• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK YANG MENYEBABKAN MATI DENGAN PELAKU ANAK DI PENGADILAN NEGERI MUNGKID

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK YANG MENYEBABKAN MATI DENGAN PELAKU ANAK DI PENGADILAN NEGERI MUNGKID"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan hukum dalam tindak pidana kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggalnya pelaku anak di Pengadilan Negeri Mungkid. Bagaimana Hakim memandang tindak pidana kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggalnya pelaku anak di Pengadilan Negeri Mungkid.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kerangka Konseptual

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai putusan hakim, yang mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan, dengan demikian bahwa pertimbangan hakim harus diperlakukan secara hati-hati, baik dan hati-hati. Apabila pertimbangan hakim tidak tuntas, sehat dan menyeluruh, maka putusan hakim yang timbul dari pertimbangan hakim tersebut dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung.20. Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang mengakibatkan penelantaran, kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual dan/atau, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan yang melawan hukum.22.

22 Pasal 1, ayat (15a) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, merehabilitasi, dan memperkuat anak yang mengalami kekerasan, eksploitasi, dan penelantaran guna menjamin kelangsungan hidup anak serta tumbuh kembangnya secara normal, baik secara fisik, psikis, maupun sosial.

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dijelaskan mengenai perlindungan anak sebagaimana terdapat dalam Pasal 1 ayat (2), yaitu segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak beserta hak-haknya agar dapat hidup. serta tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat. Perlindungan anak juga diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak berdasarkan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip Konvensi Hak Asasi Manusia. inklusif Anak.

Kerangka Teoritis…

Oleh karena itu, pidana baru dijatuhkan jika tidak ada cara lain untuk menjaga ketertiban hukum.” 34 Dengan demikian, fokus pada retribusi berarti menghukum atau membalsem pelaku kejahatan dengan tujuan untuk menjaga ketertiban hukum, sehingga masyarakat atau kepentingan umum dapat terlindungi dan terjamin dari kejahatan. tindak pidana Menurut sistem ini, hakim dapat menyatakan bahwa terdakwa terbukti bersalah atas tindak pidana yang didakwakan kepadanya, hanya berdasarkan keyakinannya saja, dan tidak perlu mempertimbangkan dari mana ia memperolehnya (bukti) serta alasan-alasan yang digunakan dan bagaimana ia membentuk keyakinannya Artinya, pembuktian kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana hanya didasarkan pada alat bukti dan cara penggunaannya yang telah ditentukan sebelumnya dengan undang-undang.

Apabila alat bukti itu sesuai dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya dalam undang-undang, baik dari segi alat bukti maupun cara penggunaannya, maka hakim harus menyimpulkan bahwa kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana telah terbukti. Keyakinan hakim sama sekali tidak relevan dan tidak patut diperhitungkan dalam mengambil kesimpulan tentang kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana. Menurut sistem ini, dalam hal membuktikan kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, hakim tidak melakukan hal tersebut.

Hukum Pidana Islam adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau tindak pidana yang dilakukan oleh orang-orang ukallaf (orang yang dapat dituntut suatu kewajiban), sebagai hasil pemahaman dalil-dalil hukum yang rinci dari Al-Qur’an dan hadis. Sebab, seorang anak yang melakukan tindak pidana pembunuhan tidak dapat dikenakan hukuman maksimal yang dijatuhkan kepada orang dewasa.

Metode Penelitian

  • Metode Pendekatan
  • Spesifikasi Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data …
  • Metode Pengumpulan Data
  • Metode Analisis Data

Dari sisi kriminalitas, terdapat fenomena yang menarik untuk dikaji, yaitu penghukuman terhadap pembunuh anak di bawah umur. Hal ini dikarenakan seorang anak yang melakukan tindak pidana pembunuhan tidak dapat diberikan hukuman yang maksimal, seperti hukuman bagi orang dewasa… permasalahan yang sedang kita pelajari.37 Penelitian ini membahas tentang nomor putusan perkara pidana: 3/Pid .Sus - Anak. /2019/PN. Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan melakukan penelitian dengan data yang selengkap dan sedetail mungkin.

Uraian tersebut dimaksudkan untuk data primer dan juga data sekunder yang berkaitan dengan putusan perkara pidana Nomor: 3/Pid.Sus-Anak/2019/PN Mkd. Data sekunder terdiri dari 3 bahan hukum diantaranya bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. 39. buku, artikel, jurnal, hasil penelitian, kontribusi sesuai dengan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kegiatan utama yang dilakukan yaitu tinjauan pustaka dengan cara menelaah, mempelajari dan mengolah literatur, peraturan hukum, putusan pengadilan dan artikel atau tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.42. Maka setelah data primer dan data sekunder berupa dokumen lengkap, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan peraturan yang berkaitan dengan masalah yang diselidiki.43 Metode analisis datanya juga menggunakan sumber ahli berupa pendapat dan teori mengenai perkara pidana. keputusan Nomor: 3/Pid .Sus-Anak/2019/PN Mkd yang telah dikaji secara mendalam.

