JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING, MANUFACTURES, MATERIALS AND ENERGY
DOI: 10.31289/jmemme.v7i1.7703 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jmemme
Analisis Proses Pembubutan AISI 1020 Pada Kekasaran Permukaan Material Dan Keausan Pahat
Analysis of AISI 1020 Manufacturing Process on Material Surface Roughness and Tool Wear
Faisal Manta1*, Chaerul Qalbi A.M.1, Rifqy Abdul Basith1
1Institut Teknologi Kalimantan, Indonesia
Diterima: 23-07-2022 Disetujui: 27-04-2023 Dipublikasikan: 30-05-2023
*Corresponding author: [email protected] Abstrak
Proses pembubutan adalah salah satu proses pemesinan yang digunakan dalam dunia industri. Kualitas permukaan dari hasil pembubutan dipengaruhi oleh penentuan kecepatan spindel, kedalaman potong dan gerak makan.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tujuan untuk menghasilkan kekasaran permukaan dan keausan pahat dari kecepatan spindel dan kedalaman potong yang digunakan dalam proses pembubutan. proses pembubutan yang dilakukan menggunakan variasi kecepatan spindel 115 rpm, dan kedalaman potong yang digunakan adalah 0,8 mm, 1 mm, 1,5 mm serta gerak makan yang digunakan adalah 0,1620 mm/rev. Pada kecepatan spindel 115 rpm dengan kedalaman potong 0,8 mm menghasilkan keausan pahat terendah yaitu 0,005 gram atau menggunakan mikroskop optik diketahui panjang aus yaitu 129,033 µm, lebar aus 41, 947 µm dengan nilai MRR sebesar 129,59 mm3/menit dan kekasaran permukaan terendah dengan nilai 3,837 µm, sedangkan pada kedalaman potong 1,5 mm didapat nilai keausan sebesar 0,009 gram atau panjang aus 339,362 µm dan lebar 83,497 µm dengan nilai MRR sebesar 247,31 mm3/menit dan kekasaran permukaan yang di dapat dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 5,111 µm.
Kata Kunci: Keausan Pahat; Kedalaman Potong; Kekasaran Permukaan Abstract
The turning process is one of the machining processes used in industry. The surface quality of the turning results is influenced by the determination of the spindle speed, depth of cut and feed motion. This study used an experimental method with the aim of producing surface roughness and tool wear from the spindle speed and depth of cut used in the turning process. the turning process is carried out using a spindle speed variation of 115 rpm, and the depth of cut used is 0.8 mm, 1 mm, 1.5 mm and the feeding motion used is 0.1620 mm/rev. At a spindle speed of 115 rpm with a cutting depth of 0.8 mm, the lowest tool wear is 0.005 grams or using an optical microscope the wear length is 129.033 µm, the wear width is 41, 947 µm with an MRR value of 129.59 mm3/minute and the lowest surface roughness. with a value of 3.837 µm, while at a cutting depth of 1.5 mm the wear value is 0.009 grams or a wear length of 339.362 µm and a width of 83,497 µm with an MRR value of 247.31 mm3/minute and the surface roughness obtained with the highest value of 5.111 µm.
Keywords: Tool Wear; Depth of Cut ; Surface Roughness
PENDAHULUAN
Selain kemajuan teknologi, perkembangan industri di Indonesia sangat maju dalam kegiatan ekonomi untuk mengolah bahan baku dan produk setengah jadi menjadi produk berkualitas tinggi untuk aplikasi seperti desain, manufaktur dan teknik industri. Proses manufaktur menghasilkan produk jadi serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Manufaktur merupakan industri yang menggunakan peralatan, tenaga kerja, dan peralatan untuk mengubah bahan mentah menjadi sebuah produk. Manufaktur merupakan pusat pengembangan industri nasional [1], [2]. Di Indonesia, banyak perusahaan-perusahaan yang membutuhkan industri manufaktur seperti pada pertambangan, penerbangan, otomotif, dan lain-lain. Alat-alat pada perusahaan tersebut memerlukan pergantian atau perbaikan spare part. Industri manufaktur disini memiliki peran untuk melakukan hal itu mulai dari perbaikan, pergantian dan pembuatan spare part baru [3]–[5]. Perusahaan-perusahaan manufaktur banyak sekali di indonesia termasuk pulau kalimantan karena terdapat sektor tambang yang membutuhkan maintenance dan remanufakturing atau membutuhkan komponen komponen pendukung lainnya. Sebagai contoh alat berat seperti truck tambang atau excavator membutuhkan maintenance dan me-remanufakturing cylinder block atau hidrolik pada excavator agar dapat digunakan lagi maka keakurasian, kepresisian dan bentuk surface harus sesuai standar yang diberikan [6]–[8]. Tuntutan dalam dunia industri, tidak hanya dinilai dari kualitas barang saja, namun juga keefektifan waktu dalam pengerjaan. Sehingga pada proses produksi harus dilakukan secara cepat dan tepat serta menghasilkan jumlah yang banyak dan memiliki kualitas yang baik [9]–[11].
