Analisis Transformasi Energi Biogas Kotoran Sapi Menjadi Energi Listrik di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Transformation Analysis of Cow Biogas Energy into Electrical Energy in Bumiaji District, Batu City
Ary Mustofa, Yusuf Hendrawan, dan Reza Rienaldy Putra
Departemen Teknik Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Ketawanggede, Kota Malang, Jawa Timur 65145, Indonesia
email: [email protected]
RIWAYAT ARTIKEL Disubmit 4 Mei 2023 Diterima 31 Juli 2023 Diterbitkan 18 Agustus 2023
ABSTRAK
Biogas merupakan energi alternatif degradasi produk akhir pencernaan hewan ternak (sapi) dalam keadaan anaerobik oleh bakteri metanogen yang berupa gas metana dan semacamnya. Biogas menjadi salah satu bahan bakar alternatif yang bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik dengan memodifikasi sistem karbulasi pada generator motor bakar. Metode yang digunakan yaitu eksperimental, pertama yaitu pengujian prestasi motor bakar dengan metode variasi pengereman poros (prony brake) yaitu 1000 rpm; 1500 rpm; 2000 rpm; 2500 rpm; dan 3000 rpm.
Pengujian kedua yaitu pengujian kinerja generator yaitu pada pembebanan listrik 112 watt; 200 watt; 312 watt; 482 watt; dan 570 watt. Nilai torsi dan daya maksimum motor bakar terjadi saat menggunakan bahan bakar biogas pada putaran 2500 rpm yaitu 37.8 Nm dan 3.91 kW jika dibandingkan dengan pertalite sebesar 37.67 Nm dan 3.86 kW. Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) biogas lebih hemat dari pertalite yaitu sebesar 0.000015 kg/kW.s dengan 0.000069 kg/kW.s.
Efisiensi termal maksimum menggunakan biogas lebih tinggi daripada pertalite yaitu 36.08% dengan 32.95%. Suhu gas buang dari bahan bakar biogas lebih tinggi dari bahan bakar pertalite. Pada pengujian generator, penggunaan biogas memiliki tingkat efektifitas lebih tinggi dibanding pertalite dan telah memenuhi standar listrik nasional.
ABSTRACT
Biogas is an alternative energy from degradation of the end product of livestock digestion (cow) in anaerobic conditions by methanogenic bacteria called methane gas, etc. Biogas being one of alternative fuel that can used as electrical energy by modifying the carbulation system in the generator fuel. The method is an experimental, first is the performance test of the combustion engine with the variations prony brake method, such as 1000 rpm; 1500 rpm; 2000 rpm; 2500 rpm;
and 3000 rpm. Second is generator testing performance, such as 112 watt; 200 watt; 312 watt; 482 watt; and 570 watt. The maximum torque and power values of combustion engine performance occur when using biogas at 2500 rpm, is 37.8 Nm KATA KUNCI
Biogas; generator; motor bakarl; performansi KEYWORDS
Biogas; combustion engine;
generator; performance
1. Pendahuluan
Seiring perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Kondisi ini menjadikan kebutuhan akan pemakaian energi listrik tiap tahunnya juga terus naik. Listrik menjadi salah satu pokok kehidupan yang harus mendapatkan perhatian khusus agar kebutuhannya bisa terpenuhi. Pada dasarnya, kebutuhan energi listrik penduduk telah disediakan oleh pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Namun, pemenuhan kebutuhan energi listrik secara aktual ternyata masih belum merata hingga ke daerah pelosok dan terpencil di Indonesia. Hal ini masih menjadi masalah besar bagi pemerintah. Selain pemerataan, saat ini pasokan listrik dan keberadaan sumber energi listrik di Indonesia juga menjadi fokus ilmu yang terus dikembangkan. Adanya penelitian mengenai sumber energi alternatif akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bisa dipertimbangkan.
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang menyebabkan sektor pertanian dan peternakan menjadi sektor yang paling diminati oleh sebagian besar masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan. Menurut data [1], pada tahun 2017 masyarakat yang bekerja dalam sektor peternakan mencapai 213.468,1 orang atau mengalami peningkatan 16% dari tahun sebelumnya. Desa Gunungsari, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu adalah salah satu daerah yang sedang mengembangkan rumah model pertanian energi mandiri. Di Dusun Jantur, terdapat rumah ternak yang memiliki 10 ekor sapi dan telah dilengkapi dengan instalasi biogas mulai dari digester hingga alat pemurnian biogas.
