• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI PESAN MORAL PADA TOKOH PROTAGONIS DALAM FILM YUNI (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "REPRESENTASI PESAN MORAL PADA TOKOH PROTAGONIS DALAM FILM YUNI (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) SKRIPSI"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

(ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Komunikasi (S.I. Kom)

Oleh:

ADE JULIA PUTRI NIM: 11840321841

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

Yuni (Analisis Semiotika Roland Barthes)

Film adalah salah satu media yang dapat menyampaikan pesan kepada khalayak melalui visual-visual yang di tampilkan. Pesan yang di tampilkan dikemas melalui adegan-adengan yang di representasikan oleh tokoh-tokoh yang menjadi pusat dalam film tersebut. Karakter Yuni merepresentaasikan karakter seorang anak yang masih berusia 16 tahun, tetapi ia sudah dihadapkan dengan permasalahan- permasalahan yang tidak hanya menimpa dirinya tetapi juga permasalahan yang ada di sekitarnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes yang berangkat dari dua makna tanda denotatif dan konotatif. Dari hasil penelitan ini, ditemukan adanya pesan moral yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan sesama manusia dari karakter Yuni yang merepresentasikan sifat tenang saat menghadapi setiap masalah, mandiri, dan berani mengambil keputusan untuk diri sendiri. Namun dibalik itu semua, ia tetaplah seorang remaja yang masih membutuhkan bimbingan dari kedua orang tuanya mengenai semua hal yang baik maupun yang buruk. Dalam film ini juga mengajarkan nilai moral tinggi tentang bagaimana setiap manusia dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan dan dari setiap permasalahan tersebut terdapat pelajaran-pelajaran yang bisa kita ambil pembelajarannya sebagai pedoman kita dalam bertindak di kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: Film Yuni, Representasi, Semiotika, Moral, Film

(8)

ii

Film is one of the media that can convey messages to audiences through the visuals that are displayed. The message displayed is packaged through scenes represented by the central characters in the film. Yuni's character represents the character of a 16-year-old child, but she is already faced with problems that not only happen to her but also those around her. This study uses a qualitative approach with Roland Barthes's semiotic analysis method which departs from the two meanings of denotative and connotative signs. From the results of this research, it was found that there is a moral message related to human relations with God, human relations with himself, and human relations with fellow human beings from Yuni's character which represents calm when facing every problem, independent, and dare to make decisions for yourself. But behind it all, she is still a teenager who still needs guidance from her parents regarding all good and bad things. In this film also teaches high moral values about how every human being is faced with various kinds of problems and from each of these problems there are lessons that we can learn from as our guide in acting in everyday life.

Keywords: Yuni Film, Representation, Semiotics, Moral, Film

(9)

iii

Semiotika Roland Barthes)”. Shalawat teriring salam, semoga terlimpahkan ke pangkuan Baginda Rasulullah SAW, yang telah menerangi dunia dengan ilmu pengetahuan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan. Tidak terlepas dari kekurangan baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan, semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Namun berkat bimbingan, bantuan, nasehat, dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak, khususnya pembimbing, segala hambaran tersebut akhirnya dapat diatasi dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang teramat, kepada orang- orang yang telah terlibat mewujudkan skripsi ini, yaitu kepada:

Yang pertama dan paling utama, yaitu kedua orang tua saya tercinta Bapak Suwarno dan Ibu Faridatul Wardias, Bapak Purwadi dan Ibu Halimatul Sa’diah yang mana atas kesabarannya, dukungannya, cinta nya yang tidak terhingga sehingga penulis bisa sampai ke titik saat ini dan terus melangkah maju.

1. Bapak Prof. Dr. Khairunas, M.Ag. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini.

2. Ibu Dr. Hj. Helmiati, M.Ag selaku Wakil Rektor I, Bapak Mas’ud Zein, M.Pd selaku Wakil Rektor II, dan Bapak Edi Erwan, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr. Imron Rosidi, S.Pd., M.A Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Dr. Masduki, M.Ag selaku Wakil dekan I. Bapak Dr. Toni Hartono, M.Si selaku Wakil Dekan II. Bapak Dr. H. Arwan, M.Ag selaku Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Bapak Dr. Muhammad Badri, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(10)

iv

dan memberikan arahan, masukan kepada penulis untuk membimbing penulis mulai dari awal menyusun hingga menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Yantos, M.Si selaku Penasehat Akademik.

9. Bapak Marhalim Zaini, S.Sn., M.A selaku ketua umum asosiasi seniman riau dan founder Rumah Kreatif Suku Seni Riau yang telah bersedia memberikan saran dan masukan mengenai penelitian yang sedang peneliti teliti.

10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

11. Terimakasih untuk kedua adik-adik penulis Alfito Mahesa Putra dan Hafiza Tria Ramadhani yang mudah-mudahan juga mendoakan penulis dalam penyelasaian penulisan ini.

12. Terima kasih kepada teman-teman penulis Murni Astri, Sastia Nencinta Putri, M Dio Ramadhan yang selalu membantu penulis dan berjuang bersama penulis dalam menyelesaikan penelitian ini untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Komunikasi.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan tulus ikhlas memberikan doa serta motivasi sehingga dapat terselesaikanya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat dari semua pihak. Amin yaa raabal’alamiin.

Wassalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, 12 Desember 2022 Penulis,

ADE JULIA PUTRI NIM: 11840321841

(11)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Penegasan Istilah ... 5

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

1.5 Sistematika Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kajian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Teori Representasi ... 13

2.2.2 Semiotika Roland Barthes ... 14

2.2.3 Film ... 18

2.2.4 Protagonis ... 21

2.2.5 Pesan Moral ... 22

2.3 Konsep Operasional... 28

2.4 Kerangka Berfikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 32

3.1 Desain Penelitian ... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Sumber Data Penelitian ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5 Validitas Data ... 34

3.6 Teknik Analisa Data ... 34

(12)

vi

4.3 Pemeran Film Yuni (2021) ... 39

4.4 Sinopsis Film Yuni ... 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

5.1 Hasil Penelitian ... 46

5.2 Analisis Data dan Pembahasan ... 46

5.3 Representasi Pesan Moral Pada Tokoh Protagonis dalam Film Yuni .... 89

BAB VI PENUTUP ... 91

6.1 Kesimpulan ... 91

6.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN ... 101

(13)

vii

Gambar 4. 1 Cover film Yuni (2021) ... 36

Gambar 4. 2 Sutradara Kamila Andini ... 37

Gambar 4. 3 Arawinda Kirana sebagai Yuni ... 39

Gambar 4. 4 Kevin Ardilova sebagai Yoga ... 40

Gambar 4. 5 Dimas Aditya sebagai Damar ... 41

Gambar 4. 6 Marissa Anita sebagai Bu Lies ... 41

Gambar 4. 7 Neneng Wulandari sebagai Sarah ... 42

Gambar 4. 8 Anne Yasmine sebagai Tika ... 43

Gambar 4. 9 Nazla Thoyib sebagai Nenek Yuni... 43

Gambar 4. 10 Asmara Abigail sebagai Suci Cute ... 44

Gambar 5. 1 Potongan Scene Ke-77 ... 47

Gambar 5. 2 Potongan Scene Ke-27 ... 50

Gambar 5. 3 Potongan Scene Ke-29 ... 53

Gambar 5. 4 Potongan Scene Ke-32 ... 57

Gambar 5. 5 Potongan Scene Ke-41 ... 61

Gambar 5. 6 Potongan Scene Ke-54 ... 65

Gambar 5. 7 Potongan Scene Ke-80 ... 70

Gambar 5. 8 Potongan Scene Ke-52 ... 74

Gambar 5. 9 Potongan Scene Ke-19 ... 76

Gambar 5. 10 Potongan Scene Ke-23 ... 79

Gambar 5. 11 Potongan Scene Ke-59 ... 84

Gambar 5. 12 Potongan Scene Ke-69 ... 88

Gambar 1 Penghargaan Toronto International Film Festival (TIFF) 2021 ... 101

Gambar 2 Nominasi untuk kategori “Best International Feature Film” Academy Awards (Oscar) yang ke-94. ... 101

