• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis yuridis putusan lepas dari tuntutan - Universitas Bosowa

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis yuridis putusan lepas dari tuntutan - Universitas Bosowa"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Tindak Pidana

Menggunakan tanah tanpa izin atau kuasa atau biasa disebut perampasan tanah dapat diartikan sebagai mengambil hak atau kekayaan secara sewenang-wenang atau mengabaikan peraturan perundang-undangan seperti menduduki tanah orang lain yang bukan haknya. 8Simorangkir, C.T, dkk. , Kamus Hukum, Sinar Grafik, Jakarta, 2002, hal. 317. secara melawan hukum dan merupakan perbuatan melawan hukum yang dapat digolongkan sebagai kejahatan. 9 Karli, Analisis tindak pidana penggunaan tanah tanpa izin secara hak atau perwakilan menurut undang-undang no. 5/PRP/1960 Pasal 6 Ayat 1, Jurnal Advokasi Indonesia, Vol.

Perbuatan Melawan Hukum

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP, setiap perbuatan bersifat pelanggaran hukum formil sebagai pemidanaan. Biasanya sifat melawan hukum substantif ini melekat pada pelanggaran yang dirumuskan secara substantif.

Putusan Hakim

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mencantumkan 3 (tiga) kemungkinan putusan hakim dalam Pasal 1 butir 11, yaitu berupa pemidanaan, bebas dan bebas. a) Keputusan bebas. Juga melihat redaksi Pasal 191 ayat (1) KUHAP pada kalimat berikut: “Perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan”. Berdasarkan ketentuan tersebut, bebas dari segi hukum adalah putusan hakim pengadilan yang tidak memenuhi asas pembuktian menurut hukum negatif, artinya alat bukti yang diperoleh di persidangan tidak cukup untuk membuktikan. kesalahan terdakwa dan hakim tidak yakin kesalahan terdakwa yang tidak cukup dibuktikan.

Hakikat peradilan diatur dalam UUD 1945 Bab IX Pasal 24 juncto UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kejaksaan. Kemudian penjelasan pasal 1 angka 1 undang-undang no 48 tahun 2009 yaitu : “Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka. Hal ini diatur dalam Pasal 10 UU No. 48 Tahun 2009 dimana disebutkan bahwa “pengadilan tidak dapat menolak untuk memeriksa dan.

Putusan tersebut merupakan akhir dari proses pemeriksaan perkara yang dilakukan oleh majelis hakim, setelah terlebih dahulu mengadakan musyawarah berdasarkan ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kehakiman. Putusan kasasi hanya merupakan koreksi terhadap penerapan hukum yang tepat dan benar, atau tidak lalai memenuhi persyaratan yang ditentukan undang-undang dan/atau tidak melampaui batas kewenangan yang ditetapkan undang-undang. Salah satu asas dalam peradilan pidana adalah asas praduga tak bersalah sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Umum butir 3c Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang menjelaskan bahwa: praduga tak bersalah harus dinyatakan di muka sidang pengadilan sampai dengan sidang pengadilan. putusan tersebut menetapkan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap.”26 Arti asas ini adalah bahwa seseorang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan dibawa ke muka sidang pengadilan tidak dapat dianggap bersalah sampai ada putusan pengadilan bahwa seseorang memang benar-benar bersalah. bersalah dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Alat Bukti dan Barang Bukti

Sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 184 (1) menyatakan bahwa alat bukti yang sah adalah: .. a) keterangan saksi b) keterangan ahli c) surat. Artinya, yang dimaksud dengan surat sebagai alat bukti yang sah menurut undang-undang adalah surat yang dibuat di bawah sumpah jabatan atau surat yang dikukuhkan dengan sumpah. KUHAP tidak secara jelas mendefinisikan apa yang dimaksud dengan barang bukti.

Selain konsep-konsep yang telah disebutkan dalam kitab undang-undang di atas, konsep pembuktian dalam doktrin juga telah dikembangkan oleh beberapa sarjana hukum. Andi Hamzah mengatakan bahwa alat bukti dalam perkara pidana adalah alat bukti tentang di mana kejahatan itu dilakukan (objek kejahatan) dan barang-barang yang dengannya kejahatan itu dilakukan (alat-alat yang digunakan untuk melayani kejahatan), termasuk barang-barang hasil kejahatan. . Dalam Pasal 181 KUHAP, majelis wajib menunjukkan kepada terdakwa semua barang bukti dan menanyakan apakah ia mengakuinya.

