darmadi,. Mustofa,

Riyadi. 2018. The Availability of Forest Ecosystem Services in Siak Regency. Journal Of Natural Sciences Research.

Interntional Knowlegde Sharing Paltform.

Suratiyah, 2006. Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Jakarta Yusdza, Y, dkk, 2004. Analisis

Peluang Kesempatan Kerja dan Pendapatan Petani Melalui Usahatani Bersama, Jurnal Agro Ekonomi, Vol 22 No. 1- 25.Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Dari nilai Gini Ratio dan kurva Lorenz petani kelapa sawit rakyat dan petani padi sawah dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan keluarga petani kelapa sawit rakyat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa input produksi tenaga kerja dan biaya saprodi berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit per hektar dan hanya input

Total pendapatan petani kelapa sawit sebesar Rp.101.344.806 /tahun ; (2) Hasil analisis tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit di Desa Sape Kecamatan Jangkang

Berdasarkan hasil data penelitian 40 responden pada usahatani kelapa sawit di Desa Suliliran Baru Kecamatan Pasir Belengkong, diperoleh persamaan biaya (TC) dengan

Variabel tenaga kerja panen berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit dan memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0.0015 yang berarti

(3) Berdasarkan hasil uji Rank Spearman diperoleh bahwa hubungan pendapatan usahatani terhadap tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit rakyat di Desa Lambur I

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui karakteristik petani kelapa sawit; (2) Untuk mengetahui serapan tenaga kerja perkebunan rakyat kelapa sawit;

Pertumbuhan tanaman kelapa sawit di Sumatera Utara terkenal baik, lebih baik dari Afrika sebagai asal tanaman kelapa sawit berkat iklim yang sesuai yaitu lama