Biogas adalah suatu senyawa gas yang mudah terbakar yang terbentuk dari proses digestifikasi anaerob atau proses fermentasi dari bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob [2]. Sedangkan penyusun utama biogas adalah gas metana. Menurut [3], kotoran sapi memiliki kandungan gas metana dengan komposisi 65.7% dan 54-70% pada campurnan kotoran dan sisa pertanian. Gas penyusun kedua adalah gas karbondioksida sebesar 27% pada kotoran sapi dan 45-75% pada campuran kotoran dan sisa pertanian, serta diikuti gas penyusun lainnya.
Perlu diketahui bahwa gas CH4 yang dihasilkan kotoran hewan ternak mempunyai sifat polutan 21 kali lebih besar jika dibandingkan dengan gas CO2. Melihat hal tersebut apabila dikaitkan dengan kebutuhan energi listrik bagi wilayah pedesaan terpencil yang minim menerima listrik dari pemerintah, tentunya menjadi peluang besar dalam membuat suatu gagasan dalam pemanfaatan energi alternatif sebagai energi listrik mandiri dari energi biogas kotoran hewan ternak. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis ingin mengimplementasikan pemanfaatan transformasi energi biogas menjadi energi listrik. Adapun sistem yang dipilih yaitu menggunakan generator induksi yang menjadikan biogas kotoran hewan ternak menjadi bahan pengganti bensin dalam menggerakkan motor bakar. Sistem tersebut nantinya dapat menggerakkan generator dengan perantara pulley dan belt yang saling terkait sehingga menghasilkan energi listrik dari putaran rotor generator tersebut.
and 3.91 kW; and for pertalite is 37.67 Nm and 3.86 kW. The specific fuel consumption (SFC) for biogas used is more efficient than pertalite, which is 0.000015 kg / kW.s with 0.000069 kg / kW.s. The maximum thermal efficiency when using biogas is higher than pertalite, which is 36.08% and 32.95%. The exhaust gas temperature of biogas is higher than pertalite. In generator test shows that biogas has a higher level of effectiveness than pertalite and has met the national electricity standard.
doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2023.011.02.11
2. Metode Penelitian Bahan dan Alat
Alat yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah mesin generator induksi dengan dimensi 150 x 50 x 40 cm dengan kerangka besi hollow 4 inci, motor bakar penggerak 5.5 HP dengan putaran maksimum 3600 rpm berbahan bakar bensin yang dilakukan modifikasi pada karburator untuk biogas. Untuk generator memiliki daya 3000 watt dengan putaran optimum 1500 rpm, voltase 230 V, frekuensi 50 Hz, arus maksimum 13 A, dan tergolong generator 1 fasa. Mesin dihubungkan dengan sistem transmisi double pulley dan v-belt. Selain itu, dalam pengambilan data juga dibutuhkan termometer, AC wattmeter, tachometer, timbangan gantung 25 kg, gelas ukur, dan flowmeter. Sedangkan bahan yang yang gunakan yaitu bahan bakar pertalite, biogas dari rumah pertanian energi mandiri Desa Jantur, beban massa pengujian prony brake, dan pembebanan listrik.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu melakukan uji performansi terhadap motor penggerak 5.5 HP dan alternator daya output 3 kVA menggunakan bahan bakar biogas dan bensin pertalite sebagai pembanding. Uji performansi terhadap motor penggerak 5.5 HP menggunakan metode pengereman poros (Prony Brake) melibatkan 5 variasi kecepatan putar yaitu 1000; 1500; 2000; 2500; dan 3000 rpm dengan memberikan masing-masing dengan beban massa sampai mendekati kecepatan 0 rpm. Hal tersebut dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali tiap perlakuan selama 2 menit. untuk uji perfomansi generator dilakukan dengan mengukur beberapa parameter menggunakan peralatan listrik sebanyak 5 buah yaitu berdaya 112; 200; 312;
482; dan 570 watt dengan 3 kali pengulangan selama 2 menit tiap ulangan. Penelitian ini diawali dengan studi literatur, identifikasi lokasi penelitian, serta pengumpulan data dukung (data sekunder) untuk melakukan analisis performansi transformasi energi biogas menjadi energi listrik. Modifikasi karburator bahan bakar biogas dilakukan untuk merubah supply bahan bakar pada karburator dengan cara memperbesar ukuran lubang masukan bahan bakar dan memperkecil lubang pemasukan udara. Pembesaran lubang dilakukan dengan melepas beberapa komponen karburator seperti pelampung, jarum pengabut, pengabut stasioner, dan pengabut utama. Kemudian mengganti selang bensin dengan selang biogas yang berukuran lebih besar, seperti dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Selang biogas; a) sebelum dimodifikasi, b) sudah dimodifikasi
Tahapan Penelitian
1. Pengujian Prestasi Motor Bakar
Rangkaian uji prestasi motor bakar menggunakan sistem prony brake dapat dilihat pada Gambar 2. Beban diberikan pada ujung kayu bagian atas sehingga dapat mendorong ke arah bawah dan timbangan gantung dapat mengukur massa beban tersebut. Pada bagian kayu yang mencengkram poros dilapisi karet dan akan menahan putaran yang dihasilkan motor bakar tersebut. Untuk bahan bakar pertalite, diisikan sesuai batas yang telah ditandai untuk keperluan konsumsi bahan bakar. Untuk bahan bakar biogas, motor bakar dihubungkan dengan
selang biogas dari flowmeter setelah proses pemurnian menuju ke karburator yang telah dimodifikasi.