(14)

viii

... 102 Gambar 5 Piala Citra di Festival Film Indonesia 2021. ... 102 Gambar 6 ‘Yuni’ memenangkan penghargaan sebagai Young Cineastes Award dari Palm Springs International Film Festival 2022. ... 103 Gambar 7 Silver Yusr Award untuk kategori aktris terbaik di Red Sea International Film Festival 2021... 103 Gambar 8 Film Bioskop Terpuji & Penulis Skenario Terpuji Film Bioskop di Ajang Festival Film Bandung ... 103 Gambar 9 Penghargaan Festival Film Wartawan Indonesia 2022 ... 104 Gambar 10 Dokumentasi Kegiatan Diskusi Bersama Pakar Seni Riau Bapak Marhalim Zaini,S.Sn., M.A ... 104

(15)

ix

Tabel 1. 1 Daftar Film Panjang Indonesia yang Tayang di Bioskop Pada Tahun

2021. ... 3

Tabel 5. 1 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke -77 ... 46

Tabel 5. 2 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke -27 ... 49

Tabel 5. 3 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke -29 ... 52

Tabel 5. 4 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke -32 ... 55

Tabel 5. 5 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke-41 ... 60

Tabel 5. 6 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke-54 ... 63

Tabel 5. 7 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke-80 ... 68

Tabel 5. 8 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke-52 ... 72

Tabel 5. 9 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke-19 ... 75

Tabel 5. 10 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke-23 ... 77

Tabel 5. 11 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke-59 ... 82

Tabel 5. 12 Penanda Denotatif dan Konotatif Pada Scene ke-69 ... 87

(16)

1

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memiliki peran cukup besar kepada khalayaknya. Film sebagai media komunikasi sangat mendominasi massanya karena memiliki sifat audio-visual. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu yang singkat, sehingga mempengaruhi penonton seakan-akan penonton ikut terbawa suasana yang terdapat dalam film tersebut. Sebagai sebuah media, bagaimanapun bentuk gaya nya film tetaplah menjadi kebudayaan dari suatu produk yang mewakili dan mempresentasikan nilai-nilai dari pandangan kelompok masayarakat tertentu dan juga ideologi tertentu.1

Film sangat dekat dengan bahasa, secara baku dapat membuka kesempatan peneliti dalam menemukan makna yang lebih besar dan berguna untuk menggunakan perbandingan bahasa sebagai penggambaran fenomena di dunia nyata.2 Film merupakan bagian dari kehidupan kita sehari – hari. Bahkan banyak hal dari bagian kehidupan kita yang dipengaruhi oleh film. Film mengandung pesan disetiap penayangannya. Banyak juga spekulasi yang mengatakan bahwa film merupakan potret dari kehidupan masyarakat dimana banyak film yang merekam kejadian nyata yang terjadi di lingkungan sekitar masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Mulai dari adat, budaya, kebiasaan, pakaian, tingkah laku dan lain sebagainya.

Moral tidak terlepas dari kehidupan manusia yang di lakukan setiap bersosialisasi dengan masyarakat, moral sangat mempengaruhi perilaku setiap manusia yang menentukan mana yang baik mereka lakukan dan mana yang buruk mereka lakukan, hubungan moral dan etika sangat erat, moral menunjukkan setiap kondisi mental setiap orang yang membuat mereka tetap berani, bersemangat.3 Pesan moral biasanya selalu mengacu pada baik- buruknya manusia terhadap ajaran-ajaran, patokan-patokan, kumpulan

1 Philips Jusiano Oktavianus, “Analisis Semiotika Ketidakadilan Gender Terhadap Perempuan Dalam Film Marlina Si Pembunuh Empat Babak,” JISIP : Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 7, no. 2 (2018): 136–47, https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/article/view/1591.

2 Yusuf Habibi, “Pesan Moral Pada Tiga Tokoh Utama Penggerak Cerita Dalam Film Komedi ‘3 Idiots’ (Melalui Pendekatan Analisis Wacana Kritis),” Perancangan Program Acara Televisi Feature Eps. Suling Gamelan Yogyakarta, 2016, 1–109.hal 4

3 Muhammad Firwan, “Nilai Moral Dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasrey Basral,”

Jurnal Bahasa Dan Sastra 2, no. 2 (2017): 49–60.hal 49.

(17)

peraturan dan ketetapan yang menjadi tolak ukur untuk menentukan benar salahnya sikap dan tindakan manusia.4 Tolak ukur untuk menilai baik buruknya tingkah laku setiap manusia disebut norma. Prinsip moral yang amat penting adalah melakukan tindakan yang baik dan menolak tindakan yang buruk.

Apabila prinsip ini tidak dimiliki setiap manusia maka tidak ada yang namanya moralitas, inilah ciri has norma moral.5 Penyampaian pesan moral beragam, dapat melalui jalan cerita, tingkah laku, dan penuturan tokoh dalam cerita.6

Film Yuni bercerita tentang seorang gadis (Yuni) yang menyadari bahwa semakin besar impiannya, maka dunia disekitarnya akan semakin sempit. Ia berencana untuk menyelesaikan sekolahnya dan memiliki impian untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan, dan dia berfikir bahwa semuanya itu mungkin. Hingga suatu hari dua orang pria yang hampir tidak ia kenali datang untuk melamarnya dan Ia menolak lamaran tersebut.

disanalah awal mula munculnya gosip mengenai mitos tentang seorang wanita tidak boleh menolak lamaran sebanyak tiga kali. Puncak masalah makin memanas ketika datang lamaran dari pria ketiga dan Yuni mulai merasa tertekan antara memilih untuk percaya kepada mitos tersebut atau terus melanjutkan impiannya.

Film Yuni pertama kali tayang di Indonesia pada tanggal 9 Desember 2021 selama 33 hari penyangan dan telah ditonton sebanyak 117.160 penonton dan masuk kedalam urutan 10 film terlaris di tahun 2021. Sebelumnya, film ini juga telah meraih banyak penghargaan seperti Platform Prize di Toronto International Film Festival (TIFF) 2021. Film yang diproduksi oleh Fourcolours dan Starvision ini juga mencetak rekor sebagai film Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang menjuarai kategori tersebut. Snow Leopard untuk Aktris Terbaik di Asian World Film Festival 2021, Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik, dan Silver Hanoman di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2021. Film Yuni juga mendapatkan penghargaan Young Cineastes Award dari 33rd Palm Springs International Film Festival 2022.7

Festival Film Internasional Palm Springs adalah salah satu festival film terbesar di Amerika Utara yang menyambut lebih dari 135.000 peserta setiap tahun untuk deretan film feature dan dokumenter internasional yang baru dan terkenal. Festival ini juga dikenal dengan gala penghargaan film tahunannya

4 Oktavianus, “Analisis Semiotika Ketidakadilan Gender Terhadap Perempuan Dalam Film Marlina Si Pembunuh Empat Babak.”hal 136

5 Firwan, “Nilai Moral Dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasrey Basral.”hal 49

6 Habibi, “Pesan Moral Pada Tiga Tokoh Utama Penggerak Cerita Dalam Film Komedi ‘3 Idiots’

(Melalui Pendekatan Analisis Wacana Kritis).”hal 4

7 Luke Andaresta, “Film Yuni Raih Young Cineastes Award Di Palm Springs Film Festival 2022,”

hypeabis.id, 2022, https://hypeabis.id/read/10082/film-yuni-raih-young-cineastes-award-di-palm- springs-film-festival-2022.

