• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis variabel-variabel yang - Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis variabel-variabel yang - Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI LABA PENGRAJIN SENTRA INDUSTRI KERAMIK (Studi Kasus Sentra Industri

Keramik Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Afgan Junar 125020507111003

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2016

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALSISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI LABA PENGRAJIN SENTRA INDUSTRI KERAMIK (Studi Kasus Sentra Industri Keramik Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang)

Yang disusun oleh :

Nama : Afgan Junar

NIM : 125020507111003

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 10 November 2016.

Malang, 10 November 2016 Dosen Pembimbing,

Arif Hoetoro, SE., MT., Ph.D

NIP. 19700920 1 001

(3)

Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Laba Pengrajin Sentra Industri Keramik (Studi Kasus Sentra Industri Keramik kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota

Malang)

Afgan Junar

Arif Hoetoro, SE., MT., Ph.D

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: afgan.junar@yahoo.co.id

ABSTRAK

Peran UMKM sangat penting karena mampu menciptakan pasar-pasar, mengembangkan perdagangan, mengelola sumber daya alam, mengurangi kemiskinan, dan membuka lapangan pekerjaan. Salah satu UMKM yang ada di Kota Malang memproduksi kerajinan keramik sejak tahun 1930 dengan jumlah mencapai 50 pengrajin sehingga menjadi ikon di Kota Malang, namun seiring berjalannya waktu jumlah pengrajin menurun karena beberapa faktor diantaranya yaitu adanya program pemerintah yaitu pergantian minyak tanah menjadi LPG sehingga para pengrajin harus membuat alat tungku pembakaran berbahan bakar LPG, dan harganya pun tergolong tidak murah, kemudian faktor lain penyebab terjadinya penurunan jumlah pengrajin adalah tidak adanya regenerasi. Saat ini jumlah pengrajin UMKM sentra industri keramik hanya 30 pengrajin dengan jumlah 100 tenaga kerja. UMKM ini layak untuk dijaga dan dilestarikan keberadaannya khususnya oleh pengrajin tersebut. Untuk keberlangsungan suatu usaha para pengrajin memerlukan laba yang tinggi. Keberhasilan suatu usaha dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan dari usaha kerajinan keramik Dinoyo dan pengaruh variabel terhadap laba pengrajin. Dalam penelitian ini peneliti memasukan variabel yang berkaitan dengan laba pada umumnya yaitu modal usaha, tenaga kerja, penggunaan teknologi, tingkat keterampilan, lama usaha dan jaringan usaha. Data yang digunakan adalah data primer diperoleh menggunakan kuesione. Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel terhadap laba pengrajin, dan besarnya keuntungan dari usaha kerajinan keramik.

Kata kunci: UMKM, laba usaha.

A. PENDAHULUAN

Pertumbuhan sektor industri skala kecil dan menengah sampai saat ini selalu berkembang mewarnai perekonomian di tiap daerah, mulai dari industri makanan, kerajinan, mebel, hingga konveksi atau tekstil, di mana keberadaannya menjadi salah satu solusi dalam mengatasi angka pengangguran sekaligus menggerakan roda perekonomian daerah. ILO (International Labour Organization) melaporkan bahwa 60% buruh di kota-kota negara berkembang diserap oleh sektor informal dan kegiatan UMKM. Dilaporkan juga bahwa peran sektor UMKM sangat penting karena mampu menciptakan pasar-pasar, mengembangkan perdagangan, mengelola sumber daya alam, mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja, membangun masyarakat dan menghidupi keluarga mereka tanpa control dan fasilitas dari pihak pemerintah daerah yang memadai (ILO, 1991). Hal ini bisa juga dilihat dari perkembangan jumlah industri yang ada di Jawa Timur pada tabel 1.1 berikut ini:

(4)

Tabel 1.1: Perkembangan Jumlah Industri di Jawa Timur Jumlah

Tahun 2012 2013 2014 TW 1 2015

Industri 796.537 803.454 807.478 807.903

Tenaga Kerja 3.086.314 3.115.681 3.133.049 3.134.809 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur 2015, diolah

Pada dasarnya, semua kegiatan perindustrian yang beroperasi tidak lain memiliki harapan agar memperoleh laba (keuntungan) pada tingkat tertentu yang telah ditetapkan sebagai tujuan yang harus dicapai. Pertumbuhan laba industri perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik, karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Tidak satu pun industri/bisnis akan bertahan tanpa adanya laba sebagai penunjang, oleh karena itu, laba adalah tujuan dari semua usaha (Mutia, 2011).

