• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IPENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IPENDAHULUAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

JUDUL PENELITIAN : ANALISIS ELASTISISTAS KESEMPATAN KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI DAN PERTANIAN DI KABUPATEN ACEH UTARA.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Salah satu sasaran yang hendak dicapai oleh pembangunan nasional adalah suatu pertumbuhan ekonami yang dapat pula mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja. Hal ini berarti bahwa pembangunan ekonomi diarahkan pada pendayagunaan sumberdaya alam dan tenaga manusiahingga menghasilkan produksi yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kesempatan kerja juga mempunyai kaitan yang erat dengan masalah penduduk. Jumlah penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahun akan menimbulkan permasalahan- permasalahan yang rumit. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, pada umumnya tingkat kehidupan sebagian penduduknya sangat rendah, dan ini perlu segera diatasi. Masalah yang timbul sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi yang tidak diikuti dengan pertumbuhan lapangan kerja yang sama akan menyebabkan terjadinya pengangguran, karena penduduk yang besar akan berdampak tumbuhnya angkatan kerja yang besar.

Menurut sensuspenduduk Daerah Istimewa Aceh dalam kurun waktu 1971- 1998 jumlah penduduk yang berumur 10 tahun keatas meningkat rata-rata 1,98 % pertahun. Pada tahun 1971 tercatat 1,79 juta penduduk usia kerja. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2002 yaitu sampai 3,1 juta orang, pada saat yang sama seiring terjadinya pertumbuhan penduduk, terjadi pula pertumbuhan angkatan kerja rata-rata sebesar 4,14 % setiap tahun, di pihak lain terjadi penurunan bukan angkatan kerja rata-rata sebesar 0,10 % pertahun, ini berarti bahwa penduduk yang bersekolah dan mengurus rumah tangga cenderung mengalami penurunan, mereka memasuki pasar kerja dan berusaha mencari pekerjaan.

(2)

Dalam pembangunan ekonomi negara-negara berkembang, pengangguran yang semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumait karena hal ini akan membawa pengaruh terhadap berbagai aspeksosial dalam kehidupan, dan lebih serius dari pada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di negara- negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang telah tercipta tidak sanggup mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat daripada pertambahan penduduk. Oleh karenanya, masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah serius, bahkan di beberapa negara miskin bukan saja jumlah pengangguran menjadi bertambah besar, tetapi juga proporsi mereka dari keseluruhan tenaga kerja telah menjadi bertambah tinggi (Sukimo, 1985 : 65).

Masalah pengangguran merupakan masalah yang sulit, termasuk di Indonesia jumlah penduduk yang terus bertambah telah menimbulkan masalah- masalah pembangunan terutama dalam usaha menciptakan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Laju pertumbuhan ekonomi juga mempunyai pengaruh terhadap masalah pembangunan, yang mengakibat perubahan dalam hubungan antara sektor pertanian dan industri yang juga akan berdampak pada struktur tenaga kerja dan kesempatan kerja.

Berbagai kebijaksanaan telah ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah penyediaan lapangan kerja. Salah satu kebijaksanaan yang ditempuh adalah dengan meningkatkan pembangunan sektor pertanian yang didukung dengan program industrialisasi. Program pembangunan sektor pertanian yang didukung dengan industrialisasi saling berkaitan dan sekaligus dapat menunjang sektor-sektor lainnyaseperti sektor perdagangan dan jasa yang diharapkan dapat tumbuh serta berkembang sejalan dengan sektor industri.

Sistem pembangunan yang diterapkan di suatu daerah juga sangat mempengaruhi luasnya lapangan kerja, jika pembangunan diterapkan secara

”labour intensive” atau padat karya akan tercipta banyak lapangan kerja, tetapi

(3)

bila pembangunan yang diterapkan berdasarkan ”capital intensive” atau padat modal maka lapangan kerja yang tersedia sedikit, dan biasanya pada sektor tertentu seperti pertambangan menggunakan sistem padat modal (Hasibuan, 1987 : 91). Sebagian industri mempunyai sistem backward dan forward linkage dan ini dapat menciptakan kesempatan kerja yang banyak. Jadi industri yang diharapkan adalah industri yang mampu menyerap tenaga kerja. Apalagi mengingat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. Dengan demikian program pembangunan industri yang mengarah kepada industri yang bersifat padat karya lebih sesuai.