(18)

yang menghormati pencapaian terbaik industri perfilman oleh daftar talenta yang terkenal. Diproduksi oleh Palm Springs International Film Society, festival ini menawarkan acara dan pemutaran film yang menampilkan film lebih dari 60 negara.8

Berikut daftar film panjang terlaris yang rilis di bioskop Indonesia pada tahun 2021. 9

Tabel 1. 1 Daftar Film Panjang Indonesia yang Tayang di Bioskop Pada Tahun 2021.

Peringkat Judul Distributor Penonton

1 Makmum Dee Company 1.762.787

2 Nussa Visinema Pictures 445.837

3 Yowis Ben 3 Starvision Plus 418.526 4 Yowis Ben Finale Starvision Plus 369.211 5 Tarian Lengger Maut Visinema Pictures 222.062 6 Teka-Teki Tika Starvision Plus 173.017

7 Backstage Paragon Pictures 138.258

8 Kuyang the Movie 786 Productions 126.108 9 Losmen Bu Broto Paragon Pictures 120.413

10 Yuni Fourcolours Films 117.160

11 Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Palari Films 85.004

12 Kadet 1947 Temata Studios 83.996

13 Paranoia Miles Films 76.614

14 Pintu Surga Terakhir Falcon Pictures 43.078 15 Akhirat: A Love Story BASE

Entertainment

41.524

Pada film Yuni, sutradara Kamila Andini membahas tentang isu perempuan dan khususnya budaya patriarki. Ia mengatakan bahwa film ini mengisahkan Yuni seorang remaja yang terbelenggu antara pilihannya untuk melanjutkan impiannya melanjutkan pendidikan. Lalu Yuni menanyakan pendapat orangtuanya, namun ia tidak mendapatkan jawaban ataupun solusi, justru orangtuanya malah membebaskan dirinya untuk memilih jalannya sendiri. Sementara dari orang-orang di sekitarnya mendorong Yuni untuk segera menikah. Dari sinilah yang membuat Yuni tampak putus asa dengan pilihannya, apalagi saat itu ia menjadi bahan pembicaraan orang-orang yang

8 Andaresta.

9 Wikipedia Bahasa Indonesia, “Daftar Film Indonesia Tahun 2021,” Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, 2023, https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_film_Indonesia_tahun_2021.

(19)

ada disekitarnya karena telah menolak lamaran. Hingga pada suatu hari ia bertemu dengan Suci yang membuatnya merasakan kebebasan dan mendapatkan jawaban-jawaban tentang asam manisnya sebuah hubungan pernikahan.

Setiap anak dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan aturan dan norma-norma yang ada disekitarnya. Hal ini penting disebabkan agar anak tersebut dapat diterima di lingkungannya, maka dari itu diperlukan disiplin dan kesadaran seorang anak dalam dirinya. Remaja merupakan anak yang sedang mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yaitu antara umur 12-21 tahun. Remaja disebut juga “pubertas” yang berarti sedang berada di suatu priode dimana seorang anak dipersiapkan untuk mejadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melanjutkan keturunannya atau berkembang biak.10

Remaja seringkali dikenal dengan fase “pencarian jati diri” yang mana adanya perubahan dari kehidupan yang cenderung labil. Pada fase ini remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada fase amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. .Tidak heran jika pada masa ini, remaja umumnya mengalami masa-masa kebingungan mengenai perkembangan dan pertumbuhan fisik secara lebih cepat, dimana hal-hal yang sebelumnya belum pernah dirasakan kini melanda setiap individu dan remaja lainnya yang sebaya.11

Ketika anak memasuki usia remaja di mana sangat membutuhkan kebebasan dan mereka sering meninggalkan rumah, orang tua harus dapat melakukan penyesuaian terhadap keadaan tersebut. Remaja membutuhkan dukungan yang berbeda dari masa sebelumnyakarena pada saat itu remaja sedang mencari kebebasan dalam mengeksplorasi diri sehingga dengan sendirinya keterikatan dengan orang tua berkurang. Pengertian dan dukungan orang tua sangat bermanfaat bagi perkembangan remaja. Komunikasi yang terbuka di mana masing-masing anggota keluarga dapat berbicara tanpa adanya perselisihan akan memberikan kekompakan dalam keluarga sehingga hal tersebut juga akan sangat membantu anak remajanya dalam proses pencarian identitas diri.12

Berdasarkan latar belakang diatas, alasan penulis memilih film Yuni karena terdapat banyak pesan moral yang dapat kita ambil dari tokoh

10 Dian Supandi, Lukmanul Hakim, and Roni Hartono, “Pola Asuh Orang Tua Dalam Perkembangan Moral Remaja (Studi Kasus Di Desa Pernek),” Jurnal Psimawa 2, no. 1 (2019): 35–46, http://jurnal.uts.ac.id/index.php/PSIMAWA.hal 36

11 Nurhayati T, “Perkembangan Perilaku Psikososial Pada Masa Pubertas,” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2016): 1689–99.

12 Nurhayati T.

(20)

protagonis yang berperan dalam film Yuni. Seperti, bagaimana moral yang di tampilkan oleh karakter Yuni dalam mengadapi permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungannya. Penelitian ini menganalisis pesan moral yang di representasikan oleh tokoh utama dalam film Yuni dengan menggunakan semiotika Roland Barthes yang berhubungan dengan pesan moral hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan sesama manusia di sekitarnya. Menurut pendapat dari salah satu pakar dalam bidang seni di Riau yaitu Marhalim Zaini, ia berpendapat bahwa semiotika itu merupakan suatu sistem (relasi) tanda yang saling berhubungan. Denotatif merupakan sesuatu yang verbal, komunikatif, dan langsung. Sedangkan konotatif ini merupakan makna yang di dapat dari denotatif tersebut yang berupa makna tersirat dan bersifat tidak langsung.13 Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Representasi Pesan Moral Pada Tokoh Protagonis Dalam Film Yuni (Analisis Semiotika Roland Barthes)”.

1.2 Penegasan Istilah 1.2.1 Representasi

Representasi berasal dari kata “represent” yang bermakna stand for artinya “berarti” atau juga “act as delegate for” yang bertindak sebagai perlambang atas sesuatu. Represntasi juga dapat berarti sebagai sesuatu tindakan yang menghadirkan atau merepresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol.14 Merepresentasikan sesuatu berarti mensimbolisasikan, menjadi contoh untuk menggantikan sesuatu hal. Dalam istilah semiotik, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.15

1.2.2 Pesan Moral

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia moral merupakan baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; yang berhubungan dengan akhlak; budi pekerti; susila.

