ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.
Organ luar
Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut adalah:
Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.
Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
Pupil dan iris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina.
Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis.
Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
Palpebra
Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan.
Tdd : Palpebra superior dan inferior
Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi oleh membran mukosa à conjunctiva.
Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus conjunctivalis.
sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.
Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus lacrimalis) dan terdapat tonjolan kecil ( caruncula lacrimalis)
LAPISAN BOLA MATA
Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 3 lapisan : Tunika fibrosa :
Bagian posterior yang opak
Sclera
Bagian anterior yang transparan
Cornea
Tunika Vasculosa Pigmentosa :
Choroidea
Corpus Cilliary
Iris dan pupil
Tunika Nervosa : Retina
Otot-otot penggantung bola mata
Vaskularisasi bola mata
Ada 2 sistem vaskularisasi bola mata : 1. Sistem arteri siliar, terdiri dari :
Arteri siliaris anterior (9)
Arteri siliaris posterior brevis (7)
Arteri siliaris longus (4) 1. Sistem arteri Sentralis
Retina (12)
Persarafan
Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf optikus (Nervus II).
Bagian mata yang mengandung saraf optikus adalah retina. Saraf optikus adalah kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual dari retina ke otak.
Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf okulomotoris (Nervus III), saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata, dan mengatur konstraksi pupil mata.
Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang merangsang dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata. Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer.
Sistem cairan mata - Intraokular
Mata diisi dengan cairan intraokuolar, yang mempertahankan tekanan yang cukup pada bola mata untuk menjaga distensinya. Cairan ini dibagi dua : Humor aqueous (anterior lensa), Humor vitreus (posterior lensa & retina).
Humor aqueous berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut.
Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata/tekanan intra okuler.
Sirkulasi Aqueous Humor
Anatomi Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang dipisahkan oleh sekat hidung. Bagian luar dinding hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan konka hidung (konka nasalis) (Syaifuddin, 1995).
Gambar 1. Kerangka luar hidung (Ballenger, 1994) Keterangan :
1. Kartilago lateralis superior 2. Septum
3. Kartilago lateralis inferior 4. Kartilago alar minor
5. Processus frontalis tulang maksila 6. Tulang hidung
Pada gambar 1 tampak kerangka luar hidung yang terdiri dari dua tulang hidung, processus frontal tulang maksila, kartilago lateralis superior, sepasang kartilago lateralis inferior dan tepi anterior kartilago septum nasi. Tepi medial kartilago lateralis superior menyatu dengan kartilago septum nasi dan tepi atas melekat erat dengan permukaan bawah tulang hidung serta processus frontal tulang maksila. Tepi bawah kartilago lateralis superior terletak di bawah tepi atas kartilago lateralis inferior. Hidung berbentuk piramid, kira-kira dua per lima bagian atasnya terdiri dari tulang dan tiga per lima dibawahnya tulang rawan.
Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks, agak ke atas dan belakang dari apeks disebut batang hidung atau dorsum nasi, yang berlanjut sampai ke pangkal hidung dan menyatu dengan dahi, yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu di posterior bagian tengah bibir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung (Ballenger, 1994).
Dasar hidung dibentuk oleh processus palatina (1/2 bagian posterior) yang merupakan permukaan atas lempeng tulang tersebut (Bajpai, 1991)
Gambar 2. Rongga hidung pandangan bawah (Ballenger, 1994) Keterangan :
1. Kartilago alar a. Medial crus b. Lateral crus
2. Spins hidungis anterior 3. Fibro aleolar
4. Kartilago septal 5. Sutura intermaksilaris
Pada tulang tengkorak, lubang hidung yang berbentuk segitiga disebut apertura piriformis. Tepi latero superior dibentuk oleh kedua tulang hidung dan processus frontal tulang maksila. Pada gambar dua memperlihatkan tonjolan di garis tengah hidung yang disebut spina hidungis anterior. Bagian hidung bawah yang dapat digerakkan terdiri dari dua tulang alar (lateral inferior) dan kadang-kadang ada tulang sesamoid di lateral atas. Tulang rawan ini melengkung sehingga membuat bentuk nares. Kedua krus medial dipertemukan di garis tengah oleh jaringan ikat dan permukaan bawah septum oleh kulit. Di dekat garis tengah, krus lateral sedikit sedikit tumpang tindih dengan kartilago lateralis superior. Krus medial saling terikat longgar dengan sesamanya.
Beberapa tulang rawan lepas, kecil-kecil (kartilago alar minor) sering ditemukan di sebelah lateral atau di atas krus lateral. Kulit yang membungkus hidung luar tipis dan mengandung jaringan sub kutan yang bersifat areolar (Ballenger, 1994).
Tulang hidung merupakan tulang yang rata, yang satu dengan yang lain bersendi di garis tengah menuju jembatan hidung, masing-masing tulang berbentuk empat persegi panjang yang mempunyai dua permukaan dan empat pinggir (Bajpai, 1991). Nares anterior menghubungkan rongga hidung dengan dunia luar. Nares anterior lebih kecil dibandingkan dengan nares posterior yang berukuran kira-kira tinggi 2,5 cm dan lebar 1,25 cm (Ballenger, 1994).
