ANALISIS RASIO KEUANGAN BERDASARKAN TIME SERIES ANALYSIS PADA PT. AMANAH FINANCE DI MAKASSAR
Muh. Indra Fauzi Ilyas STIE YPUP Makassar [email protected]
ABSTRACT
The importance of liquidity ratio analysis and profitability ratios is to find out the company's ability that comes from financial statements so that it can be seen the efficiency and effectiveness of the use of allocations or the use of operational decision making, so that it can seek maximum profits. This study aims to determine how the level of liquidity ratios and profitability of PT. AmanahFinance during 2014- 2016. To analyze the data in testing the correctness of the hypothesis proposed, the analytical method used is a comparison of current financial ratios with previous years (time series analysis) or in other words comparing the achievements of one period compared to the previous period so that there can be a tendency during the period using liquidity ratios and profitability ratios. With the average liquidity ratio which shows the number 57.35%, which is less than the standard of financing set by the source, which is more than 100%, which means the current assets of the company are still less able to guarantee or pay current liabilities of the company. The average profitability ratio shows a figure of 2.84%, this means that the company has not been able to generate a large enough profit for the company, where the profit generated in these 3 years brackets is only 3.94%.
Keywords:financial, liquidity, profitability ratio.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Penilaian kinerja keuangan perusahaan umumnya menggunakan analisis rasio likuiditas, dan profitabilitas. Kelebihan pengukuran dengan metode tersebut adalah kemudahan dalam perhitungannya selama data historis tersedia. Sedangkan, kelemahannya adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Hal ini disebabkan karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran atau estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo, sedangkan profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui kegiatan operasi. Jadi jangan sampai perusahaan terlalu likuid, artinya banyak modal yang tersimpan dalam bentuk kas, hal ini menimbulkan hilangnya kesempatan memperoleh laba jika seandainya kas tersebut ditanam. Namun, sebaiknya perusahaan juga tidak boleh menanamkan seluruh uang yang
dimiliki dalam usaha, sehingga ketika diperlukan dana cair mengalami kesulitan. Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.
Tetapi suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggikarena adanya kas dalam jumlah besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya over invesment dalam kas.
Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (profitabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas pada akhirnya perusahaan tersebut akan masuk dalam keadaan “illikuid” apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Yang paling tepat ialah seperti yang sudah diungkapkan di atas yaitu adanya keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh
ISSN: 2549-6182 (Online) dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau
jumlah modal perusahaan tersebut.
Profitabilitas merupakan jaminan yang utama bagi para kreditur tersebut dengan tanpa mengabaikan faktor-faktor lainnya. Berapapun besarnya likuiditas suatu perusahaan, jika perusahaan tersebut tidak mampu menggunakan modalnya secara efisien atau tidak mampu memperoleh laba yang diharapkan, maka perusahaan tersebut pada akhirnya mengalami kesulitan keuangan dalam mengembalikan hutang-hutangnya.
Pentingnya analisis rasio likuiditas dan rasio profitabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang berasal dari laporan keuangan sehingga dapat diketahui efisiensi dan efektikitas penggunaan alokasi atau penggunaan pengambilan keputusan operasional, sehingga dapat mengusahakan keuntungan yang maksimal.
PT. Amanah Finance sebagai salah satu perusahaan pembiayaan di Indonesia, sudah tentu mempunyai laporan keuangan, laporan keuangan merupakan salah satu informasi untuk menganalisa keadaan perusahaan di masa akan datang, laporan keuangan diharapkan dapat memberi informasi tentang keadaan perusahaan dari hasil-hasil usaha yang telah dicapai secara kuantitatif pada semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan itu. Informasi akan menjadi komoditi yang sangat penting saat ini, sebab setiap pengambilan keputusan harus didasari pada informasi yang akurat.
