ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES DALAM FILM SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 1
(Studi Semiotika Representasi Makna Poligami Dalam Film Surga Yang Tak Dirindukan 1)
Tamara Debrina Aji Putri
Universitas BSI Bandung, [email protected]
ABSTRAK
Poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau menikahi beberapa lawan jenisnya dalam waktu bersamaan. Di Indonesia sendiri poligami masih menjadi tabuh untuk di bicarakan, namun beberapa film maker justru menganggap poligami menjadi suatu tema yang menarik untuk di angkat sebagai karya audio visual. Salah satunya adalah Surga yang tak di rindukan 1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi makna adil dalam berpoligami pada film surga yang tak di rindukan 1 berdasarkan tanda - tanda visual yang muncul dalam film. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Subjek penelitian ini adalah film surga yang tak di rindukan 1 dengan durasi satu jam lima puluh delapan menit. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes berupa signifikasi dua tahap denotasi dan konotasi, serta tambahan tahapan mitos. Hasil penelitian ini menemukan bahwa film surga yang tak di rindukan 1 memiliki makna dimana mustahil seorang berpoligami untuk berlaku adil walaupun sudah berusaha sebisa mungkin.
Kata Kunci : Semiotika, Roland Barthes, Adil Berpoligami
ABSTRACT
Polygamy is a marriage system in which one party owns or marries several members of the opposite sex at the same time. In Indonesia, polygamy is still a taboo to talk about, but some film makers actually consider polygamy to be an interesting theme to be adopted as an audio visual work. One of them is Heaven that is not missed 1. The purpose of this study is to find out the representation of the meaning of fairness in polygamy in heaven films that are not missed 1 based on visual signs that appear in the film. This study uses qualitative research methods with constructivist paradigms. The subject of this study is heaven film that is not missed 1 with a duration of one hour and fifty-eight minutes. This study uses Roland Barthes's semiotic analysis in the form of two-stage denotation and connotation significance, as well as additional stages of myth. The results of this study found that heaven film which is not missed 1 has a meaning where it is impossible for a polygamy to be fair even though he has tried his best.
Keywords: Semiotics, Roland Barthes, Fair Polygamy
PENDAHULUAN
Poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau menikahi beberapa lawan jenisnya dalam waktu bersamaan. Poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri. Hal ini berlawanan dengan praktik monogami yang hanya memiliki satu suami atau istri. Seorang laki-laki menikah dengan banyak laki-laki kemungkinan pertama disebut poligyni dan kemungkinan kedua disebut poliandry.
Hanya saja pengertian tersebut mengalami pergeseran sehingga poligami dipakai untuk makna laki- laki yang mempunyai istri lebih dari satu, sedangkan poligyni dan poliandry tidak lazim dipakai.
Menurut para ahli sejarah poligami mula-mula dilakukan oleh raja-raja pembesar Negara dan orang-orang kaya. Mereka mengambil beberapa wanita, ada yang dinikahi dan ada pula yang hanya dipergunakan untuk melampiaskan hawa nafsunya akibat perang, dan banyak anak gadis yang diperjual belikan, diambil sebagai pelayan kemudian dijadikan gundik dan sebagainya, makin kaya seseorang, makin tinggi kedudukannya, makin banyak pula mengumpulkan wanita.
Dengan demikian poligami adalah sisa-sisa peninggalan pada zaman perbudakan yang mana hal ini sudah ada dan jauh sebelum masehi.
Poligami adalah salah satu bentuk masalah yang dilontarkan oleh orang-orang yang memfitnah Islam dan seolah-olah memperlihatkan semangat pembelaan terhadap hak- hak perepmpuan. Poligami merupakan tema besar bagi mereka,
bahwa kondisi perempuan dalam masyarakat Islam sangat memperihatinkan dan dalam hal kesulitan, karena tidak adanya persamaan antara laki-laki dan perempuan. Dikemukakan oleh banyak penulis, bahwa poligami berasal dari bahasa Yunani, kata ini merupakan penggalan kata Poli atau Polus yang berarti banyak, dan kata Gamein atau Gomus yang berarti kawin atau perkawinan maka jika kata tersebut digabungkan akan berarti kata tersebut menjadi sah untuk mengatakan bahwa arti poligami adalah perkawinan banyak dan bisa jadi dalam jumlah yang tidak terbatas.