Gambar 3. Permukaan medialis tulang hidung kiri (Bajpai, 1991) Keterangan :
1.Pinggir superior
2.Pinggir medialis dan krista maksilaris 3.Foramen vaskuler
4.Sulkus untuk nervus ethmoidalis 5.Pinggir lateral
Permukaan eksternus sedikit cembung dan terdapat foramen vaskuler yang dilalui oleh sebuah vena kacil dari hidung. Sebagaimana gambar 3 terlihat permukaan internus yang sedikit cekung dalam bidang transversal dan terdapat sebuah alur tegak lurus untuk dilalui oleh nervus ethmoidalis anterior serta pembuluh-pembuluh darahnya. Pinggir superior merupakan pinggir yang paling tebal, tetapi sedikit lebih pendek daripada pinggir inferior dan bersendi dengan bagian medialis incisura hidungis tulang frontal. Pinggir lateralis bersendi dengan processus frontalis tulang maksila dan pinggir medialis membentuk sutura interhidungis, bersendi dengan tulang yang sama dari sisi yang berlawanan.tulang hidung ini berkembang dari penulangan membranosa dengan satu pusat primer yang tampak pada umur 12 minggu dari kehidupan intrauterin (Bajpai,1991). Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, tulang hidung, processus tulang maksila, korpus tulang ethmoid dan korpus tulang sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribosa yang dilalui filamen-filamen nervus olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius yang berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior (Ballenger, 1994).
Gambar 4. Septum nasi tanpa mukosa (Ballenger,1994) Keterangan :
1. Tulang frontal 2. Spina frontalis 3. Tulang hidung 4. Kartilago septalis
5. Kartilago lateralis superior 6. Kartilago alar
7. Kartilago vomerohidung 8. Spina hidungis anterior 9. Incisura canal
10. Lamina perpendikularis tulang ethmoid 11. Sinus spenoid
12. Tulang vomer 13. Krista palatum 14. Krista maksila
Sebagaimana terlihat pada gambar 4 diatas bahwa septum (dinding medial) dibentuk oleh tulang vomer di sebelah postero superior. Kartilago septalis terletak di sebelah anterior di dalam angulus internus diantara tulang vomer dan lamina perpendikularis. Krista tulang hidung di sebelah antero superior, rostrum dan krista os spenoidalis di sebelah postero superior, sedangkan krista hidungis maksila serta os palatum berada disepanjang dasar hidung (Bajpai, 1991). Tepi bawah artikulasio kartilago quadrilateral dengan spina maksilaris dan tulang vomer terdapat dua kartilago lain yang dikenal dengan kartilago vomero hidung. Septum dilapisi oleh perichondrium yang merupakan kartilago dan periosteum yang merupakan tulang, sedangkan di bagian luarnya oleh mukosa membran (Hall, 1979). Bagian atas dari tulang rawan hidung terdiri dari dua kartilago lateralis inferior (kartilago alar) yang bentuknya bervariasi (Ballenger, 1994). Kavum nasi meluas dari nares sampai di belakang khoana. Bagian ini dibagi menjadi dua bagian atau dua fossa hidungis oleh septum nasi yang dibentuk oleh atap rongga terdiri dari processus palatina horisontalis di bagian posterior (Meschan, 1959). Kavum nasi dibagi oleh septum nasi menjadi dua ruang yang mempunyai struktur anatomis hampir sama tetapi tidak simetris (Hall, 1979).
Dinding lateral terdapat suatu tonjolan yang disebut sebagai konka yang di atasnya terdapat suatu celah disebut meatus. Ada tiga buah konka atau turbinatus yaitu konka inferior, konka media, dan konka superior. Konka inferior terdiri dari tulang yang menahan dinding lateral kavum nasi. Konka media dan konka superior merupakan bagian dari tulang ethmoid. Konka dilapisi oleh suatu mukosa membranosa dan ephitelium bersilia. Di bawah mukosa terdapat jaringan erectile, terutama pada bagian anterior dan posterior dari tepi konka inferior, bawah konka inferior dan tepi anterior konka media (Hall, 1979). Selain tiga buah konka diatas, kadang-kadang terdapat konka ke empat (konka suprema) yang teratas (Ballenger,1994). Konka hidungis suprema atau konka ke empat terletak pada permukaan tulang ethmoidalis daitas dan dibelakang konka hidungis superior (Bajpai, 1991).
Fungsi Hidung 1. Alat Penciuman
Nervus olfaktorius atau saraf kranial melayani ujung organ pencium. Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lender hidung, yang dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung.
Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil, adalah bagian yang berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng kribiformis tulang ethmoid. Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun
penghubung, hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak, dimana perasaan itu ditafsirkan (Pearce, 2002).
2. Saluran Pernapasan
Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lender semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lender. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Diatas septum nasalis dan konka selaput lender ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epithelium pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir tersebut. Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, dan arena kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya maka udara menjadi hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan selaput lender menjadi lembab (Pearce, 2002).
3. Resonator
Ruang atas rongga untuk resonansi suara yang dihasilkan laring, agar memenuhi keinginan menjadi suara hidung yang diperlukan. Bila ada gangguan resonansi, maka udara menjadi sengau yang disebut nasolalia (Bambang, 1991).
4 Regulator atau Pengatur (Bambang, 1991)
Konka adalah bangunan di rongga hidung yang berfungsi untuk mengatur udara yang masuk, suhu udara dan kelembaban udara.