Analisa rasio keuangan ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan prestasi satu periode dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu yang ditunjukkan oleh indikator-indikator rasio keuangan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Berdasarkan Time Series Analysis Pada PT. Amanah Finance di Makassar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas yaitu: bagaimana tingkat rasio likuiditas dan profitabilitas PT. Amanah selama tahun 2014-2016?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat rasio likuiditas dan profitabilitas PT. Amanah Finance mengalami penurunan selama tahun 2014-2016.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan masukan bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan sebagai bahan informasi bagi calon nasabah yang membutuhkan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan perusahaan pembiayaan yang baik.
TINJAUAN LITERATUR
Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan terdiri dari penelaan atau mempelajari hubungan- hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Ada dua metode analisis yang digunakan setiap penganalisaan laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertical[1]. Analisis horizontal adalah analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya, sedangkan metode analisis dinamis yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode saja, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Sifat dari laporan keuangan adalah menyajikan data historis serta menyeluruh yang terdiri dari data yang merupakan hasil kombinasi antara: fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulated) serta pendapat pribadi (personal judgement). Untuk itu ada beberapa aspek dalam laporan
keuangan yang dianggap penting dan perlu mendapat perhatian khusus, sehingga perlu dievaluasi serta dianalisis lebih lanjut.
Likuiditas
Sebagaimana diketahui bahwa likuiditas merupakan bentuk kemampuan yang dalam hal ini adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya, jika suatu perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan dimaksud dalam keadaan
“illikuid”.
Banyak pakar ekonomi yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian likuditas, antara lain:
a. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar[2].
b. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek[3].
c. Rasio likuiditas atau rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan[4]. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek).
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan, maka penulis menyimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau yang akan jatuh tempo melalui sumber informasi tentang modal kerja. Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio
likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid.
Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.
Secara umum tujuan utama rasio keuangan adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Untuk menganalisa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam menghitung tingkat likuiditas diperlukan suatu alat ukur. Dalam hal ini alat ukur yang digunakan untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah:
a. Current ratio (rasio lancar)
Rasio lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban- kewajiban lancar[2]. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan[4]. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.
b. Cash ratio (rasio kas)
Rasio kas menggambarkan kemampuan kas dan setara kas dalam memenuhi utang atau kewajiban-kewajiban lancar perusahaan.
Rentabilitas atau Profitabilitas
Rentabilitas atau profitabilitas merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam hal menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas dari suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas dari suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
ISSN: 2549-6182 (Online) dengan jumlah aktiva atau jumlah modal
perusahaan tersebut.
Pada umumnya rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi pengunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut rentabel. Oleh karena itu, bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi jauh lebih penting daripada keuntungan yang besar.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing- masing jenis rasio rentabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode. Adapun alat ukur yang digunakan penulis dalam menilai tingkat rentabilitas perusahaan yaitu:
a. Profit margin
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih diperoleh dari setiap penjualan[2]. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Profit margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan[4]. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. Jika profit margin suatu perusahaan lebih rendah dari rata-rata industrinya, hal itu dapat disebabkan oleh harga jual perusahaan yang lebih rendah daripada perusahaan pesaing, atau harga pokok penjualan lebih tinggi daripada harga pokok penjualan perusahaan pesaing.
b. Return on asset (pengembalian aktiva) Analisis Return on Asset (ROA) atau Return on Investment (ROI) sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROA itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio rentabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Return on Asset (ROA) atau Return on Investment (ROI) merupakan
rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada atau rasio yang menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan[5]. Semakin tinggi ROA, berarti perusahaan semakin mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh keuntungan.
c. Return on equity (pengembalian equitas) Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri[4]. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rasio ini mengukur tingkatpengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada[5]. ROE merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani.
Faktor-faktor tersebut (likuiditas dan profitabilitas) akan dapat diketahui dengan cara melakukan analisis dan menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik analisis yang tepat/sesuai dengan tujuan analisis, hal ini menunjukkan bahwa dengan analisis tersebut akan dapat diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Rumusan Hipotesis
Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat rasio likuiditas dan profitabilitas PT. Amanah Finance Makassar mengalami penurunan selama Tahun 2014-2016.