Sistematika Penulisan

buah. Angka 2 adalah “Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berhadapan dengan hukum, anak korban tindak pidana, dan anak saksi tindak pidana.” Ayat (3) Yang dimaksud dengan “Anak yang berhadapan dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.” Pertanggungjawaban pidana anak di bawah umur yang melakukan tindak pidana akan ditentukan oleh aturan dalam KUHP dan di luar KUHP.

Beban pidana dapat ditambah sepertiga dari bahaya maksimum kejahatan, sebagaimana diatur dalam Pasal 486, 487, dan 488. Anak yang berkonflik dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban kejahatan. , dan anak-anak yang menyaksikan kejahatan. Anak yang melakukan pelanggaran hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun dan belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

Penerapan hukum dalam tindak pidana kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan kematian anak di Pengadilan Negeri Mungkid. Ketentuan hukum mengenai batas usia pertanggungjawaban pidana bagi anak yang melakukan tindak pidana diatur dalam KUHP Indonesia yaitu KUHP kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (UU Pengadilan Anak), dan akhirnya diganti dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA). Proses peradilan yang dilakukan terhadap anak yang melakukan tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan kematian harus memperhatikan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menyatakan bahwa setiap anak dalam proses peradilan pidana mempunyai hak, antara lain: hal, .a.

Pada tingkat penuntutan, penuntut umum dapat menahan anak yang melakukan tindak pidana paling lama 5 (lima) hari dan atas permohonan penuntut umum dapat diperpanjang oleh hakim pengadilan negeri paling lama 5 (lima) hari. hari. Sehingga anak yang berhadapan dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang berumur 12 (dua belas) tahun, namun belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan diduga melakukan tindak pidana. Berdasarkan uraian di atas maka penerapan hukum dalam tindak pidana kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggalnya pelaku di bawah umur.

Dalam KUHP batasan pelanggaran hukum hanya dibatasi pada perbuatan salah atau melawan hukum, dalam hal ini tindak pidana penganiayaan anak yang mengakibatkan meninggalnya anak pelaku. Dalam hal terjadi tindak pidana kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggalnya pelaku anak, perbuatan yang dilakukan pelaku tersebut menimbulkan nyawa orang lain (pembunuhan), maka pidana yang pantas adalah hukuman mati atau pidana mati. Pertimbangan Hakim dalam tindak pidana kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan kematian bagi pelaku anak di Pengadilan Negeri Mungkid.

Peninjauan kembali hakim dalam menjatuhkan pidana sangat erat kaitannya dengan persoalan penjatuhan sanksi pidana yang diancam atas tindak pidana yang dilakukan. Saya menyatakan bahwa Anak N sebagaimana tersebut di atas telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Ikut serta melakukan kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan kematian” sebagaimana dalam dakwaan alternatif pertama Jaksa Penuntut Umum. Jangan sampai sistem pemidanaan terhadap anak yang melakukan kekerasan yang mengakibatkan kematian memasukkan pelaku anak yang terlibat sebagai pelaku kejahatan sebagai pelaku kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa.

Penerapan majelis hakim dari uraian di atas sesuai dengan ketentuan Pasal dan Pasal 82 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, dimana anak yang melakukan tindak pidana dapat dikenakan hukuman atau tindakan.

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak merupakan lex spesialis dari ketentuan-ketentuan KUHAP dan KUHP, artinya hukum acara pidana anak adalah hukum acara

PERTIMBANGAN KEPOLISIAN TIDAK MENGAJUKAN ANAK PELAKU TINDAK PIDANA KE PROSES PERADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM.. PERADILAN

Tindak pidana persetubuhan anak pada Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, hampir sama dengan tindak pidana menurut KUHP, hanya

Ketentuan hukum terhadap anak yang menjadi pelaku tindak pidana narkotika dapat dilihat dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,

Perlindungan anak dalam hukum pidana, selain diatur dalam Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 47 KUHP ( telah dicabut dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997

Dapat dilihat bahwa alasan mempertahankan ancaman maksimal pidana mati, telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Tindak Pidana

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sistem perlindungan hukum terhadap anak berhadapan dengan hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pelecehan seksual pada anak tidak hanya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana saja tetapi juga diatur dalam peraturan yang lebih khusus yaitu diatur dalam Undang-Undang Nomor 35