5. Protektor Atau Perlindungan
Hidung untuk perlindungan dan pencegahan (terutama partikel debu) ditangkap oleh rambut untuk pertikel yang lebih kecil, bakteri dan lain-lain melekat pada mukosa. Silia selanjutnya membawa kebelakang nasofaring, kemudian ditelan (Bambang, 1991).
Telinga merupakan indra pendengaran, terbagi atas beberapa bagian seperti: telinga luar, tengah, dan dalam.
Klik untuk perbesar
I. Telinga Luar => merupakan bagian paling luar dari telinga.
Terdiri dari :
1. Daun telinga / Pinna/ Aurikula
=> merupakan daun kartilago
=> fungsinya : menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani).
Klik untuk perbesar
2. Membran timpani (gendang telinga)
=> merupakan perbatasan telinga bagian luar dengan tengah. Berbentuk kerucut, dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada
permukaan internal.
=>memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk
menghantarkan gelombang bunyi secara mekanis.
Bagian-bagiannya :
o Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri dari 2
lapisan :
o luar : lanjutan epitel telinga o dalam : epitel kubus bersilia
Terdapat bagian yang diseut dengan atik. Ditempat ini terdapat auditus ad antrum berupa lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
o Bagian bawah atau Pars tensa(membran propria), terdiri dari 3 lapisan : o tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat elastin
Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran timpani disebut dengan umbo. Dari umbo, bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pukul 7 pada membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran timpani kanan. Pada membran timpani terdapat 2 serat, sirkuler dan radier.
Serabut inilah yang mengakibatkan adanya refleks cahaya kerucut. Bila refleks cahaya datar, maka dicurigai ada kelainan pada tuba eustachius.
Membran timpani dibagi atas 4 kuadran untuk menentukan tempat adanya
perforasi :
o atas depan
o atas belakang
o bawah depan
o bawah belakang => tempat dilakukannya miringotomi
II. Telinga Tengah => terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis facialis) tulang temporal
Terdiri dari :
1. Tuba Eustachius
=> menghubungkan telinga tengah dengan faring
=> normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah,
dan menguap.
=> berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.
Bila tuba membuka => suara akan teredam.
2. Osikel auditori (tulang pendengaran)
=> terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) , Inkus (anvill), Stapes
(sanggurdi) => MIS.
=> berfungsi sebagai penghantar getaran dari membran timpani ke fenesta vestibuli
3. Otot
=> bantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada
tinggi (peredam bunyi).
o m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara dipantulkan
o m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga => suara teredam
III. Telinga dalam => berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal Terdiri dari
1. Labirin
Terdiri dari:
o Labirin tulang => ruang berliku berisi perilimfe (cairan yang serupa dengan cairan serebrospinal).
Terdiri dari 3 bagian:
o Vestibular => bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan koklea dengan saluran semisirkular.
o Saluran semisirkularis
o S. semisirkular anterior(superior) dan posterior mengarah pada bidang vertikal di setiap sudut kanannya.
o S. semisirkular lateral => terletak horizontal
o Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor pendengaran (cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi tertinggi berada di bagian depan. Sekat membagi
koklea menjadi 3 bagian :
o duktus koklear (skala medial) => bagian labirin membranosa yang terhubung ke sakulus, berisi cairan endolimfe o dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di
bawah skala media => skala vestibuli dan skala timpani =>
mengandung cairan perilimfe dan terus memanjang melalui lubang
pada apeks koklea yang disebut helikotrema.
o membran reissner (membran vestibuler) =>
pisahkan skala media dari skala vestibuli yang berhubungan dengan fenestra vestibuli
o membran basilar => pisahkan skala media dengan skala timpani, berhubungan dengan fenestra koklear
o skala organ korti=> terletak pada membran basilar, terdiri dari reseptor yang disebut sel rambut dan sel penunjang. Sel rambut tidak memiliki akson dan langsung bersinaps dengan ujung
saraf koklear
o Labirin membranosa => serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak di dalam labirin tulang berisi cairan endolimfe (cairan yang serupa dengan cairan intraseluler). Merupakan awal 2 kantong (utrikulus dan sakulus) yang dihubungkan dengan duktus endolimfe. Setiap duktus mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis ( bagaimana kepala berorientasi terhadap ruang bergantung gaya grafitasi) dan ekuilibrium dinamis (apakah kepala bergerak atau diam, berapa kecepatan serta arah gerakan).
Utrikulus terhubung dengan duktus semilunaris
Sakulus terhubung dengan duktus koklear di dalam koklea.
2. Nervus
o Nervus vestibular o Nervus koklear Ekuilibrium dan aparatus vestibular
Aparatus vestibular merupakan istilah yang digunakan untuk utrikulus, sakulus, dan duktus semisirkularis yang mengandung reseptor untuk ekuilibrium dan keseimbangan.
1. Ekuilibrium Statis
=> kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika tubuh tidak bergerak. Ini juga merupakan kesadaran untuk merespon perubahan dalam percepatan linear seperti kecepatan dan arah pergerakan kepala dan garis tubuh
dalam suatu garis lurus.
o Makula adalah reseptor ekuilibrium statis. Satu makula terletak di dinding utrikulus dan satu lagi terletak pada sakulus
o Setiap makula terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang disebut otolit (otokonia, statokonia).
o Aktivitas reseptor ditransmisikan ke ujunga saraf vestibular (CN VIII) yang melilit di sekeliling dasar sel rambut.
