• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis yuridis tentang kedudukan anak hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis yuridis tentang kedudukan anak hasil"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Oleh: Ahmad Rizqina Noor Fahmi NPM: 168100800

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

Email: [email protected] ABSTRAK

Penelitian iini idilakukan idengan itujuan iuntuk imengetahui ibagaimana ipengaturan istatus idan ikedudukan ianak ihasil iperkawinan icampuran idan iakibat

ihukum itearhadap ianak ihasil iperakwinan icampuran iDengan imenggunakan imetode

ipenelitian iyuridis inormatif, idisimpulkan,Perkawinan icampuran imenurut

iUndangUndang iNomor. i16 iTahun i2019 itentang iperubahan iudang-undang inomor

i1 itahun i1974 itentang iperkawinan iadalah iperkawinan iyang iterjadi idi iantara ipara

ipihak iyang iberbeda istatus ikewarganegaraannya. iProduk ihukum ikolonial

iberdasarkan iPeraturan iPerkawinan iCampuran i(Regeling iop ide iGemengde

iHuwelijen, iStaatsblad i1898 iNomor. i158) imendasarkan isuatu iperkawinan

icampuran isebagai iperkawinan iantara iorang-orang iyang idi iIndonesia itunduk ipada

ihukum-hukum iyang iberlainan, iyang iberarti isubstansi iperkawinan icampuran

imenurut ikedua iperaturan iperundangundangan itersebut iadalah isama.

iKetidaksamaan iatau iperbedaannya iialah ihukum ipositif isekarang imenekankan

iperkawinan icampuran iterjadi ibilamana ipara ipihak iyang ikawin itunduk ipada ihukum

ikewarganegaraan iyang iberbeda-beda. i

kewarganegaraan iRepublik iIndonesia imenganut isistem ikewarganegaraan iganda, itetapi ikewarganegaraan iganda, itidak ibersifat imutlak, ioleh ikarena isistem

iatau iasas ikewarganegaraan ilainnya iialah ikewarganegaraan itunggal iyang

imenentukan ihanya iada isatu ikewarganegaraan ibagi iWNI. iKewarganegaraan iganda

iterbatas ilebih iditujukan iuntuk imemberikan iperlindungan ihukum iterhadap ianak

ihasil iperkawinan icampuran isekaligus imenjaga ikemungkinan itimbulnya ianak

itanpa istatus ikewarganegaraan i(stateless).

Kata Kunci : Status dan kedudukan anak, Perkawinan Campuran

(2)

ABSTRACT

This research is done with the aim to know how to set the status and child position of mixed marriage and the consequences of a child's tearhadap result of mixed accounting by using normative juridical research method, deduced, mixed marriage according to the Law number. 12 years 2019 about mixed marriage is a marriage that occurs among the different parties its nationality status. The products of colonial law based on mixed marriage Regulation (Regeling op de Gemengde Huwelijen, staatsblad 1898 number. 158) Basing a mixed marriage as a marriage between people in Indonesia subject to different laws, which means the substance of mixed marriage according to both rules of abuse is the same. Inequality or difference is a positive law now emphasizes mixed marriages occur when the parties who marry are subject to different nationality laws.

Nationality of the Republic of Indonesia is a dual citizenship system, but double citizenship, is not absolute, because the system or other citizenship principle is a single citizenship that determines there is only one citizenship for Indonesian citizen. Limited dual citizenship is more aimed at providing legal protection against children of mixed marriages while keeping the likelihood of onset of a child without stateless citizenship status.

