1
ANALISIS TINDAK KECURANGAN AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG SUDAH DAN YANG BELUM MENEMPUH MATAKULIAH FORENSIC
ACCOUNTING AND FRAUD EXAMINATION
(Studi pada Mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)
Luluk Kusuma Dewi
Prof. Drs. Gugus Irianto, MSA., Ph.D, Ak.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apakah terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination, serta ditujukan untuk mendalami mengapa mahasiswa melakukan kecurangan dan matakuliah yang rentan terhadap tindak kecurangan akademik.
Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan model sequential explanatory. Peneliti menggunakan uji beda Mann-Whitney dalam melakukan uji hipotesis, serta melakukan wawancara untuk memperdalam mengapa mahasiswa melakukan kecurangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination. Alasan mahasiswa melakukan kecurangan karena belum siap dengan materi yang diujikan, dosen belum menjelaskan materi dengan baik, kurangnya pengawasan dan sanksi yang ketat terhadap perilaku kecurangan, adanya tekanan untuk mendapat nilai yang baik agar lulus matakuliah, adanya kesibukan di luar perkuliahan, serta tidak ingin membuat orang tua kecewa karena mendapat nilai yang kurang memuaskan. Kemudian, matakuliah yang sering membuat mahasiswa melakukan kecurangan adalah matakuliah prasyarat serta matakuliah keahlian akuntansi.
Kata kunci: Kecurangan akademik, Forensic Accounting and Fraud Examination
ABSTRACK
This research aimed to analyze whether there are differences of academic fraud among students who have and have not taken the Forensic Accounting and Fraud Examination course, and to explore the reasons students commit fraud and the courses that are prone to academic fraud. The method for this research is mixed-methods with sequential exlanaoty models. The researcher used the Mann-Whitney test for hypothesis testing, and conducted interviews to find out the reason why students cheated. The results showed that there were no differences in the intensity of academic fraud commited by students who had and had not attended the Forensic Accounting and Fraud Examination course. The reasons students still cheat are unpreparedness for the materials being tested, poor expalanation of materials by lecturers, lack of supervision and strict sanctions on fraudulent behavior, pressure to get good grades to pass the course, other activities outside the classroom, and not wanting to disappoint parents due to low grades. The subjects for which often commit fraud are prerequisite subjects and accounting skill subjects.
Keyword: Academic fraud, Forensic Accounting and Fraud Examination
Pendahuluan
Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan tinggi yang bertujuan memberi pengetahuan untuk dijadikan bekal dalam menghadapi dunia kerja. Perguruan tinggi mempunyai peran untuk mencetak tenaga profesional yang berkualitas, baik secara disiplin ilmu, moral, maupun etika profesi. Namun pada kenyataannya, karena berbagai hal masih banyak mahasiswa yang hanya berorientasi pada hasil dan ingin mendapat nilai yang baik secara instan. Masih ada mahasiswa yang tidak berorientasi pada proses sehingga melakukan segala cara termasuk melakukan kecurangan akademik agar mendapat nilai akhir yang baik sesuai dengan yang diinginkan.
Beberapa tindakan kecurangan akademik yang biasa dilakukan oleh mahasiswa antara lain
mencontek saat ujian, menyalin (copy paste) jawaban teman, menyalin dari internet tanpa menyebutkan sumbernya, plagiarisme, titip tanda tangan kehadiran, mempersiapkan contekan untuk ujian, menyalin tugas teman, bertanya kepada teman saat ujian atau kuis, melirik atau melihat jawaban teman, memberitahu jawaban kepada teman saat ujian atau kuis, dan masih banyak hal lain yang dapat dimasukkan ke dalam kriteria kecurangan akademik (Sagoro, 2013). Hal ini diperkuat dengan adanya survei yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Survei tersebut menunjukkan bahwa kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa saat ujian dan tergolong sering (lebih dari dua kali) antara lain: 1) menyalin hasil jawaban dari mahasiswa yang posisinya berdekatan selama ujian tanpa disadari mahasiswa lain tersebut sebesar 16,8%; 2) membawa dan menggunakan bahan yang tidak diijinkan/ contekan ke dalam ruang ujian sebesar 14,1%; 3) kolusi yang terencana antara dua atau lebih mahasiswa untuk mengkomunikasikan jawabannya selama ujian berlangsung sebesar 24,5%. Sementara itu, kecurangan akademik yang dilakukan saat
mengerjakan tugas antara lain: 1) menyajikan data palsu sebesar 2,7%; 2) mengijinkan karyanya dijiplak orang lain sebesar 10,1%; 3) menyalin bahan untuk karya tulis dari buku atau terbitan lain tanpa mencantumkan sumbernya sebesar 10,4%; dan 4) mengubah/memanipulasi data penelitian sebesar 4%.
Kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa tentunya ada alasan dan tujuan tertentu. Seperti yang dikemukakan olek Ikayanti (2017) alasan mahasiswa melakukan kecurangan semakin tinggi karena mahasiswa ingin memperoleh nilai yang tinggi, merasa memiliki tanggung jawab kepada orang tua, penjaga ujian yang tidak ketat, keinginan melakukan kecurangan karena teman sebaya melakukan kecurangan, tidak ingin sia-sia menempuh matakuliah selama satu semester dengan mendapat nilai yang jelek, terlalu banyak materi yang diujikan sehingga membuat mahasiswa malas untuk belajar, tidak memiliki waktu luang untuk belajar karena kesibukan di luar perkuliahan. Sementara itu, menurut Fitriana dan Baridwan (2012) perilaku kecurangan mahasiswa ditentukan oleh dimensi fraud triangle yaitu tekanan, peluang, dan rasionalisasi.
Banyaknya tindak kecurangan akademik khususnya yang dilakukan oeh mahasiswa jurusan akuntansi tentu akan berdampak pada masa dimana mereka akan bekerja nanti. Jika lulusan yang bekerja atau berkarir di berbagai tempat ini merupakan lulusan yang sering bertindak curang, maka dapat menyebabkan munculnya berbagai kasus kejahatan, seperti pemalsuan laporan keuangan atau penyelewengan dana yang hal ini tentunya tidak diinginkan oleh berbagai pihak (Sagoro, 2013). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tjoanda dan Diptyana (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap ketidakjujuran akademik dengan perilaku yang tidak etis terhadap sikap penipuan akuntansi.
Untuk mengurangi tindak kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa, maka perlu adanya sinergi atau kerja sama di berbagai pihak, baik itu oleh mahasiswa, dosen, serta pihak jurusan maupun fakultas sangatlah dibutuhkan. Pemberian edukasi terhadap mahasiswa tentang bahaya kecurangan dilakukan sejak dini guna mencegah semakin besarnya tingkat kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa. Dalam hal ini, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya membuat kurikulum dimana terdapat matakuliah yang dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan sikap, perilaku, dan etika agar sesuai dengan kode etik profesi yang dijalani. Salah satunya adalah matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination (FAFE). Menurut RPKPS Matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination (2017), matakuliah ini dirancang untuk “membuka jendela” pemahaman mahasiswa tentang Forensic Accounting and Fraud Examination serta untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan dan atau kompetensi mahasiswa dalam pencegahan, pendeteksian, dan investigasi tentang fraud.
Peneliti memilih matakuliah ini karena matakuliah ini memiliki keunikan dibandingkan dengan matakuliah lain, yaitu cakupan materi yang merupakan perpaduan dan pemanfaatan disiplin akuntansi, sistem informasi, auditing, etika dan hukum. Pada matakuliah ini disampaikan tentang apa itu kecurangan, bagaimana mencegah, mendeteksi, serta menginvestigasi kecurangan tidak hanya dalam bidang keuangan, namun juga pada seluruh aspek kehidupan. Metode pembelajaran dalam matakuliah ini juga lebih banyak menggunakan diskusi secara kelompok dalam membahas studi kasus yang ada. Hal ini bertujuan untuk mengasah pola pikir mahasiswa agar lebih kritis dan skeptis terutama dalam hal bagaimana mendeteksi, mencegah, dan menginvestigasi fraud serta kasus-kasus yang berkaitan dengan fraud (Silabus Matakuliah FAFE, 2017).
Beberapa penelitian terdahulu yang menghubungkan antara intensitas kecurangan akademik mahasiswa dengan pengambilan suatu mata kuliah tertentu telah banyak
dilaksanakan. Menurut Priyanti (2017) yang melakukan penelitian tentang perbedaan persepsi dan intensitas kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah etika bisnis dan profesi, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang sudah maupun yang belum menempuh matakuliah Etika Bisnis dan Profesi tidak memiliki intensitas yang berbeda dalam melakukan praktik kecurangan akademik. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Muslimah (2013) menyatakan bahwa meskipun mahasiswa telah memiliki persepsi yang positif terhadap kecurangan akademik, 90% responden mengaku pernah melakukan tindak kecurangan akademik.
Berdasarkan penelitian di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian yang bertemakan kecurangan akademik. Dengan objek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Oleh karena itu, berdasarkan beberapa pemaparan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan judul
“Analisis Tindak Kecurangan Akademik antara Mahasiswa yang Sudah dan yang Belum Menempuh Matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination”. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination sekaligus untuk memperdalam mengapa mahasiswa melakukan kecurangan akademik. Berdasarkan pemaparan tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination?
2. Mengapa mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination melakukan kecurangan akademik dan matakuliah apa yang rentan terhadap kecurangan akademik?
TELAAH PUSTAKA
Kecurangan (Fraud) dan Kecurangan Akademik (Academic Fraud)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecurangan berasal dari kata dasar curang yang berarti tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil. Sedangkan kecurangan itu sendiri berarti perihal curang, perbuatan yang curang, ketidakjujuran, keculasan. Menurut Albrecht, dkk., (2012:6) memberikan definisi mengenai kecurangan sebagai tindakan penipuan yang mencangkup semua sarana dengan aneka trik yang dapat dirancang manusia untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain dengan representasi yang palsu. Namun, batasan kecurangan (fraud) menurut Albrecht hanya pada tindakan kecurangan manusia.
