• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI KORPORASI YANG MELAKUKAN USAHA ATAU KEGIATAN TANPA MEMILIKI IZIN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI KORPORASI YANG MELAKUKAN USAHA ATAU KEGIATAN TANPA MEMILIKI IZIN LINGKUNGAN"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

Sehubungan dengan itu, disusunlah tesis diploma dengan judul: "PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERUSAHAAN HUKUM YANG MELAKUKAN USAHA ATAU KEGIATAN TANPA IZIN LINGKUNGAN (Putusan Elaborasi no. 148/Pid.Sus/2020/PN.Tdn)". Juga kepada seluruh keluarga besar ayah dan ibu, yang telah membantu secara materil dan moril dalam pembuatan skripsi ini.

  • Latar Belakang
    • Rumusan masalah
    • Faedah Penelitian
  • Tujuan Penelitian
  • Defenisi Operasional
  • Keaslian Penelitian
  • Metode Penelitian
    • Jenis dan Pendekatan Penelitian
    • Sifat Penelitian
    • Sumber Data
    • Alat Pengumpulan Data
    • Analisis Data

Semoga dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap ilmu hukum pidana, khususnya terkait dengan pertanggungjawaban pidana pelaku kejahatan ekonomi tanpa izin lingkungan (Putusan Kajian No. 148/Pid.Sus/2020/PN.Tdn). Bagaimana penerapan hukum pertanggungjawaban pidana perusahaan dalam tindak pidana ekonomi tanpa izin lingkungan (Studi Kasus Putusan No. 1673/Pid.B/LH/2020/PN Mks).

Pertanggungjawaban Pidana

  • Perbuatan Pidana
  • Pertanggungjawaban Pidana
  • Teori Pertanggungjawaban Pidana

Bagaimana penerapan hukum pidana substantif terhadap korporasi yang melakukan kejahatan lingkungan dalam Putusan Pengadilan Negeri Hungaria Nomor. Teori vicarious liability Di Indonesia, vicarious liability lebih dikenal dengan corporate responsibility, namun dalam perjalanan RUU KUHP, vicarious liability diakomodir dan dirumuskan dalam Pasal 38 ayat (2) RKUHP 2008, sedangkan pasal tersebut berbunyi: “Dalam hal ditentukan oleh undang-undang, setiap orang dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain.

Korporasi

  • Pengertian Korporasi
  • Sejarah korporasi sebagai subjek hukum pidana

Asas societas delinquere non potest menjawab mengapa KUHP tidak memiliki tempat bagi perusahaan sebagai subjek hukum. Konsep perseroan belum dianggap sebagai subjek hukum pidana, namun dalam perkembangannya perseroan telah dianggap sebagai subjek hukum pidana. Oleh karena itu, dalam Rancangan KUHP, korporasi diterima sebagai subjek hukum pidana, mengingat kemajuan di bidang keuangan, ekonomi dan perdagangan, serta perkembangan kejahatan terorganisir di dalam dan luar negeri.

Saat ini subyek hukum pidana tidak terbatas pada orang perseorangan, tetapi juga termasuk korporasi. 32 Hari Sutra Disemadi, Nyoman Putra Jaya, “Pengembangan Peraturan Perusahaan Sebagai Subyek Hukum Pidana di Indonesia”, Jurnal Hukum Media Bhakti, Vol. Utrecht, korporasi ditempatkan sebagai subjek hukum pidana yang diakui dalam hukum pidana khusus (di luar KUHP), sedangkan korporasi tidak diakui sebagai subjek hukum dalam KUHP.

Walaupun bukan orang (person), tetapi badan hukum (rechtperson) adalah badan hukum yang mempunyai hak dan kewajiban sendiri, dalam hal ini berbentuk badan hukum atau organisasi yang terdiri dari sekumpulan orang yang bergabung untuk tujuan tertentu dan memiliki aset tertentu.

Jenis Usaha atau Kegiatan

Menurut Pasal 22 UUPPLH Pada dasarnya proses penilaian amdal atau pemeriksaan UKL-UPL merupakan satu kesatuan ayat (1), Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Ketentuan Umum Amdal PP, Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

Selanjutnya menurut Pasal 3 ayat 1, rencana perusahaan dan/atau kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan lindung dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung juga wajib AMDAL. Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam alinea pertama ditetapkan oleh Menteri berdasarkan pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan tipologi ekosistem lokal diperkirakan memiliki dampak penting terhadap lingkungan. Apabila suatu kegiatan tergolong jenis kegiatan yang tidak terkena AMDAL, maka kegiatan tersebut tergolong jenis kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan.

Jenis usaha atau kegiatan terbagi menjadi dua, ada usaha mikro dan ada usaha makro.