Menurut Ansori Hasibuan, barang adalah barang yang digunakan terdakwa untuk melakukan tindak pidana atau yang dirampas oleh penyidik ​​sebagai hasil tindak pidana untuk dijadikan barang bukti di pengadilan. Maka dari pendapat para ahli hukum di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan alat bukti adalah. Akan tetapi, adanya suatu alat bukti tidak mutlak dalam suatu perkara pidana, karena ada beberapa tindak pidana yang tidak memerlukan pembuktian, seperti tindak pidana penghinaan dengan kata-kata (pasal 310 ayat 1 DCC).

Hak Milik Atas Tanah

Dari berbagai jenis hak atas tanah, hak milik merupakan satu-satunya hak primer yang memiliki kedudukan paling kuat dibandingkan dengan hak lainnya. Hak milik adalah hak turun-temurun terkuat dan terlengkap yang dapat dimiliki seseorang atas tanah. Hak milik dikatakan hak turun-temurun karena hak milik dapat diwariskan dari pemegang hak kepada ahli warisnya.

Artinya suatu hak milik dapat menjadi induk dari hak-hak lain, misalnya pemegang hak milik dapat menyewakannya kepada orang lain. Beberapa badan hukum yang dapat memiliki hak milik adalah bank negara atau organisasi keagamaan dan sosial, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Pertanian/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara untuk Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. Hak milik tidak dapat dimiliki oleh warga negara asing atau orang yang berkewarganegaraan ganda (warga negara Indonesia maupun warga negara asing).

Penciptaan hak milik common law dapat dilakukan dengan pembukaan tanah baru, misalnya dengan pembukaan tanah adat. Hak milik yang timbul karena ketentuan undang-undang berarti undang-undang yang menimbulkan hak milik. Perlu diperhatikan bahwa hak milik tidak dapat dialihkan kepada orang asing atau badan hukum karena:

METODE PENELITIAN

  • Lokasi Penelitian
  • Tipe Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Berawal ketika Mathius Tambing selaku pemilik sawah letok memberikan kuasa kepada Tarima Paulin alias Nek Willy untuk mengelola atau mengolah sawahnya. Tersangka Massudi dan beberapa anggotanya masuk ke sawah letok tanpa izin pemilik Mathius Tambing dan memecat Nek Willy. Terdakwa Massudi menggarap sawah Mathius Tambing dengan mengontrak sawah letok dan menanam padi serta menabur benih ikan di sawah letok Mathius Tambing tanpa seizin pemilik.

Menurut pertimbangan hakim, Terdakwa Massudi pergi ke sawah letok dan memerintahkan Nek Willy untuk berhenti bekerja dan selanjutnya Terdakwa. Selanjutnya Terdakwa masuk ke sawah letok dan melarang Nek Willy (saksi korban) untuk menggarap sawah tersebut karena sawah tersebut adalah milik orang tua Terdakwa yang datang terlambat. Berdasarkan fakta di persidangan, terbukti Massudi masuk dan menduduki sawah Letok yang digarap atau dikelola oleh Nek Willy.

Perbuatan terdakwa menempati dan menggarap sawah tersebut tidak dikehendaki oleh Mathius Tambing selaku pemilik berdasarkan sertifikat hak milik yang dimilikinya. Berdasarkan fakta-fakta di persidangan, terdakwa Massudi menempati dan bekerja di sawah Letok karena meyakini bahwa sawah Letok adalah milik orang tuanya yang berasal dari almarhum Alma. Dalam persidangan, JPU menyatakan bahwa ketika terdakwa tiba di sawah letok, dia mengancam Neko Willy yang sedang bekerja di sawah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kesesuaian Unsur-unsur Tindak Pidana Penyerobotan Tanah Pada

Maka sekitar tahun 2017, Massudi dan beberapa anggotanya mengunjungi sawah letok dan memberhentikan Nek Willy dan orang-orang yang bekerja atau mengelola sawah letok untuk tidak bekerja di sawah letok. Kemudian Massudi memerintahkan anak-anaknya untuk merusak saluran air di sawah dan menaruh bibit ikan di sawah letok milik Mathius Tambing. Majelis hakim juga mempertimbangkan bahwa terdakwa telah menggugat Mathius Tambing atas sawah letok di Pengadilan Negeri Makale melalui No.21/Pdt.G/2018/PN.Mak.