Moral adalah bagian dari tatanan hidup masyarakat yang menyangkut budaya, keadilan, hingga sosial

Pesan moral biasanya selalu mengacu pada baik-buruknya manusia terhadap ajaran-ajaran, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan yang menjadi tolak ukur untuk menentukan benar salahnya sikap

13 Marhalim Zaini, “Semiotika Film” (2023).

14 Oni Susanto, “Representasi Feminisme Dalam Film ‘ Spy ,’” E-KOMUNIKASI 5, no. 1 (2010), http://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/6164.hal. 6.

15 Yolanda Hana Chornelia, “Representasi Feminisme Dalam Film ‘Snow White and The Huntsman,’” E-KOMUNIKASI 1, no. 3 (2013): 94, http://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu- komunikasi/article/view/924.

(21)

dan tindakan manusia. Banyak pesan-pesan yang mengandung nilai-nilai moral seperti kejujuran, rasa hormat, tanggung jawab, keadilan dan empati.16

1.2.3 Film

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memiliki peran cukup besar kepada khalayaknya. Film sebagai media komunikasi sangat mendominasi massanya karena memiliki sifat audio- visual. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu yang singkat, sehingga mempengaruhi penonton seakan-akan penonton ikut terbawa suasana yang terdapat dalam film tersebut. Sebagai sebuah media, bagaimanapun bentuk gaya nya film tetaplah menjadi kebudayaan dari suatu produk yang mewakili dan mempresentasikan nilai- nilai dari pandangan kelompok masayarakat tertentu dan juga ideologi tertentu.17

1.2.4 Protagonis

Menurut Russin dan Downs (2012) karakter protagonis adalah tokoh atau karakter utama dalam suatu cerita yang bisa disajikan sebagai seorang pahlawan (hero). Kata “protagonis” berasal dari drama Yunani Kuno, dimana karakter terlibat dalam sebuah aksi-dialog dalam cerita.

Biasanya protagonis diperkenalkan di bagian awal agar penonton bisa mengetahui atau menyadari karakter utama dan berempati kepada latar belakang cerita protagonis.18

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk lebih fokus maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada bentuk pesan moral yang di representasikan oleh tokoh protagonis Yuni dengan menggunakan analisis semiotika Rolland Barthes dalam film Yuni (2021).

Berdasarkan batasan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana pesan moral yang di representasikan oleh tokoh Yuni dalam film Yuni (2021) ?

16 Sigit Surahman, “Representasi Perempuan Metropolitan Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita,”

Ilmu Komunikasi 3, no. 1 (2014): 39–64, https://doi.org/https://doi.org/10.30656/lontar.v3i1.352.

17 Philips Jusiano Oktavianus (2019) “Analisis Semiotika Ketidakadilan Gender Terhadap Perempuan Dalam Film Marlina Si Pembunuh Empat Babak”, 7(2) hal. 136-137.

18 Reynald Ryanto, “Penerapan Teori Belajar Pada Karakter Protagonis Dalam Skenario Film Panjang Yang Berjudul ‘Fight for Love’” (Universitas Multimedia Nusantara., 2020), https://kc.umn.ac.id/14752/1/halaman_awal.pdf.

(22)

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pesan moral yang direpresentasikan oleh tokoh protagonis Yuni dalam film Yuni (2021).

1.4.2 Kegunaan Penelitian 1. Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan bagi pengkaji mengenai media film dan kajian mengenai analisa semiotika film.

b. Sebagai acuan referensi untuk peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji permasalahan yang serupa dengan penelitian ini.

2. Praktis

Penelitian ini di selesaikan untuk memenuhi tugas akhir dan melengkapi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(23)

1.5 Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah penyusunan penulisan ini, maka perlu adanya sistematika penulisan yaitu sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini berisi tentang teori, kajian terdahulu dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tentang lokasi dan waktu penelitian, objek penelitian dan unit analisis, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM FILM YUNI (2021)

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran umum film Yuni (2021).

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari uraian dan pembahasan serta memberikan saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Sebagai acuan dalam penulisan, bahan pemikiran dan juga pertimbangan dalam tinjuan ini, maka pengkaji mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini:

1. Jurnal berjudul “Kajian Semiotika Film” yang disusun oleh Yoyon Mudjiono (2011) selaku Dosen Tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini membahas tentang Film yang memiliki nilai seni tersendiri dan sebagai benda seni yang sebaiknya dinilai secara artistik bukan rasional. Pada penelitian ini hanya membahas tentang kajian semiotika film, sedangkan dalam penelitian ini penulis membahas tentang pesan moral pada tokoh protagonis yang terdapat dalam film Yuni (2021).19

2. Jurnal yang disusun oleh Bagus Fahmi Weisarkurnai (2017) mahasiswa Komunikasi di Universitas Riau yang berjudul “Representasi Pesan Moral Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo (Analisis Semiotika Roland Barthes)”. Jurnal ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan anlisis semiotika Roland Barthes, mengambil subjek yang difokuskan kepada Tokoh Rudy dengan dilihat melalui segi Denotasi menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada non realitas, menghasilkan makna implisit dan Mitos. Hasil penelitian yang di dapatkan dalam penelitian ini yaitu representasi pesan moral dalam film Rudy Habibie terdapat kaitannya dengan teori yang dikemukakan oleh Roland Barthes.20 Peberdaan yang penelitian ini dengan yang penulis lakukan yaitu objek penelitiannya, yang mana penulis dalam penelitian yang penulis lakukan akan membahas terntang representasi pesan moral pada tokoh protagonis dalam film Yuni (2021).21

3. Jurnal yang berjudul, “Representasi Feminisme dalam Film Snow White and The Huntsman”yang disusun oleh Yolanda Hana Chornelia, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode Semiotika untuk meneliti bagaimana feminisme direpresentasikan dalam film “Snow White and the

19 Yoyon Mudjiono, “Kajian Semiotika Dalam Film,” Ilmu Komunikasi 1, no. 1 (2011).

20 Bagus Fahmi Weisarkurnai, “Representasi Pesan Moral Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo (Analisis Semiotika Roland Barthes),” Jom Fisip 4, no. 1 (2017): 1–14.

21 Weisarkurnai.

(25)

Huntsman”.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan memilah adegan-adegan dalam film “Snow White and the Huntsman”, kemudian mengumpulkan teks berupa tanda dan lambang dalam film, selanjutnya menerangkan isi teks dengan cermat dan mengidentifikasikan semua unsur di dalam teks, menafsirkan teks dengan melihat makna dan implikasi masing-masing tanda secara terpisah, kemudian secara kolektif. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu membahas tentang representasi pesan moral protagonis yang terdapat dalam film Yuni (2021).22

4. Jurnal yang berjudul “Watak Tokoh Protagonis dalam Novel Perang Karya I Gusti Ngurah Putu Wijaya” oleh Sigit Munanto dan Ade Rahima. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data-data yang berhubungan dengan penokohan para tokoh pada novel ýang berjudul “Perang” karya I Gusti Ngurah Putu Wijaya yang dijadikan bahan dalam penelitian ini. Berdasarkan data penelitian ini diperoleh hasil temuan watak tokoh protagonis dengan mengambil 4 kutipan dari 20 kutipan di masing-masing watak tersebut untuk di analisis. Perbedaan dalam pebelitian ini yaitu membahas representasi pesan moral pada tokoh protagonis yang terdapat dalam film Yuni (2021).23

