• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis semiotika pesan moral dalam film

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis semiotika pesan moral dalam film"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM FILM

“DUA GARIS BIRU”

NABILA GINANTI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD ALBANJARI BANJARMASIN

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

NABILA GINANTI, NPM. 16110046 “ANALISIS SEMIOTIKA PESASAN MORAL DALAM FILM DUA GARIS BIRU”. Bimbingan Dr.Murdiansyah Herman, S.Sos.,M.AP sebagai pembimbing utama dan M.Agus Humaidi, M.I.Kom sebagai Co pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang penyampaian mengenai keresahan serta hal tabu yang masih terjadi di lingkungan masyarakat. Film ini memberikan pelajaran penting mengenai edukasi seksual kepada anak usia remaja. Film ini juga membantu orang tua di rumah untuk memberikan pelajaran mengenai edukasi seksual yang mana terkadang orang tua di rumah malu untuk berbicara sehingga cenderung menyembunyikan pelajaran edukasi seksual kepada anak.

Metode kualitatif dengan menggunakan teknik analisis konten. Analisis konten adalah penelitian bersifat pada pembahasan mendalam terhadap isi informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis yaitu Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, adalah mencatat lambang atau pesa secara sistematis, kemudian penelitian ini menggunakan model Roland Barthez, yang berfokus pada gagasan tentang gagasan signifikasi dua tahap.

Hasil penelitian menunjukkan skema dalam film adalah membahas mengenai cerita dari dalam setiap scene hingga akhir. Pada struktur mikro akan dijumpai pemakaian kata-kata yang menunjuk dan memperkuat pesan dalam film. Makna tematik dari dalam film didukung oleh kata, kalimat, dan visusal gambar yang dipakai oleh sutradara. Analisis gambar, yang terdapat dalan film adalah kognisi sosial yang ditampilkan dalam cerita yaitu hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial. Dalam konteks sosial, inti dari analisis ini adalah bagaimana makna dari film dapat dihayati. Pesan yang ditonjolkan adalah pesan moral, pendidikan, kehidupan sosial, dan keluarga.

Kata kunci: film, analisis konten, semiotika, pesan moral

(2)

ABSTRACT

NABILA GINANTI, NPM. 16110046 "SEMIOTIC ANALYSIS OF MORAL ORDER IN A BLUE TWO LINE FILM". Guidance Dr. Murdiansyah Herman, S.Sos., M.AP as the main mentor and M.Agus Humaidi, M.I.Kom as Co supervisor.

The purpose of this study was to determine the description of the dissemination of unrest and taboos that still occur in the community. This film provides important lessons about sexual education for teenagers. This film also helps parents at home to provide lessons about sexual education where sometimes parents are shy at home to talk so they tend to hide sexual education lessons from children.

Qualitative methods using content analysis techniques. Content analysis is research that is in- depth discussion of the content of written or printed information in the mass media. The pioneer of analysis was Harold D. Lasswell, who pioneered the symbol coding technique, which is to record symbols or messages systematically, then this research uses the Roland Barthez model, which focuses on the idea of the idea of two-stage significance.

The results showed that the scheme in the film is to discuss the story from within each scene to the end. In the micro structure, you will find the use of words that designate and reinforce the message in the film. The thematic meaning of the film is supported by the words, sentences, and visual images used by the director. Image analysis, which is contained in the film is social cognition that is displayed in the story, namely the relationship between humans and other humans in the social environment. In the social context, the essence of this analysis is how the meaning of the film can be lived in. The messages that are highlighted are moral, education, social life, and family messages.