Selanjutnya motor bakar dinyalakan dengan variasi kecepatan yang telah ditentukan dengan memberi beban massa pada masing-masing kecepatan putar hingga mengalami pengereman. Selama pengereman dilakukan pengamatan pada rpm, massa beban pengereman, temperatur gas buang, dan khusus bahan bakar biogas diamati laju aliran gas pada flowmeter. Setelah 2 menit, khusus pengujian menggunakna pertalite dilakukan penambahan volum bahan bakar dengan gelas ukur. Data yang didapatkan digunakan untuk menghitung parameter pengukuran meliputi torsi, daya efektif, konsumsi bahan bakar spesifik, dan efisiensi termal. Adapun untuk menghitung besarnya nilai daya efektif menggunakan Persamaan 1.
𝑏𝑝 =𝜋𝑅𝐹𝑁
60000 (1)
Keterangan:
bp : daya motor (kW) R : panjang lengan (m) F : gaya (N)
N : putaran poros (rpm)
Gambar 2. Rangkaian uji prestasi motor bakar
2. Pengujian Kerja Generator
Langkah awal yang dilakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahan, lalu memasang double belt antara motor bakar dan alternator seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Rangkaian uji kinerja generator
Langkah selanjutnya adalah mengisi motor bakar dengan bahan bakar sesuai batas pada bahan bakar pertalite, sedangkan untuk bahan bakar biogas motor bakar dihubungkan dengan selang biogas dari flowmeter menuju karburator. Lalu motor bakar dinyalakan hingga kondisi tengangan ± 220 V atau dalam keadaan stabil.
Wattmeter dipasang dan diberikan beban listrik menggunakan peralatan rumah tangga dengan tegangan yang telah ditentukan. Selama proses generator menyala, dilakukan pengamatan kecepatan putar (rpm) generator dan motor bakar, voltase, daya listrik, arus listrik; dan laju aliran gas pada pengujian dengan bahan bakar biogas.
Setelah 2 menit, khusus pengujian menggunakan bahan bakar pertalite di dilakukan penambahan volum bahan bakar yang digunakan pada motor bakar dengan menggunakan gelas ukur. Data yang telah didapat dapat digunakan untuk keperluan analisis parameter pengukuran.
3. Hasil Dan Pembahasan
Pengujian Performasi Motor Bakar
Pada pengujian performansi motor bakar terdiri dari pengujian nilai torsi, daya efektif poros, konsumsi bahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik, efisiensi termal, dan pengujian temperatur gas buang. Pada pegujian nilai torsi pada Gambar 4 didapatkan torsi maksimum pada kecepatan putar 2500 rpm dengan nilai 37.67 Nm pada bahan bakar pertalite, dan kecepatan putar 2500 rom dengan nilai 38.19 pada bahan bakar biogas. Nilai torsi kedua bahan bakar naik mengikuti peningkatan kecepatan putar mesin karena dipengaruhi variasi putaran mesin dan beban pengereman yang mampu mengubah kecepatan putar mendekati 0 rpm. Semakin tinggi kecepatan putar maka nilai torsi akan semakin meningkat hingga mencapai titik tertentu lalu akan turun secara linear. Dalam hal ini diketahui pertalite memiliki nilai oktan sebesar 90, sedangkan bahan bakar biogas nilai oktannya diatas 100. Sehingga, variasi nilai torsi yang didapatkan juga dikarenakan perbedaan nilai oktan pada bahan bakar [4].