Izin Lingkungan

Semua usaha dan/atau kegiatan yang memerlukan Amdal atau UKL-UPL harus memiliki izin lingkungan. Tujuan izin lingkungan pada ayat (1) diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL. Tujuan izin lingkungan pada ayat (1) harus memuat persyaratan yang tertuang dalam keputusan kelayakan lingkungan atau rekomendasi UKL-UPL.

Ketentuan di atas pertama-tama menegaskan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang memerlukan Amdal atau UKL-UPL harus memiliki izin lingkungan. Kedua, Amdal atau UKL dan UPL merupakan perangkat penting dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu. alat untuk mencegah kerusakan atau pencemaran lingkungan. Izin lingkungan dan izin usaha dan/atau kegiatan saling berkaitan erat 42 Pasal 40 UU-PPLH menyatakan bahwa izin lingkungan merupakan persyaratan untuk mendapatkan izin usaha dan/atau kegiatan. Apabila usaha dan/atau kegiatan berubah, penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbarui izin lingkungan.

Status AMDAL sendiri merupakan persyaratan untuk mendapatkan izin lingkungan dan persyaratan untuk mendapatkan izin usaha dan/atau kegiatan.

Bentuk Perbuatan Korporasi Yang Melakukan Tindak Pidana Lingkungan

Tindak pidana lingkungan hidup biasanya berupa pencemaran dan/atau perusakan yang memiliki arti tersendiri. Melepaskan dan/atau mengedarkan produk rekayasa genetika kepada media lingkungan hidup yang melanggar peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan (pasal 101); Bahwa awalnya Benny Andrea (Direktur Utama PT PANCA ANUGRAH NUSANTARA) menyampaikan kepada saksi JULIUS CHANDRA (Direktur Utama PT PANCA ANUGRAH NUSANTARA) perlunya tambahan lahan operasi di belakang Hotel Fairfield By Marriot milik PT PANCA ANUGRAH NUSANTARA karena sering melanda oleh gelombang.

Hal ini berdasarkan hasil verifikasi pengaduan yang dilakukan oleh saksi Eka Prasetyo Apriadi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke lokasi PT PANCA ANUGRAH NUSANTARA (belakang Hotel Fairfield By Marriot) yang berlokasi di Desa Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten tersebut. Sedangkan pada bulan Juni 2015, PT PANCA ANUGRAH NUSANTARA diwakili oleh Benny Andrea melakukan pekerjaan penuangan/penambahan di belakang Hotel Fairfield By Marriot di Desa Tanjung Pendam, Kec. Sedangkan berdasarkan hasil verifikasi pengaduan yang dilakukan oleh saksi EKA PRASETYO APRIADI dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke lokasi PT PANCA ANUGRAH NUSANTARA (belakang Hotel Fairfield By Marriot) yang terletak di Kecamatan Tanjung Pandan Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 26 -30 November 2018 terdapat 1 (satu) tempat daur ulang milik PT.

Sedangkan berdasarkan ahli perizinan ESTHER SIMON, ST dari Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dijelaskan sebagai berikut: Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) UU 32 Tahun 2009 “setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UPL AMDAL atau UKL wajib memiliki Izin Lingkungan”, Kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh PT PANCA ANUGRAH NUSANTARA berdampak pada lingkungan sekitar.

Bentuk Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi Yang Melakukan

Pertanggungjawaban pidana hanya dapat terjadi apabila seseorang atau korporasi diduga telah melakukan tindak pidana. Dalam hal tindak pidana lingkungan dilakukan oleh, untuk atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan terhadap: a. 48 Yeni Widowaty, “Pertanggungjawaban pidana korporasi terhadap korban dalam kasus kejahatan lingkungan”, Jurnal Yidisial, Vol 5 No 2, Agustus 2012, hal.160.

Pertama, kualifikasi delik yang diatur dalam UUPPLH adalah tindak pidana, sehingga tidak ada lagi ancaman pidana penjara selain dalam UULH. Kedua, sanksi pidana terhadap operator, khususnya yang memberi perintah atau pimpinan tindak pidana, merupakan sanksi pidana yang diperberat sepertiga. Dasar hukum pertanggungjawaban pidana perseroan atas tindak pidana yang berkaitan dengan kegiatan usaha dan/atau kegiatan tanpa izin lingkungan adalah Pasal 116 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dapat diartikan bahwa apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan tuntutan pidana terhadap korporasi dapat diterapkan terhadap korporasi, pengurus atau korporasi dan pengurus.

Pengelolaan lingkungan hidup, yaitu “Apabila tindak pidana lingkungan dilakukan oleh, untuk atau atas nama badan usaha, maka “Badan Usaha” tersebut dijerat pidana dan sanksi pidana.

Analisis Hukum Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Yang Tidak

Jika terdakwa tidak membuktikan secara sah dan meyakinkan bahwa ia melakukan tindak pidana yang didakwakan, maka terdakwa dibebaskan; Apabila terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang didakwakan, maka terdakwa dipidana dengan pidana denda. Perpaduan ini bersifat saling mempengaruhi dimana tanpa bukti yang sah hakim tidak dapat menyatakan yakin bersalahnya terdakwa dan sebaliknya tanpa pemidanaan hakim juga tidak dapat menjatuhkan pidana kepada terdakwa yang terlibat dalam suatu tindak pidana.