Keywords: film, content analysis, semiotics, moral message

(3)

PENDAHULUAN

Film merupakan media massa yang sangat begitu populer. Terlebih film juga media hiburan yang merupakan salah satu fungsi dari komunikasi, film memiliki tempat tersendiri bagi khayalak dibanding dengan media massa lainnya. Teknologi media massa dengan seiring berjalannya waktu semakin hari semakin berkembang dan sangat maju. Seseorang bisa mendapatkan informasi dari media apa saja yang bisa memudahkan penggunya untuk mendapatkan sumber informasi tersebut, media massa adalah media yang memberikan hiburan serta sebagai media fantasi untuk audience dapat memenuhi kebutuhan apa yang mereka inginkan. Menurut Ahmad Rohani penulis buku “Media Intruksional Edukatif”, media merupakan segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra manusia, yang berfungsi sebagai perantara, sarana atau alat untuk proses komunikasi. Media massa sendiri terbagi menjadi dua yaitu media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa dalam cakupan pengertian komunikasi massa adalah radio, surat kabar, majalah, televisi, dan film. Film dibedakan meurut sifatnya, terdiri dari jenis- jenis film antara lain: Film cerita (story film), film berita (newsreel), film documenter, dan film animasi (animation film). Salah satunya adalah film documenter pengertian film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan cerita dari sebuah kisah nyata atau fakta dalam film documenter tidak ada cerita fiktif yang dibuat-buat untuk mendramatisir dalam sepanjang adegan film.

Film sebagai karya seni lahir dari proses kreatifitas yang menuntut kebebasan berkreativitas (H. Hafied, 2008: 138).

Dalam pembuatan film memang tidak mudah dan tidak singkat seperti yang dilihat, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan sebuah gambar dan teknik pengambilan yang bagus.

Kebanyakan dari masyarakat kurang memperhatikan adanya pesan moral yang terdapat pada sebuah film sehingga masyarakat terkadang tidak paham dan kurang mengambil pesan moral yang ingin disampaikan dari sebuah film. Kebanyakan masyarakat lebih menikmati alur cerita, visual bahkan tentang keseruannya saja dari film tersebut sehingga sangat jarang bagi penenton untuk mengambil pesan moral serta pesan yang tersirat dalam film. Seperti halnya dalam film Dua Garis Biru yang salah satunya merupakan film yang pesan moralnya begitu banyak di sisipkan dalam film tersebut. Film ini mencoba mengangkat potret nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam dunia remaja yang jika salah langkah dapat membuat terjerumusnya seuatu hubungan yang tidak diingkan dan pada akhirnya dapat membuat penyesalan belaka. Dan dari film ini dapat membuka mata kita semua mengenai penting nya pendidikan seksual, psikologi remaja, komunikasi antar keluarga, serta pesan moral untuk remaja dan orang tua. Tanpa pemahaman yang benar film ini hanya akan menjadi film yang sekedar memberikan hiburan semata bagi masyarakat.

Jika dilihat lagi film ini dapat memberikan pemahaman serta gambaran untuk orang tua pentingnya komunikasi antar orang tua dengan anak, sehingga dengan adanya komunikasi antar orang tua dengan anak bisa memperekat hubungan antara orang tua dengan anak sehingga dengan ini orang tua dengan mudahnya bisa memberi pemahaman terhadap anak mereka mengenai pendidikan seksual, cara berbagi kasih sayang terhadap siapa saja, serta bisa melakukan kegiatan positif agar anak tidak merasa kesepian serta anak bisa mendapatkan perhatian atau kasih sayang hanya didapat dari kedua orang tuanya saja. Dengan latar belakang tersebutlah peneliti tertarik untuk

(4)

mengetahui makna serta pesan moral yang ingin di sampaikan didalam film Dua Garis Biru . Penting sekali untuk mengetahui apa saja makna yang bisa di ambil dari film Dua Garis Biru ini agar masyarakat bisa mengetahu dan mengerti film mana yang bisa dijadikan referensi serta pendidikan edukasi seksual untuk anak usia remaja.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Komunikasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi merupakan, pengiriman atau penerimaan berita atau pesan antara dua orang atau lebih;hubungan. Namun secara etimologis, komunikasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu cum, kata depan yang artinya dengan atau bersama dengan, dan kata units, kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam Bahasa inggris juga disebut communion, yang artinya kebersamaan, persamaan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan.

Karena untuk melakukan communio diperlukan usaha dan kerja. Kata communio dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu sama orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap, bertukar pikiran, berhubungan, dan berteman. Komunikasi berarti pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan (hardjana, 2003).