2. Ekuilibrium Dinamis => kesadaran akan posisi kepala saat respon gerakan
angular atau rotasi
o Ampula merupakan reseptor untuk ekuilibrium dinamis. Setiap saluran semisirkularis mengandung suatu bidang pembesaran, ampula, yang berisi krista (teridiri dari sel penunjang dan sel rambut menonjol yang membentuk lapisan gelatin = disebut kupula)
Fisiologi pendengaran
Energi bunyi ditangkap daun telinga dalam bentuk gelombang > getarkan membran timpani >
melewati tulang pendengaran MIS (maleus, inkus, stapes) > energi diamplifikasi > diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap jorong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak >
getaran diteruskan ke membrana reissner yang mendorong endolimfe > timbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria > terjadi defleksi stereosilia sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel > terjadi depolarisasi rambut > lepaskan neurotransmiter ke dalam sinaps yang akan timbulkan potensial aksi pada saraf auditorius > lanjut ke nukleus auditorius > korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
ANATOMI FISIOLOGI LIDAH MANUSIA
A. Anatomi Lidah
Pancaindra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu pada manusia. Serabut syaraf yang melayaninya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa (sensory impression) dari organ indra menuju otak, dimana perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul dari luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara.
Dalam segala hal, serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan ujung akhir khusus guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu, dimana setiap organ berhubungan.
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa Latin lingua atau glossal dari bahasa Yunani.
Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap yang terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan rasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda- beda.
Pada hakekatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indra khusus pengecap. , lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan ektrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus,sementara otot ektrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi dan akhirnya mendorongnya masuk farinx.
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung kebelakang maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligament halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada bagian dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, maka ujung lidah meruncing, dan bila terletak tenang didasar mulut,maka ujung lidah berbentuk bulat.
Lidah ini, juga dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup pengecap (taste buds). Pada lidah lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang tersebar dipermukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap tertanam dibagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah yang disebut papilla.
struktur kuncup pengecap pada lidah
Kuncup pengecap tersusun dari sel pendukung dan sel pengecap yang bentuknya memanjang dan memiliki mikrovili. Pada mikrovili terdapat reseptor molekul protein yang menyebabkan otak dapat mengenali lima pengecap dasar, yaitu manis, asin, pahit, masam, dan umami. Umami adalah sebuah sensasi pengecap yang dihasilkan oleh monosodium glutamate (MSG). Dan glutamate lainnya yang berasal dari makanan yang difermentasi.
Para ilmuan telah menemukan bahwa menurut mereka, semua peta rasa dapat menditeksi lima pengecap dasar. Sebuah fakta, peka rasa yang pertama kali dikemukaka oleh D.P Hanig (1901) memperlihatkan empat pengecap dapat ditemukan pada bagian yang sama dari lidah.
Selaput lendir (membrane mukosa) lidah selalu lembab, dan pada waktu sehat lidah berwarnah merah jambu,permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi papil-papil. Yang terdiri dari tiga jenis yaitu:
1) Papila filiformis (fili = benang); berbentuk seperti benang halus; jumlahnya banyak dan
tersebar diseluruh permukaan lidah. Terdapat dalam dinding papillae sirkumvalanta dan fungiforum,yang berfungsi untuk menerima rasa sentuh, dari pada rasa pengecap yang sebenarnya.
2) Papila sirkumvalata (sirkum = bulat); berbentuk bulat, tersusun berjejer membentuk huruf V
di belakang lidah; jumlahnya 8 s/d 12 buah. Sirkumvalata adalah jenis papillae yang terbesar,dan masing-masing dikelilingi semacam lekukan seperti parit.
3) Papila fungiformis (fungi = jamur); berbentuk seperti jamur. Terlelak diujung dan disisi lidah
Terdapat satu jenis papilla yang tidak terdapat pada manusia, yakni papilla folliata pada hewan pengerat.
Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asan, dan asin. Kebanyakan makanan memiliki ciri harum dan ciri rasa, tetapi ciri-ciri itu merangsang ujung saraf penciuman, dan bukan ujung saraf pengecapan. Supaya dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan, serta harus sungguh-sungguk bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan yang berbeda-beda. Putting pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kasan rasa yang berbeda-beda juga.
Lidah memiliki pelayanan pensarafan yang majemuk. Otot-otot lidah mendapat pensarafan dari urat saraf hipoglusus (saraf otak kedua belas). Daya perasaannya dibagi menjadi “perasaan umum” yang menyangkut taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya.dan “rasa pengacap khusus” yang menyangkut rasa yang khusus suatu makanan.
Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat saraf cranial kelima, sementara impuls bagian indra pengecap bergerak dalamkhorda timpani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu dengan saraf cranial ketujuh, yaitu nervus saraf fasialis. Saraf cranial kesembilan, saraf glossofaringeal, membawa baik impuls perasaan umum maupun impuls perasaan khusus, dari sepertiga posterior lidah.