Perusahaan harus memiliki keunggulan untuk menghadapi persaingan yang ketat, dari sekian banyak upaya dan tujuan yang hendak dicapai suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan laba bersih. Demikian halnya juga dengan UMKM sentra keramik Dinoyo yang memproduksi kerajinan berbahan baku keramik, di mana kegiatan produksinya juga tidak lepas dari usaha untuk memperoleh laba atau keuntungan. Komponen laba adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan (Mulyadi, 1992).

Banyak terdapat variabel-variabel yang mempengaruhi laba pada suatu usaha, diantaranya modal usaha, tenaga kerja, penggunaan teknologi, tingkat keterampilan dan pelatihan, jaringan usaha, dan pengalaman usaha/lama usaha. Pada penelitian sebelumnya variabel-variabel yang disebutkan di atas mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba dari suatu usaha. Dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai variabel-variabel yang telah disebutkan di atas yang mempengaruhi tingkat pendapatan/laba pada salah satu UMKM di kota Malang.

Permasalahan yang terjadi pada UMKM ini adalah terjadinya penurunan jumlah pengrajin, UMKM kerajinan keramik telah ada sejak tahun 1930 dengan jumlah mencapai 50 pengrajin sehingga menjadi ikon di Kota Malang. Namun seiring berjalannya waktu jumlah pengrajin menurun karena beberapa faktor diantaranya yaitu adanya program pemerintah yaitu pergantian minyak tanah menjadi LPG sehingga para pengrajin harus membuat alat tungku pembakaran berbahan bakar LPG, dan harganya pun tergolong tidak murah, kemudian faktor lain penyebab terjadinya penurunan jumlah pengrajin adalah tidak adanya regenerasi. Saat ini jumlah pengrajin UMKM sentra industri keramik hanya 30 pengrajin dengan jumlah 100 tenaga kerja.

Jika pengusaha pengrajin keramik mengalami kendala yang menyulitkan mereka untuk mendapatkan laba maka penyusutan akan terus terjadi. Maka dengan diadakannya penelitian ini diharapkan mampu menjadi tolak ukur kepada suatu UMKM bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi laba pada suatu usaha. Oleh karena itu, penulis mengambil judul tentang “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Laba Pengrajin Sentra Industri Keramik”.

B. KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah jenis usaha yang paling banyak di Indonesia. Pengertian UMKM yang bersifat relatif menimbulkan definisi-definisi usaha kecil menengah dari berbagai segi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah sebagai berikut:

(5)

1. Usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang UMKM.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang UMKM.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang UMKM.

Karakteristik Industri Kecil

Karakteristik industri kecil adalah sebagai berikut:

1. Padat karya

Dengan sifatnya yang padat karya sehingga industri kecil dapat menyerap banyak tenaga kerja, khususnya tenaga kerja daerah, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran dalam kondisi pertambahan penduduk yang cukup tinggi sedangkan lapangan kerja terbatas sekali, maka kegiatan-kegiatan yang mampu menyerap tenaga kerja mempunyai peran penting.

2. Modal kecil

Mayoritas usaha kecil memiliki modal yang relatif kecil. Faktor yang menyebabkan kecilnya modal yang dimiliki oleh sektor usaha kecil adalah karena modalnya bersumber dari keuangan pribadi. Faktor yang kedua adalah banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi apabila mengajukan permohonan kepada pihak bank.

