• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis rhodamin b dalam komestik

N/A
N/A
farhan maula

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis rhodamin b dalam komestik"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS OBAT MAKANAN DAN KOSMETIKA

RHODAMIN B

Disusun Oleh : Kelas VI A Kelompok 5

NIM. 11194761920184 Amalia Safitri NIM. 11194761920186

Mardlatillah NIM. 11194761920205

Muhammad Halim Fadhlurrahman NIM. 11194761920207 Riskia Wulan Ramadeni NIM. 11194761920221 Zellin Eldina Gunawan NIM. 11194761920233

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Kompetensi Praktikum...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3

A. Deskripsi bahan praktikum...3

BAB III METODE PRAKTIKUM...5

A. Alat...5

B. Bahan...5

C. Prosedur Kerja...5

BAB IV HASIL...7

A. Hasil Percobaan dan Perhitungan Rhodamin B...7

BAB V PEMBAHASAN...9

BAB VI KESIMPULAN...11

DAFTAR PUSTAKA...12

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (kulit, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Permenkes RI No. 1175/MENKES/PER/VIII/2010).

Umumnya di pasaran sudah banyak beredar sediaan kosmetika untuk jenis pemutih, pewarna bibir atau perona wajah serta kosmetika yang berperan untuk keindahan kulit wajah lainnya. Seiring dengan perkembangan, banyak kosmetika yang beredar selain dibuat dengan bahan-bahan alami banyak yang menambahkan zat-zat kimia dalam kosmetika, salah satunya bahan pewarna.

Rhodamin B merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta yang menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan bila digunakan dapat menyebabkan terjadinya kanker dan kerusakan hati dalam tubuh. Penggunaan Rhodamin B pada waktu yang lama, akan terjadi bahaya akut jika tertelan dan mengakibatkan muntah yang menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan (Anonim, 2010).

Berdasarkan survei Balai Besar Badan Pengawas Obat dan Makanan Medan (BPOM Medan) dengan hasil uji kosmetika yang dilakukan selama 2010 menunjukkan sekitar 10,46 persen produk kosmetika tidak memenuhi syarat dari 478 sampel yang mengandung pewarna yang dilarang, pada sediaan kosmetika lipstik yang paling banyak beredar di masyarakat berwarna merah mencolok. Salah satunya yang mengandung zat warna Rhodamin B (Anonim, 2012).Lipstik adalah salah satu sediaan kosmetika perona bibir yang sering digunakan perempuan yang bertujuan untuk menyempurnakan suatu penampilan (Sari, 2011).

(4)

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan analisis mengenai kandungan Rhodamin B dalam kosmetik lipstik yang beredar dipasaran.

B. Kompetensi Praktikum

1) Memahami prinsip-prinsip metode analisis Rhodamin 2) Mengidentifikasi reaksi kimia

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi bahan praktikum

1. Rhodamin B (Depkominfo)

Rumus molekul : C28H31N2O3Cl Berat molekul : 479.000

Pemerian : Kristal hijau atau serbuk ungu kemerahan

Kelarutan : Sangat larut dalam yang akan menghasilkan warna merah kebiruan dan berfluorensi kuat, larut dalam alkohol, HCl dan NaOH Kegunaan : zat warna pada industri tekstil dan kertas

2. Lipstik (Anonim, 1979)

Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%), mudah larut dalam etanol mutlak, dan dalam asam asetat

Titik lebur : 50°C sampai 60°C

Kegunaan : Pewarna bibir

Khasiat : Emolient

3. Aquadest (Dirjen, 1979)

Nama lain : Aqua Destilata

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa

Rumus kimia : H2O

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan terhadap panas berlebih

Khasiat : Pelarut

4. Amonia

Nama lain : Hidrogen nitrida Rumus molekul : NH3

Penampilan : Gas tak berwarna, berbau tajam Senyawa lain : Hidrazin

5. Metanol

Nama lain : Metil Alkohol

(6)