METODE PENELITIAN Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Data kuantitatif
Yaitu jenis data yang teratur atau mudah diukur, yang biasa dinyatakan dalam satuan-satuan berupa angka.
b. Data kualitatif
Adalah data non-numerik yang dikumpulkan selama proses penelitian berupa keterangan, penjelasan dari hasil wawancara atau observasi lapangan serta artikel-artikel yang berisikan aturan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang sifatnya deskriptif.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh penulis secara langsung dari lokasi penelitian yaitu berupa hasil observasi, wawancara yang merupakan data riil tentang keadaan perusahaan. Dalam hal ini peneliti memperoleh data langsung dari pihak manajemen perusahaan PT. Amanah Finance.
b. Data sekunder
Yaitu data yang mendukung data primer yang diperoleh melalui dokumen-dokumen perusahaan serta literatur-literatur yang berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data sebagai penunjang dan pelengkap dalam penelitian ini maka digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian lapangan dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Observasi (pengamatan) yaitu peneliti melakukan peninjauan langsung ke lokasi perusahaan dan menelaah berbagai hal-hal yang berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan.
b. Wawancara (interview) yaitu peneliti melakukan wawancara langsung dengan manajer dan staf perusahaan untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
c. Dokumentasi yaitu penulis mengumpulkan data berupa dokumen- dokumen laporan keuangan perusahaan.
2. Penelitian kepustakaan (library research) Penelitian kepustakaan yaitu peneliti menelaah berbagai literatur, artikel dan karya ilmiah lainnya baik melalui internet maupun yang terdapat di perpustakaan untuk memperoleh landasan teoritis dan bahan analisis yang berkaitan dengan penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Untuk penganalisaan data dalam menguji kebenaran hipotesis yang diajukan maka metode analisis yang digunakan ini adalah perbandingan rasio keuangan saat ini dengan tahun-tahun sebelumnya (time series analysis) atau dengan kata lain membandingkan prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu, oleh karena itu rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini[6] adalah:
1. Rasio likuiditas
Rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya (yang dalam hal ini adalah kewajiban perusahaan). Ada dua alat ukur dalam perhitungan tingkat likuiditas perusahaan yaitu:
a. Current ratio (rasio lancar)
Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Semakin tinggi rasio ini, maka perusahaan dianggap semakin mampu untuk melunasi kewajiban lancarnya.
Berikut rumus perhitungan current ratio (rasio lancar): Current ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar
b. Cash ratio (rasio kas)
Rasio ini merupakan sarana untuk mengukur apakah perusahaan memiliki dana lancar (cash on hand) atau kas dan setara kas untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Adapun rumus cash ratio (rasio kas) yaitu: Cash Ratio = (Kas + Setara Kas) / Hutang lancar
2. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas yaitu rasio yang mengukur tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan dihubungkan dengan volume penjualan dan kemampuan memperoleh laba dengan investasi yang ada. Adapun rumus rasio profitabilitas yang digunakan sebagai berikut:
a. Profit Margin = Laba Bersih / Total Pendapatan
ISSN: 2549-6182 (Online) b. Return on Total Asset (ROA) = Laba
Bersih / Total Aktiva
c. Return on Equity (ROE) = Laba Bersih / Total Equity
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Melakukan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang diperbandingkan dengan menggunakan rasio-rasio, baik membandingkan angka rasio periode sekarang dengan periode masa lalu, maka akan memudahkan dalam menganalisa dan mengiterpretasikan posisi keuangan perusahaan.
Rasio menggambarkan hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Analisis keuangan dengan menggunakan rasio dapat menjelaskan atau memberi gambaran tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.
Analisis keuangan pada dasarnya ingin melihat prospek dan risiko perusahaan.