Keywords: child Status and position, mixed marriage

(3)

A. Pendahuluan

Perkawinan icampuran iadalah iperkawinan iantara iseorang ipria idan

iseorang iwanita iyang idi iindonesia itunduk ipada ihukum iyang iberlainan ikarena

iperbedaan ikewarganegaraan idan isalah isatu ipihak iberkewarganegaraan

iindonesia. iPerkawinn icampuran idiatur idalam iUndang-Undang iperkawinan

iyaitu ipada ipasal i57 isampai idengan ipasal i62. iPengertian iperkawinan icampuran

iterdapat ipada ipasal i57 iUndang-Undang iNomor i16 iTahun i2019 itentang

iperubahan iatas iUndang-Undang iNomor i1 iahun i1974

Perkawinan icampuran iyang iada idi iindonesia imenurut iUndang-Undang

iperkawinan imenitikberatkan ipada iperbedaan ikewarganegaraan. iSelain iitu,

ipasal i59 iayat i(2) iUndang-Undang iperkawinan imenyebutkan iperkawinan

icampuran idi iindonesia ihanya isah iapabila idilakukan iberdasarkan iketentuan-

ketentuan idalam iUndang-Undang iperkawinan idan iUndang-Undang iNomor i12

iTahun i2006 itentang iwarganegaraan iRI imemberikan ijaminan ikewarganegaraan

ianak ihasil idari iperkawinan icampuran. iBerdasarkan iketentuan itersebut

imenyatakan ibahwa ianak idari ihasil iperkawinan icampuran imendapat ihak iuntuk

imenentukan iatau imemilih ikewarganegaraan.

Perkawinan campuran telah merambah, seluruh pelosok tanah air dan kelas masyarakat. Stigma perkawinan campuran adalah perkawinan antara ekspatriat kaya dan orang indonesia. Menurut survei yang dilakukan jalur perkenalan yang membawa pasangan berbeda kewarganegaran menikah antara lain adalah perkenalan melalui internet, kemudian bekas teman kerja/bisnis.

iPerkawinan icampuran ijuga iterjadi ipada itenaga ikerja iindonesia idengan itenaga

(4)

ikerja idari iNegara ilain. iDengan ibanyak inya iperkawinan icampuran idi iindonesia,

isudah iseharusnya iperlindungan ihukum idalam iperkawinan icampuran iini

idiakomodir idengan ibaik idalam iperundang-undangan idi iIndonesia.

Perkawinan Campuran sangat sudah merambah kepelosok tanah air dan masyarakat. Sehingga stigma perkawinan campuran di indonesia adalah antara ekspatriat kaya dan orang indonesia.

(5)

B. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat normatif dengan mengkaji Undang-

Undang,asas-asas hukum kewarganegaraan yang terkait deangan status dan kedudukan anak.

(6)

C. Hasil dan Pembahasan

A. Ketentuan Hukum tentang kedudukan Anak Hasil Perkawinan Campuran

Dalam perkawinan campuran kedudukan anak diatur sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) Undang-undang ini,Anak adalah seorang yang belum berusia 18 tahun,termasuk anak yang masih dalam kandungan, Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah, iAkibat iperkawinan icampuran iterhadap ianak idiatur idalam i iUndang- Undang iNomor i19 iTahun i2019 itentang iperubahan iUndang-Undang iNomor.1 itahun i1974 itentang iperkawinan, iyang imenyatakan i“dalam iperkawinan icampuran ikedudukan ianak idiatur idengan ipasal i59 iayat i(1).

iDengan idemikian iperkawinan icampuran iterhadap ianak iyaitu ianak iyang idilahirkan isebagai iakibat iperkawinan icampuran imemperoleh ihukum ipublik imaupun ihukum iperdata idari iayahnya.