Dibandingkan dengan sektor industri, sektor pertanian mampu menyediakan lapangan kerja yang luas. Sektor pertanian mempunyai peran yang besar dalam perekonomian Indonesia dan dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain terlihat dari masih besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sekitar 19,2%, di samping itu sektor ini dapat menyerap banyak tenaga kerja yaitu sekitar 49% dari total angkatan kerja bekerja di sektor ini (Soekawi, 1996 : 32). Tetapi oleh karena berkembangnya industri diberbagai daerah, maka tenaga kerja di sektor pertanian memiliki kecenderungan untuk beralih kesektor industri, walaupun hanya pada saat konstruksi saja sehingga sektor pertanian menjadi terabaikan. Adapun proses perpindahan tenaga kerja ini mengakibatkan terjadinya arus urbanisasi.

Sedangkan industri perkotaan lebih banyak yang bersifat padat modal, sehingga tenaga kerja yang berasal dari sektor pertanian hanya dapat ditampung pada masa-masa kontruksi, sedangkan pada masa produksi mereka tidak dibutuhkan lagi karena adanya tuntutan kerja secara spesialisasi dan skill yang dibutuhkan pada masa tersebut.

Aceh utara merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Aceh yang struktur ekonominya juga tidak terlepas dari keadaan diatas. Apalagi banyak terjadi migrasi desa kota ke daerah-daerah tertentu, sehingga menyebabkan daerah terbelakang akan tetap terbelakang. Sementara itu di daerah yang baru si pekerja

(4)

belum tentu memperoleh pekerjaan seperti yang diharapkan semula, karena adanya keterbatasan-keterbatasan dalam hal kriteria yang dibutuhkan. Situasi seperti inilah yang akan menciptakan kondisi jumlah pengangguran yang besar didaerah tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana elastisitas kesempatan kerja pada sektor industri (Non Migas) dan sektor pertanian dalam dapat menyerap atau menampung angkatan kerja di Aceh Utara dengan mengambil judul ”Analisis Elastisitas Kesempatan Kerja pada Sektor Industri dan Pertanian di Kabupaten Aceh Utara”.

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis guna mengetahui sektor mana yang lebih elastis antara sektor pertanian dengan sektor industri.

1.3 Kegunaan Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi pihak- pihak yang membutuhkan.

b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai kesempatan kerja.

(5)

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN 2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Devinisi Elastisitas Kesempatan Kerja

Perbedaan laju pertumbuhan pendapatan nasional dan kesempatan kerja menunjukkan perbedaan elastisitas masing-masing sektor untuk penyerapan tenaga kerja. Elastisitas kesempatan kerja didefinisikan sebagai perbandingan laju pertumbuhan kesmpatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Simanjuntak, 1998 : 97) :

Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja E =

Laju Pertumbuhan Pedapatan Nasional

Elastisitas kesempatan kerja tersebut dapat dinyatakan untuk seluruh sektor pertanian, atau untuk masing-masing sektor pada suatu periode tertentu. Angka- angka Koefisien elastisitas kesempatan kerja ini merupakan daya serap masing- masing sektor terhadap tenaga kerja yang ada.

Perbedaan laju pertumbuhan pendapatan nasional dan kesempatan kerja tersebut juga menunjukkan perbedaan elastisitas masing-masing sektor untuk penyerapan tenaga kerja. Konsep elastisitas ini dapat digunakan untuk memperkirakan pertambahan kesempatan kerja. Bila laju pertumbuhan kesempatan kerja dinyatakan dengan K dan laju pertumbuhan PDRB dinyatakan dengan g, maka rumusnya dapat disusun menjadi (Simanjuntak 1998 : 98) :

K = E x g

atau laju pertumbuhan kesempatan kerja (k), sama dengan elastisitas kesempatan kerja (E), dikalikan dengan laju pertumbuhan PDRB. Cara perhitungan ini dapat dilakukan untuk masing-masing sektor dan untuk beberapa tahun kedepan. Jadi konsep elastisitas kesempatan kerja dapat digunakan untuk memperkirakan

(6)

kebutuhan tenaga kerja untuk suatu periode tertentu, baik untuk masing-masing sektor maupun untuk ekonomi secara keseluruhan.