Dalam artian komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seorang pengirim pesan atau yang disebut komunikator yang disampaikan kepada penerima/sasaran yang disebut sebagai komunikan baik secara langsung maupun secara tidak langsung seperti melalui media

komunikasi. Beberapa definisi komunikasi :

Menurut tubbs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang tua atau lebih (2004:59).

Sedangkan menurut Efendy dalam buku ilmu komunikasi teori dan filsafat komunikasi merupakan:

Hakikat komunikasi yaitu proses yang pernyataannya antar manusia, pernyataan tersebut berupa pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan Bahasa sebagai alat penyalur (2003:28).

Manusia berkomunikasi membagi pengetahuan dan pengalaman yang penting. Bentuk umum dari komunikasi yaitu manusia termasuk berbahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, penyiaran. Melalui komunikasi, sikap yang perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh orang lain. Akan tetapi, komunikasi ini hanya akan efektif apabila pesan tersebut yang disampaikan bisa ditafsirkan dengan sipenerima pesan tersebut.

2. Komunikasi Massa

Para ahli komunikai massa berpendapat bahwa komunikasi massa adalah kegiatan komunikasi yang mengaruska unsur-unsur yang terlibat di dalamnya saling

mendukung dan bekerja sama, untuk terlaksananya kegiatan komunikasi massa ataupun komunikasi melalui media massa.

Komunikasi massa dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy dalama buku Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, yaitu:

“komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa, yang meliputi suear kabar, yang mempunyai sirkulasi yang luas, radio dan televise yang siarannya dipertunjukan di gedung-gedung bioskop” (Efenddy, 2000: 11).

(5)

Defnisi komunikasi massa yang paling umum adalah cara penyampaian pesan yang sama, kepada sejumlah besar orang, dan dalam waktu yang serempak melalui media massa. Komunikasi massa dapat juga melalui keseluruhan semua media massa ada, yaitu media yang cetak, media yang elektronik, serta media online. Tidak ada batasan media dalam pengguna komunikasi massa ini. Sebuah pesan yang dapat disampaikan kepada satu orang, akan dapat memiliki dampak berbeda apabila pesan tersebut disampaikan secara langsung kepada banyak orang yang disampaikan secara bersamaan. Selain manfaat waktu dan tenaga, komunikasi massa memilik dampak yang positif keuntungan yang cukup besar lainnya.

Komunikasi massa yang merupakan jenis kekuatan sosial yang dapat menggerakan serta mengarahkan semua masyarakatnya dan organisasinya kemedia untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi massa mampu menyebarkan pesan secara publik secara hampir bersamaan bahkan hanya dalam satu kali penyampaian informasi.

Komunikasi massa sangat terbatas pada proses penyebaran pesan yang melalui media massa, yaitu surat kabar, radio, televisi, film, majalah, dan buku,tidak mencakup proses komunikasi tatap muka (face to face communication) yang tidak kurang pentingnya, terutama dalam kehidupan organisasi tersebut.

3. Pengertian Film

Film merupakan media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul disuatu tempat (Efenddy, 1998 : 134). Film adalah gambar yang hidup biasa disebut dengan movie. Film, secara kolektif sering disebut dengan sinema. Sinema sendiri bersumber dari kata

kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan cairan-cairan selulosa atau yang biasa dikenal di dunia para sineas sebagai seluloid.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011 : 125) film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop); yang kedua film tersebut diartikan sebagai lakon (cerita) gambar. Sedangkan Definisi film pasal 1 ayat (1) UU Nomor 33 tahun 2009.

Film memiliki definisi yang sebagai karya seni budaya yang merupakan pranata bagi sosial dan media massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi atau tanpa suara dan dapat dipertunjukan. Film termasuk kedalam media massa elektroknik yang penyampaiannya melalui visual, gerak, dan suara maka dari situ para penonton atau masyarakat bisa menerima apa yang ingin disampaikan dari sebuah film tersebut. Film memiliki daya pikat yang dapat memuaskan para penontonnya sehingga film menjadi media massa yang sangat berpengaruh terutama bagi warga perkotaan karena secara audio visual film memberikan format yang menarik dari segi adegan yang terasa hidup dan juga kombinasi antara suara, tata warna, costum, panorama, dan tata pengambilan gambar sehingga membuat audience tidak bosan maka dari itu film sangat mudah memikat hati masyarakat untuk menikmati apa yang akan disuguhkan dari sebuah film.

