• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sektor Basis Pertanian Dalam Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ngawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Sektor Basis Pertanian Dalam Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ngawi"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

Analisis Sektor Pertanian Dasar dalam Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ngawi; Halaman Deshinta Anisa Fadilasari; Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember. Kabupaten Ngawi merupakan daerah yang subur dan merupakan salah satu daerah penyangga sektor pertanian di Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui subsektor pertanian yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Subsektor pertanian yang menjadi basis tahun 2017-2021 di Kabupaten Ngawi berdasarkan analisis LQ adalah subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ngawi karena Kabupaten Ngawi merupakan daerah yang subur dan merupakan salah satu daerah penyangga sektor pertanian di Jawa Timur. Kontribusi sektor pertanian mengalami fluktuasi, yaitu pada tahun 2017 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar 36,10 persen. Sektor pertanian yang dikembangkan hendaknya merupakan sektor yang mempunyai kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi.

Dengan demikian, daerah dapat mengetahui kemajuan perekonomian akibat berkembangnya sektor pertanian di daerahnya.

Gambar  1.1  menunjukan  pertumbuhan  ekonomi  Nasional  cenderung  fluktuatif, mengalami penurunan tahun 2018- 2020 dan Indonesia mengalami titik  terendah pertumbuhan ekonominya pada tahun 2020 yaitu -2,07% kemudian secara  perlahan mengalami nilai posit
Gambar 1.1 menunjukan pertumbuhan ekonomi Nasional cenderung fluktuatif, mengalami penurunan tahun 2018- 2020 dan Indonesia mengalami titik terendah pertumbuhan ekonominya pada tahun 2020 yaitu -2,07% kemudian secara perlahan mengalami nilai posit

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat

  • Tujuan
  • Manfaat

TINJAUAN PUSTAKA

  • Penelitian Terdahulu
  • Landasan Teori
    • Pertumbuhan Ekonomi
    • Pembangunan Ekonomi daerah
    • Teori Basis Ekonomi
    • Location Quotient (LQ)
    • Dynamic Location Quotient (DLQ)
    • Shift Share
    • Multiplier Effect (Efek Pengganda)
  • Kerangka Pemikiran
  • Hipotesis

Penelitian bertujuan untuk menganalisis sektor basis di Kabupaten Ngawi berdasarkan PDRB Kabupaten Ngawi tahun 2015-2019. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor basis di Kabupaten Ngawi adalah pertanian; transportasi dan komunikasi; jasa. Penelitian yang dilakukan oleh (Handoko, 2017) berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ngawi.

Sektor primer dapat merangsang pertumbuhan ekonomi daerah, sedangkan sektor non primer hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen lokal. Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari peran sektor-sektor yang ada di dalamnya, termasuk sektor pertanian. Penelitian ini dilakukan peneliti untuk mengetahui subsektor basis pertanian dalam pertumbuhan ekonomi di kabupaten Ngawi dengan menggunakan metode location quotient (LQ).

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan posisi subsektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Ngawi. Penelitian ini didasarkan pada hipotesis 1. Diduga seluruh subsektor pertanian di wilayah Ngawi berpotensi menjadi sektor unggulan. 2 Subsektor pertanian dasar di Kabupaten Ngawi diasumsikan akan tetap menjadi andalan di masa depan.

3 Diduga penyebab perubahan kedudukan subsektor pertanian di Kabupaten Ngawi adalah faktor struktural perekonomian. 4 Nilai multiplier sektor basis pertanian di Kabupaten Ngawi diduga akan menyebabkan peningkatan total pendapatan daerah.

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir Analisis Location
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir Analisis Location

METODOLOGI PENELITIAN

  • Metode Penentuan Daerah Penelitian
  • Metode Penelitian
  • Metode Pengumpulan Data
  • Metode Analisis Data
    • Analisis Location Quotient(LQ)
    • Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
    • Analisis Shiftshare
    • Analisis Base Multiplier (Metode Pengganda Basis)

LQ < 1 berarti subsektor terkait di tingkat Kabupaten Ngawi kurang terspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan subsektor di tingkat provinsi di Jawa Timur. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan terhadap subsektor non-basis yang berpotensi menjadi basis di masa depan, perlu diperhatikan upaya pembangunan karena subsektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan perekonomian Kabupaten Ngawi. Menurut (Suyatno, 2000), analisis Shift Share dapat dijelaskan dengan menggunakan model persamaan Total Shift Share (TSS) yang dapat dibagi menjadi Structural Shift Share (SSS) dan Location Shift Share (LSS). Hal ini digunakan untuk mengetahui determinan perubahan posisi sektor perekonomian atau subsektor pertanian di Kabupaten Ngawi dengan rumus sebagai berikut.

Jika nilai struktural shift share > location shift share berarti faktor yang paling menentukan perubahan posisi subsektor pertanian di Kabupaten Ngawi adalah faktor struktur perekonomian. Jika nilai struktural Shift Share < Location Shift Share berarti faktor yang menentukan perubahan posisi subsektor pertanian di Kabupaten Ngawi adalah faktor lokasi. Jika nilai struktural shift share = locational shift share berarti faktor struktur ekonomi dan faktor lokasi sama-sama kuat dalam menentukan perubahan posisi subsektor pertanian di Kabupaten Ngawi.