5. Jurnal yang berjudul “Pesan Moral dalam Film Yowis Ben” yang di susun oleh Galuh Andy Wicaksono dan Fathul Qorib. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menganalisa potongan- potongan gambar atau visual baik secara artistik maupun act pada beberapa tokoh, serta adegan-adegan yang terdapat pada film “Yowis Ben”, dan juga dari dialog-dialog yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah tersebut. Dianalisis menggunakan analisis teori Semiotika Charles Sander Peirce. Perbedaan penelitian ini dengan Representasi Pesan Moral Pada Tokoh Protagonis dalam Film Yuni (2021) adalah dalam penelitian ini menggunakan seniotika Charles, sedangkan penulis menggunakan semiotika Rolland Barthes.24

6. Jurnal yang berjudul “Representasi Perempuan Metropolitan Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita” yang disusuin oleh Sigit Surahman (2014). Penelitian ini menggunakan teori representasi sebagai teori

22 Chornelia, “Representasi Feminisme Dalam Film ‘Snow White and The Huntsman.’”

23 Sigit Munanto and Ade Rahima, “Watak Tokoh Protagonis Dalam Novel Perang Karya I Gusti Ngurah Putu Wijaya,” Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia 4, no. 1 (2020): 103, https://doi.org/10.33087/aksara.v4i1.171.

24 Galuh Andy Wicaksono and Fathul Qorib, “Pesan Moral Dalam Film Yowis Ben,” Jurnal Komunikasi Nusantara 1, no. 2 (2019): 72–77, https://doi.org/10.33366/jkn.v1i2.23.

(26)

utama. Teori representasi Stuart Hall yang bermaksud untuk menemukan dan melihat bagaimana penggambaran perempuan metropolitan, Kemudian teori semiotika Roland Barthes digunakan sebagai pisau analisis untuk menemukan simbol-simbol, makna, dan pesan yang merepresentasikan perempuan metropolitan pada film ini.

Perbedaan nya dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu dalam penelitian ini adalah film yang akan dibahas adalah film Yuni (2021) yang disutradarai oleh Kamila Andini.25

7. Jurnal yang berjudul “Analisis Pesan Moral dalam Film Jangan Baca Pancasila Karya Rafdi Akbar” yang di susun oleh Dani Manesah, Rosta Minawati, dan Nursyirwan (2018). Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan tanda yang terdapat pada film Jangan baca pancasila karya Rafdi Akbar akan dibahas menggunakan analisis semiotika. Pesan moral yang terdapat dalam film Jangan Baca Pancasila,dilihat dari sisi pandang kehidupan dengan melalui tanda yang muncul, dan ditampilkan baik itu secara visual maupun verbal pada setiapscene, terkandung beberapa pesan moral yaitu adanya hubungan manusia dengan tuhan sang pencipta, hubungan manusia dengan manusia, dan adanya hubungan manusia dengan lingkungan.

Perbedaan antara penelitian ini dengan representasi pesan moral pada tokoh protagonis dalam film Yuni (2021) adalah pada penelitian film Yuni (2021) adalah objek penelitiannya yang mana dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang film Yuni (2021).26

8. Jurnal yang berjudul “Representasi Pesan Moral Dalam Film Tilik (Analisis Semiotik Roland Barthes)” yang disusun oleh Intan Leliana, Mirza Ronda, Hayu Lusianawati (2021). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berupa analisis semiotik terhadap representasi film Tilik. Hasil yang di dapat dari penelitian ini adalah terdapat banyak tanda dalam film Tilik yang mengandung makna tersirat. Film ini juga mengungkapkan dua pesan besar dalam menerima berita, yakni berita hoaks atau berita bohong dan kebebasan perempuan dalam memilih hak hidupnya. Perbedaan penelitian ini dengan yang penulis lakukan adalah pada penelitian Representasi pesan moral pada tokoh protagonis dalam film Yuni (2021) penulis hanya mengambil moral yang di

25 Sigit Surahman, “Representasi Perempuan Metropolitan Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita.”

26 Dani Manesah and Rosta Minawati, “Analisis Pesan Moral Dalam Film Jangan Baca Pancasila Karya Rafdi Akbar,” Proporsi 3, no. 2 (2018): 176–87, https://www.e-journal.potensi- utama.ac.id/ojs/index.php/PROPORSI/article/view/564.

(27)

representasikan oleh tokoh Yuni yang sekaligus tokoh protagonis utama dalam film Yuni (2021).27

9. Jurnal yang berjudul “Semiotika Gender dalam Film Brave” yang disusun oleh Maulia Putri Sutorini, Muhammad Alif, dan Sarwani dari Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin (2019). Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis semiotika Rolland Barthes. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah film Brave produksi Disney Movie dan Pixar pada tahun 2012.hasil yang di dapat dari penelitian ini adalah Merida sebagai sosok perempuan dan juga seorang putri dituntut untuk bertindak sempurna oleh lingkungannya. Makna konotasi yang muncul adalah, Penolakan Merida akan perjodohan dikaitkan sebagai tindakan yang melawan tradisi dan berhubungan dengan akan terjadinya bencana di tanah Dunbroch. Perbedaan penelitian ini dengan yang penulis bahas adalah objek penelitiannya, yang mana dalam penelitian ini penulis hanya mengambil bentuk pesan moral yang di dapat dari tokoh Yuni dalam film Yuni (2021).28

10. Jurnal yang berjudul “Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film 3 Dara” yang disusun oleh Asnat Riwu dan Tri Pujiati yang merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang (2018). Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan wujud makna denotasi, makna konotasi, dan mitos yang terdapat di film “3 Dara”.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan analisis semiotika dari Roland Barthes. Makna denotasi dan makna konotasi dalam penelitian ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa pentingnya bersikap sopan dan menghargai seorang perempuan dan kepada siapa pun. Karena apa pun yang kita tabur di dunia ini, baik itu perkataan, sikap baik dan buruk kepada sesama, kita akan menuainya suatu hari nanti. Perbedaan penelitian ini dengan yang penulis lakukan adalah objek dari penelitian yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini.29

27 Intan Leliana, Mirza Ronda, and Hayu Lusianawati, “Representasi Pesan Moral Dalam Film Tilik (Analisis Semiotik Roland Barthes),” Cakrawala - Jurnal Humaniora 21, no. 2 (2021): 142–56, https://doi.org/10.31294/jc.v21i2.11302.

28 Maulia Putri Sutorini, Muhammad Alif, and Sarwani Sarwani, “Semiotika Gender Dalam Film Brave,” ProTVF 3, no. 1 (2019): 101, https://doi.org/10.24198/ptvf.v3i1.21246.

29 Asnat Riwu and Tri Pujiati, “Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Film 3 Dara,” Deiksis 10, no. 03 (2018): 212, https://doi.org/10.30998/deiksis.v10i03.2809.

(28)

2.2 Landasan Teori

Teori merupakan sekumpulan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi melihat fenomena secara sistematik dan menyeluruh, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Landasan teori merupakan salah satu tahapan dalam proses penelitian yang harus dilakukan oleh peneliti. Penyususnan landasan teori menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan langkah- langkah penelitian. Pada kajian teori, peneliti mengidentifikasikan topik penelitiannya.