Prospek bisa dilihat dari tingkat keuntungan (profitabilitas) dan risiko bisa dilihat dari kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Analisis laporan keuangan terdiri atas semua teknik yang dipakai oleh para pemakai laporan keuangan untuk memperlihatkan hubungan-hubungan dalam laporan keuangan. Tujuan analisis laporan keuangan adalah memakai informasi akuntansi historis untuk membantu memprediksi bagaimana kesejahteraan perusahaan di masa yang akan datang dan kemungkinan resiko-resikonya. Aspek kinerja masa mendatang perusahaan yang paling penting tergantung pada kebutuhan-kebutuhan para pemakai laporan keuangan. Untuk mendukung keperluan analisis, maka diperlukan data laporan keuangan perusahaan yaitu neraca dan rugi laba perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disebutkan dalam neraca PT. Amanah Finance memiliki aktiva (dalam hal ini jumlah aktiva lancar dan aktiva tidak lancar) di tahun 2014 sebesar Rp.160.331.838.151, dengan utang atau kewajiban (jumlah utang lancar dan
utang jangka panjang) sebesar
Rp 143.141.345.991 dan modal saham yaitu Rp 15.725.000.000. Pada tahun 2015,
perusahaan memiliki aktiva sebesar Rp 318.505.146.197, dengan utang atau
kewajiban sebesar Rp 275.796.266.980 dan modal saham sebesar Rp 15.725.000.000, dan di tahun 2016 perusahaan memiliki aktiva sebesar Rp 362.016.361.085, dengan utang atau kewajiban sebesar Rp 301.430.079.705.
Dalam laporan laba rugi, di tahun 2014
perusahaan memiliki pendapatan sebesar Rp 15.357.165.712, dengan beban usahanya
sebesar Rp 14.395.105.362, dan selisih antara total pendapatan dikurangi dengan pajak
menghasilkan laba bersih sebesar Rp 1.006.349.274. Di tahun 2015 pendapatan
yang dihasilkan oleh perusahaan yaitu sebesar Rp 50.109.369.519, dengan beban usaha sebesar Rp 48.439.825.468 dan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 1.367.393.257.
Sedangkan di Tahun 2016 pendapatan sebesar Rp 74.607.852.851, dengan beban usaha sebesar Rp 148.069.345, dan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 1.902.402.163.
Pembahasan
Analisis laporan keuangan dibutuhkan sebagai alat penelaah atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan PT. Amanah Finance. Analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan perusahaan agar dapat mengurangi ketidakpastian dalam analisis bisnis. Hasil dari analisis yang dilakukan haruslah sudah sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan sehingga laporan keuangan dapat dipercaya dengan tingkat akuntabilitas yang tinggi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam menunjang visi dan misi perusahaan.
Berdasarkan data laporan keuangan yang telah tersaji sebelumnya, maka dilakukan beberapa analisis. Adapun rasio yang digunakan dalam analisis ini meliputi rasio likuiditas dan rasio profitabilitas. Berikut rincian perhitungannya:
1. Rasio likuiditas
a. Current ratio (Rasio Lancar) = Aktiva Lancar / Hutang Lancar x 100%
Tahun 2014 = 151.414.286.258 / 143.072.663.996 x 100% = 105,83%
atau Rp 1,06.
Dengan nilai current ratio pada tahun 2014 sebesar 105,83%, ini menandakan setiap Rp 1,06 dari aktiva lancar perusahaan dapat membayar Rp 1,- hutang lancar (dalam jangka pendek).
Dengan menghasilkan current ratio yang tinggi, perusahaan akan mampu dalam membayar hutang lancarnya.
Current ratio yang cukup baik, dapat memberikan kepuasan bagi para kreditur.
Tahun 2015 = 309.733.402.743 / 275.481.937.891 x 100% = 112,43%
atau Rp 1,12.
Terjadi peningkatan current ratio yang signifikan di tahun 2015, disebabkan terjadi peningkatan kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi hutang lancarnya sebesar 6% dari tahun sebelumnya yang berarti dengan rasio sebesar Rp 1,12 perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar utang lancarnya yang sebesar Rp 1,- Walaupun current ratio di tahun 2015 masih belum dikisaran normal.