Film juga ampuh untuk menarik perhatian massa untuk menjadi target pasaran mereka karena film mampu membuat para penonton masuk kedalam khayalan dan cerita yang terdapat didalam film tersebut, sehingga seakan-akan penonton juga ikut merasakan, apa yang diceritakan didalam film tersebut.

Pesan Film pada komunikasi massa untuk

(6)

para penontonnya juga bermacam-macam tergantung dari misi film tesebut apa yang ingin disampaikan, namun film bukan saja mengenai hiburan semata akan tetapi film juga dapat memberikan atau menyampaikan berbagai pesan seperti mengenai pendidikan, hiburan, dan informasi. Danesi menjelaskan film didalam bukunya yang berjudul semiotika Media sebagai berikut:

Pada tingkatan penanda, filmnya merupakan sebuah teks yang membuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak, tindakan didalam kehidupan nyata.

Sedangkan dalam tingkat pertanda, film merupakan cermin kehidupan seorang metaforis (2010 : 134).

Pengertian ini menjelaskan bahwa topik yang dapat diangkat dalam sebuah film yaitu dapat dijadikan pokok pembahasan semiotika media karena didalam jenis film terdapat system signifikasi yang ditanggapi kebanyakan orang masa kini dan melalui film mereka mencari hiburan, inspirasi dan wawasan pada tingkat interpretant.

4. Unsur Film 1. Unsur naratif

Unsur naratif yaitu sebuah film memiliki hubungann dengan aspek cerita atau tema film, karena berupa tema cerita pasti memiliki unsur-unsur, seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, dan lainnya.

2. Unsur sinematik

Unsusr sinematik adalah aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film, yaitu:

Mise-en-scene: setting atau latar, tata cahaya, kostum, dan make up, serta acting dan pergerakan pemain.

 Sinematografi, perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil.

 Editing, transisi sebuah gambar (shot) ke gambar

 Suara, segala hal dalam film yang mampu ditangkap indera pendengaran.

Kedua unsur tersebutlah yang saling berinteraksi dan berkesinambungan satu dengan yang lain untuk membentuk sebuah film.

5. Semiotika Roland Barthez

Teori Roland Barthez (1915-1980), dalam teorinya barthez mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari Bahasa latin connotare yang berarti

“manjadi makna” dan mengarah pada tanda- tanda kultural yang terpisah atau mebedakannya dengan kata (bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan yang berhubungan dengan emosional.

Teori Roland Barthez (1915-1980), dalam teorinya barthez mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari Bahasa latin connotare yang berarti

“manjadi makna” dan mengarah pada tanda- tanda kultural yang terpisah atau mebedakannya dengan kata (bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan yang berhubungan dengan emosional.

Roland Barthenz, semiotikus yang terkemuka di prancis dalam bukunya Mythologies (1972) memaparkan sebuah konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian kehidupan orang prancis, seperti steak dan frites, detejen, mobil ciotron dan gulat. Menurtunya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang

“apa yang terjadi tanpa mengatakan” dan menunjukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas lagi basis idiologinya.

Roland Barthenz melihat aspek yang lain dari penanadaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut

(7)

Barthenz terletak pada tingkatan kediua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign, signifier, signified tand tersebut menjadi penanda baru yang kemudia memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, makna-makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

Barthez mengembangkan teori semiotika menjadi dua tingkatan petandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi memiliki pengertian hubungan antara penanda dan petanda terhadap realitas dengan makna yang spontan atau eksplisit. Sedangkan konotasi hubungan penanda dan petanda yang berkolerasi terhadap berbagai macam hal yangkemudian makna bersifat implisit.