Proses pemesinan sangat melekat pada bidang manufaktur karena lebih efisien.
Mesin perkakas sangat banyak jenisnya seperti mesin bubut konvensional dan merupakan mesin bubut yang paling banyak digunakan. Mesin bubut adalah alat yang berguna untuk pemesinan benda silinder, membuat benang, mengebor, meratakan permukaan benda yang berputar, dan meruncing [12]–[14]. Berbagai fungsional mesin bubut tersebut di atas memiliki fungsi penting yang mendukung tenaga manusia dalam berbagai pekerjaan. Salah satunya ialah mendukung proses remanufaktur peralatan mesin seperti mesin bubut dengan menghasilkan bagian–bagian mesin (komponen) yang berbentuk cylinder sebagaimana dalam pengerjaannya menggunakan pahat dengan mata satu bagian untuk menghilangkan material dari permukaan benda kerja dengan
memperhitungkan cutting speed, feed rate, dan depth of cut sebagai parameternya agar hasil yang di dapat akurasi dan presisi [15], [16]. Pada pengerjaannya pahat potong sering kali mengalami pergantian karena akan mempengaruhi kehalusan pada permukaan benda kerja oleh karena itu untuk menghasilkan benda kerja yang berkualitas diperlukan pemilihan bagian- bagian yang terbaik [17]–[19].
Mesin bubut merupakan sebuah mesin perkakas dengan gerakan putar yang dirancang untuk memotong bagian dari benda kerja. Proses pemotongan tatal pada mesin bubut dapat dapat dilakukan secara rata atau sepanjang benda kerja, membentuk ulir, membentuk tirus hingga membuat lubang (boring). Mesin bubut meniliki bagian – bagian yaitu, kepala tetap (headstock), kepala lepas (tailstock), bed, eretan (carriage), dan penjepit (chuck) [20], [21]. Dalam hal pembubutan, parameter-parameter proses pemesinan antara lain: kecepatan pemotongan (mm/menit), Kecepatan pemakan (mm/menit), Waktu pemotongan (menit), Kecepatan pembuang geram (mm3/menit), dan kedalaman potong (mm) [22], [23].
Keausan pahat menentukan batas masa pakai. Pemilihan bentuk/jenis pahat, material kerja, dan kondisi pemotongan yang salah akan mempengaruhi sifat pahat. Jika kecepatan putaran terlalu cepat dan kedalaman potong tidak diatur, kekerasan pahat akan berkurang (karena panas), pahat akan lebih cepat aus, dan umur pahat akan menurun [24]. Gesekan yang diterima pahat dengan permukaan pemotongan benda kerja menyebabkan pahat aus. Keausan pahat ini meningkat sebagian dan permukaan pahat yang efektif menjadi aus saat pahat menjadi tidak dapat digunakan atau rusak karena suhu tinggi. Keausan juga tergantung pada bahan pahat, benda kerja yang dipilih, bentuk pahat, dan cairan yang digunakan sebagai pendingin. Keausan permukaan ditandai dengan pembentukan kawah yang disebabkan oleh gesekan chip di sepanjang permukaan pahat. Keausan pada sisi pahat (flank) karena gesekan dengan benda kerja pada umpan yang ditentukan[25]. MRR adalah besarnya volume material yang terbuang tiap satuan waktu pada saat proses pembubutan. MRR dipengaruhi oleh faktor parameter proses pemesinan yang digunakan [26]. Proses pembentukan memungkinkan terjadinya kegagalan fungsi normal pahat. Dua jenis keausan pahat yaitu tepi (flank) dan kawah (crater). Keausan tepi adalah keausan yang terjadi pada area utama pahat dan disebabkan oleh proses abrasif . keausan kawah adalah keausan yang terjadi pada bidang pahat.