Tahun 2016 = 353.089.445.162 / 301.115.750.616 x 100% = 117,26%
atau Rp 1,17.
Tahun 2016 terjadi peningkatan current ratio sebesar 4% yang disebabkan karena terjadinya peningkatan kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi hutang lancar. Current ratio dari tahun ke tahun semakin bagus karena persentasenya semakin naik.
Dengan nilai current ratio sebesar 117,26%, atau sebesar Rp 1,17 perusahaan memiliki kemampuan dalam
membayar hutang lancarnya sebesar Rp 1,-.
Jadi rata-rata current ratio selama 3 tahun sebagai berikut:
Rata–rata=
% 84 , 3 111
% 26 , 117
% 43 , 112
% 83 ,
105 + + =
Current ratio untuk perusahaan yang normal berkisar pada angka 2 atau dengan persentase 200%. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar
yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar. Tetapi, dengan meningkatnya persentase current ratio tiap tahunnya berarti terjadi peningkatan kemampuan aktiva lancar dalam menjamin hutang lancar perusahaan.
Walapun current ratio sudah dikisaran normal, tetapi disini perlu diperhatikan perputaran piutangnya, karena setiap tahunnya memang aktiva lancar sudah meningkat tetapi piutang perusahaan juga semakin meningkat, sehingga nilai kas menjadi rendah, yang berarti perusahaan perlu mengupayakan piutang agar segera dapat ditagih.
b. Cash ratio (Rasio Kas) = Kas dan Setara Kas / Hutang Lancar x 100%
Tahun 2014 = 6.564.910.177 / 143.072.663.996 x 100% = 4,59% atau Rp 0,05.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancarnya. Cash ratio pada tahun 2014 yaitu sebesar 4,59%, yang berarti setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin sebesar Rp 0,05 kas, tetapi sama halnya dengan current ratio, perputaran piutang di tahun ini sangat besar, sehingga nilai kas yang ada di perusahaan tidak terlalu besar jumlahnya, hal ini dapat menjadi kendala perusahaan untuk membayar hutang lancarnya.
Tahun 2015 = 8.035.757.393 / 275.481.937.891 x 100% = 2,92% atau Rp 0,03
Terjadi penurunan cash ratio di tahun 2015, yang disebabkan karena peningkatan jumlah kewajiban lancar yang tinggi tidak mengimbangi peningkatan kas perusahaan. Dengan nilai cash ratio sebesar 2,92%, berarti setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin sebesar Rp 0,03 kas.
Tahun 2016 = 3.234.715.298 / 301.115.750.616 x 100% = 1,07% atau Rp 0,01
Di tahun 2016 terjadi penurunan dikarenakan kewajiban lancar semakin tinggi dan terjadi penurunan terhadap kas. Dengan nilai cash ratio sebesar
1,07%, menandakan kas sebesar
ISSN: 2549-6182 (Online) Rp 0,01 dapat membayar hutang lancar
perusahaan sebesar Rp 1,-.
Rata-rata cash ratio selama 3 tahun sebagai berikut:
Rata-rata=
% 86 , 3 2
% 07 , 1
% 92 , 2
% 59 ,
4 + + =
Jadi rata-rata cash ratio selama 3 tahun yaitu dari tahun buku 2014 hingga tahun buku 2015 sebesar 2,86%, menggambarkan kurang atau rendahnya kemampuan kas dan setara kas dalam memenuhi hutang atau kewajiban- kewajiban lancar perusahaan.
2. Rasio profitabilitas
Ada tiga macam rasio dalam rasio profitabilitas, yaitu:
a. Profit margin = Laba Bersih x Total Pendapatan x 100%
Tahun 2014 = 1.006.349.274 / 15.357.165.712 x 100% = 6,55% atau Rp 0,07.
Setiap Rp 1,- pendapatan yang dihasilkan di tahun 2014 menghasilkan Rp 0,07 laba bersih. Profit margin pada tahun 2014 sangat rendah disebabkan pendapatan yang rendah, tetapi dalam operasionalnya perusahaan membutuhkan biaya yang lebih besar dari pendapatan.