Dua tingkatan tersebutlah yang dikenal dengan order of signification. Pemaknaan pertama yang melihat pada aspek relasi tanda dengan realitas yang disebut denotasi. Dan pemaknaan kedua melihat pada pengalaman personal dan kultural dalam proses pemaknaan.

6. Pengertian Pesan

Pesan menjelaskan arti baik dan buruk.

Menerangkan apa yang harus dilakukan oleh manusia kepada manusia yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus ditujukan dalam perbuatannya. Maka dari itu ajaran pesan moral mengikuti pandangan yang ditentang nilai dan norma yang didapati antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral yaitu kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral adalah bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Dalam suatu kegiatan komunikasi, pesan merupakan isi yang disampaikan pleh komunikator,atau juga keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator terhadap komunikannya.

Pesan dapat disampaikan secara langsung

dengan lisan atau tatap muka, bisa juga dengan menggunakan media atau saluran.

7. Pengertian pesan moral

Pesan moral adalah pesan yang mengenai sebuah kalimat-kalimat, lisan serta tulisan, tentang bagaimana manusia tersebut harus bisa hidup dan bertindak, agar mereka menjadi manusia yang bisa baik. Sumber ajaran langsung moral adalah berbagai orang dalam kedudukan berwenang, seperti orang tua, guru, para pemuka masyarakat, serta orang yang lebih dewasa dan lebih bijak.

Dalam Bahasa arti moral berasal dari Bahasa Latin, mores adalah jamak dari kata yang mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia bisa dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan selanjutnya moral menurut istilah adalah suatu istilahnya yaitu digunakan untuk menentukan dan dibatas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk.

METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik analisis konten. Analisis konten adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik simbol coding, adalah yang mencatat lambang dan pesa secara sistematis, kemudian penelitian ini menggunakan model Roland Barthez, yang berfokus pada gagasan tentang gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang berarti signifikan tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signified (petanda)

(8)

did dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthez menyebutnya sebgai denotasi, yaitu makna yang paling nyata dan tanda.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach) yang mana penelitian tersebut pengumpulannya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literature. Data dan informasi diperoleh dengan bantuan berbagia macam data kepustakaan berupa buku, majalah, jurnal, dan beberpa tulisan lain yang memiliki berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Subjek dari penelitian ini adalah film dari Dua Garis Biru.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Banjarbaru CITRA PALAM PERMAI RT/RW 43/006 KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS KECAMATAN LANDASAN ULIN.

4. Sumber Data

Data pada dasarnya adalah bahan mentah yang dikumpulkan peneliti dari ilmu yang dipelajari. Data difahami melalui alur peristiwa secara kronologis, narasi, serta dialog yang dituangkan oleh Gina S. Noer kedalam film “Dua Garis Biru” yang ditayangkan pada tahun 2019. Adapun sumber data yang ada dalam penelitian, menggunakan sumber yaitu data sekunder.

5. Pengumpulan Data

Teknik ini menggunakan analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik analisis konten yang mana dengan tujuan untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis keseluruhan dalam sebuah scene yang terdapat dalam sebuah film berjudu “Dua Garis Biru” untuk mengetahui dan memahami pesan-pesan

moral. Dalam penerapannya, setiap pesan moral baik yang tampak maupun yang tesembunyi yang terdapat pada sebuah film berjudul “Dua Garis Biru” lalu di masukan kedalam kategori yang telah ditetapkan ke dalam lembar kerja lalu data tersebut dianalisis.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menyajikan analisis konten yang mana digunakan untuk memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan data yang telah terkumpul dalam film “Dua Garis Biru”.

Dengan digunakan peneliti guied dalam membuat kesimpulan tentang masing- masing kategori pesan moral yang terdapat dalam film “Dua Garis Biru” karya Gina S.

Noer. Data yang dikumpulkan juga dalam penelitian ini berupa dokumentasi langsung dari film Dua Garis Biru. Teknik ini yakni dengan menonton dan mengamati film yang telah dipilih sesuai kategori. Selanjutnya peneliti akan melakukan dokumentasi dengan mengcapture (memotong) beberapa adegan. Teknik pengambilan sample yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa non-probalitas sampling, yaitu memilih sample dengan berdasarkan pada pertimbangan –pertimbangan tertentu.