3. Teknologi sederhana

Teknologi yang digunakan dalam usaha kecil biasanya bersifat konvensional. Penggunaan teknologi konvensional ini selain disebabkan oleh minimnya dana, tapi juga karena proses produksinya tidak membutuhkan teknologi tinggi.

4. Pemerataan

Sifatnya sesuai dengan kondisi daerah maka Industri Kecil dapat dikembangkan di daerah.

Konsep Keberhasilan Usaha

Menurut Suyanto (2010) keberhasilan usaha industri kecil di pengaruhi oleh berbagai faktor.

Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang diharapkan.

Seperti yang dikemukakan oleh Erliah, (2007) mengatakan bahwa “suatu usaha dikatakan berhasil di dalam usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan”.

Laba

Tujuan utama perusahaan umumnya adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan laba merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.

Pengertian laba menurut Soemarso, (2005), laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha.

(6)

Tujuan utama sebuah perusahaan adalah mencari laba (profit). Maka secara teoritis laba adalah kompensasi atau risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin besar risiko, laba yang diperoleh harus semakin besar. Keuntungan total merupakan penerimaan total (TR) dikurangi dengan biaya total (TC). Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisih positif antara TR dengan TC mencapai angka terbesar. Laba dikonotasikan , penerimaan total TR dan biaya total adalah TC, maka:

= TR-TC

Perusahaan dapat memperoleh laba jika nilai TR ˃ TC. Laba maksimum tercapai bila nilai mencapai maksimum (Soemarso.SR, 2005). Salah satu pendekatan penghitungan laba maksimum yang menggunakan pendekatan totalis (Totality Approach). Pendekatan ini membandingkan antara pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Pendapatan total sama dengan jumlah output yang terjual (Q) dikalikan dengan harga per unit. Jika harga jual per unit output adalah P, maka TR = P.Q. seperti diketahui bahwa biaya total (TC) adalah sama dengan biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC), atau TC = FC + VC.

Teori Produksi

Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu, seefisien mungkin (Suherman, 2001).

Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Penentuan kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi optimal.

Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh seseorang.

Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut (Sukirno, 2004).

Dalam proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input), yang juga di sebut sebagai faktor produksi (factors of production) termasuk segala sesuatunya yang harus digunakan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi, menjadi keluaran (output).

Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus yaitu seperti berikut: (Manurung &

Pratama, 2004)

Q = f (K,L) Dimana : Q = Jumlah barang yang diproduksi (output)

K = capital (modal) L = labor (tenaga kerja)

Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja dalam Keseimbangan

Tenaga kerja merupakan salah satu dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam kegiatan produksi tenaga kerja merupakan input yang terpenting selain bahan baku dan juga modal.

(7)

Tenaga kerja sendiri terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Diantaranya sebagian sudah aktif dalam kegiatannya menghasilkan barang atau jasa, golongan ini di sebut golongan yang bekerja (employed persons). Golongan yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan di sebut pencari kerja atau pengangguran. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja di sebut angkatan kerja.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan kesempatan kerja adalah jumlah kesempatan kerja yang tersedia pada pasar tenaga kerja dalam keseimbangan. Kesempatan kerja dalam keseimbangan tidak mencerminkan kesempatan kerja yang sebenarnya tersedia. Sebab kesempatan kerja dalam keseimbangan merupakan interaksi antara kekuatan permintaan dengan penawaran tenaga kerja.

Industri Kreatif dan Sub-Sektor Industri Kreatif

Istilah ekonomi kreatif pertama kali diperkenalkan oleh tokoh bernama John Howkins, bahwa ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah gagasan. Teori industri kreatif dari visi pemerintah, sebagai berikut: Industri-industri yang mengandalkan kreatifitas individu, keterampilan serta talenta yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup dan penciptaan tenaga kerja melalui penciptaan (gagasan) dan eksploitasi HKI.