Berbagai subsektor pertanian yang ada di Kabupaten Ngawi adalah subsektor tanaman pangan, kehutanan, perkebunan, hortikultura, peternakan dan perikanan. Base multiplier merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis pengaruh pengganda pendapatan subsektor basis pertanian terhadap total pendapatan daerah di Kabupaten Ngawi. LQ merupakan alat analisis yang menentukan sektor basis atau sektor non basis pada sektor pertanian di Kabupaten Ngawi.

DLQ merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor di Kabupaten Ngawi masih dapat diharapkan menjadi sektor inti pada masa yang akan datang atau sebaliknya. Shiftshare merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui penyebab perubahan posisi sektor i di Kabupaten Ngawi, dalam hal ini perubahan posisi sektor dari subsektor non inti menjadi subsektor inti pada masa yang akan datang atau sebaliknya. sebaliknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Penelitian

  • Gambaran Umum Wilayah Penelitian
  • Sektor Perekonomian di Kabupaten Ngawi
  • Gambaran Umum Sektor Pertanian di Kabupaten Ngawi

Analisis DLQ digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya perubahan situasi sektor pertanian di wilayah Ngawi. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari enam (6) subsektor pertanian di Kabupaten Ngawi yang mempunyai nilai LQ >1, yaitu subsektor tanaman pangan dan subsektor hortikultura.

Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan  Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Ngawi 2021
Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Ngawi 2021

PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur 43

Analisis DLQ Subsektor Pertanian di Kabupaten Ngawi

Analisis DLQ mempunyai teknik yang tidak jauh berbeda dengan analisis LQ, yaitu menentukan sektor basis. Perubahan yang dimaksud adalah belum tentu sektor basis yang ada saat ini akan menjadi sektor basis di kemudian hari dan sebaliknya, sektor non basis yang ada saat ini bisa saja berubah menjadi sektor basis berikutnya. Jika nilai DLQ > 1, maka rasio laju pertumbuhan sektor i terhadap laju pertumbuhan PDB wilayah bawah lebih cepat dibandingkan rasio laju pertumbuhan sektor yang sama terhadap laju pertumbuhan PDB wilayah yang lebih tinggi.

Kemudian, jika nilai DLQ < 1, maka rasio laju pertumbuhan sektor i terhadap laju pertumbuhan PDB daerah bawah lebih lambat dibandingkan rasio laju pertumbuhan sektor yang sama terhadap laju pertumbuhan PDB daerah yang lebih tinggi. wilayah. Berdasarkan perhitungan DLQ, subsektor hortikultura akan mengalami perubahan peran dari basic menjadi non basic di masa yang akan datang. Subsektor perkebunan mengalami reposisi dari non-based menjadi basic di kemudian hari.

Ketiga sub-sektor ini masih bersifat non-basis baik saat ini maupun di masa depan. Analisa tersebut dapat memberikan perhatian khusus kepada pemerintah agar kedepannya dapat mengupayakan setiap subsektor menjadi sektor basis dan dapat memaksimalkan potensi sektor basis yang ada di Kabupaten Ngawi saat ini agar dapat dipercaya di masa yang akan datang. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap hipotesis 2 penelitian diperoleh hasil bahwa tidak semua subsektor basis pertanian di Kabupaten Ngawi akan tetap berbasis basis di masa yang akan datang.

Subsektor tanaman pangan mungkin masih menjadi sektor basis di masa depan, sedangkan hortikultura akan menjadi sektor non-basis di masa depan. Selain subsektor tanaman pangan, subsektor perkebunan juga mempunyai nilai DLQ >1 yang berarti subsektor perkebunan mempunyai potensi untuk berkembang menjadi sektor basis di masa depan.

Tabel 4. 11 Hasil Analisis DLQ
Tabel 4. 11 Hasil Analisis DLQ

Analisis Shift share Subsektor Pertanian di Kabupaten Ngawi

Pada analisis DLQ sebelumnya diperoleh hasil bahwa subsektor yang mengalami perubahan posisi adalah subsektor Hortikultura dan Perkebunan. Dimana hortikultura mempunyai nilai DLQ < 1 yaitu 0,849442 yang berarti telah mengalami perubahan kedudukan dari basis menjadi non basis. Selain hortikultura, terdapat subsektor perkebunan yang juga mengalami perubahan posisi dengan nilai DLQ >1 yaitu 62.18768.

Kedua subsektor yang mengalami perubahan (hortikultura dan perkebunan) dapat dianalisis penyebab-penyebab yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi dengan menggunakan analisis shift-share. Berdasarkan hasil analisis shift share pada tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab perubahan peran subsektor hortikultura dan perkebunan adalah faktor lokasi. Nilai SSS dan LSS menunjukkan bahwa subsektor hortikultura mempunyai nilai SSS < nilai LSS, sehingga perubahan peran yang terjadi pada subsektor hortikultura didorong oleh faktor lokasi di Kabupaten Ngawi.