Dalam penilitian ini memilih sample dengan pertimbangan film tersebut membahas tentang bagaimana pesan moral dasar yang ingin di sampaikan dari film tersebut.

Peneliti juga menggunakan analisis isi kualitatif untuk menganalisis data yakni dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti. penelitian kualitatif dipergunakan untuk menemukan atau mengembangkan teori yang sudah ada, data yang digunakan dalam penelitian kualitatif biasanya berupa observasi atau analisa secara langsung maupun tidak langsung.

(9)

6. Devinisi Operasional Variabel

Analisis : Analisis merupakan suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen

Konten : Konten merupakan jawaban yang menyangkut terhadap pertanyaan. Konten sangat berperan dalam mengombinasikan pengetahuan explisit dan tacit dalam sebuah proses konten.

Sinematik : Sinematik merupakan mengambil gambar yang sesuai dengan kaidah film untuk bioskop.

7. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan data. Untuk menganalisis pesan moral dalam fim dua garis biru peneliti menganalisis menggunakan analisis koten.

peneliti meninjau pesan moral yang terdapat dalam film dua garis biru, dijabarka sebagai berikut:

1.Menganalisis dialog antara pemain 2.Menfsirkan konotasi dan denotasi

3.Menafsirkan yang sesuai dengan semiotika.

PEMBAHASAN

Untuk menjelaskan identifikasi masalah, maka diambil scene serta waktu dan durasinya yang memiliki pesan terkait pesan moral serta edukasi seksual yang tersirat didalam film Dua Garis Biru dengan menggunakan analisis teori semiotika Roland Barthenz dengan teknik denotasi dan konotasi.

Scene 1: menit 04:15-05:28

Pada scene ini dibuka dengan suara sunda gurau dan tawa dari Dara&Bima yang sangat gembira. Dengan dukungan music dari angsa&serigala music ini menggabarkan seolah-olah anak muda yang sedang dimabuk kasmaran. Tidak lama kemudian di menit selanjutnya semua berubah begitu saja ketika mereka masuk kedalam kamar dan melakukan hal yang diluar batas.

Scene 2: 07:15 - 08:27

Kepulan uap hangat dari kerang yang telah dimasak baru saja di angkat dari rebusan.

Cangkang-cangkang kerang itu setengah terbuka tanda kerang sudah matang. Terlihat disana mereka tampak senang dan saat si pelayan mengantarkan kerang yang telah dimasak. Terlihat juga ondel-ondel yang masuk kedalam rumah makan tersebut akan tetapi ondel-ondel tersebut diusir para pelayan rumah makan tersebut.

Scene 3 : menit 34:15 – 39:48

Pada saat bagian scene ini dara masuk kedalam toilet yang ada di dalam kamar untuk tes menggunakan test pack kehamilan.

Pada saat itu wajah dara menyimpan sejuta rasa kegundahan dan ketakutan. Bima menunggu Dara di luar toilet dengan keadaan was-was, untuk menghilangkan rasa kegelisahannya Bima mencoba melihat-lihat benda yang berada di dalam kamar.

Scene 4 : menit 34:15 – 39:48

Dimenit ini dara yang awalnya berada di lapangan sedang pelajaran olahraga saat itu tidak sengaja terkena bola oleh salah satu murid yang sedang bermain bola basket dan akibatnya kepala dara terkena bola sehingga membuat perutnya kontraksi. Saat disini lah titik persembunyian mereka terbongkar. Tak

(10)

lama Dara dibawa ke ruangan UKS digotong oleh teman-temannya.

scene 5: menit 1:08:08 – 1:16:45

Pada scane bima dituntut untuk kerja karena dia telah menjadi seorang ayah maka dari itu dia harus bekerja untuk menjadi seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Bima bekerja di rumah makan milik ayah dara dia bekerja setiap hari setelah pulang sekolah.

scene 6: menit 1:08:08 -1:16:15

Malam slepas pulang kerja Bima yang duduk di ujung tempat tidur asik sambil main game, sedangkan Dara sedang membuka raport Bima yang nilainya hampir semuanya merah. Dara sangat marah dan kecewa, Dara sangat was-was Bima bisa tidak akan lulus masuk kuliah. Di situ mereka adu mulut dan akhirnya mereka berkelahi.