Keausan kawah dapat melemahkan tepi potong dan juga mengurangi gaya potong [27].
METODE PENELITIAN
Waktu pelaksaan penelitian dilakukan Di Laboratorium Terpadu Institut Teknologi Kalimantan Jl. Soekarno Hatta No. KM 15, Karang Joang, Kec. Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin bubut, pahat bubut insert, jangka sorong digital dengan ketelitian 0,1 mm, timbangan digital dengan ketelitian 0,001 gram, mikroskop optik dan alat uji kekasaran permukaan (surface roughness test) seperti diperlihatkan pada gambar 1. Bahan yang digunakan adalah AISI 1020.
Proses pembubutan dilakukan dengan setting mesin bubut sesuai parameter yaitu dengan kecepatan spindle 115 rpm dengan gerak makan 0,1620 mm/rev dan pengaturan posisi benda kerja yang dicekam sepanjang 30 mm dari total panjang benda kerja 100 mm dengan pembubutan sepanjang 60 mm. timbang massa pahat sebelum digunakan lalu pasang pada holder selanjutnya setting pahat pada mesin agar center dengan benda kerja.
Lakukan pengeboran dengan center drill agar saat proses pembubutan tetap center, Selanjutnya nyalakan mesin lalu setting kedalaman potong 0,8 mm dan lakukan pembubutan sebanyak 3 kali pengulangan lalu timbang kembali pahat yang telah digunakan setiap variasi kedalaman potong serta lakukan hal yang sama pada kedalaman potong 1 mm dan 1,5 mm. Proses pengambilan data kekasaran permukaan dilakukan pada perusahaan PT. XYZ dengan jumlah titik yaitu 18 titik untuk setiap benda kerja.
Gambar 1. Surface roughness test
HASIL & PEMBAHASAN Hasil Pengujian Keausan Pahat
Grafik pada Gambar 2 menunjukkan tingkat pengurangan massa pahat setelah dilakukan proses pembubutan dengan variasi kedalaman potong yang meningkat maka tingkat pengurangan massa pahat akan besar. Pada kedalaman potong 0,8 mm pengurangan massa pahat sebesar 0,005 gram, pada kedalaman potong 1 mm pengurangan massa pahat meningkat sebesar 56,25% atau tercatat 0,008 gram, dan kedalaman potong 1,5 mm mengalami peningkatan sebesar 68,75% dengan terbilang 0,009 gram.
Gambar 2. Grafik keausan pahat
Pengurangan massa pahat dipengaruhi oleh gesekan antar pahat dengan material benda kerja yang disebabkan meningkatnya kedalaman potong pada proses pembubutan dan di hubungkan dengan material yang terbuang (MRR) yang ditunjukkan pada Gambar 3. Dengan nilai MRR pada kedalaman potong 0,8 mm didapat sebesar 129,59 mm3/menit, sedangkan pada kedalaman potong 1 mm didapat kenaikan MRR sebesar 166,85 mm3/menit, dan pada kedalaman potong 1,5 mm didapat kenaikan MRR tertinggi dengan nilai 247,31 mm3/menit.
Pemeriksaan lebih lanjut pada ujung pahat untuk mengetahui apakah terdapat keausan pada ujung pahat pada saat proses pembubutan menggunakan mikroskop optik dengan pembesaran 100x pengamatan dengan menggunakan mikroskop optik untuk memperlihatkan kondisi pahat yang telah digunakan dan dapat mengukur seberapa besar keusan pahat yang terjadi. Gambar 4. Memperlihatkan kondisi pahat setelah digunakan
0.005
0.008
0.009
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009 0.01
0.8 1 1.5
massa pahat (gr)
kedalaman potong (mm)
Gambar 3. Nilai MRR
Gambar 4(a). Menunjukkan keausan yang terjadi pada kedalaman potong 0,8 mm dengan menggunakan mikroskop diketahui panjang aus yaitu 129,033 µm dengan lebar aus 41, 947 µm. Gambar 4(b). Juga menunjukkan keausan pada kedalaman potong 1 mm dengan panjang aus yaitu 332,339 µm dengan lebar aus 46,628 µm, sedangkan pada kedalaman potong 1,5 mm atau pada Gambar 4(c). diketahui keausan pahat yang terjadi yaitu dengan panjang aus 339,362 µm dan lebar 83,497 µm.