2.2.1 Teori Representasi

Teori Representasi Stuart Hall memperlihatkan bahwa suatu proses di mana arti (meaning) di produksi dengan menggunakan bahasa (language) dan dipertukarkan oleh antar anggota kelompok dalam sebuah kebudayaan (culture). Representasi menghubungkan antara konsep (concept) dalam benak kita dengan menggunakan bahasa yang memungkinkan kita untuk mengartikan benda, orang, kejadian yang nyata (real), dan dunia imajinasi dari objek, orang, benda, dan kejadian yang tidak nyata (fictional).30

Kata Representasi jelas merujuk pada diskripsi terhadap orang- orang yang membantu mendefinisikan kekhasan kelompok-kelompok tertentu. Tetapi kata tersebut juga merujuk pada penggambaran (yaitu representasi). Kata tersebut tidak hanya tentang penampilan di permukaan.

Kata tersebut juga menyangkut makna-makna yang dikaitkan dengan penampilan yang dikonstruksi, misalnya makna tentang Film dengan Pemerannya. Apa yang disampaikan oleh suatu media sangat bergantung pada kepentingankepentingan di balik media tersebut.31

Menurut Giles pada bab 3 dalam buku Studying Culture: A Practical Introduction, terdapat tiga definisi dari kata “represent”’ yakni:

1. To stand in for. Hal ini dapat dicontohkan dalam peristiwa bendera suatu negara, yang jika dikibarkan dalam suatu event olahraga, maka bendera tersebut menandakan keberadaan negara yang bersangkutan dalam event tersebut.

2. To speak or act on behalf of. Contohnya adalah Pemimpin menjadi orang yang berbicara dan bertindak atas nama rakyatnya.

30 Stuart Hall, “The Work of Representation ” , Representation: Cultural Representation and Signifying Practices. Ed. Stuart Hall, Sage (London, 2003).

31 Burton; Leliana, Ronda, and Lusianawati, “Representasi Pesan Moral Dalam Film Tilik (Analisis Semiotik Roland Barthes).”hal 144

(29)

3. To re-present. Dalam arti ini, misalnya tulisan sejarah atau biografi yang dapat menghadirkan kembali kejadian-kejadian di masa lalu.32

Melalui representasi, suatu makna di produksi dan dipertukarkan antar anggota masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa representasi secara singkat adalah salah satu cara memproduksi makna. Representasi bekerja melalui sistem representasi yang terdiri dari dua komponen penting, yakni konsep dalam pikiran dan bahasa. Dapat disimpulkan bahwa representasi adalah suatu proses untuk memproduksi makna dari konsep yang ada difikiran kita melalui bahasa. Namun proses pemaknaan tanda juga bergantung pada latar belakang pengetahuan dan pemahaman suatu kelompok sosial terhadap suatu tanda. 33

Istilah representasi melihat pada bagaimana orang, satu kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan. Penggambaran ini bisa bernilai positif maupun bernilai negatif. Dalam konteks film aspek representasi meliputi bagaimana aspek pakaian, lingkungan, ucapan, dan ekspresi.34

Representasi merupakan hubungan antara konsep-konsep pikiran dan bahasa yang memungkinkan pembaca menunjuk pada dunia yang sesungguhnya dari suatu obyek, realitas, atau pada dunia imajiner tentang obyek fiktif, manusia atau peristiwa. Jadi representasi merupakan proses di mana para anggota sebuah budaya menggunakan bahasa untuk memproduksi makna. Bahasa dalam hal ini didefinisikan secara lebih luas, yaitu sebagai sistem apapun yang menggunakan tanda-tanda yang bisa berbentuk verbal maupun nonverbal. Pengertian tentang representasi tersebut memiliki makna asli atau tetap (the true meanings) yang melekat pada dirinya.35

2.2.2 Semiotika Roland Barthes

Semiologi pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure, bapak linguistik modern dalam bukunya yang menjadi klasik dalam bidang linguistik yaitu, Course de Linguistique Generale.

32 Judy Giles, Studying Culture: A Practical Introduction (Oxford, 1999).hal 56-57.

33 Sigit Surahman, “Representasi Perempuan Metropolitan Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita.”

2010 Vol.3 No. 1 hal 43, 44

34 Noni Anggraini, “Representasi Perempuan Dalam Film Moana,” Communication 3, no. 1 (2018), https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21111/ettisal.v3l1.2263.

35 Sigit Surahman, “Representasi Perempuan Metropolitan Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita.”

hal 44

(30)

Semiotika adalah Ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda. Semiotik biasanya di definisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol- simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal (semua tanda atau sinyal yang bisa di akses dan bisa diterima oleh selutuh indera yang kita miliki), ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis disetiap kegiatan dan perilaku manusia.36

Semiotik bertujuan untuk mencari produksi dan konsumsi makna yang ada pada tanda. Kajian semiotik merupakan sebuah cara atau metode untuk menganalisisdan memberikan makna-makna terhadap lambang- lambang yang terdapat pada lambang-lambang pesan atau teks.37

Salah satu tokoh terpenting dalam semiologi adalah Roland Barthes. Roland Barthes lahir di Chevourg pada tahun 1915 dan meninggal di Paris pada tahun 1980. Barthes memulai karirnya sebagai penulis kemudian mengabdikan dirinya pada semiologi. Barthes berpendapat bahwa, masyarakat merupakan sebuah kontruksi yang terabadikan melalui tanda-tanda yang menguak wujud nilai-nilai dominan dalam suatu kelompok masyarakat.

Roland Barthes merupakan tokoh lain yang mengikuti pemikiran Saussure. Ketika untuk pertama kalinya membaca buku Saussure, Barthes melihat kemungkinan-kemungkinan untuk menerapkan semiologi atas bidang-bidang lain. Tapi pemikirannya bertentangan dengan Saussure, Barthes memiliki pandangan bahwa sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.38

36 Syaiful Qadar Basri; Ethis Kartika Sari, “Semiotika Roland Barthes Tentang Makna Denotasi Dan

Konotasi Dalam Tari Remo” 2, no. 1 (2019): 55–69,

https://doi.org/https://doi.org/10.26740/geter.v2n1.p55-69.

37 Sari.

38 Sari.hal 59

(31)

Gambar 2. 1 Teori Semiotika Roland Barthes

Secara lebih khusus, ringkasan mengenai langkah-langkah yang akan di analisis dan di olah oleh semiotika. Adapun pengertian pada peta tanda Roland Barthes adalah sebagai berikut :

1. Signifier ( penanda ), bunyi yang bermakna ataupun coretan yang mempunyai makna. Sehingga penanda merupakan sebuah aspek material dari sebuah bahasa apa yang dikatakan ataupun didengar apa yang ditulis ataupun apa yang dibaca.

2. Signified ( Petanda ), pada konsep ini makna muncul ketika adanya hubungan yang bersifat asosiasi yang akan ditandai ( signified ) dan yang akan menandai (signifier ).

3. Denotative Sign ( Tanda Denotatatif ) kesatuan dari suatu bentuk penanda ( signifier ) sebuah ide atau penanda ( signified ). adalah gambaran mental, pikiran, dan konsep.

4. Connotative Signifier (Penanda Konotatif) tanpa adanya petanda tidak akanberarti apa-apa oleh karena itu sebaliknyapetanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda, pada petanda atau yang ditandakan termasuk tanda sendiri merupakan faktor linguistik.