Dalam Islam, poligami mempunyai arti perkawinan yang lebih dari satu dengan batasan.
Umumnya hanya sampai empat wanita saja, dalam hukum Islam, poligami dipandang sebagai proses kepemimpinan laki-laki atau suami dalam rumah tangganya. Seorang suami pelaku poligami jika tidak mampu melaksanakan prinsip keadilan dalam rumah tangga, ia tidak mungkin dapat melaksanakan keadilan jika menajdi pemimpin dalam masyarakat, sebagaimana jika seorang suami sewenang-wenang kepada istri-istrinya, sebagai pemimpin akan berbuat kezhaliman pada rakyatnya. Suami harus dapat berlaku adil dalam hal makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan dalam hal giliran. Seorang suami tidak boleh sewenang-wenang atau berbuat zhalim karena sesungguhnya Allah melarang yang demikian. Adil bukan berarti semuanya harus sama, sebab tidak mungkin ada manusia yang mampu adil dalam masalah cinta dan bersetubuh. “Barangsiapa memiliki dua istri, kemudian ia lebih condong kepada salah satu dari
keduanya. Maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan pundaknya miring sebelah” (HR.
Abu Dawud, at-Tarmizi, Ahmad, An-Nasa-i).
Berkaitan degan dasar hukum poligami, dalam Islam adalah sebagai berikut :
٣
Surat An-Nisa ayat 3 :
3. dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak- hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Salah satu faktor yang sering menjadi alasan di masyarakat sebagai dasar poligami adalah agama, terutama agama Islam. Telah sering diutarakan risalah kehidupan nabi Muhammad SAW dan surat An- Nisa ayat tiga menjadi dalih bahwa poligami diperbolehkan dan dianjurkan atau dianggap sunnah untuk dilakukan dalam kehidupan masyarakat muslim, di Indonesia apabila ada seorang suami entah itu muslim ataupun non muslim, ingin mengajukan pernikahan poligami, harus mendapatkan izin dari istri pertamanya serta perlu memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan melalui persetujuan pengadilan agama.
Melaksanakan poligami tidak selalu berakhir indah. Data rekapitulasi perceraian yang diproses pengadilan agama dan dicatat oleh Komnas Anti Kekerasan terhadap Perempuan menyatakan padatahun 2015 ada sekiranya 252.857 cerai gugat dan cerai talak. Diantara sekian banyak alasan yang terungkap, ada 7.476 kasus perceraian akibat poligami yang tidak sehat. Persentase kasus ini sebesar 2,5 persen dari keseluruhan faktor-faktor penyebab perceraian.
Di Indonesia sendiri poligami menjadi salah satu hal yang masih tabu dan menarik untuk menjadi suatu bahan pembahasan di kalangan masyarakat Indonesia. Sehingga mulai banyak para produsen film yang menuangkan kisah-kisah poligami kedalam sebuah karya audio visual. Film dinilai dapat menjadi alat media massa yang efektif dengan menampilkan berbagai tayangan-tayangan yang penuh informasi, menghibur dan mendidik. Kemampuan film yang dapat menyebarkan pesan ke banyak khalayak di berbagai tempat, membuat film menjadi salah satu sumber kekuatan komunikasi.
Film akan terus menarik sejumlah besar pemirsa, karena alasan sederhana bahwa film itu mudah diproses. Novel membutuhkan waktu banyak untuk dibaca, sedangkan film dapat segera ditonton dalam waktu kurang dari tiga jam. Akibatnya film memperkenalkan suatu bentuk modern kelisanan.
Film Surga Yang Tak Dirindukan I rilis pada tahun 2015, yang diangkat dari novel karya Asma Nadia, dengan tokoh utama Fedi
Nuril sebagai Pras dan Laudya Chintya Bella sebagai Arini. Film ini menceritakan kehidupan pernikahan antara Prasetya (Fedi Nuril) dan Arini (Laudya Chintya Bella) yang kebahagiaannya harus terusik karena hadirnya orang ketiga yaitu Meirose yang diperankan oleh Raline Sah, yang kemudian harus membuat Prasetya (Fedi Nuril) melakukan poligami.