Tahun 2015 = 1.367.393.257 / 50.109.369.519 x 100% = 2,73% atau Rp 0,03.
Terjadi penurunan profit margin pada Tahun 2015 sebesar 4% yang berarti setiap Rp 1,- pendapatan menghasilkan laba bersih Rp 0,03. Sama halnya di tahun 2015, biaya yang dibutuhkan perusahaan juga masih lebih tinggi dibanding dengan pendapatan perusahaan.
Tahun 2016 = 1.902.402.163 / 74.607.852.851 x 100% = 2,55% atau Rp 0,03
Setiap Rp 1,- dari pendapatan hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,03 pada tahun 2016.
Rata-rata rasio profit margin selama 3 tahun sebagai berikut:
Rata-rata=
% 92 , 3 3
% 55 , 2
% 73 , 2
% 5 ,
6 + + =
Dengan terjadinya penurunan profit margin dari tahun 2014 hingga tahun 2016, berarti pendapatan hanya bisa menghasilkan laba bersih yang kecil.
Profit margin yang rendah seperti perhitungan 3 tahun terus mengalami penurunan yang sangat signifikan dikarenakan peningkatan biaya yang terus bertambah setiap tahunnya.
Dengan adanya peningkatan omset penjualan mengakibatkan beban penjualan perusahaan juga semakin besar sehingga dapat meningkatkan hutang bank yang semakin besar.
b. Return on Total Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset/aktiva yang tertentu.
Perhitungan ROA ini dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran aktiva.
Berikut perhitungannya:
ROA = Laba Bersih / Total Pendapatan x 100%
Tahun 2014 = 1.006.349.274 / 160.331.838.151 x 100% = 0,63% atau Rp 0,006
Bahwa setiap Rp 1,- dari aktiva perusahaan dapat menghasilkan laba bersihnya sebesar Rp 0,006 pada Tahun 2014.
Tahun 2015 = 1.367.393.257 / 318.505.146.197 x 100% = 0,43% atau Rp 0,004.
Terjadi penurunan ROA pada tahun 2015 ini, disebabkan karena kurangnya produktivitas aktiva menghasilkan laba bersih. Walaupun nilai persentasenya menurun atau lebih kecil dari tahun sebelumnya, tetapi hal ini dapat menunjukkan perusahaan sudah cukup aktif dalam penjualannya, hal ini dapat dilihat dari nilai aktiva lancar perusahaan yang mengalami kenaikan.
Berarti dalam setiap Rp 1,- dari aktiva perusahaan dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,004.
Tahun 2016 = 1.902.402.163 / 362.016.361.085 x 100% = 0,53% atau Rp 0,005.
Jadi peningkatan ROA sebesar 0,01%
dari tahun sebelumnya, disebabkan karena meningkatnya produktivitas aktiva dalam menghasilkan laba bersih, yang berarti dalam setiap Rp 1,- aktiva perusahaan dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,005.
Jadi rata-rata ROA selama 3 tahun sebagai berikut:
Rata-rata=
% 53 , 3 0
% 53 , 0
% 43 , 0
% 63 ,
0 + + =
Dengan persentase rata-rata rasio dari tahun 2014 hingga 2016 yaitu sebesar 0,53% hal tersebut menggambarkan kurang meningkatnya produktivitas atau perputaran aktiva perusahaan yang mengakibatkan rendahnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Terjadi penurunan persentase pada tahun 2015 disebabkan karena adanya pengeluaran yang begitu besar yaitu pembelian asset yang besar sehingga persentase ROA mengalami penurunan yang begitu signifikan, tetapi pada tahun 2016 perusahaan sudah bisa perlahan mengembalikan keadaan ROA menjadi seperti pada tahun sebelumnya.
c. Return on Equity (ROE)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Return on Equity (ROE) merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
ROE = Laba Bersih / Total Equitas x 100%
Tahun 2014 = 1.006.349.274 / 17.190.429.161 x 100% = 5,85% atau Rp 0,06
Berarti bahwa setiap Rp 1,- dari modal yang dimiliki oleh perusahaan dapat
menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,06 pada tahun 2014.