Oleh karena itu, kecurangan akademik dapat didefinisikan sebagai suatu cara dan tindakan yang dilakukan dengan unsur kesengajaan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan, yang berasal dari perilaku tidak jujur sehingga adanya perbedaan pemahaman dalam menilai atau menginterpretasikan sesuatu. Menurut Sagoro (2013) kecurangan adalah perbuatan tidak jujur dan melanggar peraturan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam Tuanakotta (2010: 205) Donald R Cressey menyebutkan terdapat tiga elemen penyebab terjadinya kecurangan atau yang disebut fraud triangle, yaitu: (1) Pressure (tekanan) ; (2) Opportunity (kesempatan) ; (3) Rationalization (rasionalisasi). Kecurangan dapat terjadi dalam berbagai lingkungan dan aspek, termasuk juga dalam lingkungan akademik. Tjoanda dan Diptyana (2013) mendefinisikan ketidakjujuran akademik adalah setiap tindakan tidak etis yang terjadi dalam kaitannya dengan akademik formal. Sementara menurut Prima (2017), kecurangan akademik adalah suatu tindakan yang disengaja yang mengabaikan nilai-nilai kejujuran dan melanggar aturan-aturan yang ada dengan tujuan tertentu demi mendapatkan keuntungan akademik. Perilaku kecurangan akademik didefinisikan sebagai segala bentuk perilaku tidak jujur pada lingkungan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap pengajar (Bintoro, dkk. 2013). Di sisi lain Lambert,
Hogan dan Barton (2003) menyatakan bahwa kecurangan akademik sangat sulit untuk didefinisikan secara jelas. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kecurangan akademik merupakan perbuatan curang dan tidak jujur yang dilakukan dengan sengaja oleh pelajar atau mahasiswa guna memenuhi target nilai yang diinginkannya.
Bentuk-bentuk kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa sangat beragam.
Seperti yang dikemukakan oleh Bintoro, dkk., (2013) kecurangan akademik adalah perbuatan yang dilakukan mahasiswa dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Menyontek.
2. Memalsu.
3. Melakukan tindak plagiat.
4. Menjiplak.
5. Menyuap.
6. Menggantikan kedudukan orang lain dalam kegiatan akademik.
7. Bekerja sama saat ujian.
Anitsal, dkk (2009) menambahkan bahwa ada dua kategori kecurangan akademik yaitu kecurangan akademik pasif dan kecurangan akademik aktif. Perilaku kecurangan akademik pasif meliputi melihat orang lain menyontek tapi tidak melaporkannya, memberikan informasi tentang soal ujian kepada orang yang belum ujian di mata pelajaran yang sama.
perilaku kecurangan akademik aktif meliputi perilaku meminta orang lain untuk mengambil soal ujian, menyalin jawaban dari orang lain, dan menggunakan telepon seluler untuk meminta atau mengirimkan jawaban.
Kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam diri mahasiswa maupun dari luar. Menurut Hendricks (2004) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecurangan akademik, yaitu:
1. Faktor individual, seperti usia, jenis kelamin, prestasi akademik, pendidikan orang tua, dan aktivitas ekstrakulikuler.
2. Faktor kepribadian mahasiswa, antara lain moralitas, pencapaian akademik, motivasi, impulsivitas, afektivitas, dan variabel kepribadian yang lain.
3. Faktor kontekstual, antara lain keanggotaan perkumpulan mahasiswa, perilaku teman sebaya, serta penolakan teman sebaya terhadap perilaku curang.
4. Faktor situasional seperti belajar terlalu banyak, kompetisi dan ukuran kelas, dan lingkungan ujian.
Matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination
Matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination adalah matakuliah wajib bagi konsentrasi bisnis dan menjadi matakuliah pilihan bagi konsentrasi lain. Dalam RPKPS (2017), matakuliah ini dirancang untuk “membuka jendela” pemahaman mahasiswa tentang fraud, fraud examination, dan forensic accounting serta untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan dan atau kompetensi mahasiswa dalam pencegahan, pendeteksian, dan investigasi tentang fraud. Keunikan dari matakuliah ini dibanding dengan matakuliah lain adalah tentang cakupan materi yang merupakan integrasi/perpaduan dari (dan pemanfaatan) disiplin akuntansi, sistem informasi, auditing, etika dan hukum.