Film Surga Yang Tak Dirindukan I bernaung dibawah label MD entertainment dengan disutradarai oleh Kuntz Agus. Film tersebut telah meraih beberapa penghargaan, salah satunya adalah Film Terlaris Indonesia Piala ANTEMAS pada tahun 2016.
Berdasarkan data dalam film Indonesia terlaris, Film Surga Yang Tak Dirindukan I berada di urutan ke 34, dengan berhasil meraih 1.523.617 penonton. Dengan melihat jumlah minat masyarakat yang cukup banyak terhadap film Surga Yang Tak Dirindukan I, peneliti memilih film Surga Yang Tak Dirindukan I sebagai film yang akan diteliti.
Untuk menganalisa film ini, penulis menggunakan teori analisis semiotika dari Roland Barthes dengan paradigma Konsytruktivis.
Roland Barthes dalam semiotika miliknya membagi tiga tatanan yaitu : denotasi, konotasi, dan mitos.
Denotasi adalah makna sebenarnya, konotasi merupakan makna yang tersembunyi dan mitos adalah makna konotasi yang telah dianggap menjadi sesuatu hal yang wajar.
Dengan menggunakan teori Roland Barthes dan ditambah dengan paradigma Konstruktivis, peneliti mencoba mengungkapkan makna poligami dari scene atau adegan dalam Film Surga Yang Tak
Dirindukan I, baik secara denotasi, apa yang terlihat, terbaca dan terdengar oleh panca indra, konotasi (makna kiasan) dan juga mitos yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada khalayak penonton dalam film ini. Sehingga film Surga Yang Tak Dirindukan I tidak hanya sekedar memberi hiburan tetapi juga dapat mengedukasi penonton. Dalam penelitian ini, peneliti dapat memfokuskan masalah terlebih dahulu agar tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan penelitian ini, maka peneliti memfokuskan untuk meneliti poligami dari beberapa scene dan adegan yang terdapat dalam Film Surga Yang Tak Dirindukan I.
KAJIAN LITERATUR Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa cetak atau elektronik yang dikelola sebuah lembaga atau orang yang dilembagakan, ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar, anonim dan heterogen.
Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara serentak, cepat dan selintas. Wright (Harris, 2009:3- 4) menjelaskan mengapa komunikasi massa diberi label ‗massa„ karena pertama, audiensnya luas, anonim, dan beragam. Kedua, sumber komunikasinya adalah institusi, organisasi atau perusahaan, seperti jaringan televisi, jaringan suratkabar, kantor berita atau konglomerat yang memiliki perusahaan media. Ketiga, institusi media massa memiliki fungsi ekonomi atau mendapatkan profit dengan cara mempertahankan jumlah audiens yang besar sebagai
sarana untuk mendapatkan pendapatan dari para pengiklan.
Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah titik orang (Romli, 2016:1). Dari sejumlah definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa harus disampaikan melalui media massa seperti radio, televisi, surat kabar dan film, karena komunikasi massa memiliki target komunikan yang banyak agar pesan dapat tersampaikan secara luas dan dapat memberikan efek kepada komunikan. Film merupakan salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pada komunikasi massa, maka dari itu komunikasi massa khususnya media film, sangat berkaitan dalam penelitian ini, karena peneliiti berusaha menganilisis sebuah film berjudul Surga Yang Tak Di Rindukan 1, dengan memaknai pesan yang disampaikan pada scene-scene poligami dalam film tersebut.
Media Massa
Adapun media massa
merupakan media yang
menjembatani komunikasi bagi khalayak yang tersebar dan tidak diketahui dimana mereka berada.
Media masa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber (komunikator) kepada khalayak (komunikan) dengan menggunakan alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, dan televise (Cangara, 2005: 119- 122). Media massa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi setiap hari, kapan saja dan dimana saja antara satu orang dengan orang yang lain. Setiap orang
akan selalu memerlukan media massa untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian di sekitar mereka, dengan media massa pula orang akan mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan pada saat tertentu mereka menginginkan informasi.
