• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Relatif dan Dampak Helminthiasis pada Sapi Bali di Daerah Tropik

N/A
N/A
Baik mesy darita fitriani

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Risiko Relatif dan Dampak Helminthiasis pada Sapi Bali di Daerah Tropik"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume -(-) 0-0; Oktober 2024 ISSN: 0-0

ANALISA EPIDEMOLOGI PADA RISIKO RELATIF DAN DAMPAK KEJADIAN HELMINTHIASIS PADA SAPI BALI DI DAERAH TROPIK

Baik Mesy Darita Fitriani

Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Jl. Majapahit 62 Mataram 83125, Lombok, NTB, Indonesia. email: [email protected]

ABSTRAK

Helminthiasis pada tahun 2023 merupakan kasus penyakit ternak terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya sapi Bali. Sapi Bali merupakan ternak unggulan yang dominan dipelihara oleh peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional. Pakan diberikan dengan cara menyabit rumput di persawahan lalu diberikan secara lansung kepada ternak, kondisi sanitasi kandang yang kurang baik serta penanganan kotoran ternak yang masih buruk menjadi penyebab utama penularan Helminthiasis. Hal tersebut menyebabkan kerugian ekonomi seperti berat badan menurun, kualitas daging rendah, kualitas jeroan dan juga kualitas kulit yang diperoleh, serta resiko penularan terhadap manusia.Penelitian ini diusulkan untuk mengetahui odds rasio (OR) faktor manajemen pemeliharaan terhadap kejadian Helminthiasis pada sapi Bali. Beberapa kelompok peternak tradisional yang ada di Pulau Lombok dipilih berdasarkan kondisi daerah basah dan kering. Faktor pemeliharaan yang dinilai adalah kedalaman air pada kandang yang berlokasi didekat sawah dan tidak , jumlah siput, lantai kandang, jenis pakan, penanganan kotoran dan skor kondisi badan. Data diperoleh berdasarkan kuisener dan pengamatan serta pemeriksaan jumlah telur cacing kemudian dianalisa menggunakan OR. Diharapkan apabila OR lebih dari 1 menunjukkan tingginya faktor risiko infestasi cacing.

Kata kunci: cacing, pemeliharaan, tropis, sapi bali.

pertambahan berat badan sebesar 0,2 kg/hari, mungkin dihasilkan setelah sembuh dari penyakit.

PENDAHULUAN

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha ternak sapi adalah faktor kesehatan atau kontrol penyakit. Penyakit yang masih menjadi masalah adalah infeksi parasit cacing (Helminthiasis) yang sering dijumpai pada daerah beriklim tropis seperti di Nusa Tenggara Barat dengan kelembaban tinggi antara 65 – 68% (Astiti dkk., 2011).

Pada tahun 2023, penyakit Helminthiasis adalah penyakit yang menempati urutan tertinggi dari penyakit ternak lainnya. Kasus penyakit Helminthiasis di Pulau Lombok berjumlah 12. 425 kasus dan di pulau Sumbawa berjumlah 11.152 kasus (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, 2023). Helminthiasis ini paling sering menginfeksi gastrointestinal sapi yang menjadi penyebab utama penyakit kronis dan penurunan potensi produktif sapi (Gunathilaka et al., 2018). Lingkungan

merupakan hal utama yang berpengaruh terhadap Helminthiasis Gastrointestinal (GI). Kelangsungan hidup dan perkembangan stadium yang hidup bebas di lapangan (stadium telur atau larva infektif) sangat dipengaruhi oleh musim, antara lain suhu, kelembaban dan curah hujan (Fox et al., 2012 ; Apio et al., 2006).

Secara garis besar, sistem pemeliharaan sapi di Nusa Tenggara Barat masih bersifat tradisional. Pakan diberikan secara lansung dengan cara menyabit di sekitar sawah dan lingkungan kandang karena kandang individu dan kelompok sebagian besar berlokasi di sekitar sawah.

Kotoran kandang baik kotoran padat dan kotoran cair dialirkan langsung ke sawah.

Selain itu, sistem penanganan kotoran masih belum optimal. Manajemen pemeliharaan seperti ini tentunya akan berdampak pada kesehatan ternak, sehingga potensi penularan menjadi tinggi,

(2)

karena siklus penyakit akan berputar.

Salah satu bangsa sapi dari daerah tropis adalah sapi Bali dengan bentuk tubuh yang cukup baik yakni tubuh bagian depan dan belakang stabil sehingga disebut sebagai tipe sapi potong yang mempunyai masa depan cukup baik. Sapi Bali dibanding dengan sapi lokal lainnya memiliki ciri-ciri sapi potong terbaik di Indonesia yakni : kaki pendek, badan panjang, lingkar dada cukup besar, lebih cepat dewasa, memiliki persentase karkas maksimal dengan perlemakan yang merata serta menghasilkan daging berkualitas unggul (Ashari, dkk, 2006). Keunggulan-keunggulan tersebut membuat sapi Bali banyak diminati oleh peternak untuk dipelihara di daerah daerah di Indonesia tak terkecuali di NTB. Populasi sapi potong di NTB pada tahun 2023 berjumlah 771.538 (Disnakkeswan NTB, 2023).