Nilai SSS dan LSS menunjukkan bahwa subsektor perkebunan mempunyai nilai SSS < nilai LSS sehingga merubah peranannya. Berdasarkan analisis yang dilakukan berdasarkan hipotesis 3 pada penelitian diperoleh hasil bahwa penyebab perubahan kedudukan pada subsektor pertanian di Kabupaten Ngawi adalah faktor kedudukan, bukan struktur perekonomian. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Indriana (2019). Faktor penentu terjadinya perubahan kedudukan adalah faktor lokasi, dalam hal ini yang dimaksud dengan perubahan yang disebabkan oleh faktor lokasi yaitu tersedianya sumber daya (alam, manusia, modal) yang memungkinkan dimasa yang akan datang akan mengalami peningkatan atau penurunan, sehingga kedepannya posisi subsektor ini dapat berubah menjadi subsektor dasar atau non dasar.

Tabel 4. 12 Hasil Analisis Shiftshare  No.  Subsektor
Tabel 4. 12 Hasil Analisis Shiftshare No. Subsektor

Analisis Base Multiplier Subsektor Pertanian di Kabupaten Ngawi

Berdasarkan tabel tersebut, multiplier effect bernilai positif yang berarti kedua subsektor pertanian mempunyai pengaruh yang searah terhadap tingkat pendapatan masyarakat (PDRB). Angka multiplier pada subsektor tanaman pangan begitu besar sehingga apabila terjadi peningkatan pendapatan pada subsektor tanaman pangan maka akan mengakibatkan peningkatan total pendapatan daerah sebesar dikalikan dengan peningkatan pendapatan subsektor tanaman pangan. -sektor. Selain itu, angka multiplier pada subsektor hortikultura sangat besar sehingga berarti apabila terjadi peningkatan pendapatan subsektor hortikultura maka akan mengakibatkan peningkatan total pendapatan daerah sebesar kali peningkatan pendapatan subsektor hortikultura.

Pada analisis yang dilakukan terhadap hipotesis 4 dalam penelitian diperoleh hasil bahwa diperoleh nilai positif antara pendapatan subsektor dasar dengan PDRB Kabupaten Ngawi. Perkembangan sektor industri persawahan terjadi karena potensi subsektor tanaman pangan yang dimiliki Kabupaten Ngawi. Kedua pabrik ini merupakan multiplier effect yang diberikan oleh subsektor tanaman pangan dan hortikultura sebagai sektor basis yang potensial di Kabupaten Ngawi. Peningkatan pendapatan subsektor tanaman pangan dan hortikultura akan menyebabkan peningkatan pendapatan pada sektor lainnya.

Selain kedua subsektor tersebut, subsektor yang mempunyai potensi di masa depan menurut analisis DLQ yang telah dilakukan sebelumnya adalah subsektor perkebunan. Berdasarkan tabel tersebut, angka pengganda pada subsektor perkebunan sangat besar artinya jika terjadi peningkatan pendapatan pada subsektor perkebunan maka akan mengakibatkan peningkatan total pendapatan daerah sebesar kali peningkatan tersebut. pendapatan pada subsektor perkebunan. Salah satu multiplier effect yang ditimbulkan oleh subsektor perkebunan adalah berkembangnya industri pengolahan PT.

Selain teh, Kabupaten Ngawi juga memiliki Pabrik Gula Soedono yang dimana hasil produksi subsektor perkebunan yang potensial yaitu tebu di Kabupaten Ngawi dapat memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik yang ada untuk diolah menjadi gula pasir. Potensi perkebunan tembakau juga menimbulkan multiplier effect terlihat dari berkembangnya beberapa perusahaan rokok di Kabupaten Ngawi.

Tabel 4. 13 Hasil Analisis Base Multiplier  No.  Subsektor Pertanian
Tabel 4. 13 Hasil Analisis Base Multiplier No. Subsektor Pertanian

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Analisis Komoditas Bahan Pokok dan Non Pokok Subsektor Peternakan Di Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat. Analisis Penentuan Posisi Dasar Subsektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Di Wilayah Kabupaten Aceh Utara Dengan Menggunakan Metodologi Produk Domestik Bruto (PDRB) Analisis Perkembangan Klaster Hortikultura Di Kabupaten Ngawi - Nurul Istiqomah, Nunung Sri Mulyani, Izza Mafruha, Dewi Ismoyowati 103 .

Gambar

Gambar 1. 1 Prosentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2018-2022  (Sumber : BPS Data diolah)
Gambar  1.1  menunjukan  pertumbuhan  ekonomi  Nasional  cenderung  fluktuatif, mengalami penurunan tahun 2018- 2020 dan Indonesia mengalami titik  terendah pertumbuhan ekonominya pada tahun 2020 yaitu -2,07% kemudian secara  perlahan mengalami nilai posit
Tabel 1. 2 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Ngawi (persen), 2017- 2017-2021
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir Analisis Location
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan analisis Shift Share dalam Proportional Shift menunjukkan apabila hasil perhitungan negatif artinya sektor ekonomi non pertambangan tersebut telah habis dimanfaatkan