Rumus molekul : CH3OH

Penampilan : Colorless liquid Tiktik nyala : 11 Co

(7)

BAB III

METODE PRAKTIKUM A. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:

1. Spektrofotometer UV-Vis 2. Labu takar

3. Pipet volume 4. Beker Glass 5. Corong 6. Gelas ukur 7. Pipet tetes 8. Timbangan 9. Cawan porselin 10. Batang pengaduk 11. Sendok tanduk B. Bahan

1. Lipstik

2. Amonia ( NH3 )

3. Rhodamin B pro analisis 4. Metanol ( CH3OH ) 5. Aqua dest

C. Prosedur Kerja

Pembuatan sampel

1. Timbang 1 gr Lipstik tambahkan larutan Amonia 10 ml dan Metanol 5 ml masukkan dalam beker glass

2. Tambahkan 15 cm benang wol dan Panaskan selama 15 menit di hotplet 3. Saring bahan yang telah dipanaskan dan Tambahan 10 ml Metanol.

4. Masukkan dalam Spektrofotometer UV-Vis dan amati panjang gelombangnya.

(8)

Pembuatan baku standar

1. Buat larutan baku Rhodamin B dengan 1000 ppm dengan cara 100 mg rhodamin proanalisis dan 100 ml air masukkan dalam beker glass

2. Saring, ambil 10 ml larutan baku yang sudah disaring masukkan dalam labu ukur 100 ml tambahkan aqua dest sampai batas labu ukur.

3. Ambil 2 ppm dengan 0,2 ml, 4 ppm dengan 0,4 ml, 6 ppm dengan 0,6 ml, 8 ppm dengan 0,8 ml dan 10 ppm dengan 1 ml, masukkan dalam labu ukur 10 ml

4. Uji menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.

5. Amati konsentrasi pada rhodamin dari hasil Spektrofotometer UV-Vis.

(9)

BAB IV HASIL

A. Hasil Percobaan dan Perhitungan Rhodamin B

Praktikum yang dilakukan pada analisis Rhodamin B ini menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan Spektrofotometer UV-Vis.

Adapun bahan atau sampel yang digunakan yaitu lipstick. Berikut hasil analisis Rhodamin B pada lipstik menggunakan metode Spektrofotometer UV-Vis.

1. Hasil Absorbansi dengan Spektrofotometer UV-Vis Tabel 1. Absorbansi Rhodamin B

Konsentrasi Hasil

2 ppm 0,284

4 ppm 0,572

6 ppm 0,852

8 ppm 1,107

10 ppm 1,243

2. Nilai Absorbansi dengan Regresi Linier

Tabel 2. Nilai Absorbansi

A 0,0757

B 0,12265

R 0,9925

3. Perhitungan absorbansi sampel Rhodamin B dengan panjang gelombang 556 nm.

Tabel 3. Absorbansi sampel Rhodamin B

Nama Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata

Lipstik 0,243 0,241 0,241 0,242

(10)

4. Perhitungan Kandungan Rhodamin B pada sampel y = bx + a

x= ya b

¿0,242−0,0757 0,12265

¿1,356ppm

(11)

BAB V PEMBAHASAN

Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna yang dilarang untuk makanan dan dinyatakan sebagai bahan berbahaya menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang zat warna yang dinyatakan berbahaya dan dilarang di Indonesia. Rhodamin B merupakan zat warna sintesis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas, zat pewarna sintetis ini sangat berbahaya apabila terhirup, mengenai mata dan kulit, serta tertelan. Karena Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl) anorganik yang reaktif dan berbahaya. Pengaruh buruk bagi kesehatan antara lain menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni menjadi berwarna merah atau merah muda. Pada kondisi yang lebih akut dapat mengganggu fungsi hati dan menimbulkan kanker hati (Agus, Gede, 2014).