Di daerah tropis iklim merupakan salah satu faktor pembatas tercapainya produksi optimal pada ternak karena iklim bisa berpengaruh langsung terhadap ternak atau secara tidak langsung melalui faktor produksi lainnya. Pengaruh iklim tropis terhadap ternak terjadi secara tidak langsung melalui faktor kesehatan dan pengelolaan (Keman, 1986).

Salah satu penyakit yang menjadi faktor adalah penyakit Helminthiasis yang belum sepenuhnya di sadari peternak.

Padahal, penyakit infeksi cacing tersebut memberikan dampak kerugian ekonomi yaitu berat badan rendah, penurunan kualitas daging, kulit, jeroan, penurunan produktivitas ternak dan resiko penularan pada manusia (Gasbarre et al., 2001).

Berdasarkan pertimbangan diatas, sangat perlu dilakukan evaluasi resiko relatif dan rasio dampak terhadap faktor-faktor manajemen pemeliharaan yang menyebabkan infeksi parasit cacing pada sapi Bali didaerah tropis.

MATERI DAN METODE Daerah Penelitian

Penelitian tersebut akan dilakukan di Kabupaten Lombok Barat, NTB. Hal ini dikarenakan daerah tersebut termasuk beriklim

tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dua musim tersebut membuat kondisi tanah basah saat musim hujan, dan menjadi kering saat musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada periode November hingga April yang

bertepatan dengan bertiupnya angin monsun baratan yang bersifat lembap dan basah, sehingga memunculkan banyaknya awan- awan hujan. Sementara itu, musim kemarau di wilayah Lombok Barat muncul pada periode Mei hingga Oktober yang juga bertepatan dengan angin monsun timuran yang bersifat kering, sehingga sangat jarang memunculkan awan-awan hujan. Suhu udara di wilayah Lombok Barat bervariasi antara 21°–34 °C berdasarkan topografi atau ketinggian permukaan daratan. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini pun relatif pada angka ±70%–80%.

Pola Pemeliharaan

Beternak merupakan salah satu kegiatan petani di NTB sebagai aktivitas sampingan, sebab aktivitas dalam usaha pertanian menjadi prioritas utama masyarakat pedesaan pada umumnya. Peternak yang masih bersifat tradisional dengan kepemilikkan ternak yang masih terbilang sebagai usaha sambilan sehingga kepemilikan yang masih rendah (3 – 4 ekor). Pemberian pakan dilakukan dengan memotong dan mengangkut dari areal sekitar sawah dan lingkungan kandang. Penanganan kebersihan lantai dan pembuangan sisa pakan serta kotoran masih jauh dari kata layak.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan antara bulan September Tahun 2024. Pengambilan sampel akan di lakukan di beberapa kandang di Kabupaten Lombok Barat dan pemeriksaan Tinja akan di lakukan di Laboratorium Rumah Sakit Hewan Provinsi NTB.

Pengumpulan sampel

Sampel diambil dengan melakukan observasi terhadap lokasi daerah basah atau kering. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi sapi berupa pemeriksaan Body Condition Scoring (BCS) maupun pemeriksaan secara fisiologis. Skor kondisi tubuh adalah cara menilai secara subyektif jumlah jaringan

(3)

lunak, terutama lapisan lemak, dalam kaitannya dengan ukuran kerangka hewan.

Karena hubungan antara kondisi tubuh dan ukuran tubuh merupakan indikator riwayat nutrisi hewan, BSC dapat digunakan untuk memantau keberhasilan program pemberian pakan dalam situasi di mana pemilik tidak dapat menggunakan pengukuran status nutrisi yang lebih langsung seperti analisis pakan, nutrisi feses (Soares et al., 2011).

Pengambilan sampel feses dari rektum untuk pemeriksaan telur cacing dengan cara koproskopi (Rosyidi et al., 2018).

ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan dengan menghitung odd rasio (OR) dari masing- masing variabel faktor risiko dengan hasil uji laboratorium (telur cacing). Odd Rasio adalah ukuran hubungan sebuah paparan dengan hasillnya. Odd Rasio paling umum digunakan dalam studi kasus–kontrol dan studi cross sectional. OR digunakan untuk membandingkan peluang relatif terjadinya penyakit (Helminthiasis) berdasarkan paparan masing-masing variabel (lokasi, dinding, lantai dll). OR juga dapat digunakan untuk menentukan apakah paparan tertentu merupakan faktor risiko terhadap hasil tertentu, dan untuk membandingkan besarnya berbagai faktor terhadap hasil tersebut. OR=1, paparan tidak mempengaruhi peluang hasil, OR˃1, paparan terkait dengan peluang hasil yang tinggi dan OR˂ 1 paparan dikaitkan dengan kemungkinan hasil yang lebih rendah (Szumilas 2010; Martinez dkk, 2017).