Pengujian daya efektif poros penggerak motor bakar dihitung menggunakan panjang lengan, putaran poros dan gaya yang bekerja sesuai dengan Persamaan 1. Gambar 5 Menunjukkan daya maksimum yang dicapai oleh biogas yaitu sebesar 3.91 kW, sedangkan untuk pertalite sebesar 3.86 kW. Selain faktor perbedaan nilai oktan, menurunnya nilai torsi pada putaran juga berpengaruh terhadap nilai daya. Semakin besar torsi dan putaran mesin yang diberikan akan menyebabkan semakin besarnya daya yang dihasilkan [5]. Jika putaran mesin melebihi nilai torsi maksimum, maka torsi yang dihasilkan akan menurun akibat gerakan piston dari TMA ke TMB dengan sangat cepat. Sehingga katup hisap dan buang akan membuka dan menutup dengan cepat dan mengakibatkan bahan bakar terbuang sebelym terjadi pembakaran sempurna lalu terjadi detonasi [4].
Pada konsumsi bahan bakar dengan pertalite didapatkan nilai sebesar 0.0001083 kg/s; 0.0001552 kg/s;
0.0002094 kg/s; 0.0002672 kg/s; dan 0.000325 kg/s. Sedangkan pada penggunaan bahan bakar biogas menghasilkan konsumsi sebesar 0.000023 kg/s; 0.000037 kg/s; 0.000052 kg/s; 0.00006 kg/s; dan 0.000071 kg/s.
Dengan ini dapat diketahui bahwa grafik hubungan antara pemakaian bahan bakar dengan putaran mesin pada Gambar 6 didapatkan hasil lebih hemat menggunakan biogas daripada pertalite. Semakin besar pembebanan pada variasi kecepatan putar mesin maka juga akan meningkatkan konsumsi bahan bakar [6]. Sedangkan pada konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) pada Gambar 7, menunjukkan titik minimum pada penggunaan bahan bakar biogas terjadi pada putaran 2500 rpm sebesar 0.000015 kg/kW.s. Sedangkan pada pertalite, konsumsi bahan bakar spesifik minimum pada putaran 2500 rpm sebesar 0.000069 kg/kW.s. Nilai SFC paling minimum secara keseluruhan akan tercapai pada daya maksimum karena proses pembakaran yang sempurna. Kemudian kenaikan SFC selanjutnya disebabkan karena secondary sistem karburator yang mulai bekerja, sehingga akan meningkatkan konsumsi bahan bakar. Namun, pada putaran mesin tinggi tersebut terjadi penurunan tegangan pengapian dan bunga api yang dihasilkan akan melemah sehingga kualitas pembakarannya menurun (tidak stabil) [7].
Penelitian ini juga melakukan pengujian efisiensi termal, yaitu perbandingan antara energi yang digunakan dengan energi yang masuk. Efisiensi termal pada motor bakar dihitung melalui daya efektif poros dibagi dengan hasil perkalian antara nilai kalor bahan bakar batas bawah (LHV) dengan konsumsi bahan bakar pada waktu tertentu saat penelitian. Pada Gambar 8, efisiensi termal maksimum bahan bakar biogas terjadi pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 36.08%, sedangkan efisiensi termal maksimum bahan bakar pertalite terjadi pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 32.95%. Apabila dibandingkan dari kedua bahan bakar tersebut, maka terjadi selisih sebesar 9.5% lebih unggul bahan bakar biogas. [8] menjelaskan bahwa efisiensi termal semakin tinggi apabila putaran mesin dan pembebanan semakin tinggi. Hal tersebut mengakibatkan nilai torsi dan daya yang tinggi, serta konsumsi bahan bakar yang tinggi. Sedangkan pada Gambar 9. menunjukkan hubungan antara temperatur gas buang dengan putaran mesin yang berbanding lurus, semakin tinggi beban maka temperatur gas buang semakin besar. Pada pada bahan bakar pertalite menghasilkan konsumsi bahan bakar sebesar 44.7
°C; 50.9 °C; 62.7 °C; 73.1 °C; dan 68.8 °C. Sedangkan pada bahan bakar biogas menghasilkan temperatur gas buang sebesar 48.07 °C; 56.67 °C; 68.13 °C; 76.67 °C dan 72 °C . [9] menyatakan bahwa besarnya konsumsi bahan bakar berpengaruh terhadap proses pembakaran dalam silinder. Semakin sempurna proses pembakaran maka semakin efisien konsumsi bahan bakarnya. Apabila temperatur campuran bahan bakar dan udara naik, maka semakin mudah campuran tersebut akan terbakar.