Tahun 2015 = 1.367.393.257 / 42.708.879.217 x 100% = 3,20% atau Rp 0,03.
Terjadi penurunan ROE pada tahun 2015, hal ini disebabkan karena kurang efektinya penggunaan modal perusahaan, sehingga terjadi penurunan terhadap laba bersih yang dihasilkan, sehingga pada tahun 2015 setiap Rp 1,- modal perusahaan dapat menghasilkan Rp 0,03 laba bersih.
Tahun 2016 = 1.902.402.163 / 60.586.281.381 x 100% = 3,14% atau Rp 0,03
Ini berarti bahwa dalam setiap Rp 1,- dari modal perusahaan dapat menghasilan laba bersih sebesar Rp 0,03 pada tahun 2016.
Rata-rata ROE selama 3 tahun sebagai berikut:
Rata-rata=
% 06 , 3 4
% 14 , 3
% 2 , 3
% 85 ,
5 + + =
Dengan persentase rata-rata ROE selama 3 tahun menggambarkan kurang efektifnya modal saham terhadap operasional perusahaan, sehingga mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih.
Berdasarkan perhitungan, maka dapat diketahui rasio profitabilitas perusahaan, sebagai berikut:
Rata-rata profitabilitas=
% 85 , 3 2
% 06 , 4
% 53 , 0
% 94 ,
3 + + =
Dengan nilai rata-rata profitabilitas selama 3 periode yaitu sejak tahun 2014 hingga 2016 sebesar 2,85%, berarti pada tingkat pendapatan, kepemilikan aktiva, dan kepemilikan modal saham tertentu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitability) belum terlalu bagus dan jauh dari standar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
ISSN: 2549-6182 (Online) Tabel 1. Rasio Profitabilitas Periode 2014-2016 (%)
Rasio Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Rata-rata dalam 3 tahun
Profit Margin 6.55 2.73 2.55 3.94
ROA 0.63 0.43 0.53 0.53
ROE 5.85 3.20 3.14 4,06
Sumber: data diolah tahun 2017.
Tabel 2. Rasio Likuiditas dan Profitabilitas Periode 2014-2016 (%)
Rasio Rata-rata Tahun
2014
Tahun 2015
Tahun 2016 Likuiditas
Current Ratio Cash Ratio Profitabilitas Profit Margin
Return on Total Asset Return on Equity
57,35 111,84
2,86 2,85 3,94 0,53 4,06
105,83 4,59
6,55 0,63 5,85
112,43 2,92
2,73 0,43 3,20
117,26 1,07
2,55 0,53 3,14 Sumber: data diolah tahun 2017.
Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat rasio likuiditas pada PT. Amanah Finance menunjukkan angka 57,35% yang berarti kemampuan likuiditas perusahaan masih dikategorikan cukup bagus dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, hal tersebut karena kurang lancarnya piutang yang menyebabkan turunnya nilai aktiva dan asset perusahaan.
Rasio profitabilitas perusahaan menunjukkan angka 2,85%, dimana rasio profibilitas perusahaan ini dikategorikan kurang bagus karena standar yang diinginkan yaitu > 10%, karena terjadi penurunan persentase yang sangat drastis pada tahun 2015 disebabkan besarnya pembelian asset yang mempengaruhi ROA.