Berdasarkan fakta persidangan, diketahui bahwa sawah letok memiliki batas-batas, sehingga merupakan lahan tertutup dan bukan lahan terbuka. Oleh karena itu majelis berpendapat bahwa terdakwa masuk ke dalam kebun yang tertutup, dalam hal ini terdakwa masuk ke sawah letok dan melarang Nenek Willy yang sedang menanam padi untuk tidak bekerja di sawah. Londong Allo kepada saksi korban Nek Willy dan meminta saksi korban untuk meninggalkan sawah karena sawah Letok adalah milik almarhum.

Panel menyatakan bahwa sawah adalah pekarangan tertutup dan bukan lahan terbuka, berdasarkan fakta bahwa sawah Letok sebenarnya memiliki batas. Berdasarkan pertimbangan fakta-fakta di atas, ternyata dasar saksi korban Nek Willy yang bekerja di sawah Letok adalah Mathius Tambing selaku pemilik sawah Letok diberikan kuasa berdasarkan Surat Keterangan Kepemilikan Nomor: 259, Kel. Karena antara tersangka dan Mathius Tambing terjadi sengketa harta kekayaan sawah letok yang harus diselesaikan melalui jalur perdata.

Atas fakta persidangan, terdakwa Massudi bersama beberapa orangnya menduduki dan menguasai sawah Letok dengan cara menanam benih padi dan menanam benih ikan di sawah tersebut. Putusan majelis hakim sudah tepat dalam memutus perkara ini, meskipun terbukti perbuatan terdakwa merugikan korban Nek Willy dan Mathius Tambing yang merupakan pemilik akta tanah sawah letok, namun hal ini tidak sepenuhnya memenuhi unsur-unsur KUHP pasal 167 ayat 1 yang telah dituntut oleh Penuntut Umum.

Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Lepas

PENUTUP

Kesimpulan

Mengenai kesesuaian unsur-unsur tindak pidana perampasan dalam Pasal 167 KUHP dengan perbuatan yang dilakukan oleh Massudi (terdakwa) sebagaimana dalam putusan nomor: 75/Pid.B/2021/PN.Mak tidak ada kesesuaian karena unsur Pasal 167 ayat 3, KUHP Ya. Pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan bebas dari segala tuntutan hukum terhadap terdakwa tindak pidana perampasan tanah dalam putusan Pengadilan Negeri Makale No. Mak sudah sepantasnya perbuatan yang dilakukan terdakwa terbukti, namun perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana, melainkan sengketa kepemilikan tanah (swah letok), yang penyelesaiannya termasuk dalam ranah perdata.

Putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Makale dalam memutus perkara ini sudah tepat dalam mempertimbangkan aspek hukum dan non hukum.

Saran

Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana Untuk Memahami Kejahatan dan Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Hukuman (Disertai Teori Pengantar dan Beberapa Komentar), Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP-Indonesia, Yogyakarta. Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia; Sejarah pembentukan hukum pokok agraria, isi dan pelaksanaannya, edisi kedua belas (edisi revisi), Djtangan, Jakarta. Soesilo, R., 2013 KUHP dan komentarnya, pasal demi pasal lengkap, Politea, Bogor.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 51 Tahun 1960 tentang larangan penggunaan tanah tanpa izin dengan hak atau kuasa. Ahmad Taufiq, Basri Oner, Muhammad Halwan Yamin, Analisis Hukum Tindak Pidana Pembukaan Lahan Dengan Pembakaran, Clavia Journal Of Law, Volume 19 Nomor 2, 2021. Jaminuddin Marbun, Raja Kenasihen Ginting dan Anggara Zuhri Harahap, Tindak Pidana Perampasan Tanah Hukum Penalti , Jurnal Rektum, Volume 3 Nomor 2, 2021.

Karli, Analisis Tindak Pidana Penggunaan Tanah Tanpa Izin Dengan Hak atau Kuasa Berdasarkan UU No. 5/PRP/1960 pasal 6 Ayat, Jurnal Advokat Indonesia, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022. Nina Maulanny Herlan, Analisis Putusan Pembebasan Tindak Pidana Memasuki Rumah Orang Lain Melawan Hukum, Jurnal Hukum Adigama, Volume 3, Nomor 2, 2020. Rahma, Zulkifli Makkawaru dan Siti Zubaidah, Analisis Yuridis Tindak Pidana Perampasan Tanah di Kota Makassar, Jurnal Hukum Clavia, Volume 19 Nomor 2, 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur: “Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena jiwanya cacat dalam