• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Terhadap Inovasi Guru Dalam Pembelajaran Shorof: Studi Kasus di Mts

N/A
N/A
Samin

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Terhadap Inovasi Guru Dalam Pembelajaran Shorof: Studi Kasus di Mts"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Terhadap Inovasi Guru Dalam Pembelajaran Shorof: Studi Kasus di Mts

I. Pendahuluan A. Latar Belakang

Pembelajaran Nahwu di tingkat sekolah menengah pertama merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup penting keberadaannya.

Namun, saat ini masih banyak siswa yang kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini tak terlepas dari peran guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, dan keberhasilan pembelajaran yang tentunya sangat tergantung dari cara guru dalam mengajar. Jika satu cara yang kurang berhasil dalam memperkenalkan ilmu Nahwu, maka diperlukan cara lain yang lebih efektif.

Sementara itu, inovasi guru dianggap sebagai salah satu solusi dalam menciptakan pembelajaran yang lebih berkualitas. Inovasi guru sangat vital untuk mengembangkan pendidikan dan mengantisipasi kesenjangan antara teknologi dan edukasi, serta meningkatkan proses pembelajaran. Karena itulah, peran dan tanggung jawab seorang guru sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran.

Namun, tidak semua guru memiliki keterampilan dalam inovasi pembelajaran. Bahkan terkadang, seorang guru merasa terjebak dalam rutinitas dan kurang tahu cara untuk mengubah metode pengajaran mereka menjadi lebih inovatif. Tentunya dibutuhkan studi kualitatif agar dapat memperoleh gambaran mengenai inovasi apa yang sudah di lakukan oleh guru serta faktor apa saja yang membantu atau justru menghambat upaya guru dalam melakukan inovasi.

(2)

Dalam melakukan inovasi pembelajaran, setiap guru memiliki metode dan pendekatan yang berbeda. Hal ini bisa dikarenakan oleh pengalaman mereka selama bertugas, kepribadian, serta lingkungan sekitar. Oleh karena itu, studi kasus menjadi alternative yang baik dalam penelitian ini. Mengambil studi kasus di MTs, penelitian ini akan membahas bagaimana guru-guru tersebut melakukan inovasi di dalam kelas dan menganalisa faktor apa saja yang mendukung atau menghambati proses tersebut.

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam melakukan inovasi pembelajaran Nahwu dengan cara yang lebih efektif. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan gambaran kepada pihak sekolah mengenai pentingnya inovasi dalam proses pembelajaran.

Sebab dianggap penting bagi manajemen sekolah agar mampu merancang program inovasi yang terukur dan efektif guna menghasilkan siswa yang berkualitas.

Dalam menyusun proposal penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode kualitatif yang meliputi pengumpulan data oleh peneliti sendiri, observasi lapangan, wawancara mendalam dengan guru- guru, serta analisis data. Metode ini dipilih karena ingin memperoleh gambaran yang akurat dan mendalam mengenai inovasi guru dalam pembelajaran Nahwu. Semua data yang diperoleh akan diolah dan disajikan dalam bentuk temuan penelitian, serta akan dianalisis agar dapat memberikan kesimpulan dan rekomendasi yang jelas.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk inovasi guru dalam pembelajaran Nahwu yang sudah dilakukan di MTs dan apa saja jenis inovasi yang paling efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran?

(3)

2. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi inovasi guru dalam pembelajaran Nahwu di MTs?

3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan oleh guru-guru di MTs untuk menghadapi masalah yang sering terjadi dalam inovasi pembelajaran Nahwu agar dapat membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik dan efektif?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk inovasi yang sudah dilakukan oleh guru- guru MTs dalam pembelajaran Nahwu dan jenis inovasi apa yang paling efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi guru dalam pembelajaran Nahwu, baik secara internal maupun eksternal, seperti kemampuan guru dalam penggunaan teknologi, lingkungan sekolah, dan faktor lainnya.

3. Untuk menyajikan rekomendasi bagi guru-guru dan pihak sekolah dalam meningkatkan inovasi pembelajaran Nahwu di MTs, termasuk strategi apa saja yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah yang sering terjadi dalam inovasi pembelajaran Nahwu agar dapat membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik dan efektif.

4. Untuk menyajikan hasil penelitian yang berguna sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan pembelajaran Nahwu di MTs, termasuk guru, siswa, orang tua, dan pihak sekolah lainnya.

5. Untuk menyumbangkan penelitian yang berkualitas dan dapat bermanfaat dalam

(4)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan, khususnya dalam pengembangan pembelajaran Nahwu di MTs.

2. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru, pihak sekolah, dan pihak lain yang berkaitan dengan pembelajaran Nahwu di MTs, termasuk siswa dan orang tua siswa, sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Nahwu.

3. Manfaat sosial. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat, khususnya di bidang pendidikan, dan dapat memberikan solusi bagi permasalahan dalam pembelajaran Nahwu di MTs.

4. Manfaat konseptual. Penelitian ini dapat membantu mengkonstruksi basis konseptual yang lebih solid dan lebih lengkap mengenai inovasi dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Nahwu di MTs.

5. Manfaat metodologis. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi dalam penggunaan metode kualitatif dalam pengumpulan dan analisis data penelitian, khususnya dalam

II. Kerangka Teori

A. Teori Inovasi Pendidikan

Istilah inovasi berasal dari Bahasa Latin yaitu innovatio yang berarti perubahan atau pembaharuan. Kata kerjanya adalah innovo yang berarti memperbaharui atau mengubah. Inovasi merujuk pada suatu perubahan yang dilakukan secara berencana dan sengaja, yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyajikan sesuatu yang baru, berbeda dari yang

(5)

ada sebelumnya. Inovasi dapat meliputi perubahan dalam proses, produk, atau teknologi, dan diterapkan dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam berbagai bidang dan konteks, termasuk pendidikan.