Tabel 3. Standar Pembiayaan (%)
Rasio Nilai Predikat
Rasio Likuiditas
81 s/d 100 Sangat bagus 66 s/d < 81 Bagus 51 s/d < 66 Cukup bagus
0 s/d < 51 Tidak bagus
Rasio Profitabilitas
7 s/d 10 Sangat bagus 4 s/d < 7 Bagus 2 s/d < 4 Cukup bagus 0 s/d < 2 Tidak Bagus Sumber: Biro Riset Info Bank
Beberapa penjelasan sebelumnya, dapat dilihat pada neraca perusahaan hanya mengklasifikasikan satu jenis kelompok piutang yaitu piutang pembiayaan bersih dimana biasanya menurut teori piutang itu terdiri atas dua, yaitu piutang jangka pendek atau piutang lancar dan piutang jangka panjang, hal ini disebabkan karena sebelumnya kepada nasabah untuk melakukan pelunasan dipercepat dalam jangka waktu 3 tahun, sehingga tidak mengklasifikasikan piutang jangka panjang.
Segala ketentuan mengenai pelunasan dipercepat itu telah tercakup dalam akad murabahah. Akad musyawarah dan mufakat atas pengadaan barang yang dilakukan oleh PT. Amanah Finance kemudian dijual kepada nasabah dimana harga jual tersebut terdiri dari harga pokok plus margin yang telah disepakati sebelumnya.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil analisis rasio likuiditas dan profitabilitas perusahaan selama Tahun 2015 hingga Tahun 2016 yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa:
a. Tingkat likuiditas perusahaan yaitu current ratio naik dari sebesar 105,83% pada tahun 2014 menjadi 117,26% pada Tahun 2016.
Sedangkan, cash ratio mengalami penurunan dari sebesar 4,59% pada Tahun 2014 menjadi 1,07% di Tahun 2016.
Dengan rata-rata rasio likuiditas yang menunjukkan angka 57,35% dimana kurang dari standar pembiayaan yang ditetapkan oleh sumber yaitu lebih dari 100%, yang berarti aktiva lancar perusahaan masih kurang mampu menjamin atau membayar kewajiban- kewajiban lancar perusahaan.
b. Rasio profitabilitas perusahaan yaitu profit margin turun dari sebesar 6,55% pada tahun 2014 menjadi 2,55% pada tahun 2016 dan Return on Total Asset turun (ROA) turun dari sebesar 0,63% pada Tahun 2014 menjadi 0,53% di Tahun 2016.
Sedangkan, Return on Equity (ROE) juga mengalami penurunan dari Tahun 2014 sebesar 5,85% menjadi 3,14% di tahun 2016. Rata-rata rasio profitabilitas menunjukkan angka 2,84%, hal ini berarti perusahaan belum mampu menghasilkan profit yang cukup besar bagi perusahaan, dimana profit yang dihasilkan dalam kurung waktu 3 tahun ini hanya sebesar 3,94%.
Perusahaan masih belum maksimal didalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, tetapi PT. Amanah Finance sudah menunjukkan kinerja perusahaan yang positif, hal tersebut dapat dilihat dari laba bersih yang dihasilkan. Dengan laba bersih yang meningkat tiap tahunnya, menunjukkan kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan, sebaiknya PT.
Amanah Finance meningkatkan kinerja perusahaaan dalam meningkatkan profit perusahaan, dikarenakan hasil rasio profitabilitas yang didapatkan jauh dari standar. Diharapkan kinerja keuangan
perusahaan di tahun berikutnya dapat lebih ditingkatkan, lebih produktif dan lebih berfungsi lagi.
Hendaknya perusahaan agar dapat meningkatkan dan lebih memaksimalkan aktiva perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan, baik itu untuk kewajiban-kewajiban jangka pendek maupun untuk kewajiban-kewajiban jangka panjang perusahaan.
Disarankan kepada perusahaan agar lebih meningkatkan dalam penagihan piutang- piutang perusahaan agar kas perusahaan dapat lebih efektif digunakan untuk membayar utang lancar perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Munawir. S. 2014. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: Liberty.
[2] Harahap, S.S. 2013. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
[3] Keown, J.A. 2013. Prinsip dan Penerapan Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. PT.
Macanan Jaya Cemerlang.
[4] Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: Rajawali Pers.
[5] Sugiono, A. 2012. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: Grasindo.
[6] Husnan, S. 2004. Dasar-Dasar Laporan
Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: AMP- YKPN.