Menurut Robert Lucas, industri kreatif yaitu kekuatan yang menggerakan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari tingkat produktifitas klaster orang-orang bertalenta dan orang-orang kreatif atau manusia-manusia yang mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya (Nenny, 2008).

Definisi industri kreatif sendiri menurut Departemen Perdagangan pada studi pemetaan industri kreatif tahun 2007 dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 (2008) adalah:

“industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.”.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengrajin pada UMKM sentra industri keramik Dinoyo berjumlah 30 responden/pengrjain. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuisioner. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba usaha pada UMKM sentra keramik Dinoyo, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah modal usaha, tenaga kerja, tingkat keterampilan, penggunaan teknologi, lama usaha dan jaringan usaha.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kriteria Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara menyebar kuisioner kepada 30 responden pengrajin UMKM sentra industri keramik maka dapat diambil gambaran tentang karaktersitik responden yang diteliti. Adapaun karakteristik responden tersebut sebagai berikut:

a. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga

Kerja

Frekuensi %

0-3 17 56.7%

4-7 11 36.7%

8 < 2 6.6%

TOTAL 30 100%

(8)

Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden yang menggunakan tenaga kerja sebanyak 0-3 orang berjumlah 17 responden atau 56.7%. sedangkan responden yang menggunakan tenaga kerja sebanyak 8 < orang berjumlah 2 responden atau 6.6%

b. Modal

Modal Responden

Frekuensi %

≤3.300.000 (kecil)

12 40%

3.400.000- 6.300.000 (menengah)

14 46.7%

6.400.000- 10.000.000 (besar)

4 13.3%

TOTAL 30 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa perbandingan modal yang dikeluarkan oleh responden dengan modal ≤3.300.000 (kecil) berjumlah 12 responden atau 40%. Responden dengan modal 3.400.000-6.300.000 (menengah) berjumlah 14 responden atau 46.7%. Responden dengan modal 6.400.000-10.000.000 (besar) berjumlah 4 responden atau 13.3%.

c. Laba

Laba Responden

Frekuensi %

≤5.000.000 12 40%

5.100.000- 10.000.000

14 46.7%

10.100.000- 15.000.000

4 13.3%

Total 30 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa responden dengan laba ≤5.000.000 berjumlah 12 responden atau 40%. Kemudian responden dengan laba 5.100.000-10.000.000 berjumlah 14 responden atau 46.7%. Sedangkan responden dengan laba terbesar atau berjumlah 10.100.000-15.000.000 berjumlah 4 responden atau 13.3%.

Uji Instrumen Penelitian

Variabel Item r hitung Kriteria Ket. Cronbach's

Alpha Kriteria Ket.

Tenaga Kerja

1 0.818 ≥ 0.361 Valid

0.815 ≥ 0.600 Reliabel 2 0.864 ≥ 0.361 Valid

3 0.891 ≥ 0.361 Valid

Teknologi

1 0.876 ≥ 0.361 Valid

0.870 ≥ 0.600 Reliabel 2 0.857 ≥ 0.361 Valid

3 0.770 ≥ 0.361 Valid 4 0.888 ≥ 0.361 Valid

Keterampilan

1 0.788 ≥ 0.361 Valid

0.823 ≥ 0.600 Reliabel 2 0.810 ≥ 0.361 Valid

3 0.771 ≥ 0.361 Valid 4 0.862 ≥ 0.361 Valid

Lama Usaha

1 0.897 ≥ 0.361 Valid

0.857 ≥ 0.600 Reliabel 2 0.815 ≥ 0.361 Valid

3 0.774 ≥ 0.361 Valid 4 0.866 ≥ 0.361 Valid Networking

1 0.934 ≥ 0.361 Valid

0.907 ≥ 0.600 Reliabel 2 0.950 ≥ 0.361 Valid

3 0.870 ≥ 0.361 Valid

Hasil uji validitas instrumen tenaga kerja, teknologi, ketrampilan, lama usaha, dan networking yang terdiri dari 3-4 item pernyataan didapatkan nilai koefisien Korelasi Product Moment (r

(9)

hitung) pada seluruh item pernyataan lebih dari r tabel (0.361) menunjukkan bahwa item pernyataan tersebut adalah valid dan dapat digunakan pada proses analisis selanjutnya.