Dengan demikian indra pengecap lidah dilayani oleh saraf cranial kelima, kutujuh, dan kesembilan, sementara gerakan-gerakannya dipersarafi oleh saraf cranial kaduabelas
Bagian-Bagian Lidah
Lidah terletak pada dasar mulut berwarnah merah, tidak rata permukaannya, dipermukaannya terdapat bintil-bintil yang disebut papilla yang merupakan tempat
berkumpulnya saraf-saraf pengecap inilah yang dapat membedakan rasa makanan. Jumlah papilla pada setiap orang tidak sama biasanya papilla perempuan lebih babyak dari pada papilla laki-laki. Orang yang mampunyai papilla lebih banyak banyak papilla maka akan lebih peka terhadap rasa. Ujung dan pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bagian bawah, permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Berikut adalah bagian-bagian dari lidah:
1) Bagian ujung/tepi lidah untuk mengecap rasa manis.
2) Bagian samping lidah untuk mengecap rasa asam
3) Bagian daerah pinggir lidah untuk mengecap rasa asin
4) Bagian belakang lidah untuk mengecap rasa pahit
Namun saat ini banyak peneliti yang memasukkan rasa kelima yaitu gurih atau sedap yang ditemukan pada makanan seperti daging, ikan, dan sebagainya. Rasa-rasa dasar ini dapat berevolusi sehingga kita dapat merasakan rasa busuk atau beracun dari rasa pahit dan asam. Rasa manis membantu kita untuk mengenalkan makanan yang menyahatkan atau kaya kalori, rasa asin diperlukan untuk setiap tubuh, dan rasa gurih dapat membantu kita mengidentifikasikan makanan yang kaya akan protein.
Ada beberapa orang yang mempunyai “dunia rasa” yang berbeda-beda, misalnya ada yang menyukai pedas,ataupun ada yang tidak. Itu semua dipengaruhi oleh faktor genetis yang berbeda dan budaya sendiri-sendiri. Para peneliti telah membuktikan bahwa di Amerika Serikat masyarakatnya adalah supertaster yang merasakan cabe, jahe sangat pedas begitu juga dangan gula mereka merasakan sangat manis sekali. Hal ini disebabkan oleh jumlah papilla yang berbeda-beda.
Cara Kerja Liah
Saat makan atau minum, ujung-ujung saraf pengecap akan menerima rangsangan, rangsangan tersebut akan diteruskan ke otak. Otak memprosas rangsangan tersebut, sehingga kita bisa mengecap makanan atau minuman.
B. Fisiologi Lidah
1) Fungsi Lidah
a. Mendorong makanan
b. Mengaduk makanan
c. Menbolak-balik makanan
d. Merasakan keras dan lembutnya makanan
e. Melumatkan makanan
f. Fungsi papil/kuncup pengecap: kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut
pengecap, kemudian menstimulasi dendrite sensorik- impuls saraf- saraf fasial (CN VII) dan saraf glosofarinyeal (CN IX) melalui jalur pengecap – insula korteks serebelar.
Selain berfungsi mekanisme pencernaan atau pengucapan, lidah manusia memiliki banyak penggunaan lain. Lidah berperan pada salah satu bentuk penciuman yang dikenal dengan French kissing atau ciuman prancis.lidah digunakan pula untuk tindakan menjilat pada manusia dan mamalia.
Lidah dapat menjadi tempat penindikan pada beberapa kebudayaan masyarakat. Tindik lidah sudah ada sejak masa kuno dan kini semakin meningkat pada kebudayaan barat terutama pada kebudayaan remaja.
2) Penyakit yang Terdapat pada Lidah
Penyakit yang biasa menyerang lidah yaitu sariawan. Yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C, sariawan menimbulkan rasa peri, sehingga sangat mengganggu saat kita makan atau minum, sariawan bisa diobat dengan memakan banyak buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C.
Secara klinik, indra pengecap, seperti indra penciuman, sangat peka dan dapat hilang karena pelek atau gangguan pada mulut, lambung dan saluran pencernaan. Seorang dokter yang dapat juga dibantu oleh seorang parawat, memeriksanya dengan seksama, apakah indra pengecap itu kering atau lembab, membengkak, lembek dan pucat,atau mengecil dan berwarnah merah, berbulu, pecah atau retak-retak.
Glositis, atau peradangan lidah, bisa akut ataupun kronis, dengan gejala-gejala berupa adanya ulkus dan lendir yang menutupi lidah. Peradangan ini biasanya timbul pada pasien yang mengalami gangguan pencernaan ataupun infeksi pada gigi. Lidah lembek dan pucat, dengan bekas-bekas gigitan pada pinggirannya. Biasanya, glottis kronis menghilang, apabila kesehatan badan membaik dan pemeliharaan hygiene mulut yang baik. Lekoplakia ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal pada permukaan lidah (juga selaput lender pipi dan gusi). Hal ini biasa terlihat pada seseorang yang suka merokok.
Contoh gambar penyakit pada lidah:
1. Oral candidosis.
Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.Gejalanya lidah akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
2. Atropic glossitis
Penyakit ini juga sering ditemukan. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak didapatkan pada penderita anemia.
.
3. Atropic glossitis
Lidah seperti peta, berpulau-pulau. Baik banyak maupun sedikit. Bagian pulau itu berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.
4. Fissured tongue
Lidah akan terlihat pecah-pecah. Kadang garis hanya satu ditengah, kadang juga bercabang- cabang.