Film
Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini (Ardiyanto, 2007:43). Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum (McQuail, 1994:3). Film merupkan salah satu bentuk media massa audio visual yang sudah dikenal oleh masyarakat. Khalayak menonton film tentunya adalah untuk mendapatkan hiburan sesudah bekerja, beraktivitas atau hanya sekedar untuk mengisi waktu luang.
Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informati maupun edukatif, bahkan persuasif (Ardiyanto, 2007:145).
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, film adalah hasil kaya seni yang dibuat untuk menyampaikan informasi, media massa, media komunikasi, media hiburan, pendidikan dan pemasaran suatu produk kepada halayak umum melalui sebuah cerita menggunakan sebuah media. Istilah perfilman merujuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan. Kekuatan film
dalam mempengaruhi khalayak terdapat dalam aspek audio visual yang terdapat didalamnya, dan juga kemampuan seorang sutradara dalam menggarap film tersebut sehingga menjadi suatu cerita yang menarik dan dapat mempengaruhi khalayak.
Kekuatan film tersebut membuat film sebagai lahan bisnis, sebeb film mampu menyedot perhatian khalayak, baik untuk hiburan semata ataupun untuk menggali sebuah informasi.
Jenis-Jenis Film
Elvinaro membagi film menjadi empat jenis, yaitu :
1. Film Cerita
Jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim di pertunjukan di gedung- gedung bioskop, dengan topik berupa cerita fiktif.
2. Film Berita
Film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi.
3. Film Dokumenter
Merupakan film hasil interpretasi pribadi dari pembuatnya mengenai kenyataan.
4. Film Kartun
Film kartun dibuat untuk konsumsi anak-anak, berupa perpaduan gambar kartun yang digerakan oleh komputer.
Keberagaman jenis film seperti diatas membuat masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menontonnya.
Poligami
Poligami dalam istilah fikih disebut dengan ta‟addud al-zawaj (seorang suami yang mempunyai istri lebih dari satu) (Mardani 2007:95). Poligami berarti perkawinan yang banyak.
Pengertian tersebut dapat dijabarkan dan dipahami bahwa poligami merupakan perkawinan dengan salah satu pihak (suami) mengawini lebih dari seorang isteri dalam waktu yang bersamaan.
Artinya isteri- isteri tersebut masih dalam tanggungan suami dan tidak diceraikan serta masih sah sebagai isterinya. selain poligami ada juga istilah poliandri. Poliandri dalam kamus besar bahasa indonesia terbitan balai pustaka adalah sistem perkawinan yang membolehkan seorang wanita mempunyai suami lebih dari satu orang dalam waktu yang bersamaan. Dibandingkan poliandri, poligami lebih banyak di praktekkan dalam kehidupan masyarakat.
Kendatipun banyaknya poligami pada masyarakat kita ini belum pernah diselidiki secara research apa sebenarnya motif dan sebabnya, namun pada kenyataan nya kebanyakan poligami dilakukan oleh masyarakat kita tidak sesuai dengan segala ketentuan, sehingga poligami yang dilakukan itu sangat jauh dari hikmah-hikmah dan rahasianya yang terkandung didalamnya. Kebolehan untuk melakukan poligami menurut islam dalam banyak kenyataan sering diterapkan dengan cara membabi buta, maksudnya seperti sekehendak hati saja layaknya, dengan tanpa memperhatikan dan mengindahkan syaratsyarat yang harus dipenuhi.
Kajian Teoritis
Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Hal tersebut dapat dibuktikan dari teori semiotika Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de Saussure. Menurut Barthes, semiologi adalah mempelajari tentang bagiamana manusia memaknai sesuatu yang ada di sekitarnya. Jadi objek adalah tanda yang membawa pesan tersirat. Secara mendasar konsep narasi yang diajukan Barthes lebih menekankan pada pembentukan suatu makna.
Berikut adalah tabel semiotika Barthes:
Tabel Model Semiotika Barthes (Sumber : Fiske dalam Prasetya, 2019:12)
Tabel di atas menjelaskan tentang perjalanan makna dari sebuah objek yang sedang diamati. Secara mendasar konsep narasi yang diajukan oleh Barthes lebih menekankan terhadap pembentukan sebuah makna. Barthes mengawali konsep pemaknaannya dengan mengadopsi konsep pemikiran milik Saussure, namun dia melanjutkannya dengan memasukkan konsep denotasi dan konotasi. Denotasi
adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya. Dalam konotasi, kita sudah tidak melihat dalam fisik semata, namun sudah mengarah pada apa maksud dari tanda tersebut yang tentunya dilandasi oleh peran serta dari pemikiran si pembuat tanda.