Hasil dan Pembahasan

Hasil yang diharapkan dari penelitian tersebut adalah, adanya perbedaan nyata yang disebabkan pola pakan dan manajemen pemeliharaan yang kurang baik. Pakan yang terkontaminasi dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai dapat menjadi sumber penularan cacing pada sapi (Levine, 1990).

Kesimpulan dan Saran

Daftara Pustaka

A. Apio, M. Palth, dan T. Wronski, J.

Helminthol., 80, 3: 213–218 (2006) https://doi.org/10.1076/JOH200634 3

Ashari, M., I.B. Dania, L. W. Pribadi, Rr. A.

Suhardiani, dan R. Andriati, 2006.

Ilmu Produksi Ternak Potong dan Kerja. Bahan Ajar. Laboratorium Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Peternakan UNRAM. Mataram

Astiti, L.G.S. dan T. Panjaitan. 2011.

Prevalensi Helminthiasis pada sapi Bali di Kabupaten Lombok Barat. Prosiding Seminar Nasional Strategi Pembangunan Peternakan Masa Depan melalui Pendekatan Eco-farming.

Universitas Sam Ratulangi Sulawesi Utara. Manado 13 September 2011 Gasbarre, L.C., E.A. Leighton, W.L. Stout.

2001. Gastrointestinal Nematoda of Cattle in Thenortheastern US: Result of a Producer Survey. Veterinary Parasitology. 101. 29- 44

Gunathilaka, N., Niroshana, D., Amarasinghe, D., & Udayanga, L. (2018). Prevalence of Gastrointestinal Parasitic Infections and Assessment of Deworming Program among Cattle and Buffaloes in Gampaha District, Sri Lanka. BioMed Research International, 2018, e3048373.

https://doi.org/10.1155/2018/3048373 Keman, S., 1986. Keterkaitan Produktivitas

ternak dengan iklim. Masalah dan Tantangan. Pidato pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Peternakan Unversitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Martinez BAF, Leotti VB, Silva GS, Nunes LN, Machado G and Corbellini LG (2017) Odds Ratio or Prevalence Ratio? An overview of reported statistical methods and appropriateness of interpretations in cross sectional studies with dichotomous outcomes in veterinary medicine. Front. Vet. Sci.

4:193

NJ Fox, G. Marion, RS Davidson, PCL.

White, dan M.R. Hutchings,

(4)

Hewan, 2, 1: 93-107 (2012) https://doi.org/10.3390/ani2010093 Rosyidi A, Dradjat AS , Zainuri LA, Pribadi

LW, Binetra TS, Haryanto. 2021.

Rerative Risk of Management Factors which Influence Infertility of Artificial Insemination in Bali Cattle in East Lombok. Jurnal Veteriner. Vol 22(2):

294.

Soares, F.S., and Dryden, G.M. 2011. A body condition Scoring System for Bali Cattle.

Asian-Aust J Anim Sci, 24(11): 1587- 1594.

Szumilas M. 2010. Information management for the busy practitioner”Explaining Odds Ratios. J Can Acad Child Adolesc Psychiatry, 19:3, August 2010 Wikipedia. 2021. Kabupaten Lombok Barat

Dalam Angk 2021.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupate n_Lombok_Barat. diakses tanggal 11 Oktober 2024.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dari hasil perhitungan dan analisa bahwa usaha pemeliharaan ternak sapi Bali pada kelompok tani Tunas Jaya pada Tabel 4 di bawah ini menunjukan

Dengan demikian dari hasil perhitungan dan analisa bahwa usaha pemeliharaan ternak sapi Bali pada kelompok tani Tunas Jaya pada Tabel 4 di bawah ini menunjukan

Pemeriksaan darah yang dilakukan oleh Laboratorium Dinas Peternakan Propinsi Nusa Tenggara Barat cukup teliti untuk dapat mendeteksi bakteri Bacillus anthracis

JUDUL SKRIPSI : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perbibitan Sapi Bali dengan Menerapkan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (Studi Kasus pada Kelompok Tani Ternak “Mekar

Untuk mengetahui strategi peningkatan populasi ternak sapi bali di Kabupaten.

Sistem pemeliharaan sapi Bali yang dilakukan pada Kelompok Tani Ternak Dharma Canthi, sistem kereman yaitu penggemukkan yang dilakukan dengan cara sapi yang

penelitian menunjukan bahwa sapi Bali pada sistem pemeliharaan semi intensif dengan sistem perkawinan alam di empat kelompok ternak di Desa Pukdale memiliki persentasi

Perbedaan yang nyata pada prevalensi dan derajat infeksi cacing hati antara sapi berumur lebih dari 12 bulan dengan sapi yang lebih muda disebabkan pola pemeliharaan ternak