5. Glossopyrosis.
Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini kebanyakan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
3) Cara Merawat kesehatan Lidah
Agar lidah tetap dapat merasakan kelezatan makanan kita harus menjaga kesehatan lidah, berikut beberapa saranya yaitu:
a) Tidak memakan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
b) Tedak memakan makanan yang terlalu padas
c) Memakan buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin C setiap hari
d) Menyikat gigi secara perlahan agar tidak melukai lidah.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...1
DAFTAR ISI...2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG...3
BAB II PEMBAHASAN A. OPTIKA GEOMETRI DAN OPTIKA FISIK………..….4
1. Optika Geometri……….……4
2. Optika fisik……….…4
B. LENSA………..……….4
1. Pengertian lensa………...………..4
2. Jenis-jenis lensa…………...…………..………5
3. Hukum yang Berlaku pada Lensa………..…………...6
C. MATA………6
1. Daya akomodasi mata………..……….6
2. Kelainan optik mata……….……….7
D. PENERAPAN BIOOPTIK DALAM ASUHAN KEPERAWATAN………8
BAB III PENUTUP………9
A. KESIMPULAN………..9
DAFTAR PUSTAKA
………...………..10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Banyak orang awam yang tidak mengetahui bagaimana bisa mata melihat benda- benda yang ada disekitar kita, bahkan benda yang berukuran kecil sekalipun. Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berpendapat bahwa benda-benda disekitar kita dapat dilihat oleh mata karena mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini di dukung oleh Plato (429-348 SM).
Namun, jika mata dapat melihat karena mengeluarkan sinar-sinar penglihatan tentu saja kita semua bisa melihat dengan jelas pada malam hari atau pada ruang yang gelap. Tapi pada kenyataannya kita tidak dapat melihat benda-benda di ruang yang gelap (Aristoteles 384-322 SM) dan Aristoteles tidak dapat memberi penjelasan mengapa mata kita mampu melihat benda.
Teori yang terakhir yang dapat diterima pada abad ke XX yaitu teori yang diungkapkan oleh Alhazan (965-1038 SM) yang berpendapat bahwa benda di sekitar kita dapat terlihat karena benda-benda tersebut memantulkan cahaya atau memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata.
Untuk itu kami merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai biooptik yang artinya susunan atas kata bio dan optik. Bio berkaitan mahluk hidup atau zat hidup atau bagian dari mahluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Optika Geometri dan Optika Fisik
A. Optika Geometri
Optika geometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu perambatan cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya. Optika geometri juga menjelaskan sifat cahaya dengan pendekatan paraksial atau hampiran sudut kecil dengan penjabaran yang linear, sehingga komponen ini dan sistem kerja cahayanya seperti ukuran, posisi, pembesaran subjek lebih sederhana.
B. Optika fisik
Optika fisik adalah studi cahaya yang mempelajari sifat cahaya yang tidak
terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya. Definisi sifat cahaya dilakukan dengan pendekatan frekuensi tinggi. Optika fisik mampu menjelaskan gejala cahaya seperti dispersi (penyebaran cahaya), interferensi (penyebaran gelombang), dan polarisasi (getaran cahaya) yang tidak dapat dijelaskan oleh optika geometri.
2.
Lensa
A. Pengertian Lensa
Lensa adalah benda bening yang di bentuk sedemikian rupa sehingga dapat membiaskan atau meneruskan hampir semua cahaya yang melaluinya.
B. Jenis-jenis Lensa
a. Lensa cembung (konveks)
Lensa cembung memiliki permukaan lebih tebal pada bagian tengahnya daripada bagian tepinya. Lensa cembung bersifat mengumpulkan cahaya sehingga disebut lensa konvergen.
Lensa cembung terdiri atas 3 macam bentuk, yaitu lensa bikonveks, lensa plankonveks, dan lensa konkaf konveks.
Lensa konveks/cembung
b. Lensa cekung (konkaf)
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian tepinya. Lensa cekung bersifat menyebarkan cahaya sehingga disebut juga lensa divergen. Lensa cekung terdiri atas 3 jenis, yaitu bikonkaf, lensa plankonkaf, dan lensa konveks konkaf.
Lensa cekung/ konkaf
C. Hukum yang Berlaku pada Lensa
1. Hukum Snellius I
Adapun bunyi Hukum Snellius I adalah :
“Jika suatu cahaya melalui perbatasan dua jenis zat cair, maka garis semula tersebut adalah garis sesudah sinar itu membias dan garis normal dititik biasnya, ketiga garis tersebut terletak dalam satu bidang datar.”
2. Hukum Snellius II
Adapun bunyi Hukum Snellius II adalah :
“Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias selalu konstan. Nilai konstanta dinamakan indeks bias(n).”
3.
Mata
A. Daya Akomodasi Mata
Daya akomodasi mata adalah kemampuan lemsa mata untuk memfokuskan objek.
Pada saat mata melihat jauh, maka tidak terjadi akomodasi. Semakin dekat benda yang kita
lihat maka semakin besar pula daya akomodasinya. Daya akomodasi ini bergantung pada usia. Semakin tua, maka daya akomodasi semakin menurun.
B. Bagian – Bagian Mata
(1) Kornea, merupakan lapisan terluar dari mata yang bersifat kuat dan tembus cahaya. Kornea berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata serta melindungi bagian mata yang sensitif dibawahnya. Kornea mata, Memiliki fungsi menerima cahaya dari sumber cahaya serta meneruskannya ke dalam bagian mata yang akan lebih dalam dan akan berakhir di retina.