Masalah ikedudukan ianak iyang ilahir idari iperkawinan icampuran idiatur idalam iPasal i11 idan i12 iStb. i1898/158. iPasal i11 imenyatakan ibahwa ikedudukan ianak iyang ilahir idari iperkawinan icampuran iadalah imengikuti ikedudukan ihukum ibapaknya. iKedudukan iAnak iHasil iPerkawinan iCampuran iantara iWarga iNegara iIndonesia idan iWarga iNegara iAsing idalam iaspek ikewarganegaraan idiatur idalam iUndang-Undang iNomor i12 iTahun i2006 itentang iKewarganegaraan iRepublik iIndonesia. iMenurut iPasal i1 iayat i(2) iUndang-Undang iKewarganegaraan iadalah isegala iihwal iyang iberhubungan idengan iwarga inegara. iHak iatas ikewarganegaraan isangat

(7)

ipenting iartinya ikarena imerupakan ibentuk ipengakuan iasasi isuatu inegara iterhadap iwarga inegaranya.Adanya istatus ikewarganegaraan iini iakan imemberikan ikedudukan ikhusus ibagi iseorang iWarga iNegara iterhadap inegaranya idimana imempunyai ihak idan ikewajiban iyang ibersifat itimbal ibalik idengan inegaranya.

Untuk mengetahui status anak yang lahir dalam perkawinan campuran dengan sendirinya pun harus berpedoman pada ketentuan Undang-Undang kewarganegaraan Nomor 62 tahun 1958. dan pada dasarnya Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 menganut asas ius sanguinis sebagaimana dapat dibaca idalam ipasal i1 ihuruf ib iyang iberbunyi: i“orang iyang ipada iwaktu ilahirnya imempunyai ihubungan ihukum ikekeluargaan idengan iayahnya isoorang iwarga inegara iIndonesia, idengan iperngertian itersebut itelah iada isebelum ianak itersebut iberumur i18 itahun, iatau isebelum iia ikawin idibawah iusia i18 itahun.

B. Akibat Hukum tentang Kedudukan Anak Hasil Perkawinan Campuran

Anak iadalah isubjek ihukum iyang ibelum icakap imelakukan iperbuatan ihukum isendiri isehingga iharus idibantu ioleh iorang itua iatau iwalinya iyang imemilikikecakapan iakibat,akibat ihukum iperkawinan icampuran iterhadap ianak idiatur idalam ipasal iUndang-Undang iNomor i1 iTahun i1974,yang imenyatakan idalam iperkawinan icampuran ikedudukan ianak idiatur idengan ipasal i59 iayat i(1) iUndang-Undang iini.

Untuk mengetahui status anak yang lahir dalam perkawinan campuran dengan sendirinya pun harus berpedoman pada ketentuan Undang-Undang

(8)

kewarganegaraan Nomor 62 tahun 1958. dan pada dasarnya Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 menganut asas ius sanguinis sebagaimana dapat dibaca idalam ipasal i1 ihuruf ib iyang iberbunyi: i“orang iyang ipada iwaktu ilahirnya imempunyai ihubungan ihukum ikekeluargaan idengan iayahnya isoorang iwarga inegara iIndonesia, idengan iperngertian itersebut itelah iada isebelum ianak itersebut iberumur i18 itahun, iatau isebelum iia ikawin idibawah iusia i18 itahun. Akibat perkawinan campuran terhadap anak (akibat hukum terhadap anak) menimbulkan hubungan hukum antara orangtua dan anak khususnya status hukum anak mengenai kewarganegaraan anak, terdaat perbedaan yang signifikan setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 dibandingkan dengan peraturan sebelumnya (Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958).

Akibat perkawinan campuran terhadap anak idiatur idalam ipasal i62

iUndang-Undang iNomor. i1 iTahun i1974, iyang imenyatakan: iDalam

iperkawinan icampuran ikedudukan ianak idiatur idengan ipasal i59 iAyat i(1)

iundang-undang iini. iDengan idemikian iakibat iperkawinan icampuran

iterhadap ianak iyaitu: ianak iyang idilahirkan isebagai iakibat iperkawinan

icampuran imemperoleh ihukum ipubik imaupun ihukum iperdata idari iayahnya.

D. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

1. Dalam iperkawinan icampuran iKedudukan iAnak iHasil iPerkawinan iCampuran iantara iWarga iNegara iIndonesia idan iWarga iNegara iAsing idalam iaspek ikewarganegaraan idiatur idalam iUndang-Undang iNomor i12

(9)

iTahun i2006 itentang iKewarganegaraan iRepublik iIndonesia.Dalam iperkawinan icampuran ikedudukan ianak idiatur isesuai idengan iPasal i59 iayat i(1) iUndang-undang iini,Anak iadalah iseorang iyang ibelum iberusia i18 itahun,termasuk ianak iyang imasih idalam ikandungan imengikuti ikewaaganegaraan iayahnya idan iAnak iyang isah iadalah ianak iyang idilahirkan idalam iatau isebagai iakibat iperkawinan iyang isah.

2. Akibat perkawinan campuran terhadap anak menimbulkan hubungan hukum antara orang tua dan anak khususnya status hukum anak mengenai kewarganegaraan anak, terdapat perbedaan yang signifikan setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006.

B. Saran

1. Perkawinan icampuran iadalah ifenomena iyang ibanyak iterjadi isehubungan imeningkatnya iinteraksi iantarbangsa idan iantarnegara iseperti isemakin ibanyaknya iorang-orang iberkewarganegaraan iasing ibekerja idi iindonesia. iDan idengan iberlakunya iUndang-Undang iNomor i12 iTahun i2006 iTentang iKewarganegaraan iRI imemberikan ipeluang iyang ibesar iterhadapap iperlindungan ihak-hak ianak idari ihasil iperkawinan icampuran.

iAnak ihasil idari iperkawinan icampuran ihendaknya imemanfaatkan iketentuan itersebut iuntuk imelegalisasikan ikewarganegaraan ianak isudah i18 itahun

(10)

2. Saran iyang idapat idiberikan ipada ipasangan iperkawinan icampuran iyaitu imemahami idengan ibaik iketentuan-ketentuan ihukum ikewarganegaraan isehingga idapat imengetahui ihak-hak idan ikewajiban iyang imenjadi ikonsekuensi iatas iperkawinan iyang idilakukan.

(11)

E. Buku

Antonn Scalia, (2012), Reading Law: The interpretation of legltexts, Thomson, st. Paul,

Enggi Holt, (2006), Asas Perlindungan Anak dan Persamaan Kedudukan Hukum Antara Perempuan dan Pria Dalam Rancangan UndangUndang

Kewarganegaraan Republik Indonesia

Libertus Jehani dan Atanasius harpen, (2006), Hukum Kewarganegaraan, Citra Adytia Bakti, Bandung

SinarSiondo Utama Marwan H, (2015), Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

Suwarningsih, (2008), Kawin campur Menyebabkan Berubahnya Undang- Undang Tentang Kewarganegaraan RI

Pustaka Buana, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang mengatur sebagai berikut, “Yayasan dapat mendirikan badan usaha dengan

Fathia Nadia Tanjung,” Kedudukan Anak Dalam Perkawinan Campuran Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

Perkawinan yang dilakukan oleh orang tua sangat menetukan tentang status seorang anak, Pasal 42 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan “Anak yang sah adalah anak

Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut dapat disimpulkan bahwa ketentuan yang diatur dalam Pasal 55 ayat (1) UU Kepailitan yang memberikan kedudukan yang diutamakan

5 Sehubungan dengan ketentuan bagi seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang, maka yang perlu mendapatkan perhatian adalah mengani Pasal 5 Ayat (1) huruf c

Pertama, pasca putusan Mahkamah konstitusi anak yang lahir dari perkawinan di bawah tangan menjadi jelas kedudukannya dengan di reviewnya ketentuan pasal 43

Kewarganegaraan Ganda Pada Anak Hasil Perkawinan Campuran Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan ini anak yang lahir dari perkawinan

Harapan seorang anak yang dilahirkan di luar perkawinan, tentu saja adanya perubahan status dari tidak sah menjadi sah serta mempunyai kelengkapan keluarga,