Hasil uji reliabilitas instrumen tenaga kerja, teknologi, ketrampilan, lama usaha, dan networking yang terdiri dari 3-4 item pernyataan didapatkan nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0.600 menunjukkan bahwa instrumen adalah reliabel dan dapat digunakan pada proses analisis selanjutnya.

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik digunakan sebagai syarat agar model regresi linier layak untuk digunakan. Asumsi yang digunakan antara lain uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Asumsi Normalitas

Tabel Hasil Pengujian Normalitas Metode Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual

Kolmogorov-Smirnov Z 0.612

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.848

Hasil pengujian asumsi normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai signifikansi (p-value) terhadap residual sebesar 0.848 lebih dari alpha (0.050) menunjukkan bahwa distribusi dari residual model adalah normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah pengujian dari asumsi yang terkait bahwa variabel bebas pada suatu model tidak saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Pengujian multikolinieritas menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan nilai VIF, di mana nilai VIF lebih kecil dari 10 menunjukkan tidak adanya multikolinieritas antar variabel.

(10)

Tabel Hasil Pengujian Multikolinieritas VIF

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Modal Usaha .367 2.722

Tenaga Kerja .302 3.307

Teknologi .298 3.354

Ketrampilan .326 3.069

Lama Usaha .760 1.317

Networking .237 4.217

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas di dalam model regresi dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).

Gambar 4.2 Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas

Regresi Linier Berganda

Hasil perhitungan regresi linier antara modal usaha, tenaga kerja, teknologi, ketrampilan, lama usaha, dan networking terhadap laba usaha disajikan sebagai berikut. Persamaan regresi yang terbentuk yaitu:

Laba = -13.955 + 0.487 Modal + 0.361 Tenaga Kerja + 0.217 Teknologi + 0.436 Ketrampilan + 0.119 Lama Usaha + 0.301 Networking + e

Dalam bagian ini disajikan hasil persamaan regresi linier berganda, uji parsial, uji simultan, dan hasil koefisien determinasi.

(11)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficient s

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) -13.955 2.100 -6.645 .000

Modal Usaha .487 .138 .274 3.531 .002

Tenaga Kerja .361 .165 .188 2.194 .039

Teknologi .217 .096 .195 2.270 .033

Ketrampilan .486 .140 .286 3.479 .002

Lama Usaha .119 .083 .077 1.432 .166

Networking .301 .135 .215 2.230 .036

Adjusted R Square .936

F hitung 71.581

Sig. F .000

Dari tabel diatas hasil persamaan regresi linier dapat dijelaskan bahwa:

a. Koefisien konstanta (β = -13.955) menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh dari modal usaha, tenaga kerja, teknologi, ketrampilan, lama usaha, dan networking maka laba usaha yang dihasilkan sebesar -13.955 juta.

b. Koefisien regresi antara modal usaha terhadap laba usaha (β = 0.487) menunjukkan bahwa setiap 1 juta modal usaha akan mempengaruhi laba usaha sebesar 0.487 juta.

c. Koefisien regresi antara tenaga kerja terhadap laba usaha (β = 0.361) menunjukkan bahwa setiap 1 skor jawaban tenaga kerja akan mempengaruhi laba usaha sebesar 0.361 juta.

d. Koefisien regresi antara teknologi terhadap laba usaha (β = 0.217) menunjukkan bahwa setiap 1 skor jawaban teknologi akan mempengaruhi laba usaha sebesar 0.217 juta.

e. Koefisien regresi antara ketrampilan terhadap laba usaha (β = 0.486) menunjukkan bahwa setiap 1 skor jawaban ketrampilan akan mempengaruhi laba usaha sebesar 0.486 juta.

f. Koefisien regresi antara lama usaha terhadap laba usaha (β = 0.119) menunjukkan bahwa setiap 1 skor jawaban lama usaha akan mempengaruhi laba usaha sebesar 0.119 juta.

g. Koefisien regresi antara networking terhadap laba usaha (β = 0.301) menunjukkan bahwa setiap 1 skor jawaban networking akan mempengaruhi laba usaha sebesar 0.301 juta.