Pemikiran semiotik Barthes bisa dikatakan paling banyak digunakan dalam penelitian. Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep mythologies atau mitos. “Sebagai penerus dari pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya”
(Kriyantoro dalam Prasetya, 2019:14). Ketika aspek konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat, maka mitos telah terbentuk terhadap tanda tersebut.
Pemikiran Barthes inilah yang dianggap palinng operasional sehingga sering digunakan dalam penelitian.
METODELOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci dari penelitian, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi atau gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
1. SIG NIFI ER (Pena nda)
2. SIGN IFIE D (Petan da) 3. DENOTATIVE
SIGN
(Tanda Denotatif) I. CONNOTATIVE
SIGNIFIER (Penanda Konotatif)
II. CONNOTATIV E SIGNIFIED (Petanda Konotatif) III. CONNOTATIVE SIGN
(Tanda Konotatif)
dibandingkan generalisasi. Obyek dalam penelitian ini adalah obyek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut dengan metode naturalistik.
Obyek yang alamiah merupakan obyek penelitian yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti, sehingga kondisi saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek, relatif tidak berubah. (Sugiyono, 2014:1-2)
Berdasarkan kedua
penjeleasan yang diuraikan di atas mengenai metode penelitian kualitatif dapat peneliti simpulkan bahwa, dalam penelitian ini peneliti menggunaka metode kualitatif untuk menjelaskan menggunakan kalimat berdasarkan potongan-potongan gambar yang telah diambil dari beberapa scene dalam film Surga Yang Tak Dirindukan 1. Gambar- gambar tersebut kemudian peneliti coba untuk teliti kembali secara mendalam berdasarkan permasalahan yang ditampilkan, yaitu mengenai poligami. Objek alamiah yang terjadi dalam film mengenai tanda-tanda poligami direpresentasikan dan kemudian peneliti mengkaji lagi permasalahan tersebut untuk mengetahui makna dari tanda yang disampaikan.
Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivisme adalah dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkunstuksi realias sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap
prilaku mereka sendiri. Weber melihat bahwa individu yang memberikan pengaruh pada masyarakat tetapi dengan beberapa catatan, bahwa tindakan sosial individu berhubungan dengan rasionalitas. Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin”, atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu.
Penelitian ini menggunakan studi semitoka karena dalam bahasan analisis yang diteliti, peneliti melihat dan menjelaskan tentang tanda-tanda dari film Surga Yang Tak
Dirindukan 1 yang
merepresentasikan makna poligami.
Dimana dari gambar-gambar yang tersedia akan menjelaskan mengani benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar dari makna tanda-tanda itu sendiri, dan juga untuk mengetahui bagaimana tanda menyampaikan komunikasi kepada khalayak dan juga memberikan pengaruh.
Ketika seseorang memaknai kode-kode visual dalam kajian semiotika, makna dari sebuah gambar yang tampak tidak dapat dikatakan benar-benar individualis, tentunya makna-makna visual dapat dipengaruhi oleh pembelajaran, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi sosial lainnya. (Littlejhon, 2014:56)
Peneliti akan membahas kode- kode visual yang ditampilkan menggunakan teori atau konsep semiotika dari Roland Barthes, jadi penulis akan memberikan pemaknaan sesuai dengan teori tersebut dan juga makna-makna visual tersebut peneliti jabarkan berdasarkan pengetahuan, budaya
dan juga bentuk-bentuk dari interasksi sosial yang peneliti lakukan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes untuk melakukan analisis terhadap objek penelitian. Salah satu konsep yang digagas oleh Roland Barthes dikenal dengan isitilah “two order of signification” yang memiliki arti dua tahapan penandaan. Gagasan tersebut mencakup, yaitu denotasi (makna sebenarnya), konotasi (makna ganda dari pemikiran kultural dan personal). Dalam aspek lain Barthes juga melihat “mitos”
sebagai sebuah penandaan dalam kehidupan masyarakat. Pada studi semiologi Barthes, proses representasi tersebut berpusat kepada makna denotasi, konotasi, dan mitos.