Gambar 4. Grafik hubungan torsi dengan putaran mesin
Gambar 5. Grafik hubungan daya efektif dengan putaran mesin
Gambar 6. Grafik hubungan putaran mesin dengan konsumsi bahan bakar
Gambar 7. Grafik hubungan putaran mesin dengan konsumsi bahan bakar spesifik
Gambar 8. Grafik hubungan putaran mesin dengan efisiensi termal
Gambar 9. Grafik hubungan putaran mesin dengan temperatur gas buang
Pengujian Performansi Generator Induksi dengan Variasi Beban Listrik
Pada pengujian putaran mesin generator pada Gambar 10 diketahui bahwa semakin besar pembebanan listrik maka mengakibatkan penurunan putaran. Menurut [10], menyatakan bahwa penurunan putaran akibat pembebanan yang semakin bertambah disebabkan kurangnya suplai bahan bakar yang masuk ke dalam bahan bakar. Putaran mesin saat menggunakan bahan bakar pertalite sebesar dan 1489.33; 1469.67; 1386; 1378 dan 1279.33 rpm saat menggunakan bahan bakar biogas. Untuk tegangan listrik pada Gambar 11, didapatkan nilai yang berbanding terbalik antara beban listrik dengan tegangan listrik. Semakin besar pembebanan listrik, maka mengakibatkan penurunan tegangan listrik. Pada bahan bakar pertalite menghasilkan tegangan listrik pada generator sebesar 220.63; 218; 216.2; 214.2; dan 207.5 volt. Sedangkan pada bahan bakar biogas menghasilkan tegangan listrik pada generator sebesar 220.73; 219; 217.4; 215.23; dan 210.67 volt. Seperti penelitian [10], disebutkan bahwa nilai tegangan akan semakin kecil dikarenakan penambahan beban yang berakibat pada kenaikan arus.
Pada Gambar 12, dapat ditunjukkan hubungan antara tegangan listrik dengan beban listrik yang berbanding lurus. Semakin besar pembebanan listrik, maka mengakibatkan penurunan tegangan listrik. Pertalite memberikan performansi daya output rata-rata sebesar 110.33 watt; 195.63 watt; 304.03 watt; 475.17 watt;
dan 565.6 watt. Sedangan performansi biogas memberikan daya output rata-rata sebesar 111.2 watt; 195.6 watt; 305.83 watt; 476.9 watt; dan 560.2 watt. Adapun perbedaan nilai daya tersebut dikarenakan adanya peningkatan nilai arus atau voltase listrik yang digunakan [11].
Hubungan antara konsumsi bahan bakar dengan beban listrik yaitu berbanding lurus, ditunjukkan oleh Gambar 13. Saat menggunakan pertalite, menggunakan konsumsi sebesar 0.000044 kg/s; 0.000053 kg/s; 0.000062 kg/s;
0.000079 kg/s; dan 0.000093 kg/s. Saat menggunakan biogas, nilai konsumsi bahan bakar sesuai dengan pembebanan pada generator sebesar 0.000027 kg/s; 0.000033 kg/s; 0.000044 kg/s; 0.000066 kg/s; dan 0.000071 kg/s. [12] menyatakan bahwa semakin besar pembebanan pada kecepatan putar mesin akan berakibat pada peningkatan konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi beban yang diberikan akan meningkatkan laju aliran bahan bakar. Sedangkan pada konsumsi spesifik bahan bakar pertalite memberikan hasil 2.5 x 10-7 kg/W.s; 1.7 x 10-7 kg/W.s; 1.43 x 10-7 kg/W.s; 1.38 x 10-7 kg/W.s; dan 1.28 kg/W.s. Dan pada bahan bakar biogas nilai konsumsi spesifiknya sebesar 3.9 x 10-7 kg/W.s; 2.7 x 10-7 kg/W.s; 2 x 10-7 kg/W.s; 1.7 x 10-7 kg/W.s; dan 1.65 kg/W.s. Perbedaan nilai ini disebabkan oleh nilai oktan yang dikandung masing-masing bahan bakar. Semakin tinggi nilai oktan bahan bakar pada putaran mesin dan rasio kompresi yang sama, maka konsumsi bahan bakar akan semakin rendah [4].