(2) Aqueous humor, merupakan cairan kornea dan lensa mata. berfungsi untuk membiaskan cahaya kedalam mata
(3) Lensa kristalin, lensa mata yang berperan penting mengatur letak bayangan agar tepat jatuh di bintik kuning. Lensa mata memiliki fungsi untuk memfokuskan serta meneruskan cahaya yang akan masuk ke mata supaya jatuh tepat di retina.
(4) Iris, selaput yang membentuk celah lingkaran di tengah-tengahnya. Iris memberikan warna pada mata dan berfungsi untuk mengatur besar-kecil pupil untuk membatasi jumlah cahaya yang masuk. Iris, terletak pada tengah-tengah bola mata, yang ada di belakang kornea.
Sebuah warna dari iris ini dapat dipengaruhi jenis ras ataupun bangsa.
(5) Pupil, celah yang dibentuk oleh iris berfungsi sebagai tempat masuk
cahaya. Pupil,memiliki fungsi untuk dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.
Fungsi dari anak mata ataupun pupil ini sama dengan fungsi dari diafragma yang ada pada alat potret. Pupil merupakan celah bulat yang terdapat di tengah-tengah iris.
(6) Otot mata, otot yang menyangga lensa kristalin dan mengatur besar kecilnya lensa.
(7) Vitreus humor, cairan bening yang mengisi rongga mata. fungsinya adalah meneruskan cahaya dari lensa ke retina.
(8) Retina, lapisan pada dinding belakang bola mata tempat bayangan dibentuk. Retina atau yang biasa di sebut dengan selaput jala merupakan bagian yang cukup peka terhadap cahaya. Dan Khususnya pada bitik kuning. Pada Retina ini berfungsi menangkap serta meneruskan cahaya dari lensa hingga ke saraf mata. Dan di dalam selaput jala ini terdapat sebuah ujung-ujung saraf untuk menerima.
(9) Bintik kuning, lengkungan pada retina yang merupakan bagian yang paling peka pada retina.
(10) Syaraf optik, penerus rangsang cahaya dari retina ke otak. Saraf mata ataupun yang biasa di sebut dengan saraf optik ini memiliki fungsi untuk meneruskan sebuah rangsang cahaya hingga ke otak. Semua informasi yang akan dibawa oleh saraf nantinya diproses di otak. Dan Dengan demikian kita bisa melihat suatu benda.
C. Kelainan Optik Mata
Myopia
Myopia adalah bentuk mata terlalu lonjong sehingga benda berjauhan tak terhingga akan tergambar tajam di depan retina. Penderita myopia dianjurkan untuk menggunakan kaca mata berlensa negatif.
Hipermetrop
Hipermetrop merupakan penyimpangan penglihatan dimana bola mata agak gepeng dari normal. Mata yang demikian itu tanpa akomodasi bayangan tak terhingga akan terletak di belakang retina. Penderita hipermetrop dianjurkan menggunakan kaca mata dengan lensa positif.
Presbio
Pada mata presbio biasanya menggunakan lensa positif dan negatif. Biasanya presbio ini terjadi pada orang-orang yang sudah tua.
Astigmati (silindris)
Astigmati merupakan sesuatu sesatan lensa yang disebabkan oleh suatu titik benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua yaitu primer dan sekunder. Astigmati disebabkan oleh kornea yang tidak berbentuk sferis.
D. Penerapan biooptik dalam asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Klien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat.
b. Tujuan
Agar klien dapat melihat dengan jelas pada jarak jauh.
c. Perencanaan
Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.
d. Evaluasi
klien mengatakan bisa melihat jelas dengan memakai lensa negatif skala 0,50.
BAB III KESIMPULAN
Optika geometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu perambatan cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya.Optika fisik adalah studi cahaya yang mempelajari sifat cahaya yang tidak terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya.
Lensa adalah benda bening yang di bentuk sedemikian rupa sehingga dapat membiaskan atau meneruskan hampir semua cahaya yang melaluinya. Lensa memilliki 2 jenis yaitu lensa cekung dan cembung.
Daya akomodasi mata adalah kemampuan lemsa mata untuk memfokuskan objek.Pada mata terdapat 4 macam kelainan mata, yaitu miopi, hipermetropi, presbiopi, dan astigmatis.
Bioakustik
Bioakustik berasal dari kata bio dan akustika, bio artinya hidup atau hayat dan akustika berarti kajian getaran dan bunyi. Sedangkan menurut istilah akustika berarti bagian pisis pendengaran yang tercakup dalam suatu bidang. Bioakustik adalah suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat padat yang sering menimbulkan gelombang bunyi. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi atau getaran molekul – molekul dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang, jadi Bioakustik yaitu ilmu yang mempelajari tentang proses penerimaan pendengaran yang timbul oleh mahluk hidup.
A. Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi yaitu gelombang yang dihasilkan akibat adanya vibrasi atau getaran dari suatu bunyi, sedangkan bunyi itu adalah rambatan, usikan elastis dalam medium konibue ( tiga dimensi ).
Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanika pada gas, zat cair atau gas yang merambat kedepan dengan kecepatan. Gelombang bunyi menjalar secara tranversal atau secara longitudinal. Secara tranversal arahnya tegak lurus dengan arah getaran sedangkan secara longitudinal arah rambatnya sejajar dengan arah getaran.
