• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis yuridis tindak pidana kegiatan pertambangan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis yuridis tindak pidana kegiatan pertambangan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Bagaimana sikap hukum hakim atas kasus pertambangan tanpa izin di suatu kawasan di Kabupaten Parangloe Kabupaten Gowa.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Berdasarkan bentuk kesalahannya, dibedakan antara tindak pidana kesengajaan (dolus) dan tindak pidana kesengajaan (culpa). Mereka diduga kuat melakukan tindak pidana sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batu Bara Nomor 4 Tahun 2009, Pasal 58 dan Pasal 61.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Hukum Pidana

Hukum pidana dalam arti subyektif (ius puniendi), yaitu suatu peraturan yang mengatur hak negara dan penyelenggara negara untuk mengancam, menjatuhkan dan melaksanakan hukuman terhadap seseorang yang melanggar larangan dan perintah yang diatur dalam hukum pidana, adalah diperoleh. oleh negara dari peraturan-peraturan yang ditentukan oleh hukum pidana dalam arti objektif (ius poenale). Aturan umum hukum pidana dan (berkaitan dengan itu) larangan perbuatan tertentu (aktif/positif atau pasif/negatif) disertai ancaman sanksi berupa sanksi pidana (denda) bagi yang melanggar larangan tersebut.

Pengertian Tindak Pidana

Terbentuknya tindak pidana formil tidak mensyaratkan dan tidak mensyaratkan terjadinya suatu akibat tertentu. Misalnya pencurian tergantung pada selesainya perbuatan mengambil sebaliknya dalam rumusan pidana harta benda, hakikat larangan adalah menimbulkan akibat yang dilarang. Tergantung pada jenis perbuatannya, kita dapat membedakan kejahatan aktif/pasif, disebut juga kejahatan penghilangan.

Dengan aktifnya orang melanggar larangan, tindakan aktif ini terdapat baik dalam tindak pidana yang dirumuskan secara formil maupun materiil. Tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga terwujud atau terjadi dalam sekejap atau waktu yang singkat disebut afiopendelicten. Sebaliknya, ada tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga terjadinya tindak pidana itu tetap berlangsung, yang disebut juga dengan voordurendelicten.

Dilihat dari objeknya, apa yang dapat dibedakan antara kejahatan komunia (kejahatan yang dilakukan oleh semua orang) dan kejahatan propria (kejahatan yang dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memenuhi syarat). Bergantung pada apakah pengaduan diperlukan untuk tujuan penuntutan atau tidak, kami membedakan kejahatan layanan antara kejahatan layanan dan kejahatan layanan dan kejahatan pengaduan.

Pengertian dan Penggolongan Pertambangan

Ia mengatakan bahwa hukum pertambangan: “himpunan asas hukum yang selanjutnya mengatur kewenangan negara dalam pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan hukum antara negara dengan orang dan/atau badan hukum dalam pengelolaan pemanfaatannya. bahan galian (tambang)”. 35. Menurut Sukandarrumidi, usaha pertambangan adalah segala usaha yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum atau badan usaha untuk mengambil bahan galian dengan tujuan untuk memperoleh pemanfaatan lebih lanjut bagi kepentingan manusia. 34 Tri Hayati, 2015, Era Baru Hukum Pertambangan Di Bawah Rezim UU NO.4 Tahun 2009, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, hal 1.

Beberapa pengertian dan pertambangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertambangan adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan keuntungan dari bahan galian yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, artinya dilakukan kegiatan pertambangan melalui berbagai tahapan dalam peraturan perundang-undangan, khususnya pertambangan. hukum..

Pengertian Tindak Pidana Pertambangan

Apabila kegiatan penambangan berlangsung, pelaku tidak memiliki izin, maka perbuatannya merupakan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 158 UU No. Karena pelaksanaan kegiatan eksplorasi tambang berdasarkan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu IUP atau IUPK, maka eksplorasi yang dilakukan tanpa izin tersebut merupakan tindak pidana yang menurut Pasal 160 ayat (1) UU No.4 Tahun 2009 diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp. Dua ratus juta rupiah). Pelanggaran diancam dengan Pasal 160 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. rupiah). Ketentuan tersebut digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mengendalikan perusahaan pertambangan nakal, ketika mereka melakukan kegiatan eksplorasi sesuai dengan izinnya untuk melakukan operasi produksi langsung, bahkan jika mereka menjadi pemegang IUP sebelum dieksploitasi 41 5) Tindak pidana pencurian barang tambang.

Tindak pidana pencucian kekayaan pertambangan (mining loundering) dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. sepuluh miliar rupiah). Untuk tindakan mengganggu operasi pertambangan, merupakan tindak pidana yang diancam dengan Pasal 162 UU No. 32 Tahun 2009, dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan paling banyak Rp. Tujuan pengaturan pidana ini adalah agar petugas dapat bekerja dengan baik dan melayani kepentingan masyarakat dengan baik.

Pelaku tindak pidana di bidang pertambangan diancam dengan pidana pokok penjara dan denda. Kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana terhadap badan hukum berupa pencabutan izin usaha dan/atau penghapusan status badan hukum.