Hakim dalam menilai bersalah atau tidaknya terdakwa melakukan suatu tindak pidana harus membuat beberapa pertimbangan yang didasarkan pada alat bukti dan keyakinan hakim itu perlu. Panca Anugrah Nusantara dalam hal ini terdakwa sebagai pengurus yang menjabat sebagai GA/HRD telah dapat mewakili suatu perusahaan dalam suatu tindak pidana. Selain itu, tersangka tidak hanya dapat dimintai pertanggungjawaban pidana karena tersangka telah melakukan perbuatan melawan hukum, tetapi juga harus mempunyai maksud untuk melakukan kejahatan tersebut.

Jika tindak pidana terjadi di luar aturan atau SOP yang telah ditetapkan, pimpinan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban.

Kesimpulan

Bentuk pertanggungjawaban pidana korporasi terhadap korporasi yang tidak memiliki izin lingkungan menurut Keputusan Nomor 148/Pid.Sus/2020/PN.Tdn Dasar hukumnya tertuang dalam Pasal 116 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dapat dapat diartikan jika tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, tuntutan pidana dan pembebanan terhadap korporasi dapat diterapkan terhadap korporasi, pengurus atau korporasi dan pengurus tersebut. Berdasarkan analisis perkara dalam putusan Nomor 148/Pid.Sus/2020/PNTdn dapat diketahui bahwa bentuk pertanggungjawaban pidana korporasi yang diterapkan adalah korporasi sebagai pembuat, pengurus bertanggung jawab dimana hakim dalam perkara tersebut sidang memutuskan penjatuhan pidana terhadap terdakwa PT Panca Anugrah Nusantara dengan pidana denda sebesar Rp. satu miliar seratus lima puluh juta rupiah), dan apabila Tergugat PT Panca Anugrah Nusantara tidak membayar denda tersebut selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, harta kekayaan Tergugat PT Panca Anugrah Nusantara akan disita oleh Jaksa Penuntut Umum dan dilelang untuk menutup denda. Analisis pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terkait tindak pidana korporasi tanpa izin lingkungan Putusan Kajian nomor 148/Pid.Sus/2020/PN.Tdn, dimana menurut analisis,.

Pertimbangan hakim dalam menentukan subjek hukum perkara ini dengan menetapkan perusahaan memang sudah sesuai dan konsisten dengan model perusahaan sebagai produsen dan pengurus sebagai penanggung jawab. Dalam konsep ini perseroan dapat bertindak sebagai pembuat dan pengurus yang ditunjuk sebagai penanggung jawab yang dipandang sebagai alat perseroan menurut kewenangan berdasarkan anggaran dasar perseroan.

Saran

Anak Agung Gede Duwira Hadi Santosa, “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi atas Pencemaran Lingkungan (Perbandingan UU PPLH dengan Kelompok Omnibus Law Lingkungan Hidup)”, Jurnal Komunikasi Hukum, Vol. Dyah Adriantini Sintha Dewi, 2012, “Konsep Pengelolaan Lingkungan Menuju Kesejahteraan Masyarakat”, Jurnal Fakultas Hukum, Vol. 1 Denda Fatimah & Barda Nawawi Arief, “Ganti Akuntabilitas. Hari Sutra Disemadi, Nyoman Putra Jaya, “Perkembangan Peraturan Perusahaan Sebagai Subyek Hukum Pidana di Indonesia”, Jurnal Hukum Media Bhakti, Vol.

Muhamad Ibnu Mazjah, “Redefinisi Hukum Pidana Dalam Kegiatan Berdengung Informasi Elektronik Melalui Instrumen Media Sosial”, Jurnal Negara Hukum, Vol. Serius Zai & Lesson Sihotang, “Pertanggungjawaban Perusahaan atas Pelanggaran Ketentuan Pembuangan Limbah Media Lingkungan (Studi Keputusan Nomor 333/Pid.B/LH/2021/PN Bdg)”, Jurnal Tinjauan Hukum Nommensen, Vol. Yeni Widowaty, “Tanggung Jawab Pidana Korporasi Terhadap Korban Dalam Kasus Tindak Pidana Lingkungan”, Jurnal Yidisial, Vol.5 No. 2 Agustus 2012.

Yesi E, Ardhian, “Strategi Pemasaran Untuk Peningkatan UKM Berbasis Industri Kreatif Melalui ICT”, Jurnal Studi Manajemen Bisnis, Vol.

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur pengenaan sanksi pidana bagi yang menuduh orang melakukan tindak pidana tanpa bukti yaitu dakwaan tindak pidana fitnah sudah harus dimasukkan dalam surat