Besarnya permintaan suatu perusahaan akan tenaga kerja pada dasarnya tergantung pada besarnya permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Biasanya besarnya elastisitas permintaan tenaga kerja tergantung pada empat faktor yaitu :

1. Kemungkinan substitusi tenaga kerja dengan faktor produksi yang lain.

Semakin kecil kemungkinan mensubstitusikan modal terhadap tenaga kerja semakin kecil elastisitas permintaan tenaga kerja. Ini juga tergantung dari jenis teknologi. Bila suatu teknik produksi mempergunakan modal dan tenaga kerja dalam perbandingan yang tetap maka perubahan tingkat upah tidak mempengaruhi permintaan akan tenaga kerja paling sedikit dalam jangka pendek. Elastisitas semakin kecil bila keahlia atau ketrampilan golongan tenaga kerja itu semakin tinggi dan semakin khusus, misalnya permintaan akan tenaga pilot dan dokter spesialis yang tidak mudah diganti dengan mesin dan tenaga ahli yang lain.

2. Elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan.

Salah satu alternatif pengusaha adalah membebankan kenaikan tingkat upah kepada konsumen dengan menaikkan harga jual barang hasil produksi di pasar.

Kenaikan harga jual ini menurunkan jumlah permintaan masyarakat akan hasil produksi. Selanjutnya turunnya permintaan masyarakat terhadap hasil produksi menakibatkan penurunan dalam jumlah permintaan akan tenaga kerja. Semakin besar elastisitas permintaan terhadap barang hasil produksi semakin besar elastisitas permintaan akan tenaga kerja.

3. Proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi.

Elastisitas permintaan akan tenaga kerja relatif tinggi bila proporsi biaya pekerja terhadap biaya produksi keseluruhan juga besar.

4. Elastisitas persediaan dari faktor-faktor produksi pelengkap lainnya.

(7)

Elastisitas permintaan akan tenaga kerja tergantung dari elastisitas penyediaan dari bahan-bahan pelengkap dalam produksi seperti modal, tenaga listrik, bahan mentah dan lain-lain. Mesin digerakkan oleh tenaga kerja dan sumber-sumber serta bahan-bahan dikelola oleh manusia. Semakin banyak kapasitas dan jumlah mesin yang dioperasikan, semakin banyak tenaga yang diperlukan untuk itu.

2.1.2 Definisi Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam keseluruhan proses produksi baik barang-barang maupun jasa-jasa disamping faktor produksi modal, teknologi dan sumber daya alam. Tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan dan mengerakkan segala kegiatan, menggukan peralatan-peralatan maupun teknologi dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Definisi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batas umur. Tiap-tiap negara memberikan batasan yang berbeda. India menggunakan batasan umur 14 sampai 60 tahun. Jadi tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 14 sampai 60 tahun sedangkan orang yang berumur di bawah 14 tahun atau di atas 60 tahun digolongkan bukan sebagai tenaga kerja.

Amerika serikat mula-mula menggunakan batas umur minimum 14 tahun tanpa batas maksimum. Kemudian sejak 1967 batas umur dinaikkan menjadi 16 tahun. Jadi di Amerika Serikat, yang dinamakan tenaga kerja adalah penduduk berumur 16 tahun atau lebih sedangkan yang berumur 16 tahun mereka digolongkan bukan tenaga kerja.

Di Indonesia, semula dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih, penduduk yang berumur dibawah 10 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur

(8)

tersebut banyak penduduk yang berumur muda terutama di desa-desa sudah bekerja atau mencari pekerjaan.

Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila wajib belajar 9 tahun diterapkan maka anak-anak sampai dengan batas umur 14 tahun akan berada disekolah, sehingga jumlah penduduk yang bekerja dala batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikkan menjadi 15 tahun. Jadi tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih (Simanjuntak, 1998 : 2).

Indonesia tidak menganut batas umur maksimum hal ini disebabkan Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya sebahagian kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta.

Menurut Hasibuan (1987 :2 ) tenaga kerja adalah setiap orang yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan dan mampu bekerja serta memenuhi persyaratan peraturan perburuhan suatu negara.

Tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labour force) terdiri dari :

a. Golongan yang bekerja

b. Golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari : a. Golongan yang bersekolah

b. Golongan yang mengurus rumah tangga c. Golongan lain-lain penerima pendapatan

2.1.3 Definisi Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan (Barthos 1993 : 17).

(9)

Pengertian secara umum menurut perumusan Badan Pusat Statistik disebutkan :

”angkatan kerja adalah penduduk usia kerja ( 15 tahun dan lebih ) yang bekerja atau punya pekerjaan sementara tidak bekerja dan atau mencari pekerjaan. Mereka adalah penduduk dengan kegiatan bekerja ( paling sedikit 1 jam dalam seminggu yang lalu), punya pekerjaan. Dan mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lain-lain seperti pensiunan, cact jasmani dan sebagainya tidak dihitung sebagai angkatan kerja”

(BPS,199 : 7).