Terdapat perbedaan dan persamaan antara istilah perubahan dan pembaharuan. Perbedaannya, unsur kesengajaan terdapat pada pembaharuan, sedangkan perubahan bisa terjadi tanpa dilakukan dengan niat atau sengaja. Persamaannya, keduanya memiliki unsur yang baru atau berbeda dari sebelumnya. Dalam konteks inovasi, kata "baru" dapat berarti segala hal yang baru dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima inovasi, meskipun sebenarnya tidak baru bagi orang lain. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua hal yang baru cocok dalam setiap situasi, kondisi, dan tempat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian dan analisis terlebih dahulu sebelum menerapkan inovasi tersebut agar benar- benar memberikan dampak positif pada pengembangan dan peningkatan kualitas, sesuai dengan bidang atau konteks yang tepat.

Menurut Ibrahim (1988), inovasi pendidikan mengacu pada inovasi dalam bidang pendidikan dan bertujuan untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi pendidikan dapat berupa ide, barang, atau metode baru yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok masyarakat. Inovasi tersebut bisa berupa hasil intervensi atau penemuan baru yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional secara efektif dan efisien.

Inovasi atau pembaharuan berkaitan dengan invention dan discovery. Invention menyatakan bahwa adanya penemuan sesuatu yang benar-benar baru berupa hasil kreasi manusia, dimana sebelumnya benda atau penemuan tersebut belum pernah ada dan kemudian diciptakan dalam bentuk yang baru. Sedangkan discovery merujuk pada penemuan benda atau hal yang telah ada sebelumnya, namun belum diketahui oleh orang.

(6)

Dalam konteks inovasi, usaha manusia dalam menemukan atau menciptakan hal-hal baru dilakukan dengan cara melakukan kegiatan, baik itu invention atau discovery. Inovasi dapat berupa hasil penemuan benda atau hal baru seperti invention, atau dengan cara menemukan benda atau hal yang sudah ada namun belum diketahui oleh orang seperti discovery.

Melalui cara tersebut, maka dimungkinkan adanya inovasi yang juga melibatkan hasil kreasi manusia dalam bentuk produk, metode pembelajaran, atau teknologi baru yang digunakan untuk meningkatkan kualitas di banyak bidang, termasuk dalam bidang pendidikan.

Inovasi atau pembaharuan dapat dikaitkan dengan dua istilah yaitu invention dan discovery. Invention mencakup penemuan benda atau hal yang benar-benar baru, hasil karya manusia yang diciptakan dengan cara menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Discovery, di sisi lain, merujuk pada penemuan benda atau hal yang sebenarnya telah ada sebelumnya namun belum diketahui oleh orang sebelumnya.

Oleh karena itu, inovasi dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menemukan benda yang baru dengan cara inventif dan melalui discovery. Ibrahim (1989) menyatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa ide, barang, kejadian, atau metode yang dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang atau kelompok masyarakat. Inovasi dapat berasal dari hasil invention maupun discovery dan dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti untuk memecahkan masalah yang ada.

Implementasi inovasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang seperti pendidikan.

Dalam inovasi pendidikan, terdapat dua model inovasi yang umum, yaitu top-down model dan bottom-up model . Top-down model adalah inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan. Contoh dari inovasi pendidikan seperti ini adalah inovasi pendidikan yang dilakukan oleh

(7)

Departemen Pendidikan Nasional selama ini . Sedangkan bottom-up model adalah model inovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.

Pelaksanaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing cenderung merupakan top-down innovation . Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya.

Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas selama beberapa dekade terakhir ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sekolah Persiapan Pembangunan, Guru Pamong, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul, Sistem Belajar jarak jauh dan lain-lain.

Namun, inovasi yang diciptakan oleh Depdiknas bekerjasama dengan lembaga-lembaga asing seperti British Council dan USAID banyak yang tidak bertahan lama dan hilang, tenggelam begitu saja.

Kendala-kendala yang mempengaruhi pelaksanaan inovasi pendidikan termasuk resistensi dari pihak pelaksana inovasi seperti guru, siswa, masyarakat dan sebagainya, faktor-faktor seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas dan dana, serta lingkup sosial masyarakat. Dalam pembahasan inovasi pendidikan, para ahli pendidikan telah mengungkapkan berbagai persepsi, pengertian, interpretasi tentang inovasi seperti Kennedy (1987), White (1987), Kouraogo (1987) yang memberikan berbagai macam definisi tentang inovasi yang berbeda-beda . B. Teori Pembelajaran Aktif

(8)

C. Teori Nahwu III. Metode Penelitian A. Metode Penelitian

B. Responden dan Lokasi Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Analisis Data

IV. Temuan Penelitian

A. Deskripsi Umum Responden

B. Inovasi Guru Dalam Pembelajaran Nahwu C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inovasi Guru V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

The cell wall of Staphylococcus aureus is also composed of a relatively thick layer of peptidoglycan that is surrounded by the celloic acid.23 Peptidoglycan and polysaccharide polymers

Algorithm 1Retrospective DAgger for Fixed Size 1: Inputs:,N the number of iterations,π1an initial policy trained on expert traces, αthe mixing parameter,{Pj}a set of training problem