PEMBAHASAN
Makna Denotasi Poligami Pada Film Surga Yang Tak Dirindukan 1
Film Surga Yang Tak Dirindukan 1 memperlihatkan seorang laki-laki bernama Prasetya yang mempunya isteri bernama Arini dan anak bernama Nadya. Mereka adalah keluarga yang bisa dibilang cukup bahagia, sampai pada akhirnya suatu kejadian memaksa Pras untuk melakukan Poligami dengan perempuan bernama Meirose. Film ini berlatar belakangkan lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan total 65 scene. Pras terpaksa menikahi Meirose karena pada saat itu Pras tidak punya pilihan lain, Meirose ingin melakukan usaha bunuh diri. Arini yang mengetahui kabar suaminya menikah lagi secara tidak sengaja merasa sangat terpukul.
Sebelum Arini mengetahui kabar
suaminya menikah lagi, Pras sudah berjanji kepada Arini bahwa Pras tidak akan berpoligami, karena itu Arini merasa Pras menghianatinya.
Film Surga Yang Tak Dirindukan 1 memperlihatkan bahwa poligami bisa terjadi karena suatu alasan yang mendesak. Sebagai seorang isteri tentunya sangat sakit mendengar suaminya menikah lagi tanpa persetujuan dahulu dari isteri pertama. Merasa tidak dihargai dan dikhianati. Sosok Meirose disini juga adalah perempuan yang mengerti bahwa dirinya melakukan kesalahan karena telah menikah diam-diam denga laki-laki yang sudah beristri.
Meirose tidak pernah melawan atau membantah saat Arini marah besar kepadanya. Makna Denotasi dari film ini adalah seorang laki-laki yang sangat menyayangi keluarganya terpaksa menikah lagi tanpa persetujuan isteri pertama karena dihadapkan dengan situasi yang mendesak.
Makna Konotasi Poligami Dalam Film Surga Yang Tak Dirindukan 1
Film Surga Yang Tak Dirindukan 1 dapat menjelaskan bahwa kehidupan dalam berpoligami terkadang tidak selalu berjalan dengan indah. Tokoh Arini digambarkan sebagai perempuan yang tidak setuju dengan adanya poligami. Sikap ayah dan ibunya yang menutupi pernikahan kedua ayahnya dari Arini membuat Arini sangat terpukul dan merasa tidak adil, ketidak adilan yang dimaksud Arini disini adalah karena Arini merasa tidak dihargai sebagai anak, walaupun memang pada dasarnya jika seorang suami ingin melakukan poligami hanya membutuhkan izin
dari istri pertamanya. Rasa trauma karena mengetahui ayahnya berpoligami membuat Arini meminta Pras untuk berjanji agar tidak melakukan poligami, Pras yang pada saat itu ada dalam keadaan tertekan meng-iya-kan janji yang diberikan Arini, namun dibelakang itu semua Pras sudah lebih dulu berpoligami menikahi Meirose.
Arini yang mengetahui hal terebut semakin terluka dan merasa bahwa rumah tangganya dengan Pras sudah hancur. Bahkan disaat Amran dan Hartono mencoba membujuk Arini, Arini seperti tidak peduli dan tetap menganggap bahwa apa yang dilakukan suaminya sudah menghancurkan rumah tangganya.
Makna konotasi dalam film ini adalah bahwa pada dasarnya poligami yang dilakukan secara diam-diam dan tidak taat pada peraturan yang sudah ada akan mengakibatkan kerugian pada pihak perempuan.
Makna Mitos Poligami Dalam Film Surga Yang Tak Dirindukan 1
Poligami masih menjadi hal yang tabu untuk dibahas dikalangan masyarakat. Masih banyak masyarakat yang mempunyai stigma negatif terhadap poligami. Banyak yang memandang jika poligami dilakukan hanya akan merugikan pihak perempuan. Padahal sudah ada hukumnya didalam Islam, namun memang banyak pihak laki-laki yang menyalahgunakan poligami tidak sesuai hukum dan norma yang ada.