Berdasarkan definisi diatas maka yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas, baik golongan yang bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan (golongan yang menganggur), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Angkatan Kerja = Pekerja +Penganggur

Angkatan kerja (labour force) merupakan jumlah bekerja dan pencari kerja, jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau demand dalam masyarakat. Permintann tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah.

Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penawaran dan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Seseorang dalanm pasar kerja berarti dia menawarkan jasanya untuk produksi, apakah dia sedang bekerja atau mencari pekerjaan. Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan pensawaran dan permintaan tersebut. Selanjutnya, besarnya penawaran dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah.

(10)

Wi

Dala ekonomi neoklasik diasumsikan bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Ini dilukiskan oleh garis SS pada gambar 1. sebaliknya permintaan terhadap tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan garis DD pada gambar 1.

Gambar 1

Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap mengenai pasar kerja, maka teori Neoklasik beranggapan bahwa jumlah penawaran tenaga kerja selalu sama dengan permintaannya. Ini ditandai dengan titik keseimbangan ( titik E ), dimana penawaran dan permintaan tenaga kerja adalah sama, sehingga tidak ada pengangguran.

Dalam kenyataannya, titik keseimbangan itu tidak aka pernah tercapai, karena informasi memang tidak pernah sempurna dan hambatan-hambatan institusional selalu ada. Karena itu tingkat upah yang berlaku (Wi) pada umumnya lebih besar dari pada upah keseimbangan (We). Pada tingkat upah Wi, jumlah penawaran tenaga kerja adalah sebesar Ls, sedangkan permintaannya adalah sebesar Ld, selisih antara Ls dan Ld merupakan jumlah penganggur.

2.1.4 Definisi Pengangguran

Setiap negara dapat memberikan pengertian yang berbeda mengenai definisi menganggur, dan definisi itu dapat berubah menurut waktu. Dalam sensus penduduk 1971, penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

0 S

Le Ld

D

We E

D

Ls Tingkat Upah S

Tenaga Kerja, Penempatan, Pengangguran

(11)

Paul M. Horvits (Hasibuan, 1987 : 4) menyatakan bahwa pengangguran bukan saja merupakan masalah pribadi (mikro), tetapi lebih akan lebih menyangkut masalah makro (aggregate) yang tidak saja akan merupakan pemborosan sumber daya manusia potensial, tetapi juga menghambat laju pertumbuhan atau kemajuan nasional, yang pada taraf terakhir juga akan menciptakan kerawanan terhadap ketahanan nasional.

Menurut bentuknya pengangguran itu dapat dikelompokkan :

a. Pengangguran terbuka : baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).

b. Setengah menganggur (under-employment) yaitu mereka yang bekerjalamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang bisa mereka kerjakan.

c. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh, yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, diantaranya :

Pengangguran tak kentara (disguised un-employment)

Pengangguran tersembunyi (hidden un-employment)

 Pensiun lebih awal

d. Tenaga kerja yang lemah (impaired), yaitu mereka yang mungkin bekerja ”full time” tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.

e. Tenaga kerja yang tidak produktif, yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif, tetapi karena sumber daya penolong kurang menadai maka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.

Menurut sebab terjadinya, penganguran dapat digolongkan kepada tiga jenis yaitu :

a. Pengangguran Friksional

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada.

(12)

Kesulitan temporer dapat berbentuk sekedar waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi atau karena faktor jarak atau kurangnya informasi.

b. Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural terjadi karena perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan ketrampilan tersebut.

c. Pengangguran Musiman

Pengangguran musiman terjadi karena pergantian musim. Di luar musim panen dan turun kesawah banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka sekedar hanya menunggu musim panen baru.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data diperoleh dari berbagai publikasi terutama kantor-kantor yang ada kaitannya dengan penelitian ini (BPS, Disperindag, Depnaker) dan penerbitan lainnya.