5. Connotative Signified (Petanda Konotatif) Penanda dan petanda adalah sebuah kesatuan antara dua sisi dari selembar kertas sehingga pada dasarnya semiology ataupun semiotikamempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai sebuah hal (things). Memaknai (to signify) hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif) Merupakan sebuah objek tidak hanya membawa sebuah informasi dari objek yang hendak dikomunikasikan,akan tetapi menyusun sebuah sistem yang terstruktur dari sebuah tanda.39

39 Manesah and Minawati, “Analisis Pesan Moral Dalam Film Jangan Baca Pancasila Karya Rafdi Akbar.”hal 183

1. Signifier (Penanda)

1. Signified (Petanda) 3.Denotative Sign (Tanda Denotasi)

3.Conotativev Sign (Penanda Konotasi)

3. Conotative Signified (Petanda Konotasi)

2. Conotative Sign (Tanda Konotasi)

(32)

Melalui gambar diatas, seperti yang dikutip Fiske, menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari sebuah tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya.40

Dalam pembahasannya, Sobur menjelaskan bahwa mitos membantu kita untuk memaknai pengalaman-pengalaman kita dalam satu konteks budaya tertentu. Barthes berpendapat bahwa mitos melakukan naturalisasi budaya, dengan kata lain, mitos membuat budaya dominan, nilai-nilai sejarah, kebiasaan dan keyakinan yang dominan terlihat “natural”, “abadi”, “masuk akal”, “objektif”, dan

“benar biacara apa adanya”. Tatanan pertandaan Barthes (Order of Signification) terdiri dari:

1. Denotasi makna kamus dari sebuah kata atau terminologi atau objek (literal meaning of term or object).

2. Konotasi makna-makna kultural yang melekat pada sebuah terminologi (the cultural meanings that become attached to a term).

3. Metafora mengkomunikasikan dengan analogi. Misalkan menganalogi sesuatu identitasnya, yaitu “cintaku adalah mawar merah”, hal itu mengartikan mawar merah digunakan untuk menganalogikan cinta.

4. Simile subkategori metafir dengan menggunakan kata-kata

“seperti”. Misalkan metafor berdasarkan identitas, sedangkan simile berdasarkan kesamaan.

5. Metonimi mengkomunikasikan dengan asosiasi yang dibuat dengan cara menghubungkan sesuatu yang kita ketahui dengan sesuatu yang lain.

6. Sinekdok subkategori metonimi yang memberikan makna

“keseluruhan” atau “sebaliknya. Artinya sebuah bagian digunakan untuk mengasosiasikan keseluruhan bagian tersebut.41

40 Jhon Fiske, “Indtroduction to Communication Studies,” 1990, 88.

41 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012).

(33)

2.2.3 Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Yang kedua, film dapat diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Pada hakikat nya, semua film adalah dokumen sosial dan budaya yang membantu mengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan sekalipun ia tak pernah dimasukkan untuk itu.42

Film sebagai produk budaya memiliki peran yang sangat penting dalam penyampaian pesan budaya lokal. Seperti hal nya di Hollywood dan belahan dunia lain, Indonesia pernah memanfaatkan kekuatan budaya dan ekonomi dalam film selama era kepemimpinan Soekarnao dengan tujuan mengukuhkan kekuasaan Orde Baru selama 32 tahun. Sebut saja film G30S PKI dan Janur Kuning yang meceritakan kepemimpinan Soeharto yang digambarkan sebagai pahlawan bangsa, tokoh pembela pribumi dan pemimpin yang adil. Kini, sejak era Soekarno berakhir industri film Indonesia terus berkembang. Penggambaran akan budaya lokal dan pemanfaatannya sebagai alat penyampaian pesan baik politik dan sebagai alat penggiat ekonomi tetap muncul pada industri film Indonesia dewasa ini. Namun demikian, variasi genre, produk, dan jenis film menjadi lebih beragam dan bebas dalam kaitannya mengekspresikan ideologi pembuat film.43

Di Indonesia, film pertama kali diputar di Batavia pada tahun 1900.

Sejak saat itu film jadi sangat digemari masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu media hiburan populer di Indonesia. Tercatat bahwa sebanyak 300 bioskop berdiri di kota-kota besar Indonesia sepanjang tahun 1900 hingga 1942. Pada tahun 1926 Indonesia mulai memproduksi film pertama yang berjudul Loetoeng Kasaroeng yang di produksi oleh NV Java Film Company. Pada masa itu industri film Indonesia dipegang oleh para pekerja asing yang sebagian besar warga negara Eropa dan Cina, sedangkan pribumi hanya memegang sebagian kecil peran. Industri film di Indonesia mulai dipegang oleh pribumi pada tahun 1950 dengan di produksinya film Darah dan Doa oleh Usmar Ismail, dan pada tahun inilah

42 Weisarkurnai, “Representasi Pesan Moral Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo (Analisis Semiotika Roland Barthes).”

43 Idola Perdini Putri et al., “Industri Film Indonesia Sebagai Bagian Dari Industri Kreatif Indonesia,” LISKI 3, no. 1 (2017): 24–42, https://doi.org/https://doi.org/10.25124/liski.v3i1.805.

(34)

menjadi tonggak awal yang diakui sebagai berdirinya industri film Indonesia.44

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang perfilman pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan prananta sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematrogafi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Film merupakan salah satu dari bagian media massa, karena media massa berbentuk menggunakan media, memberikan efek tidak langsung, bersifat serentak dan dengan jumlah komunikan yang banyak.45

Film merupakan media yang sangat efektif dalam menyampaikan pesan atau sebagai sarana komunikasi karena memiliki banyak penonton atau penikmat. Film juga merupakan media yang lengkap karena dilengkapi dengan ilustrasi gambar bergerak dan suara. Pesan yang disampaikan pun berbentuk cerita yang menjadi sarana untuk menyebarluaskan suatu pesan atau informasi. Film sebagai salah satu media massa yang menjadi saluran berbagai macam gagasan dan konsep yang dapat memunculkan dampak tertentu dari penayangannya. Oleh karena itu, film adalah salah satu alat untuk menghadirkan realitas sosial yang direpresentasikan sebagai realitas media.46

Banyak defenisi film yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Alex Shobur, bahwa film merupakan bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk mencari relevasi antara film dengan realitas kehidupan. 47

Dan menurut Onong Uchana Effendy, film merupakan media bukan saja sebagai hiburan tetapi juga sebagai penerangan dan pendidikan. Para ahli bahasa merumuskan film sebagai “gambaran hidup” (artinya, gambar yang dihidupi atau kehidupan yang dilayarkan dalam gambar-gambar/ citra- citra). Dalam gambaran hidup memuat 2 unsur penting, yaitu sisi visible (gambar) dan sisi invisible (yaitu, pesan dan nilai dibaliknya).48

Sementara, Jakob Sumardjo dari pusat pendidikan film dan televisi, menyatakan bahwa film berperan sebagai pengalaman dan nilai.49 Selain itu

44 Idola Perdini Putri, Reni Nuraeni, dkk, Industri Film Indonesia Sebagai Bagian Dari Industri Kreatif Indonesia, Jurnal Liski | Vol. 3. No. 1, 2017, hal.32,33.