Izin Usaha Pertambangan

48 Pasal 38 UU No. 3 Tahun 2020 juncto UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (selanjutnya disebut UU Minerba). A.50 Pasal 39 UU No.3 Tahun 2020 juncto UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (selanjutnya disebut UU Minerba). 54 Pasal 76 UU No. 3 Tahun 2020 juncto UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (selanjutnya dalam tulisan ini disebut UU Minerba).

55 Pasal 83B Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 juncto Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (selanjutnya dalam tulisan ini disebut UU Minerba). 56 Pasal 1 angka 13b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 juncto Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (selanjutnya dalam tulisan ini disebut UU Minerba). 70 Pasal 58 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 juncto Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara (selanjutnya dalam tulisan ini disebut UU Minerba).

73 Pasal 158 UU No. 3 Tahun 2020 juncto UU 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (selanjutnya dalam kajian ini disebut UU Minerba). Kejaksaan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;

Dampak Kegiatan Pertambanagn Mineral dan Batu bara

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan terkait dengan permasalahan yang akan dibahas, maka penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Sungguminasa, pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa Pengadilan Negeri Sungguminasa memutus perkara pertambangan tersebut.

Tipe Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan langsung oleh peneliti dalam bentuk tanya jawab atau wawancara mendalam dengan informan yang bertindak sebagai informan untuk mendapatkan data yang di tujukan dalam penelitian. Dengan teknik pengumpulan data dokumenter ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai sumber, tetapi memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis atau dari dokumen yang tersedia bagi informan. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan dokumen dan data yang diperlukan dalam masalah penelitian kemudian meneliti keyakinan dan bukti dari suatu peristiwa.

Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau terpercaya jika didukung oleh dokumen-dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian.

Analisis Data

Dalam hal penegakan hukum terhadap kegiatan penambangan tanpa izin di Bontosunggu, Desa Lanna, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa. Berdasarkan observasi peneliti di lapangan dan diperkuat dengan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pada saat itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan dari sosialisasi tersebut yaitu; “Kapolri menyinggung Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang berisi aturan teknis dan prosedural yang harus diikuti oleh seseorang atau instansi. Terbukti pelaku melanggar Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Setiap orang yang melakukan usaha pertambangan tanpa Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR) atau Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. . Sepuluh Miliar Rupiah) .70. Nurijal Angga Wijaya S.IP Melakukan kegiatan pertambangan tanpa izin sebagaimana diatur dalam Pasal 158 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Jeneberang di Kelurahan Bontosunggu, Desa Lanna, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa atau setidak-tidaknya di tempat yang masih termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Sungguminasa yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, menambang tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Bagian 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Semua unsur dalam Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Karena semua unsur Pasal 158 Undang-Undang Pertambangan dan Pertambangan Batubara No. 4 Tahun 2009 telah terpenuhi, maka Terdakwa harus dinyatakan secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan atas tuntutan tunggal Jaksa Penuntut Umum. Mencermati penjelasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa penerapan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 telah ditindak oleh pengadilan sesuai dengan ketentuan KUHAP dan undang-undang.

Pertimbangan hakim dalam memberikan putusan terhadap tindak pidana pertambangan tanpa izin dengan Nomor Putusan 212/Pid.B/LH/2021/PN Sgm harus lebih tegas dalam memutus perkara, selain itu hakim juga harus mempertimbangkan kepentingan banyak pihak harus memberikan dan memberikan hukuman setinggi-tingginya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 agar tidak ada lagi kesalahan hakim dalam memberikan putusan, keadilan bagi masyarakat akan tercapai sesuai dengan tujuan pemidanaan.

Gambar 1 ( Peta Administrasi Kabupaten Gowa)
Gambar 1 ( Peta Administrasi Kabupaten Gowa)

Pertimbangan Hukum Hakim Terhadap Kasus Pertambangan di

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Bagi aparat penegak hukum seperti kepolisian, pengadilan justru lebih aktif bekerjasama dengan masyarakat, karena tanpa masyarakat, karena tanpa masyarakat kepolisian akan sulit mendapatkan informasi, mengintervensi, menangkap dan mengadili. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 6525. Achmad Surya, 2019, Penegakan Hukum Pertambangan Kuari C Tanpa Izin di Kabupaten Benar Meriah, Volume 5, edisi 2, Oktober 2019, hlm.

Ahmad Taufiq, Basri Oner, Muhammad Halwan Yamin, 2021, Analisis hukum tindak pidana pembukaan lahan dengan cara membakar Menilai pelaksanaan hak pertunjukan perusahaan karaoke dalam pembayaran royalti lagu melalui lembaga pengelola kolektif, bagian 2, bagian 19. Fadil Rahmat Zakariah, Marwan Mas, Basri Oner, 2022, Perlindungan Hak Terdakwa Dalam Proses Penyidikan Dari Aspek Psikologis Hukum, Bagian 1 Bagian 20.

Gambar

Gambar 1 ( Peta Administrasi Kabupaten Gowa)
Gambar 2 ( wilayah pertambangan di sungai jeneberang)
Gambar : Dokumentasi Wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri  Sungguminasa (Ristanti Rahim, S,H., M.H.)

Referensi

Dokumen terkait

Perbuatan pidana yang dilakukan oleh terdakwa memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam Pasal 27 Ayat (1) Jo Pasal 45 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19