Bertambahnya kedalaman potong pada proses pembubutan maka bahan yang terbuang bertambah tinggi [28]. Keausan pahat selama pembubutan disebabkan oleh gesekan antara benda dan ujung pahat. [29]. Penimbangan pahat insert dilakukan untuk mengetahui massa yang hilang atau mengalami aus akibat gesekan dengan material benda kerja [30]. Dengan bertambahnya kedalaman potong massa pahat mengalami penurunan yang meningkat dan nilai MRR yang di dapat juga mengalami peningkatan fenomena ini menunjukkan bahwa pahat mengalami keausan dengan bertambahnya kedalaman potong saat proses pembubutan.
Hasil Pengujian Kekasaran Permukaan
Gambar 5 menunjukkan peningkatan nilai kekasaran permukaan akibat bertambahnya kedalaman potong pada saat pembubutan. Nilai kekasaran permukaan yang diperoleh dengan kedalaman potong 0,8 mm sebesar 3,837 µm, kedalaman potong 1 mm bertambah sebesar 5%, nilai kekasaran permukaan sebesar 4,029 µm, dan
129.59
166.85
247.31
0 50 100 150 200 250 300
0.8 1 1.5
Kenaikan MRR (mm³/min)
Kedalaman potong (mm)
kedalaman potong sebesar 1,5 mm kekasaran yang dihasilkan meningkat dengan nilai 5,111 µm atau meningkat sebesar 33,20%.
Parameter yang menentukan kekasaran permukaan adalah kedalaman potong, kecepatan potong, dan laju pemakanan. Kualitas permukaan tergantung pada kondisi pemotongan. Jika kecepatan potong lambat dan kedalaman pemotongan dalam, permukaan yang dihasilkan akan kasar dan sebaliknya [31]. Karakteristik suatu kekasaran permukaan dikaitkan dengan gesekan, keausan pahat ketahanan, kelelahan atau kondisi dari mesin itu sendiri [32]. Semakin besarnya keausan pahat maka akan mempengaruhi besaranya nilai kekasaran permukaan [33].
(a) (b)
Gambar 4. Keausan pahat pada kondisi (a) (b) (c) (c)
KESIMPULAN
Keausan mata pahat, nilai MRR, dan kekasaran permukaan yang dihasilkan akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman potong. Kedalaman potong 0,8 mm nilai keausan yang dihasilkan terendah yaitu 0,005 gram dengan nilai MRR 129,59 mm3/menit dan dengan menggunakan mikroskop diperoleh panjang aus yaitu 129,033 µm dengan lebar aus 41, 947 µm serta nilai kekasaran permukaan yaitu 3,837 µm. Sedangkan pada kedalaman potong 1,5 mm nilai keausan yang dihasilkan tertinggi yaitu 0,009 gram dengan nilai MRR 247,31 mm3/menit dan dengan menggunakan mikroskop optik di ketahui panjang aus 339,362 µm dan lebar 83,497 µm serta nilai kekasaran permukaan 5,111 µm.
REFERENSI
[1] D. Guo et al., “Synchroperation in industry 4.0 manufacturing,” Int. J. Prod. Econ., vol. 238, no. 1, pp. 71–81, 2021.
[2] A. J. Zulfikar, D. A. A. Ritonga, S. Pranoto, F. A. K. Nasution, Z. Arif, and J. Junaidi, “Analisis Kekuatan Mekanik Komposit Polimer Diperkuat Serbuk Kulit Kerang,” J. Rekayasa Mater.
Manufaktur dan Energi, vol. 6, no. 1, pp. 30–40, 2023.
[3] D. Powell, R. Eleftheriadis, and O. Myklebust, “Digitally Enhanced Quality Management for Zero Defect Manufacturing,” Procedia CIRP, vol. 104, no. 1, pp. 1351–1354, 2021.
[4] A. J. Zulfikar, “The Flexural Strength of Artificial Laminate Composite Boards made from Banana Stems,” Budapest Int. Res. Exact Sci. J., vol. 2, no. 3, pp. 334–340, 2020.
[5] D. Derlini and A. J. Zulfikar, “Penyelidikan Kegagalan pada Alat Pemisah Karet Alam Jenis LRH 410,”
IRA J. Tek. Mesin dan Apl., vol. 1, no. 3, pp. 51–61, 2022.
[6] M. Wiese, A. Kwauka, and C. Herrmann, “Economic assessment for additive manufacturing of automotive end-use parts through digital light processing (DLP),” CIRP J. Manuf. Sci. Technol., vol.