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Rhodamin B pada suatu bahan makanan yang beredar dipasaran dan pada suatu bahan kosmetik yang sering dipakai oleh kaum wanita. Analisis kandungan Rhodamin B ini menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan Spektrofotometer UV-Vis. Sampel atau bahan yang digunakan pada percobaan ini yakni lipstik yang dibeli dari suatu pasar yang ada di Banjarmasin.

Spektrofotometer UV-Vis yang digunakan pada percobaan ini untuk menentukan absorbans dan panjang gelombang maksimum sampel.

Perlakuan pertama yakni pengukuran absorbans larutan standar untuk membuat kurva kalibrasi. Selanjutnya pengukuran absorbansi lipstik.

Namun, sebelumnya telah diukur lebih awal panjang gelombang dari rhodamin B yaitu 556 nm.

Berdasarkan kurva kalibrasi yang diperoleh dengan persamaan linier menunjukkan hasil 1,356 ppm dengan panjang gelombang 556 nm.

Spektrofotometer UV-Vis menunjukkan absorbans rata-rata 0,242 pada sampel lipstick. Kadar rhodamin B yang terkandung dalam sampel dapat diketahui dengan memasukkan nilai absorbansi pada sampel pada

(12)

10

(13)

10

Hasil menunjukkan lipstik mengandung rhodamin B dengan kadar 1,356 ppm dimana pada lipstik tersebut tidak berbahaya dan lipstik yang di uji sudah sudah memenuhi standar BPOM. Pada Rhodamin B merupakan pewarna tekstil dan tidak termasuk dalam bahan pangan dan berbahaya apabila terkena kulit. Zat warna ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/1985 tentang zat warna tertentu yang

(14)

Berdasarkan kurva kalibrasi yang diperoleh dengan persamaan linier menunjukkan hasil 1,356 ppm dengan panjang gelombang 556 nm.

Spektrofotometer UV-Vis menunjukkan absorbans rata-rata 0,242 pada sampel lipstick. Kadar rhodamin B yang terkandung dalam sampel dapat diketahui dengan memasukkan nilai absorbansi pada sampel pada persamaan kalibrasi.

Dimana sumbu X menunjukkan kadar rhodamin B sedangkan sumbu Y menunjukkan absorbansinya.

11

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979. Formularium Nasional. Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim, (2010). Bahan Berbahaya. http://dinkesbonebolango.org/index. php?

option=com_content&task=view&i d=487&itemid=1 di akses juni 2021.

Anonim, (2012). BBPOM 10,46 Persen Kosmetika Tidak Penuhi Syarat.

http://www.antarasumut.com/berita-sumut/BBPOM-1046-persen kosmetik- tidak-penuhi-syarat/ di akses tanggal 25 juni 2021.

Ditjem POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal 32-33.

Gede Agus., 2014. Analisis Obat, Kosmetik, dan Makanan. Yogyakarta.

Sari, N.R, (2011). All About Cosmetic; Cara Pintar Memilih Kosmetik. Penerbit Mocomedia, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur pencatatan waktu Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Medan. Dalam prosedur pencatatan waktu, pekerjaan mencatat waktu pada dasarnya dapat dipisahkan menjadi

Disarankan kepada BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Kota Medan untuk lebih meningkatkan pemantauan dan pengawasan terhadap penggunaan pewarna dan pemanis

PENGADAAN RE-ENGINEERING SISTEM NOTIFIKASI KOSMETIKA UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan PUBLIK WARNING /PERINGATAN, penggunaan hidrokuinon adalah dilarang pada kosmetik, sedangkan untuk

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kedudukan,Tugas, dan Wewenang Latar Belakang dan Sejar Badan-Pengawas-Obat-dan-Makanan (diakses pada tanggal 28 Maret 2016).

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengawasan Iklan Kosmetika.. Badan Pengawas Obat dan Makan Republik

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat

1) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2) Laboratorium BPOM menetapkan