3.2 Definisi Operasional Variabel

(13)

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kesempatan kerja adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja pada sektor industri dan pertanian.

b. Laju pertumbuhan kesempatan kerja, yaitu laju pertumbuhan kesempatan kerja di sektor industri ( non-migas) dan laju pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian. Laju pertumbuhan kesempatan kerja itu dilihat dari tahun 1997 sampai tahun 2003.

c. Laju pertumbuhan PDRB dari tahun 1997-2003, yaitu laju pertumbuhan PDRB sektor industri (non-migas) dan sektor pertanianberdasarkan harga konstan 1997.

d. Elastisitas kesempatan kerja, yaitu hasil dari perbandingan atau rasio antara laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan PDRB yang diciptaka dikedua sektor tersebut.

e. Sektor industri meliputi industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga.

f. Sektor pertanian meliputi tanaman bahan makanan, tanaman, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan.

3.3 Model Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul untuk melihat elastisitas kesempatan kerja pada sektor pertanian dan industri di Kabupaten Aceh Utara digunakan rumus elastisitas kesempatan kerja (Simanjuntak, 1998 : 97) sebagai berikut :

i i

i i i





/

/

Dimana :

Ei = Elastisitas kesempatan kerja sector i

Yi = Output (PDRB) sektor i dalam jutaan rupiah

(14)

Ni = Jumlah kesempatan kerja i

Yi = Laju PDRB disektor i

Ni = Laju kesempatan kerja di sektor i

Ni/Ni = Pertumbuhan Ni

Yi/Yi = Pertumbuhan Yi I = Masing-masing sektor.

BAB IV PERSONALIA PENELITIAN 1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Muhammad Abrar

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 132 313 539

d. Disiplin Ilmu : Ekonomi Pembangunan e. Pangkat/Golongan : Penata Muda / III/a f. Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten Ahli

g. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/ Studi Pembangunan h. Waktu Penelitian : 6 bulan

2. Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap : Putri Bintusy Syathi

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIP : 132 303 335

d. Disiplin Ilmu : Ekonomi Pembangunan e. Pangkat/Golongan : Penata Muda / III/a f. Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten Ahli

g. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/ Studi Pembangunan h. Waktu Penelitian : 6 bulan

BAB VIII PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

No Uraian Unit Harga/Unit Waktu Jumlah

1 Bahan dan Peralatan Penelitian

a. Bahan penetapan desain rencana jadwal

kerja 1 250.000 250.000

b. Flashdisk 2 250.000 500.000

c. Pengetikan 1 350.000 350.000

d. Pengiriman dan surat menyurat 1 125.000 125.000

e. Kertas HVS 3 rem 3 25.000 75.000

f. CDRW 5 15.000 75.000

(15)

g Ball point 1 25.000 25.000

h Tinta printer 4 25.000 100.000

Sub-Total 1.500.000

2 Perjalanan

a. Transportasi local 2 100.000 20 4.000.000

Sub-Total 4.000.000

3 Laporan Penelitian

a. Penggandaan/foto copy 10 25.000 250.000

b. Pencetakan/penjilitan 10 15.000 150.000

Sub-Total 400.000

4 Seminar

a. Konsumsi 20 10.000 1 200.000

b. Biaya Penyelenggaraan 1 150.000 1 150.000

Sub-Total 350.000

5 Biaya lain-lain

a. Editing, tabulasi data 1 250.000 1 250.000

c. Analisa data (diskusi) 1 1.000.000 1 1.000.000

Sub-Total 1.250.000

Total 7.500.000

Terbilang : Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah

Referensi

Dokumen terkait

45 Hailey menyatakan bahwa “ globalisasi merupakan konsep penting dalam mengamati sistem yang kompleks dalam masyarakat, karena konsepnya yang. memadai, maka

(2000) menyatakan bahwa keasaman susu baik yang dihasilkan oleh biakan bakteri starter maupun dengan pengasaman langsung terbukti mempengaruhi aktivitas protease dalam

Hal ini yang membuat peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh kepuasan komunikasi terhadap motivasi kerja karyawan BPR khususnya wilayah Bogor, yaitu pada PD BPR Bank Pasar Bogor,

Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Diskusi Kelompok Pada Sisa Kelas VII F SMP 1 Jati Kudus.. Skripsi tidak

-Bekerja pada hakekatnya sama dengan bermain -pada dasarnya orang tidak berpembawaan malas -Mengendalikan diri sendiri untuk mencapai tujuan -Orang yang memiliki potensi,

Asuhan kebidanan berkelanjutan adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan.Tujuan asuhan komprehensif yang

Banyak sekali pihak-pihak yang telah banyak membantu sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan membantu penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif, dapat disimpulkan bahwa Variabel Kepemimpinan Transformasional berada pada kriteria cenderung baik, sebanyak