Dalam film ini menegaskan bahwa tidak semua poligami beralaskan karena hanya nafsu semata, poligami bisa dilakukan karena berbagai macam hal salah
satunya adalah menolong orang.
Namun memang bagaimanapun juga poligami harus dilakukan dengan persetujuan isteri pertama terlebih dahulu. Perebut suami orang akan melekat dalam diri isteri kedua jika dinikahi secara diam-diam walaupun pernikahan tersebut terjadi atas persetujuan kedua belah pihak.
Pada dasarnya tidak ada manusia yang mau jika kebahagiaan dan mimpi yang telah dia bangun dalam rumah tangganya dihancurkan begitu saja karena suatu peristiwa yang mungkin masih sulit diterima sebagian besar orang yaitu poligami.
KESIMPULAN
1. Makna poligami yang ada dalam film adalah poligami yang dilakukan karena adanya tekanan dari suatu permasalahan yang mengharuskan seseorang melakukan poligami. Berkali- berkali ditegaskan dalam film oleh beberapa tokoh bahwa poligami yang dilakukan oleh tokoh Pras dilakukan untuk menyelamatkan nyawa Meirose dan membuat anak Meirose tidak bernasib sama seperti Pras yang kehilangan ibunya sedari kecil.
Kesimpulan yang dapat peneliti ambil adalah bahwasanya setelah diteliti dengan semiotika dari segi denotasi, konotasi dan mitos makna poligami dalam Film Surga Yang Tak Dirindukan 1 tersampaikan dengan cukup jelas, dari segi visual dan audio bahkan beberapa potongan gambar tanpa dialog menggambarkan alasan tokoh Prasetya
berpoligami yaitu karena ingin menolong Meirose, walaupun tindakan Pras tidak sepenuhnya benar karena menikah diam-diam dibelakang tokkoh Arini yang merupakan istri pertama dari Prasetya, namun keputusan itu telah menghancurkan Arini sebagai istri pertama Pras.
DAFTAR PUSTAKA
Canggara, H. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dwiyanti, N. (2016). Analisis Semiotik Citra Wanita Muslimah Dalam Film “ Assalamualaikum Beijing ,” 1–
111.
Effendy, U. O. (2017). Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek.
PT Remaja Rosdakarya.
Falah, R. J. (2018). PILIHAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER INFORMASI BAGI REMAJA DI KELURAHAN NGAGEL REJO, KOTA SURABAYA. Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Halik, A. (2013). Buku Daras Uin Alauddin Komunikasi Massa Universitas Islam Negeri (Uin).
HALIK, A. (2019). Paradigma Kritik Penelitian Komunikasi
(Pendekatan Kritis-
Emansipatoris Dan Metode Etnografi Kritis). Jurnal Dakwah Tabligh, 19(2), 162–
178.
Hardiyanti, S. (2017). STEREOTIP WANITA MUSLIMAH DALAM FILM KHALIFAH. Ekp. Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Hastim, A. P. (2014).
REPRESENTASI MAKNA FILM SURAT KECIL UNTUK TUHAN. Cell. Islam Negeri Alauddin Makasar.
https://doi.org/10.1016/j.cell.20 09.01.043
Heychael, M., Kom, S. I., Si, M., &
Sarwono, B. K. (n.d.). Hakikat Komunikasi Massa dan Era Informasi, 1–46.
Kusuma, G. R., Setiawati, S. D., &
Tyaswara, B. (2015).
SEMIOTIKA LAGU HIJAU DI ALBUM SINESTESIA EFEK RUMAH KACA. Ilmu
Komunikasi.
https://doi.org/https://doi.org/10 .31294/kom.v2i2.846
Latif, N. (2018). Representasi ikhlas dalam film “surga yang tak dirindukan.” Islam Negeri Walisongo Semarang.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ramadhani, D. A. R. (2018). EMOSI DASAR DALAM FILM.
Muhammadiyah Surakarta.
Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sakdiyah, H. (2018). DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM PINK. Islam Negeri Sunan Ampel Surakarta.
Sendjaja, S. D., & Ph. D. (2014).
Komunikasi: Signifikansi, Konsep, dan Sejarah. Pengantar Ilmu Komunikasi, (3), 1–41.
Sobur, A. (2006). Semiotika Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.