Pengembangan Hipotesis
Kecurangan akademik merupakan tindakan yang tidak jujur, curang, dan illegal yang dilakukan guna memperoleh keuntungan pribadi dalam hal akademik. Kecurangan akademik
tentunya bertentangan dengan norma dan etika karena merupakan tindakan yang tidak baik serta tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu untuk mencetak lulusan yang berkualitas bukan hanya dari sisi akademik namun juga dari sisi akhlak dan kejujuran. Tindakan kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa akan memberikan dampak buruk, khususnya nanti pada lingkungan kerja pada masa mendatang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjoanda dan Diptyana (2013) dimana ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara sikap ketidakjujuran akademik dengan sikap dan perilaku tidak etis penipuan akuntansi. Padahal lulusan dari jurusan akuntansi merupakan lulusan yang berada dalam posisi cukup menguntungkan. Hampir di semua departemen/kementerian di Indonesia atau perusahaan membutuhkan lulusan dari jurusan akuntansi khususnya untuk mengelola keuangan mereka (Sagoro, 2013).
Di beberapa perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akuntansi telah memasukkan akuntansi forensic dalam kurikulum mereka. Seperti pada Universitas Brawijaya yang menambahkan matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination dalam kurikulum pembelajaran. Dalam matakuliah ini, diberikan materi mengenai apa itu kecurangan, bagaimana mendeteksi, mencegah, dan menginvestigasi kecurangan. Dengan adanya matakuliah ini mahasiswa dibekali ilmu bahwa kecurangan adalah tindakan yang memberikan dampak buruk yang besar. Penelitian ini meneliti tentang perbedaan tindak kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination.
H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam melakukan tindak kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination.
H1: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam melakukan tindak kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kombinasi (mixed methods) dengan menggunakan model penelitian sequential explanatory. Metode penelitian kombinasi dengan model sequential explanatory adalah metode penelitian kombinasi yang menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana pada tahap pertama penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitaif dan pada tahap kedua dilakukan dengan metode kualitatif (Sugiyono, 2018:415).
Metode Kuantitatif Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi mahasiswa aktif Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya angkatan 2014 dan 2015 (yang sudah menempuh matakuliah Forensic accounting and Fraud Examination) dan angkatan 2016 dan 2017 (yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 per tingkatan, lebih banyak dari jumlah minimal yang telah dinyatakan oleh Roscoe (dalam Sugiyono. 2012:90) agar lebih akurat. Dimana kategori yang sudah menempuh matakuliah diambil dari mahasiswa angkatan 2014 dan 2015, sedangkan kategori
yang belum menempuh matakuliah diambil dari angkatan 2016 dan 2017. Rincian populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Angkatan Jumlah Mahasiswa
Aktif *)
Jumlah Sampel
2014 257 40
2015 278 40
2016 268 40
2017 286 40
*) Data Kemahasiswaan FEB UB
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada mahasiswa. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan pernyataan-pernyataan seputar praktik kecurangan akademik. Bentuk kuesioner ini diadaptasi dari kuesioner yang digunakan oleh Priyanti (2017) dengan sedikit mengubah dan menyusun kembali pernyataan seputar praktik kecurangan akademik.
Variabel Penelitian dan Pengukuran
Kecurangan akademik merupakan tindakan curang, tidak jujur, serta melanggar aturan yang dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa untuk mendapatkan keuntungan pribadi dalam rangka pemenuhan akademik. Menurut Colby (2006) dalam Sagoro (2013) kategori kecurangan akademik dibagi menjadi lima kategori, yaitu:
1. Plagiat
2. Pemalsuan data 3. Penggandaan tugas
4. Menyontek pada saat ujian 5. Kerjasama yang salah
Dalam menguji variabel penelitian ini,peneliti menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2012:93), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Analisis Data Uji Validitas
Uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan melakukan korelasi antar butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel dengan membandingkan r hitung (koefisien korelasi) dengan 0,3 pada taraf signifikasi 0.05. Menurut Sugiyono (2012), bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0.3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jika korelasi di bawah 0.3, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Untuk memudahkan perhitungan, peneliti menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS).
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah dengan menguji skor antar item dengan tingkat signifikansi 0.05.
Uji instrument akan dilakukan dengan cronbach’s alpha menggunakan sistem statistic SPSS.
Sekaran (2006:182) menyatakan jika suatu variabel dikatakan variabel apabila cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6 maka instrument tersebut dapat dikatakan reliable.
Uji Normalitas
Normalitas data akan berpengaruh pada penentuan teknik pengujian hipotesis yang akan digunakan. Jika data berdistribusi normal, uji beda dua rata-rata akan dilakukan dengan menggunakan uji t-tidak berpasangan. Jika distribusi data tidak normal, uji beda dua rata-rata yang digunakan adalah uji Mann-Whitney (Muslimah, 2013). Jika probabilitas signifikan >
0.05 maka data tersebut berdistribusi normal begitu juga sebaliknya juga dapat dilihat dari
scatterplot, apabila sebaran data terletak di garis lurus, maka dapat dikatakan persyaratan normalitas terpenuhi.
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012). Peneliti menggunakan statistic deskriptif untuk mengetahui gambaran umum demografi responden, jawaban responden terhadap intensitas praktik kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji beda dengan Mann-Whitney karena data penelitian ini tidak berdistribusi normal dan termasuk dalam statistic nonparametrik.
