• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Program KIP-Kuliah: Akses Pendidikan Tinggi untuk Masyarakat Kurang Mampu

N/A
N/A
Sophia Natalia Samosir

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Program KIP-Kuliah: Akses Pendidikan Tinggi untuk Masyarakat Kurang Mampu"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Sophia Natalis Samarin Nrp : 5033231029

Kelas : Pendmas-B

Pemberian akses khusus bagi masyarakat tertentu di bidang pendidikan, seperti beasiswa untuk kelompok tertentu atau program afirmasi bagi siswa di daerah tertinggal, merupakan topik yang sering menimbulkan perdebatan. Namun apabila dikhususkan ke beasiswa KIP-Kuliah ini sangat kompleks lagi, karena banyak orang menganggap sasaran dari beasiswa ini tidak tepat sasaran. Oleh karena itu apabila ditanya kepada diri sendiri saya lebih menganggap hal ini netral. Dimana ada sisi negatif dan positif yang tidak dapat dipungkiri sulit untuk diperbaiki

Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah hal penting dalam mempercepat peningkatan ekonomi dan pengurangan ketimpangan ekonomi di Indonesia. Tapi memang kenyataan dilapangan tidak semua masyarakat memiliki akses yang sama ke perguruan tinggi, terutama orang-orang yang berasal dan ekonomi menengah dan kebawah. Tetapi, pemerintah Indonesia melakukan atau menciptakan sebuah program yaitu Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), yang mana program ini bertujuan untuk mendukung calon mahasiswa yang kurang mampu supaya dapat melanjutkan pendidikan tanpa terkendala biaya hidup dan biaya kuliah.

KIP-K membawa dampak yang sangat positif bagi masyarakat yang kurang mampu.

Banyak siswa SMA yang dulunya tidak memiliki harapan kuliah karena torcendoli di Ekonomi. Seperti yang kita ketahui KIP-K tidak hanya memberikan biaya kuliah gratis, tetapi juga memberikan bantuan hidup. setiap semester. Hal ini tentunya mendukung mahasiswa untuk tetap fokus pada perkuliahan tanpa terbebani untuk mencari, pekerjaan sampingan.

Beasiswa ini juga menjadi pendukung atau pemberi harapan kepada banyak orang sebagai pemutus rantai kemiskinan melalui pendidikan.

Program KIP-K juga berkontribusi dalam penurunan ketimpangan antara wilayah di perkotaan/pedesaan atau daerah 3T (Tertinggal, Terpencil, dan Terluar yang sebelumnya tidak memiliki harapan untuk sampai di perguruan tinggi. Melalui program ini, negara terus berusaha untuk memastikan hak atas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh letak geografis maupun stats ekonomi, melainkan dari kemauan dan potensi setiap individu yang mana sesuai dengan rencana pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berprestasi.

Meskipun tujuan dari program ini baik,. tetapi pelaksanaan program KIP-K ini secara realitas/lapangan tidak selalu berjalan secara baik, salah satu masalah utama dan terbesar dari program ini yaitu ketidaktepatan sasaran penerima. Banyak kasus ditemukan yang mana mahasiswa dari latar belakang ekonomi yang baik/mampu justru menjadi penerima bantuan beasiswa ini/ Dimana mereka memiliki kendaraan pribadi, tinggal di rumah yang layak. Hal seperti menunjukan bahwa sistem pendataan atau verifikasi data, masih lemah, karena hanya melihat dari kepemilikan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) atau Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang pada realitasnya dapat dengan mudah dimanipulasi banyak orang atau tidak akuratnya data yang dicantumkan.

Permasalahan lain yang dapat dilihat adalah mengenai rendahnya transparansi dalam proses seleksi. Banyak calon mahasiswa tidak memahami alasan atau kriteria dibalik lolos

(2)

atau tidaknya mereka sebagai penerima KIP-K. Informasi tentang kriteria penilaian juga tidak dipublikasikan evan secara jelas. Akibatnya, muncul persepsi atau pandangan negatif dari sebagian banyak orang bahwa proses seleksi seperti ini tidak adil karena sering rawan kecurangan. Padahal transparansi merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik kepada pemerintah.