Scene 7: menit 1:16:57 & 1:34:27

Setelah pertikaian dan perkelahian antara Dara & Bima mereka berpisah untuk beberapa hari. Bima kembali kepada orang tua nya dan pulang kerumahnya sedangkan Dara menetap di rumah nya sendiri.

KESIMPULAN

Setelah mengamati dan menganalisa bab sebelumnya. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Makna dari pesan moral yang dapat diambil dari sebuah film Dua Garis Biru karya Gina S.Noer adalah meskipun status keluarga dimata masyarakat bai-baik saja belum tentu keluarga tersebut sedang dalam keadaan baik seperti yang di gambarkan oleh keluarga Dara. Demikian keluarga Bima meskipun status sosial tersebut tidak berarti anak-anaknya terjerumus kedalam suatu hal yang buruk. Pendekatan orang tua dengan anak sangatlah berpengaruh dengan sikap

serta sifat anak. Komunikasi yang sangat jarang dengan anak, tidak adanya keterbukaan antara anak dan orang tua mengenai seksual alah satunya sehingga dari situlah membuat canggung untuk bercerita atau memberikan edukasi seksual. Padahal edukasi seksual merupakan pelajaran yang sangat penting bagi anak usia remaja karena, usia remaja merupakan usia yang harus diperhatikan betul-betul dimana di usia ini mereka masih labil dan pikiran mereka belum benar-benar matang. Disinilah pentingnya orang tua perbanyak berkomunikasi dengan anak ataupun hanya sekedar berbincang mengenai reproduksi.

2. Makna denotasi yang didapat memberikan serta membimbing anak mengenai edukasi seksual sangatlah penting karena mengingat hal ini sangat tabu untuk dibicarakan dimana orang tua dirumah.

Mereka selalu berpendapat anak-anak belum saatnya mendapatkan pendidikan edukasi seksual.

3. Makna konotasi yang dapat diambil adalah yang ingin disampaikan sutradara terlihat bahwa didalam sebuah keluarga, dan sekolah dapat memberi edukasi seksual kepada anak.

SARAN

Saran yang disampaikan untuk film Dua Garis Biru:

1. Make up pemain pada Bima seharusnya make up yang dipakai Bima tidak perlu warna coklat karena waktu disorot kamera,cahaya, serta editing warna kulit Bima selalu berbeda-beda dan akhirnya tidak konsisten.

2. Sisi perjuangan dari seorang Bima yang terlalu mudah tidak seperti yang dibayangkan. Harusnya digambarkan betapa sulit dan susahnya mendapatkan pekerjaan tan ijazah SMA ataupun S1.

(11)

3. Dalam film ini selalu memberikan konflik yang tidak pernah diselesaikan hingga konflik itu tidak muncul lagi. Konflik selalu muncul namun tidak pernah terselesaikan dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Albarikah, Rizkiyah Kiki. 2017. Pesan moral dalam film (analisis isi kualitatif pesan moral dalam film trash). Fakultas Komunikasi Dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ramadhani, Kusuma Rizky Ayu Dyah.

2018. Emosi Dasar Dalam Film ( studi analisa semiotika dalam film “inside out”).

Fakultas Komunikasi Dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Berger, J. Roland. 2016. Disability and qualitative inqury. University Of Wisconsen- Whittewater, USA.

Thummy, Arackal Francis, 2019. Semiotic Analysis of Media Content. USA: GRIN Verlag.

Mitry, Jean. 2000. Semiotics and the Analysis of Film. Indiana University Press.

https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/155 87

https://republika.co.id/berita/pv3ce3349/fil m-seks-edukasi-solusi-untuk-generasi https://www.idntimes.com/hype/entertainme nt/masti-fatchiyah-maharani/menilik-tiap- detail-dalam-film-dua-garis-biru-c1c2/full

Referensi