Mann-Whitney merupakan uji beda nonparametrik yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan respon dari 2 populasi data yang saling independen. Uji ini sama dengan t test untuk uji beda 2 kelompok, namun uji Mann-Whitney digunakan ketika asumsi normalitas tidak terpenuhi. Syarat terima atau tolak H0 adalah sebagai berikut:
Apabila probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Apabila probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
Metode Kualitatif
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara guna memperdalam masalah kecurangan akademik yang terjadi pada mahasiswa. Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara tak berstruktur unstructural interview) yang dilakukan secara individual dan bersifat tatap muka.
Teknik Penentuan Informan
Moleong (2014:132) menyebutkan bahwa informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kriteria yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah suka berbicara, jujur, serta pernah melakukan tindakan kecurangan yang sesuai dengan kategori kecurangan akademik yang telah disebutkan agar mendapat data yang lebih akurat. Peneliti memilih informan dari teman dekat peneliti yang sesuai dengan kriteria tersebut, baik dari mahasiswa yang sudah maupun yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination.
Semua informan yang digunakan dalam penelitian ini meminta agar identitasnya dirahasiakan karena masalah tentang kecurangan akademik merupakan permasalahan yang sensitif sehingga nama-nama informan dalam penelitian ini disamarkan. Peneliti menentukan 7 informan dari mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination. Daftar informan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Daftar Informan Penelitian
No. Nama *) Angkatan
1 Nuri 2014
2 Nadia 2014
3 Adit 2015
4 Wanda 2015
5 Fitri 2016
6 Ahmad 2016
7 Hendrik 2017
*) Nama Informan Disamarkan
15 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden
Dalam tabel 3 di bawah ini akan disajikan komposisi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 3. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Perempuan 93 58%
2. Laki-laki 67 42%
Total 160 100%
Sumber : Data Primer (diolah)
Dalam tabel 4 di bawah ini akan disajikan komposisi jumlah responden berdasarkan tahun angkatan.
Tabel 4. Komposisi Responden Berdasarkan Tahun Angkatan No. Tahun Angkatan Jumlah Persentase
1. 2014 40 25%
2. 2015 40 25%
3. 2016 40 25%
4. 2017 40 25%
Total 160 100%
Sumber : Data Primer (diolah)
Dalam tabel 5 di bawah ini akan disajikan komposisi jumlah responden berdasarkan perbandingan jumlah responden yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination.
Tabel 5. Komposisi Responden Berdasarkan Sudah atau Belum Menempuh Matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination
No. Status Jumlah Persentase
1. Sudah Menempuh 71 44%
2. Belum Menempuh 89 56%
Total 160 100%
Sumber : Data Primer (diolah)
Hasil Uji Validitas
Untuk analisis validitas digunakan tabel Item-Total Statistics kolom Corrected Item- Total Correlation yang nantinya dibandingkan dengan tabel statistic Pearson. Jika lebih besar dari titik kritis R, maka dinyatakan sudah valid. Berikut merupakan tabel perbandingan antara Corrected Item-Total Correlation dengan nilai kritis R dengan taraf nyata 0,05 dan derajat bebas sebesar (160-2) = 158 yaitu sebesar 0,1552. Dari pernyataan yang diajukan sebanyak 21 soal, terdapat 1 soal yang tidak valid dan harus digugurkan oleh penulis.
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Pernyataan Koefisien Korelasi Validitas
P1 0,276 Valid
P2 0,196 Valid
P3 0,242 Valid
P5 0,618 Valid
P6 0,540 Valid
P7 0,565 Valid
P8 0,514 Valid
P9 0,501 Valid
P10 0,456 Valid
P11 0,691 Valid
P12 0,446 Valid
P13 0,387 Valid
P14 0,480 Valid
P15 0,337 Valid
P16 0,350 Valid
P17 0,254 Valid
P18 0,429 Valid
P19 0,543 Valid
P20 0,317 Valid
P21 0,366 Valid
Sumber : Data Primer (diolah)
Hasil Uji Reliabilitas
Dari hasil pengolahan menggunakan bantuan SPSS, dapat diketahui bahwa variabel dari penelitian ini sudah reliable.
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Cronbach’s Alpha
Reliabilitas
0,845 Reliabel
Sumber : Data Primer (diolah)
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov. Dari hasil pengolahan menggunakan bantuan SPSS, dapat diketahui bahwa data dari penelitian ini tidak berdistribusi normal karena p-value (Sig) Kolmogorov Smirnov kurang dari nilai signifikansi 0,05.