45 Sigit Surahman, “Representasi Terkait Penampilan Feminis Pada Tokoh Alice Dalam Film Alice in Wonderland 2010” 1, no. feminism (2019).hal.35

46 Sutorini, Alif, and Sarwani, “Semiotika Gender Dalam Film Brave.”hal. 104-105.

47 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 No. 32

48 Lembaran Negara Republik Idonesia. hal 95

49 Aep Kusnawan, Komunikasi Dan Penyiaran Islam-Mengembangkan Tablig Melalui Media Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film, Digital (Bandung: Benang Merah Press, 2004).hal 94

(35)

film juga dapat digunakan sebagai alat propaganda, karena film dianggap memiliki jangkauan, realisme dan popularitas yang hebat. Upaya pengembangan pesan dengan hiburan sudah lama diterapkan dalam kesustraaan dan drama. Namun, unsur film dalam mengembangkan pesan memiliki kelebihan karena dalam segi kemampuannya film dapat menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat dan serentak dan kemampuan film mampu memanipulasi kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis tanpa kehilangan kridebilitas.50 Karena film diangkat dari bayangan kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan seharihari, itulah sebabnya selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan.51 Menurut Graenie Turner, film dibentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi dan idiologi dari kebudayaan masyarakat.52

Ardianto dkk53 membagi film menurut jenisnya adalah sebagai berikut :

1) Film Cerita

Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita, sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Cerita dalam film ini diambil dari kisah- kisah sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari-hari, atau khayalan yang diolah untuk menjadi film.54

2) Film Berita

Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar- benar terjadi. Kamera sekedar merekam peristiwa, karena sifatnya berita, film ini disajikan kepada publik harus bernilai berita (newsvalue), film berita menitikberatkan pada segi pemberitaan kejadian aktual, misalnya dokumentasi peristiwa perang, dan dokumentasi upacara kenegaraan.55

3) Film Dokumenter

Istilah documentary awalnya digunakan oleh seorang (sutradara director) Inggris Jhon Grierson. Film dokumenter didefenisiskan

50 Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Edisi Ke-2 (Erlangga, 1987).hal 15

51 Kusnawan, Komunikasi Dan Penyiaran Islam-Mengembangkan Tablig Melalui Media Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film, Digital.hal 94

52 Kusnawan.hal 95

53 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Edisi Revisi) (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004).hal 140

54 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya, 2003).hal 211

55 Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: PT Grasindo, 1996).hal 13

(36)

oleh Grierson sebagai karya ciptaan mengenai kanyataan (creative treatment of actuality), Titik berat dalam film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Raymond Spottiswoode dalam bukunya A Grammar of the Film menyatakan “Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatis dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik. Dan dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibandingkan dengan isinya.56

4) Film Kartun

Film kartun adalah film yang berasal dari lukisan para seniman.

Titik berat dalam pembuatan film karun adalah seni lukis. Film ini adalah hasil dari imajinatif para seniman lukis yang kemudian menghidupkan gambar-gambar seolah-olah hidup.57 Film kartun juga disebut sebagai film animasi film animasi memanfaatkan gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain, seperti;

boneka, meja dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi seperti halnya Mickey Mouse, Donald Duck dan Sincan.58

2.2.4 Protagonis

Nurgiyantoro, menjelaskan “Tokoh adalah suatu kepribadian fiksi yang mewakili suatu figur dengan predikat penilaian tertentu baik secara fisik maupun mental. 59 Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama (central character) yaitu memegang peranan penting dalam sebuah cerita dan ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita dan tokoh tambahan (peripheral character) biasanya hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.60

Berdasarkan definisi yang diambil dari Wikipedia bahasa Indonesia, protagonis berasal dari bahasa Yunani Kuno “prōtagōnistḗs” yang berarti

“orang yang memainkan bagian pertama, aktor utama”. Protagonis

56 Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi.hal 212-214

57 Effendy.hal 216

58 Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film.hal 7

59 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010);

Muhammad Sidiq and Ngusman Abdul Manaf, “Karakteristik Tindak Tutur Direktif Tokoh Protagonis Dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan,” Lingua Franca: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya 4, no. 1 (2020): 13–21. hal.20

60 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2017).hal 258

(37)

seringkali digambarkan sebagai karakter yang paling banyak menghadapi konflik dan rintangan. Protagonis disebut sebagai the pivotal character karena protagonis merupakan karakter terpenting dalam sebuah cerita dan akan memimpin jalannya cerita.61 Maka dalam film, tokoh protagonis sangat berperan penting karena tokoh ini yang akan menggiring penonton kedalam nilai dari film tersebut serta dapat menginspirasi dan mengedukasi.62

Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita. Maka, kita sering mengenalinya sebagai yang memiliki kesamaan dengan kita, permasalahan yang dihadapinya seolah-olah juga sebagai permasalahan kita, demikian pula halnya dalam menyikapinya. Seolah-olah kita turut berempati dan merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut.63

Konflik yang dialami oleh tokoh protagonis tidak harus hanya disebabkan oleh tokoh antagonis. Tokoh antagonis adalah tokoh yang biasa kita ketahui merupakan karakter yang menyebabkan timbulnya konflik dan ketegangan sehingga cerita menjadi menarik. Akan tetapi konflik yang dialami proatagonis bisa saja di sebabkan oleh hal-hal lain yang diluar individualitas seseorang, misalnya bencana alam, kecelakaan, lingkungan alam dan sosial, aturan-aturan sosial, nilai-nilai moral, kekuasaan yang lebih tinggi, dan sebagainya.64

2.2.5 Pesan Moral

Moral dapat diartikan sebagai suatu ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan. Kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti, yaitu kebiasaan, adat.

Sementara itu, yang dimaksud moral dalam bahasa Arab berarti budi pekerti sama dengan pengertian akhlak, sedangkan dalam konsep Indonesia moral berarti kesusilaan. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

61 Riri Aryani Widjono, 2015 “Penerapan Ensemble Character dalam Film Pendek Sumpit”, 8(1) hal. 35.

62. Ni Putu, Cempaka Ary Suandayani and I Komang, Arba Wirawan and I Dewa Made, Darmawan (2019) Penerapan Penokohan Protagonis Dalam Film “Kapiambeng”. Working Paper. ISI Denpasar, Denpasar, Bali.

63 Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, 2017.hal 261

64 Nurgiantoro.hal 261-261

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kehadiran bangsa asing di Maluku yang diawali oleh bangsa Portugis dan Spanyol pada abad XVI, dan kemudian bangsa Belanda pada abad XVII, telah membuat

Hasil kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman peserta tentang bijak berinternet dan bersosial media, serta mampu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dari cuitan Puisi “Doa yang ditukar” , Fadli Zon menggambarkan bahwa lawan politiknya dalam masa kampanye telah menggunakan

Judul yang dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan adalah “Analisis Penggunaan Input Produksi Pada Usaha Kebun Kelapa Sawit Elaeis Guineensis Di Desa Rajik Kecamatan

Analisis kinematika scanline III Mengetahui apakah suatu lereng itu berpotensi longsoran guling mungkin terjadi atau tidak, yang perlu diperhatikan adalah keberadaan dari

Jumlah Tarsius sebanyak 2 ekor yang didapatkan pada perkebunan karet tradi- sional menunjukkan bahwa penutupan tumbuhan pada lokasi tersebut mampu memberikan habitat bagi

Form kartu persediaan adalah form yang digunakan untuk menampilkan laporan kartu persediaan yang berasal dari master barang berupa kuantitas barang yang masuk dan

Halaman ini akan tampil jika user memilih master data ± form kriteria yang ada pada menu atas halaman administrator, pada halaman ini seorang user dapat menambah,