Uji Hipotesis

Koefisien Determinasi Ganda

Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Selain itu, koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui presentase perubahan variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X).

Tabel Hasil Koefisien Determinasi Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .974a .949 .936 .96098

Koefisien determinasi antara modal usaha, tenaga kerja, teknologi, ketrampilan, lama usaha, dan networking terhadap laba usaha didapatkan nilai 0.936 yang artinya bahwa perubahan terhadap laba usaha disebabkan oleh laba usaha sebesar 93.6%, sedangkan perubahan terhadap laba usaha disebabkan oleh faktor lain sebesar 6.4%.

Uji Simultan

(12)

Uji simultan digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik F, di mana nilai F hitung yang lebih besar dari nilai F tabel atau p-value yang lebih kecil dari α 5% menunjukkan adanya pengaruh simultan.

Tabel Hasil Uji Simultan Model

Sum of Squares F Sig.

1 Regression 396.626 71.581 .000a

Residual 21.240 Total 417.866

Uji simultan antara modal usaha, tenaga kerja, teknologi, ketrampilan, lama usaha, dan networking terhadap laba usaha didapatkan nilai F hitung (71.581) lebih dari nilai F tabel (2.528) atau p-value (0.000) kurang dari alpha 5% (0.050) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara modal usaha, tenaga kerja, teknologi, ketrampilan, lama usaha, dan networking terhadap laba usaha.

Uji Parsial

Uji parsial digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari tiap variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik t, di mana nilai t hitung yang lebih besar dari nilai t tabel atau p-value yang lebih kecil dari α 5% menunjukkan adanya pengaruh parsial.

Tabel Hasil Uji Parsial Model

t Sig.

Modal Usaha 3.531 .002

Tenaga Kerja 2.194 .039

Teknologi 2.270 .033

Ketrampilan 3.479 .002

Lama Usaha 1.432 .166

Networking 2.230 .036

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil analisis penelitian mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi laba pada pengrajin sentra keramik Dinoyo Kota Malang, variabel tersebut terd iri dari modal usaha, tenaga kerja, penggunaan teknologi, keterampilan tenaga kerja, lama usaha dan jaringan usaha dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Usaha kerajinan keramik Dinoyo memberikan keuntungan/laba kepada para pengusaha/pengrajin. Laba yang didapat oleh responden atau pengusaha dalam sebulan berjumlah antara Rp. 1.500.000 sampai Rp. 15.000.000. Responden dengan jumlah paling banyak mendapatkan laba yang berkisar antara Rp. 5.000.000 sampai Rp. 10.000.000 per bulan.

2. Dari jumlah keseluruhan variabel yang diteliti, variabel-variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba pada pengusaha UMKM sentra industri keramik Dinoyo Kota Malang diantaranya adalah modal usaha, tenaga kerja, penggunaan teknologi, jaringan usaha, terhadap modal usaha berpengaruh positif signifikan terhadap laba usaha pengrajin UMKM sentra industri keramik Dinoyo Kota Malang. Uji hipotesis terhadap variabel-variabel di atas diterima.

(13)

3. Variabel yang berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap laba pada pengusaha UMKM sentra industri keramik Dinoyo Kota Malang yaitu variabel lama usaha. Karena nilai yang didapat dari hasil analisis regresi linier berganda menyatakan positif dengan nilai yang sangat kecil dibandingkan dengan nilai variabel yang lain dan hasil analisis uji parsial menyatakan tidak signifikan. Uji hipotesis terhadap variabel lama usaha ditolak.

Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan dalam pengambilan data berupa data kuesioner dan wawancara, oleh karena itu peneliti dapat melihat langsung kondisi UMKM sentra industri keramik Dinoyo Kota Malang, saran yang diberikan peneliti kepada UMKM sentra industri keramik Dinoyo Kota Malang yaitu dalam hal lingkungan. Karena UMKM sentra industri keramik Dinoyo Kota Malang ini merupakan ikon dari Kota Malang itu sendiri, ada baiknya jika para pengusaha maupun pemerintah memperbaiki sarana dan prasarana dari lingkungan UMKM sentra industri keramik tersebut seperti tugu / pintu masuk menuju UMKM, sarana parkir yang memadai untuk para wisatawan dan konsumen, dan perbaikan unit showroom agar menimbulkan ketertarikan terhadap pengunjung.

2. Untuk memaksimalkan laba pengrajin jika dilihat dari variabel yang tidak signifikan yaitu lama usaha, maka diharapkan untuk lebih gencar dalam hal promosi, perluasan jaringan usaha dan peningkatan kualitas. Karena jika suatu usaha sudah berdiri lama maka seharusnya usaha tersebut lebih dikenali oleh masyarakat sehingga permintaan terhadap suatu barang akan meningkat sekaligus akan meningkatkan laba pada pengusaha UMKM sentra industri keramik Dinoyo Kota Malang.

DAFTAR PUSTAKA

Aksaranee, N., & James, K. (1988). Small and Medium Business Improvement in the Asean Region.

Amirullah, & Hardjanto, I. (2005). Pengantar Bisnis (edisi pert). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. jakarta: Rineka Cipta.

Asmie, P. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta. Neo-Bis.

Becker, G. S. (1976). The Economic Approach to Human Behavior. chicago: the university of chicago press.

Erliah. (2007). Pengaruh Persaingan, Promosi, dan Keunikan Produk Terhadap Keberhasilan Usaha.

Foster, B. (2001). Pembinaan Untuk Peningkatan Kinerja Karyawan. Jakarta: PPM.

Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:

Universitas Diponegoro.

(14)

Gujarati, D. (1995). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Handoko, T. H. (2002). Manajemen (2nd ed.). Yogyakarta: BPFE.

Henry, F. N. (2007). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hubeis, M. (2009). Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia.

ILO. (1991). Tenaga Kerja dan Buruh. Retrieved May 24, 2016, from https://www.ilo.org Indrianto, & Supomo. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia.

KEMENPERIN. (2007). Program Pembinaan. Retrieved May 25, 2016, from https://www.ikm.kemenperin.go.id

Manurung, M., & Pratama, R. (2004). Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Jakarta:

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mardiyatmo. (2008). Kewirausahaan. Surakarta: Yudhistira.

Mathis, L. R., & Jackson, H. J. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Buku Kedua.

Miller, & Meiners. (1993). Teori Ekonomi Mikro (3rd ed.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyadi. (1992). Akuntansi Biaya (5th ed.). Yogyakarta: STIE YKPN.

Mutia, E. (2011). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Nopirin. (1987). Ekonomi Moneter (2nd ed.). Yogyakarta: BPFE.

Notoatmodjo. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. jakarta: PT. Rineka Cipta.

Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

R, S. N., & Sunarto. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Soemarso. (2005). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba.

Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM (Teori, Dimensi Pengukuran dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(15)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, R. (2001). Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro (4th ed.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sukirno, S. (2004). Makro Ekonomi : Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Thoifah, I. (2015). Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif. Malang:

Madani.

Tjiptoroso. (1993). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta. Akuntansi Dan Manajemen, 197–210.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan grafik pada Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa pemurnian biogas menggunakan arang aktif berukuran 60 mesh dengan kapasitas volume arang aktif 1.5 liter pada

Recommendation 1 The Inquiry recommends that the Secretary of DIMIA take all necessary steps to: • redress the negative culture in the Brisbane Compliance and Investigations Office—as