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Instrumen Penelitian Kolmogorov Smirnov Normalitas
0,00 Tidak normal
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Plagiarisme
Hasil statistik deskriptif intensitas mahasiswa dalam melakukan plagiarisme adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Plagiasi
Angkatan Item Pertanyaan
Jawaban
Mean
TP J KK SR SL
F % F % F % F % F %
2014 P1 16 40 13 32.5 10 25 1 2.5 0 0 1.9
P2 8 20 12 30 16 40 4 10 0 0 24
2015 P1 15 37.5 14 35 8 20 1 2.5 2 5 2.03 P2 8 20 14 35 11 27.5 6 15 1 2.5 2.45 2016 P1 15 37.5 8 20 14 35 3 7.5 0 0 2.13 P2 5 12.5 9 22.5 12 30 14 35 0 0 2.88 2017 P1 18 45 8 20 13 32.5 1 2.5 0 0 1.93
P2 3 7.5 8 20 21 52.5 6 15 2 5 2.9
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Pemalsuan Data
Hasil statistik deskriptif intensitas mahasiswa dalam pemalsuan data adalah sebagai berikut.
Tabel 10. Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Pemalsuan Data Angkatan Item
Pertanyaan
Jawaban
Mean
TP J KK SR SL
F % F % F % F % F %
2014 P3 25 62.5 8 20 6 15 1 2.5 0 0 1.58
2015 P3 24 60 14 35 2 5 0 0 0 0 1.45
2016 P3 29 72.5 9 22.5 1 2.5 1 2.5 0 0 1.35 2017 P3 22 55 10 25 6 15 1 2.5 1 2.5 1.73
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Penggandaan Tugas
Hasil statistik deskriptif intensitas mahasiswa dalam penggandaan tugas adalah sebagai berikut.
Tabel 11. Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Penggandaan Tugas Angkatan Item
Pertanyaan
Jawaban
Mean
TP J KK SR SL
F % F % F % F % F %
2014 P14 6 15 14 35 12 3 7 17.5 1 2.5 2.58 P20 26 65 7 17.5 4 10 3 7.5 0 0 1.6
2015 P14 2 5 1 2.5 3 7.5 18 45 16 40 4.13
P20 8 20 17 42.5 9 22.5 6 15 0 0 2.33
2016 P14 4 10 0 0 6 15 14 35 16 40 3.95
P20 8 20 21 52.5 7 17.5 3 7.5 1 2.5 2.2 2017 P14 1 2.5 3 7.5 6 15 13 32.5 17 42.5 4.05 P20 10 25 19 47.5 10 25 1 2.5 0 0 2.05 Sumber: Data Primer (diolah)
Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Mencontek Saat Ujian
Hasil statistik deskriptif intensitas mahasiswa dalam mencontek saat ujian akan disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 12. Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Mencontek Saat Ujian Angkatan Item
Pertanyaan
Jawaban
Mean
TP J KK SR SL
F % F % F % F % F %
2014
P5 4 10 10 25 16 40 8 20 2 5 2.85
P6 23 57.5 6 15 6 15 5 12.5 0 0 1.83 P8 14 35 16 40 9 22.5 1 2.5 0 0 1.93 P9 11 27.5 16 40 11 27.5 1 2.5 1 2.5 2.13 P10 20 50 7 17.5 11 27.5 1 2.5 1 2.5 1.9 P18 5 12.5 8 20 17 42.5 9 22.5 1 2.5 2.83
2015
P5 38 95 2 5 0 0 0 0 0 0 1.05
P6 5 12.5 10 25 13 32.5 11 27.5 1 2.5 2.83 P8 7 17.5 16 40 14 35 3 7.5 0 0 2.33 P9 15 37.5 19 47.5 4 10 2 5 0 0 1.83 P10 20 50 14 35 3 7.5 3 7.5 0 0 1.73
P18 31 77.5 8 20 1 2.5 0 0 0 0 1.25
2016
P5 35 87.5 3 7.5 2 5 0 0 0 0 1.18
P6 9 22.5 17 42.5 9 22.5 5 12.5 0 0 2.25 P8 15 37.5 11 27.5 10 25 3 7.5 1 2.5 2.1 P9 13 32.5 19 47.5 7 17.5 1 2.5 0 0 1.93 P10 14 35 20 50 4 10 1 2.5 1 2.5 1.88
P18 33 82.5 5 12.5 2 5 0 0 0 0 1.23
2017
P5 36 90 2 5 2 5 0 0 0 0 1.15
P6 6 15 12 30 14 35 8 20 0 0 2.6
P8 10 25 15 37.5 11 27.5 4 10 0 0 2.23 P9 18 45 13 32.5 7 17.5 2 5 0 0 1.83
P10 18 45 16 40 3 7.5 2 5 1 2.5 1.8
P18 24 60 14 35 2 5 0 0 0 0 1.45
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Kerjasama yang Salah
Hasil statistik deskriptif intensitas mahasiswa dalam melakukan kerjasama yang salah adalah sebagai berikut.
Tabel 12. Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Kerjasama yang Salah Angkatan Item
Pertanyaan
Jawaban
Mean
TP J KK SR SL
F % F % F % F % F %
2014
P7 3 7.5 23 57.5 8 20 5 12.5 1 2.5 2.45
P11 3 7.5 10 25 12 30 14 35 1 2.5 3
P12 3 7.5 16 40 15 37.5 5 12.5 1 2.5 2.63
P13 0 0 0 0 7 17.5 21 52.5 12 30 4.13
P15 23 57.5 14 35 2 5 1 2.5 0 0 1.53
P16 5 12.5 10 25 17 42.5 8 20 0 0 2.7
P17 33 82.5 6 15 0 0 1 2.5 0 0 1.23
P19 6 15 15 37.5 13 32.5 6 15 0 0 2.48 P21 29 72.5 5 12.5 5 12.5 1 2.5 0 0 1.45
2015
P7 18 45 15 37.5 4 10 3 7.5 0 0 1.8
P11 25 62.5 10 25 4 10 1 2.5 0 0 1.53 P12 7 17.5 10 25 8 20 14 35 1 2.5 2.8 P13 8 20 19 47.5 10 25 2 5 1 2.5 2.23 P15 2 5 13 32.5 18 45 7 17.5 0 0 2.75 P16 16 40 17 42.5 7 17.5 0 0 0 0 1.78 P17 7 17.5 12 30 14 35 7 17.5 0 0 2.53 P19 3 7.5 14 35 14 35 9 22.5 0 0 2.73 P21 25 62.5 9 22.5 5 12.5 1 2.5 0 0 1.55
2016
P7 29 72.5 8 20 0 0 3 7.5 0 0 1.43
P11 30 75 5 12.5 5 12.5 0 0 0 0 1.38
P12 7 17.5 13 32.5 12 30 8 20 0 0 2.53 P13 14 35 17 42.5 7 17.5 2 5 0 0 1.93 P15 3 7.5 12 30 15 37.5 10 25 0 0 2.8 P16 17 42.5 17 42.5 6 15 0 0 0 0 1.73 P17 19 47.5 11 27.5 8 20 2 5 0 0 1.83 P19 3 7.5 7 17.5 13 32.5 17 42.5 0 0 3.1
P21 34 85 5 15 0 0 0 0 0 0 1.15
2017
P7 20 50 11 27.5 5 12.5 3 7.5 1 2.5 1.85
P11 34 85 4 10 1 2.5 1 2.5 0 0 1.23
P12 9 22.5 9 22.5 13 32.5 9 22.5 0 0 2.55 P13 11 27.5 15 37.5 11 27.5 2 5 1 2.5 2.18 P15 2 5 8 20 14 35 11 27.5 5 12.5 3.23 P16 13 32.5 21 52.5 4 10 0 0 2 5 1.93
P17 18 45 13 32.5 6 15 1 2.5 2 5 1.9
P19 8 20 8 20 13 32.5 8 20 3 7.5 2.75 P21 27 67.5 7 17.5 3 7.5 2 5 1 2.5 1.58 Sumber: Data Primer (diolah)
Hasil Uji Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis Score
Mann-Whitney U 2743.000 Wilcoxon W 6748.000
Z -1.432
Asymp. Sig. (2-
tailed) .152
Sumber: Data Primer (diolah)
Hasil uji hipotesis yang dilakukan, nilai asymp sig (2-tailed) sebesar 0,152 atau lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat dinyatakan bahwa H0 diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination.
Analisis Hasil Penelitian
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya antara yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Priyanti (2017) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan intensitas kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Etika Bisnis dan Profesi.
Berdasarkan pemaparan informan, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang sudah maupun yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination karena berbagai alasan, antara lain mahasiswa belum siap dengan materi yang akan diujikan, kurangnya pengawasan dan sanksi yang diberikan terhadap perilaku kecurangan, dosen masih belum menyampaikan materi dengan jelas, adanya kesibukan di luar perkuliahan, adanya tekanan dari diri sendiri untuk mendapat nilai baik atau minimal bisa lulus matakuliah yang ditempuh, serta tidak ingin membuat orang tua kecewa karena mendapat nilai yang kurang memuaskan. Matakuliah yang sering menjadikan mahasiswa melakukan kecurangan adalah matakuliah prasyarat serta matakuliah wajib akuntansi.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan intensitas kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Akuntansi yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination; alasan mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination masih melakukan kecurangan akademik yaitu: belum siap dengan materi yang diujikan, kurangnya pengawasan dan sanksi yang ketat terhadap perilaku kecurangan, dosen belum menyampaikan materi dengan jelas, adanya tekanan untuk mendapat nilai yang baik agar lulus matakuliah, adanya kesibukan di luar perkuliahan, serta tidak ingin membuat orang tua kecewa karena mendapat nilai yang kurang memuaskan; mahasiswa melakukan kecurangan pada matakuliah yang menjadi matakuliah prasyarat serta matakuliah keahlian akuntansi.
Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari masih adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian ini. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya sebatas menguji apakah terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination, namun tidak memperdalam dengan menguji kelompok mahasiswa mana yang intensitasnya lebih tinggi dalam melakukan kecurangan.
Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Apabila melakukan penelitian dengan topik yang sama, alangkah lebih baik jika memperdalam penelitian dengan menguji kelompok mana yang memiliki intensitas
kecurangan yang lebih tinggi, apakah mahasiswa yang sudah atau yang belum menempuh matakuliah guna menambah wawasan dan implikasi dari penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, W.S., Albrecht, C.C., Albrecht, C.O., & Zimbelman, M., 2012. Fraud Examination Edisi 4. USA: Cengage Learning
Anitsal, I., Anitsal, M.M., & Elmore, R. (2009). Academic Dishonesty and Intention to Cheat: A Model on Active Versus Passive Academic Dishonesty as Perceived by Business Student. Academic of Educational Leadership Journal. 13(2). 17-26
Bintoro, dkk. 2013. Hubungan Self Regulated Learning dengan Kecurangan Akademik Mahasiswa. Educational Psychology Journal. 2(1). 57-64
David, L.T. 2015. Academic Cheating in College Students: Relations Among Personal Values, Self-esteem, and Mastery. Procedia – Social and Behavioral Sciences. 18(7).
88-92
Dewi, Yuliana Pratiwi. 2016. Perilaku Kecuranan Akademik pada Mahasiswa S1, S2, dan S3 Jurusan Akuntansi FEB UB Berdasarkan Konsep Fraud Diamond. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Fitriana, Anisa. & Baridwan, Z. 2012. Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi: Dimensi Fraud Triangle. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 3(2). 161-331 Hendricks, Bryan. 2004. Academic Dishonesty: A Study In The Magnitude of and
Justfications for academic dishonesty among college undergraduate and graduate students. New Jersey: Rowan University.
Ikayanti, Hanik. 2017. Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) Kecurangan Akademik Pada Saat Ujian. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Irianto, Gugus. 2003. Skandal Korporasi dan Akuntan. Lintasan Ekonomi. XX(2). 104-114 Irianto, Gugus. 2017. Silabus Matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2018. http://kbbi.web.id
Lambert, G.E., Hogan, L.N., & Barton, M.S. (2003). Collegiate Academic Dishonesty Revisited: What Have They Done, How Often Have They Done It, Who Does It, and Why Did They Do It. Electronic Journal of Sosiology. 7(4), Diakses dari https://www.sociology.org/content/vol7.4/lambert_etal.html
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muslimah. 2013. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Praktik-Praktik Kecurangan Akademik (Academic Fraud). Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang
Nursalam. 2012. Intensitas Copying Answer pada Tes Kemampuan Matematika. Lentera Pendidikan. 15(1). 32-40
Nursani, Rahmalia. 2014. Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa: Dimensi Fraud Diamond. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang
Prawira, I Dewa Made Satya. 2015. Analisis Pengaruh Fraud Diamond Terhadap Kecurangan Akademik Mahasiswa (Studi kasus pada Mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Perguruan Tinggi Negeri Kota Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawiijaya. Malang
Prima, Maulidha Prasastining. 2017. Analisis Pengaruh Idealisme, Relativisme, Religiusitas, Dan Jenis Kelamin (Gender) Terhadap Kecurangan Akademik Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang
Priyanti, Nadia Melati. 2017. Perbedaan Persepsi Dan Intensitas Kecurangan Akademik Antara Mahasiswa Yang Sudah Dan Yang Belum Menempuh Matakuliah Etika Bisnis Dan Profesi. Skripsi. Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya. Malang
Purnamasari, Desi. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Akademik pada Mahasiswa. Educational Psychology Journal. 2 (1). 13-21
Purnamasari, Dian. 2014. Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Pada Saat Ujian Dan Metode Pencegahannya.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang Rangkuti. 2012. Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Kependidikan. Kompasiana.
Diambil dari: (https://www.kompasiana.com/anna_rangkuti/kecurangan-akademik- pada-mahasiswa-kependidikan_5510bfb5a33311c339ba8bca)
Sagoro, Endra Murti 2013. Pensinergian Mahasiswa, Dosen, dan Lembaga dalam Pencegahan Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.
XI (2). 54-67
Sayyid, A. 2013. Fraud dan Akuntansi Forensik: Upaya Minimalisasi Kecurangan dan Rekayasa Keuangan. Jurnal Studi Ekonomi. Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari
Sofianti, S.P.D., Ludigdo, U., Irianto, G. 2014. The Perception Of The Practicioners and Students Towards The Subject of Forensic Accounting and Fraud Examination. Journal of Ecnomics, Business, and Accountancy Ventura. 17(2). 281-292
Sugianto. & Jiantri. 2014. Akuntansi Forensik: Perlukah Ada dalam Kurikulum Jurusan Akuntansi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 5(3). 345-510
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan ke-10. Bandung:
Alfabeta
Tjoanda, L. & Diptyana, P. 2013. The Relationship Between Academic Frauds With Unethical Attitude and Accounting Fraud. The Indonesian Accounting Review. 3 (1).
53-66
____. 2018. Jumlah Mahasiswa Pertahun Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. (http://www.feb.ub.ac.id diakses pada tanggal 25 Mei 2018)