Gambar 10. Grafik hubungan beban listrik dengan mesin generator
Gambar 11. Grafik hubungan beban listrik dengan tegangan listrik
Gambar 12. Grafik hubungan antara beban listrik dengan daya output generator
Gambar 13. Grafik hubungan konsumsi bahan bakar dengan beban listrik
Gambar 14. Grafik hubungan konsumsi bahan bakar spesifik dengan beban listrik
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan mengggunakan bahan bakar biogas dari kotoran sapi dan pertalite diantaranya adalah, nilai torsi dan daya maksimum terjadi saat menggunakan bahan bakar biogas pada putaran 2500 rpm yaitu 37.8 Nm dan 3.91 kW. Sedangkan pada bahan bakar pertalite terjadi pada putaran yang sama sebesar 37.67 Nm dan 3.86 kW. Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) minimum terjadi pada penggunaan bahan bakar biogas pada putaran 2500 rpm sebesar 0.000015 kg/kW.s, sedangkan pada bahan bakar pertalite pada putaran sama sebesar 0.000069 kg/kW.s. Efisiensi termal maksimum terjadi saat menggunakan bahan bakar biogas pada putaran 2500 rpm yaitu 36.08% dan pada pertalite hanya 32.95%. Terakhir, suhu gas buang dari bahan bakar biogas lebih tinggi dari bahan bakar pertalite. Sehingga dari analisa diatas, bahan bakar biogas layak dipertimbangkan untuk digunakan sebagai energi alternatif dalam menghasilkan listrik.
Daftar Pustaka
[1] A. Bestari, J. A. Munawar, R. A. Nurrohmah, and A. Nurzamin, Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2018. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, 2018.
[2] A. Yulianto, H. L. Priyambodo, and A. N. Hadi, “Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta,” Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, vol. 2, no. 2, pp. 83–89, 2010.
[3] D. Waskito, “Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dengan Pemanfaatan Kotoran Sapi di Kawasan Usaha Peternakan Sapi,” Thesis, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2011.
[4] I. W. B. Ariawan, I. G. B. W. Kusuma, I. W. B. Adnyana, “Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Pertalite Terhadap Unjuk Kerja Daya, Torsi dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Bertransmisi Otomatis,”
Jurnal MEKTEK, vol. 2, no. 1, pp. 51-58, 2016.
[5] Darmawansyah, “Pengaruh Pembebanan dan Putaran Mesin Terhadap Torsi dan Daya yang dihasilkan Mesin Matari MGX200/SI,” Undergraduate Thesis, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Pontianak, 2015.
[6] T. Priangkoso, A. Wildana, Setyoko, “Hubungan Kecepatan, Posisi Gigi, dan Jenis Bahan Bakar Dengan Konsumsi Bahan Bakar Sepeda Motor,” Momentum, vol. 12, no. 2, pp. 37-41, Oct. 2016.
[7] M. A. Sera, “Optimasi Daya Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar Mesin Toyota Seri 5K Melalui Penggunaan Pengapian Booster,” Sinergi, vol. 19, no. 03, pp. 195-200, 2015.
[8] U. S. Dharma, E. Nugroho, M. Fatkurahman, “Analisa Kinerja Mesin Diesel Berbahan Bakar Campuran Solar dan Minyak Plastik,” TURBO, vol. 7, no.1, 2018.
[9] A. R. Panjaitan, Aulia Rahman, “Pengaruh Temperatur Bahan Bakar Terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang Pada Engine Toyota Seri 4K,” Jurnal Penelitian, vol. 1, no. 1, pp. 1-11, 2013.
[10] N. Caroko, F. Surahmanto, R. Sulistyo, “Unjuk Kerja Generator Listrik Berbahan Bakar Biogas,” Jurnal Material dan Proses Manufaktur, vol. 3, no. 1, pp. 50-55, 2019.
[11] A. Rasyad and Budiarto, “Analisis Pengaruh Temperatur, Waktu, dan Kuat Arus Proses Elektroplating Terhadap Kuat Tarik, Kuat Tekuk dan Kekerasan pada Baja Karbon Rendah,” Jurnal Rekayasa Mesin, vol. 9, no.3. hal. 173-182, 2018.
[12] T. Dharmanasa, Danial, M. Ivanto, “Analisa Perbandingan Bahan Bakar Pertalite dan Pertamax Terhadap Karakteristik Motor Honda Fit X NF 100 SE,” Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN), vol. 2, no. 2, pp. 142-151, 2021.