Permasalahan lain yang sering lupa dibahas yaitu mengenai ketimpangan distribusi kuota KIP.K diantar wilayah dan antar perguruan tinggi. Beberapa pangunan tinggi negeri ternama cenderung mendapat kuota penerimaan yang lebih besar, sedangkan kampus-kampus swasta yang tidak ternama cenderung mendapat kuota yang lebih sedikit, bahkan ada yg tidak mendapatkan, Akibatnya, mahasiswa dari daerah 3T sangat membutuhkan malah tidak dapat kesempatan karena keterbatasan kuota tadi. Hal seperti ini secara tidak langsung menciptakan kesenjangan baru terutama dalam sistem pendidikan di perguruan tinggi.

Selanjutnya, apabila dana sudah diberikan, pengawasan terhadap pemanfaatan dana dan keberlanjutan/keseriusan dari mahasiswa masih sangat minim. Bahkan, ada yang tidak ada (hanya menyalurkan dananya saja). Tidak semua kampus memiliki akses monitoring yang kuat untuk memastikan mahasiswa-mahasiswanya menggunakan dana sesuai kebutuhan. Tapi banyak yang tanpa pengawasan terhadap penyalahgunaan dana atau mahasiswa yang telat lulus atau tidak menyelesaikan tugas-tugasnya. Hal ini tentunya akan sangat merugikan negara dan hilangnya peluang banyak orang yang lebih membutuhkan.

Sehingga, dalam jangka panjang, lemahnya pengawasan ini akan mengganggu efektifitas program secara keseluruhan.

Jika dilihat dari dua sisi, KIP-K merupakan program yang bermanfaat besar dan kelemahan dapat dilihat dari pelaksanaannya nanti. Pada hal ini saya berada di posisi yang netral namun kritis. Saya tidak menolak adanya program KIP-K, bahkan saya sangat men.

dukung ide-ide yang diberikan. Tetapi, saya juga meyakini bahwa program ini memerlukan perbaikan mendasar agar tujuan yang sebaiknya dapat dicapai secara maksimal. Program sebesar ini tentunya harus dikelola dengan akuntabilitas, transparansi dan keterlibatan masyarakat. Jika tidak ditindaklanjuti maka resiko penyalahgunaan akan terus meningkat dan keinginan dalam mencapai kesejahteraan sosial yang seimbang.

Diperlukan beberapa hal untuk memperbaiki sistem KIP-Kuliah ini, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan, seperti perlunya diperbarui verifikasi sosial berbasis komunitas, misalnya dengan melibatkan pemerintah indonesia / dengan pihak pengelola surat seperti di desa, RT/RW dalam pengisian kondisi ekonomi tiap-tiap masyarakat apakah sudah baik. Kedua, sistem seleksi perlu lebih transparan, termasuk menyediakan akses kepada publik untuk mengetahui kuota dan alasan lolos/tidak. Ketiga, pemerintah dan kampus perlu mengadakan mekanisme pengaduan dan banding yang adil. Terakhir, dibutuhkannya monitoring berkala terhadap keberhasilan studi dan pemanfaatannya supaya tetap akuntabel dan berdampak pada banyak orang.

KIP-K merupakan penanda penting dari perjuangan dalam menunjukkan pendidikan yang baik di indonesia. Namun, hal ini tidak akan bernilai jika tıdak didukung dengan adil dan transparan. Jika sudah berkomitmen antara, pemerintah, kampus dan masyarakat KIP-K dapat diperbaiki dengan membuat prioritas menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, mimpi untuk melanjutkan pendidikan yang menjadi keinginan banyak orang, yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait