• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT RISIKO DAN KESIAPAN KEADAAN DARURAT RISIKO BAHAYA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS TINGKAT RISIKO DAN KESIAPAN KEADAAN DARURAT RISIKO BAHAYA "

Copied!
161
0
0

Teks penuh

Judul: Analisis Tingkat Risiko dan Kesiapsiagaan Darurat Risiko Risiko Lingkungan di HCML Pasuruan Gas Metering Station (GMS) Tahun 2018. Dalam satu tahun terakhir, terdapat 7 insiden terkait risiko lingkungan di Pasuruan Husky-CNOOC Madura Gas Metering Station (GMS) ) fasilitas Terbatas.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Perusahaan
  • Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja STIKes
  • Mahasiswa / Peneliti

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil observasi kesiapsiagaan lingkungan dalam RUPS HCML dengan standar yang berlaku di industri migas dan ISRS elemen 7 terkait Kesiapsiagaan Tanggap Darurat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan komparatif melalui observasi, wawancara dengan personel HSE dan pihak terkait lainnya, serta melakukan telaah dokumen dan telaah lapangan RUPS HCML, sehingga kesesuaian kondisi lapangan saat ini dengan kondisi yang berlaku. standar diketahui.

Bahaya

  • Definisi Bahaya
  • Klasifikasi Bahaya
  • Hirarki Pengendalian Bahaya

Substitusi adalah teknik untuk mengendalikan bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem, atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau kurang berbahaya. Kontrol administratif terhadap bahaya seperti jadwal kerja, istirahat, prosedur kerja yang lebih aman, rotasi pekerjaan, dan.

Gambar 2.1 Hirarki pengendalian bahaya
Gambar 2.1 Hirarki pengendalian bahaya

Risiko

Manajemen Risiko

17 sistem atau terkait dengan aktivitas dan untuk mengidentifikasi dan memperkenalkan tindakan manajemen risiko, untuk menghilangkan atau mengurangi potensi ancaman terhadap orang, lingkungan atau aset lainnya (10). Manajemen risiko K3 adalah upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana, dan terstruktur dalam sistem yang baik.

Proses Manajemen Risiko

  • Menentukan Konteks
  • Identifikasi Risiko
  • Analisis Risiko
  • Evaluasi Risiko
  • Pengendalian Risiko
  • Komunikasi dan Konsultasi
  • Pemantauan dan Tinjau Ulang

Keberhasilan suatu proses manajemen risiko terutama ditentukan oleh kemampuan untuk mendefinisikan atau mengidentifikasi semua risiko yang ada dalam aktivitas. Teknik ini merupakan teknik semi kuantitatif yang bertujuan untuk menilai risiko yang mungkin terjadi dari suatu peristiwa yang merugikan.

Tabel 2.2 Konsekuensi analisa kualitatif
Tabel 2.2 Konsekuensi analisa kualitatif

Risiko Lingkungan

Dengan komunikasi yang baik, semua pihak dapat mengambil tindakan pengamanan sesuai dengan fungsinya. Setiap elemen dalam perusahaan diharapkan mengetahui berbagai risiko yang dihadapi dalam menjalankan operasi perusahaan.

Banjir

Bahaya lingkungan dapat dikaitkan dengan hewan dan tumbuhan; kesehatan dan kesejahteraan manusia; kesejahteraan sosial dan kebudayaan manusia; tanah, udara dan air, sumber daya; Manajemen risiko lingkungan menyediakan serangkaian proses formal yang membantu pengambilan keputusan yang memengaruhi lingkungan dan membantu pengambil keputusan menghadapi ketidakpastian.

Kebakaran Lahan

31 Jangan membakar pucuk pohon, karena pohon itu jarang atau jenisnya sulit terbakar. Api bermula dari detritus (luka bakar permukaan) kemudian menyebar ke tajuk karena adanya tajuk, seperti tumbuhan liar atau dahan dan ranting kering yang mengenai detritus hutan.

Emergency Preparadness

31 jangan membakar tajuk pohon karena pohon tersebut langka atau jenis yang sulit terbakar. 3) Mahkota api. Dengan dukungan dan komitmen, dapat dibentuk fungsi dan organisasi khusus yang menangani program darurat.

Emergency Response Preparedness berdasarkan ISRS

Manajemen darurat harus memiliki koordinator yang dapat mengembangkan dan mengelola semua kesiapsiagaan darurat secara tertulis. Kesiapsiagaan darurat di luar perusahaan harus dipimpin oleh orang yang relevan yang mengetahui dan terlatih untuk mengelola keadaan darurat yang terjadi di luar perusahaan. Kelayakan tim tanggap darurat dapat dilihat dari sejauh mana hasil penilaian baik dari pelatihan teori maupun praktek di kelas dan latihan tanggap darurat praktis.

Penilaian dilakukan terhadap kesiapsiagaan darurat secara keseluruhan mulai dari aspek perencanaan hingga latihan kedaruratan yang dilakukan. Keadaan darurat terkadang tidak dapat diselesaikan sendiri, oleh karena itu bantuan dan kerjasama dari luar sangat dibutuhkan secara terorganisir.

Kerangka Teori

Jenis dan Rancangan Penelitian

Dilihat dari pemilihan waktu penelitian, desain penelitian ini adalah cross-sectional yaitu pengumpulan data pada satu waktu dalam waktu yang bersamaan. Penelitian bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko dan kesiapsiagaan terhadap bahaya lingkungan pada GMS Pasuruan HCML tahun 2018. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan HCML.FRM.023 untuk menganalisis tingkat risiko dan elemen Kesiapsiagaan Tanggap Darurat ISRS untuk menganalisis tingkat yang sesuai situasi darurat kontinjensi pada GMS Pasuruan HCML tahun 2018.

Data yang telah dikumpulkan dan diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat yang akan memberikan gambaran tingkat risiko dan kesiapsiagaan darurat bencana lingkungan pada RUPS HCML Pasuruan tahun 2018.

Objek Penelitian

Definisi Operasional

Evakuasi pekerja ke tempat yang aman dan rancang sistem yang dapat memperhitungkan berapa banyak orang yang telah dievakuasi dan berapa banyak orang yang hilang. Bangunan atau area (termasuk yang telah terbakar atau rusak) penghentian pekerjaan dan prosedur darurat serta akses untuk pengawasannya. Sekelompok karyawan yang ditunjuk oleh perusahaan untuk menangani semua keadaan darurat, dibentuk berdasarkan analisis tanggap darurat, dan yang telah menerima pelatihan tentang situasi darurat dan memenuhi kemampuan untuk menghadapi keadaan darurat.

Layanan komunikasi alternatif yang digunakan untuk menghentikan sistem normal selama keadaan darurat dan kejadian darurat di luar perusahaan. Hasil yang ingin dicapai jika unsur-unsur keadaan darurat sesuai dengan ISRS yaitu administrasi, analisis tanggap darurat, perencanaan keadaan darurat, persiapan keadaan darurat di luar perusahaan, pengawasan sumber daya energi, sistem perlindungan dan penyelamatan, tim tanggap darurat, penilaian sistem, pertolongan pertama dalam kecelakaan, bantuan dari luar negeri.

Sumber Data Penelitian

  • Data Primer
  • Data Sekunder

Instrumen Penelitian

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

64 untuk menentukan nilai risiko dan elemen kesiapsiagaan ISRS 6 tanggap darurat untuk kesiapsiagaan darurat. d.. Entri data, yaitu level memasukkan data penelitian ke dalam program komputer untuk melakukan pengolahan data sesuai konsep analisis tingkat risiko dan kesiapsiagaan terhadap bahaya lingkungan. Analisis dalam penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat risiko dan tingkat kecukupan kesiapsiagaan darurat terhadap bahaya lingkungan. Rating yang tersedia adalah nilai maksimal yang dapat digunakan saat melakukan rating yang ditentukan oleh ISRS berdasarkan kondisi lapangan.

Non-applicable adalah item-item yang tidak diperhitungkan dalam nilai total untuk perbandingan akhir karena item-item tersebut berada di luar bahaya lingkungan kebakaran dan banjir. Hasil yang diperoleh menunjukkan seberapa besar persentase kesiapan perusahaan dibandingkan dengan nilai tertinggi yang ditetapkan ISRS.

HCML

GMS HCML

Desa Semare

Hasil Identifikasi Potensi Bahaya Lingkungan

70 Pada kebakaran kedua tanggal 18 Agustus 2017, titik api lahan berada di seberang sungai di GMS, belum diketahui apakah kebakaran lahan di lokasi ini disebabkan oleh warga sekitar atau bukan. Pada kebakaran ketiga tanggal 19 Agustus 2017, titik api lahan berada di seberang sungai di belakang PGN yang berjarak 200m jalan kaki dari GMS dan menyambar bagian belakang PGN (gas tembaga), kebakaran lahan di lokasi ini dikatakan telah akibat puntung rokok yang dibuang sembarangan oleh warga sekitar dengan membakar daun kering dan batang bambu, luas areal yang terbakar diperkirakan sekitar 900-1000 m2. 71 Pada kebakaran keempat tanggal 29 September 2017, titik fokus berada di sisi utara lahan dengan jarak 200m, 400m jarak berjalan kaki, kebakaran lahan di lokasi ini diduga disebabkan oleh aktivitas warga sekitar yang membakar rumput liar untuk melindungi lahan yang dimilikinya diperkirakan luas yang terbakar sekitar 30-40 m2.

Pada kebakaran kelima tanggal 7 Oktober 2017, titik api lahan berada di luar pembatas GMS sisi utara dengan jarak 20 m. Kebakaran lahan di lokasi ini diduga akibat puntung rokok sembarangan. dibuang oleh warga sekitar yang membakar daun kering dan batang bambu, dibakar kurang lebih 150m2. 72 Pada kebakaran lahan keenam pada 1 November 2017, titik api lahan berada di luar pembatas GMS sisi barat dengan jarak 400m, kebakaran di lokasi ini diduga akibat pembukaan lahan oleh warga sekitar. lahan gulma untuk memudahkan akses, luas lahan yang terbakar diperkirakan sekitar 1000m2.

Gambar 4.5 Kebakaran lahan pada 19 Agustus 2017 Gambar 4.4 Kebakaran lahan pada 2 Agustus 2017
Gambar 4.5 Kebakaran lahan pada 19 Agustus 2017 Gambar 4.4 Kebakaran lahan pada 2 Agustus 2017

Analisa Tingkat Risiko Bahaya Lingkungan

Mengacu pada panduan penilaian HCML.FRM.023, skor 4 memiliki penjelasan bahwa hal tersebut terjadi beberapa kali dalam setahun di HCML. Sedangkan nilai konsekuensinya adalah E(2), nilai E(2) memiliki penjelasan bahwa kerugian yang ditimbulkan sangat minim atau hanya bantuan darurat kepada pekerja, <$10.000 dan tidak mengganggu operasi aset produksi, kerusakan lingkungan minimal tanpa efek polusi atau tindakan, dan kerusakan reputasi yang minimal atau hanya untuk memberi tahu publik bahwa suatu insiden telah terjadi. Setelah didapatkan nilai probabilitas dan konsekuensi yang ditimbulkan dari kejadian tersebut, nilai probabilitas tersebut dikalikan dengan nilai konsekuensi untuk mengetahui tingkat risiko.

Mengacu pada dokumen HCML.HSE.21.P.001, prioritas tindakan 4 adalah tindakan pengendalian yang memiliki cost-benefit ratio (CBR) kurang dari 1,5 tetapi lebih besar dari 1, atau dinilai layak dilakukan. Tindakan pengendalian dalam kategori ini harus direncanakan setelah semua tindakan pengendalian dari kategori 0-3 telah direncanakan atau dimungkinkan dilakukan bersamaan dengan kategori yang lebih tinggi.

Tabel 4.4 Matriks risiko kebakaran lahan
Tabel 4.4 Matriks risiko kebakaran lahan

Pengendalian Risiko Bahaya Lingkungan

Dengan menggunakan hirarki pengendalian bahaya, opsi kontrol dengan tingkat perlindungan dan keandalan tertinggi dicapai hingga ke tingkat terendah. Dari 13 upaya yang telah dilakukan HCML untuk mengendalikan bahaya lingkungan, terdapat satu upaya yang belum dilaksanakan. Pengajuan pemasangan hidran kebakaran sudah dilakukan oleh bagian HSE, namun proses pengajuan hidran kebakaran masih dalam proses administrasi.

Untuk itu, HCML dituntut untuk segera memasang peralatan sistem penyediaan air bersih (fire hydrant) di GMS Pasuruan. 83 pemasangan hidran kebakaran tidak hanya sebagai upaya mitigasi jika terjadi kebakaran, tetapi juga sebagai upaya untuk memenuhi peraturan yang berlaku.

Analisis Kesiapan Keadaan Darurat Bahaya Lingkungan

  • Administrasi (35 poin)
  • Analisis Respon Keadaan Darurat (30 poin)
  • Rencana Keadaan Darurat (145 poin)
  • Persiapan Keadaan Darurat di Luar Perusahaan (50 poin)
  • Pengawasan Terhadap Sumber Energi (Not-applicable)
  • Sistim Perlindungan dan Penyelamatan (130 poin)
  • Tim Tanggap Darurat (50 poin)
  • Sistim Pengkajian (30 poin)
  • Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (80 poin)
  • Bantuan dari Luar yang Terorganisir (25 poin)
  • Perencanaan Pasca Kejadian
  • Komunikasi Keadaan Darurat
  • Komunikasi Kepada Masyarakat

Pimpinan ERG juga memiliki akses ke manajemen senior sesuai dengan eskalasi keadaan darurat yang terjadi sehingga penanganan keadaan darurat di GMS Pasuruan HCML lancar. Sistem pelaporan keadaan darurat pada GMS Pasuruan HCML memiliki prosedur pengaktifan yang detail, seperti terlihat pada diagram di bawah ini; Jumlah tersebut dirasa cukup jika terjadi keadaan darurat di GMS Pasuruan.

Dalam unsur ini ISRS menetapkan beberapa hal pokok, seperti; sistem penilaian kesiapsiagaan dan pihak-pihak yang terlibat dalam penilaian kesiapsiagaan. Dalam unsur ini ISRS menetapkan beberapa hal pokok, seperti; rencana pemulihan kegiatan produksi setelah keadaan darurat teratasi. GMS Pasuruan belum memiliki rencana pasca acara tertulis jika terjadi keadaan darurat sebagai prosedur pemulihan.

Dalam hal ini, GMS Pasuruan telah memiliki berbagai alternatif sistem komunikasi agar jaringan komunikasi tetap terjaga di saat darurat.

Gambar 4.12 ERG chart
Gambar 4.12 ERG chart

Kesimpulan

Saran

Instruksi terperinci yang terdokumentasi dengan baik untuk setiap departemen, bangunan atau lokasi (termasuk tempat kerja yang terbakar atau rusak) dan prosedur darurat serta akses untuk pemantauan. Prosedur untuk memberi tahu semua karyawan tentang keadaan darurat dan menjelaskan partisipasi atau respons apa yang dapat mereka tawarkan. 130 4.5 Dalam komunikasi tentang bencana di luar perusahaan, tunjukkan dengan jelas siapa dan bagaimana orang dapat dihubungi.

Bantuan eksternal yang terorganisir dan saling membantu 10.1 Apakah ada sistem yang digunakan untuk informasi.

Gambar

Gambar 2.1 Hirarki pengendalian bahaya
Tabel 2.2 Konsekuensi analisa kualitatif
Gambar 2.4 Pengendalian risiko ALARP
Gambar 4.3 Mapping area kejadian kebakaran lahan dan banjir
+7

Referensi

Dokumen terkait

The average increase in knowledge and attitudes in the intervention group was higher than the control group, so it can be concluded that the WhatsApp peer group is considered