35, no. 1, pp. 268–280, 2021.
[7] R. A. Purba, A. J. Zulfikar, and I. Iswandi, “Analisis Kekuatan Komposit Laminat Hybrid Jute E-Glass Berdasarkan Pola Kerusakan dengan Metode Split Tensile Test,” IRA J. Tek. Mesin dan Apl., vol. 1, no. 3, pp. 83–91, 2022.
3.837 4.029
5.111
0 1 2 3 4 5 6
0.8 1 1.5
kekasaran permukaan (µm)
Kedalaman potong (mm)
[8] M. I. Tambusay, A. J. Zulfikar, and I. Iswandi, “Analisis Metode Split Tensile Test Komposit Laminat Hybrid Jute E-Glass Akibat Beban Tarik Beton Kolom Silinder,” IRA J. Tek. Mesin dan Apl., vol. 1, no. 2, pp. 45–54, 2022.
[9] J. Morgan, M. Halton, Y. Qiao, and J. G. Breslin, “Industry 4.0 smart reconfigurable manufacturing machines,” J. Manuf. Syst., vol. 59, no. 1, pp. 481–506, 2021.
[10] M. A. Rasyid, A. J. Zulfikar, and I. Iswandi, “Analisis Kekuatan Tarik Komposit Laminat Jute Berdasarkan Pola Kerusakan Kolom Silinder Metode Split Tensile Test Analysis,” IRA J. Tek. Mesin dan Apl., vol. 1, no. 2, pp. 27–34, 2022.
[11] P. A. T. Lubis, A. J. Zulfikar, and I. Iswandi, “Analisis Kekuatan Tarik Belah Komposit Laminat Jute sebagai Penguat Beton Kolom Silinder Berdasarkan Metode Penyerapan Energi Bahan,” IRA J. Tek.
Mesin dan Apl., vol. 1, no. 2, pp. 55–64, 2022.
[12] M. Wan, H.-N. Wang, and Y. Yang, “Dynamics of the truncated conical thin-wall turning process,”
J. Manuf. Process., vol. 94, no. 1, pp. 49–62, 2023.
[13] D. A. Siregar, A. J. Zulfikar, M. Y. R. Siahaan, and R. A. Siregar, “Analisis Kekuatan Tekan Selubung Komposit Laminat E-glass pada Beton Kolom Silinder dengan Metode Vacuum Bagging,” J.
Rekayasa Mater. Manufaktur dan Energi, vol. 5, no. 1, pp. 20–25, 2022.
[14] A. J. Zulfikar, M. Y. R. Siahaan, and R. B. Syahputra, “Analisis Signifikansi Roda Skateboard Berbahan Komposit Serbuk Batang Pisang Terhadap Perfoma Kecepatan Dengan Metode Anova,”
J. Rekayasa Mater. Manufaktur dan Energi, vol. 4, no. 2, pp. 83–90, 2021.
[15] S. A. de Melo, R. B. D. Pereira, A. F. da S. Reis, C. H. Lauro, and L. C. Brandão, “Multi-objective evolutionary optimization of unsupervised latent variables of turning process,” Appl. Soft Comput., vol. 120, no. 1, pp. 87–93, 2022.
[16] A. J. Zulfikar, M. Y. R. Siahaan, A. Irwan, F. A. K. Nasution, and D. A. A. Ritonga, “Analisis Kekuatan Mekanik Pipa Air dari Bahan Komposit Serbuk Kulit Kerang,” J. Rekayasa Mater. Manufaktur dan Energi, vol. 5, no. 2, pp. 1–9, 2022.
[17] G. Zhou, C. Xu, X. Wang, P. Feng, and M. Zhang, “Determination of tool tip steady-state temperature in dry turning process based on artificial neural network,” J. Manuf. Process., vol. 79, no. 1, pp. 600–613, 2022.
[18] N. A. Mohd Radzuan, A. B. Sulong, and Iswandi, “Effect of multi-sized graphite filler on the mechanical properties and electrical conductivity,” Sains Malaysiana, vol. 50, no. 7, pp. 2025–2034, 2021, doi: 10.17576/jsm-2021-5007-17.
[19] Iswandi, A. B. Sulong, and T. Husaini, “Effects of Graphite/Polypropylene on the Electrical Conductivity of Manufactured Bipolar Plate,” Malaysian J. Anal. Sci., vol. 23, no. 2, pp. 1–7, 2019.
[20] R. M. Ratlalan, “Variasi Kecepatan Putaran Dan Kedalaman Gaya Potong Mesin Bubut Gedee Weiler LZ 330 G Terhadap Permukaan Baja Karbon ST 37,” J. Rekayasa Mesin, vol. 14, no. 3, pp. 113–120, 2019.
[21] Iswandi, J. Sahari, A. B. Sulong, and T. Husaini, “Critical Powder Loading and Rheological Properties of Polypropylene/Graphite Composite Feedstock for Bipolar Plate Application,” Malaysian J. Anal.
Sci., vol. 20, no. 3, pp. 687–696, 2016, doi: 10.17576/mjas-2016-2003-30.
[22] C. Johan, “Optimasi Umur Pahat Pada Proses Pembubutan Baja ST 42,” J. Dyn. Saint, vol. 5, no. 2, pp. 968–972, 2021, doi: 10.47178/dynamicsaint.v5i2.1099.
[23] Iswandi, J. Sahari, and A. B. Sulong, “Effects of different particles sizes of graphite on the engineering properties of graphites/polypropylene composites on injection molding aplication,”
Key Eng. Mater., vol. 471–472, pp. 109–114, 2011, doi: 10.4028/www.scientific.net/KEM.471-472.109.
[24] K. Umurani, “Rancang Bangun Instrument Untuk Mengukur Gaya Potong, Kecepatan, Dan Temperatur Spesimen Pada Mesin Bubut Instrument Design To Measure Cut Style, Speed, And Specimen Temperature On Machine Tool,” JMEMME, vol. 1, no. 1, pp. 38–47, 2017.
[25] M. Nasution and A. Bakhori, “Pengaruh Kecepatan Pemakanan Potong Terhadap keausan Sisi Mata Pahat Insert Lamina TNMG160404NN,” Pengaruh Kecepatan Pemakanan Potong Terhadap Keausan Sisi mata pahat Inser. Lamina Tnmg160404Nn, 2021.
[26] Arfendi, Napitupulu, and Nanda Pranandita, “Optimasi Material Removal Rate (Mrr) Baja St 42 Pada Proses Cnc Turning Dengan Menggunakan Metode Taguchi,” J. Ilm. Teknk Mesin, vol. 9, no.
2, pp. 73–77, 2021.
[27] B. Harto and B. Umroh, “Study on the CBN Tool Wear Mechanism on Dry High Speed Turning for AISI 4140,” J. Mech. Eng. Manuf. Mater. Energy, vol. 2, no. 1, pp. 20–26, 2018.
[28] D. Hamdani and N. Helmi, “Conventional Lathe Processes Pengaruh Cutting Condition Terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja ST 42 Pada Proses Bubut Konvensional,” pp. 11–20, 2020.
[29] A. Z. Sastal, Y. Gunawan, and B. Sudia, “Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap Perubahan Temperatur Pahat dan Keausan Pahat Bubut Pada Proses Pembubutan Baja Karbon Sedang,” J. Ilm.
Mhs. Tek. Mesin, vol. 3, no. 1, pp. 1–11, 2018.
[30] J. Sialana, K. Wenda, S. Pengajar, P. Studi, and T. Mesin, “Terhadap Permukaan Pahat Karbida Pada Proses Pembubutan Menggunakan Material,” J. Tek. Mesin, vol. 6, no.
http://ojs.ustj.ac.id/mesin/issue/view/19, 2017.
[31] W. & P. Raul, “Pengaruh Variasi Kecepatan Potong Dan Kedalaman Potong Pada Mesin Bubut Terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Benda Kerja St 41,” J. Tek. Mesin, vol. 24, no. 1, pp. 1–9, 2016.
[32] K. Sutrisna, I. N. P. Nugraha, and K. R. Dantes, “Pengaruh Variasi Kedalaman Potong Dan Kecepatan Putar Mesin Bubut Terhadap Kekasaran Permukaan Benda Kerja Hasil Pembubutan Rata Pada Bahan Baja St 37,” J. Pendidik. Tek. Mesin Undiksha, vol. 5, no. 3, 2019, doi:
10.23887/jjtm.v5i3.20248.
[33] B. Umaroh, “Permukaan, Karakteristik Struktur, Dan Pada, Mikro Pemesinan, Metode Tinggi, Laju Pemesinan, Dan Characteristics, Surface Method, Machining Machinery, Dry,” vol. 1, no. 2, 2017.