Gelombag bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan dan diserap oleh benda. Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang tidak tampak, cara merambat gelombang bunyi mirip merambatnya gelombang dipermukaan air. Jadi gelombang bunyi merambat ke segala arah, bunyi hanya dapat merambat melalui medium perantara misalnya udara, air dan kayu. Tanpa medium perantara gelombang bunyi tidak dapat merambat sehingga tidak terdengar. Bunyi tidak dapat terdengar diruang hampa udara ( vakum ), diangkasa luar dan di bulan.
B. Kecepatan Bunyi / Cepat Rambat Bunyi
Kecepatan bunyi yaitu jarak yang ditempuh bunyi dalam waktu satu sekon. Bunyi memerlukan waktu untuk merambat melalui medium udara dari satu tempat ke tempat lain. Cepat rambat bunyi diudara pertama diselidiki oleh Fisikiawan Belanda yaitu Moll dan Van Beek, selain itu ilmuwan yang pernah melakukan penyelidikan cepat rambat bunyi didalam zat padat, zat cair dan zat gas adalah Otto Von Guericke ( 1602-1686 ). Dia merupakan seorang Fisikiawan berkebangsaan Jerman.
Kesimpulannya, zat padat merupakan medium perambatan bunyi yang paling baik dibandingkan zat cair dan gas.
Untuk merambat melalui suatu medium, bunyi memerlukan waktu tertentu yang disebut cepat rambat bunyi ( v ), waktu tempuh ( t ), dan jarak tempuh ( s ).
Rumus : V = S t
Ket :
V = Kecepatan ( meter / sekon ) S = Jarak ( Jarak )
t = Waktu ( Sekon )
Cepat rambat bunyi pada berbagai medium perantara berbeda-beda seperti terlihat pada table berikut :
No Medium Perantara Cepat Rambat Bunyi ( m/s )
1 Kaca 5.170
2 Besi 5.120
3 Alumunium 5000
4 Emas 2030
5 Air 1446
6 Udara ( 20oC ) 343
7 Kayu 500
8 Karbon dioksida ( CO2 ) 267
Cepat rambat bunyi diudara dipengaruhi oleh suhu udara. Makin tinggi suhu udara, makin cepat rambat bunyi pada suhu 0oC cepat rambat bunyi diudara, 334 m/s , pada suhu 15oC sebesar 340 m/s , pada suhu 20oC sebesar 343 m/s dan pada suhu 25oC sebesar 347 m/s.
Besar cepat rambat bunyi dalam suatu tertentu dapat dihitung seperti rumusan dibawah ini
V = Vo + 0,6 T Ket :
V = Cepat rambat bunyi pada suhu To C ( m/s ) Vo = Cepat rambat bunyi pada suhu 0o C ( m/s ) T = Suhu ( oC )
C. Sifat – Sifat Gelombang Bunyi
a. Memantulkan, misalnya seorang yang sedang berteriak diatas bukit maka sesaat kemudian
akan terdengar bunyi pantulan yang dihasilkan dari teriakannya itu.
b. Diteruskan misalnya orang yang sedang memandang adzan suaranya akan diteruskan oleh
udara, contoh lainnya kita bisa mengetahui arah datangnya kereta api melalui rel kereta api.
c. Diserap misalnya sekelompok anak muda yang sedang bermain musik distudio yang
memakai penyadap suara maka bunyi musik tersebut tidak akan terdengar keluar.
D. Klasifikasi Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi yaitu Infrasonic ( bunyi infra ), Audiosonik ( bunyi jangkauan pendengaran ) dan Ultrasonic ( Bunyi ultra ).
1. Infrasonik
Gelombang bunyi yang memiliki frekuensi kurang dari 20 Hz bunyi pada frekuensi ini tidak dapat didengar manusia. Pada frekuensi ini gelombang bunyi hanya dapat didengar oleh binatang tertentu seperti jangkrik.
2. Audiosonik
Frekuesi gelombang bunyi audiosonik berkisar antara 20 Hz – 20.000 Hz bunyi pada rentang frekuensi inilah yang dapat didengar manusia rentang frekuensi ini dinamakan jangkauan pendengaran.
3. Ultrasonik
Gelombang bunyi ultrasonik memiliki frekuensi diatas 20.000 Hz. Bunyi pada frekuensi ini tidak dapat didengar manusia. Binatang yang dapat mendengar ultrasonic antara lain anjing dapat mendengar frekuensi 50.000 Hz, kelelawar dapat mendeteksi frekuensi sampai 100.000 hz.
E. Sumber Bunyi
Sumber bunyi adalah sesuatu yang bergetar dan menghasilkan bunyi. Bunyi merupakan vibrasi atau getaran dari molekul – molekul zat dan saling beradu satu sama lain, namun demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi bahkan tidak pernah terjadi pemindahan partikel.
Syarat terdengarnya bunyi ada 3 faktor yang menentukan bunyi dapat didengar yaitu : 1. Sumber bunyi adalah segala sesuatu yang bergetar, kuat lemahnya bunyi yang dihasilkan sumber getar tergantung pada
a. Besar / kecil amplitudo getaran.
b. Jauh / dekatnya sumber bunyi dengan pendengar.
2. Zat antara ( medium ) adalah gelombang bunyi dapat didengar bila ada zat antara untuk
merambat sampai ke pendengar. Bunyi merambat melalui zat antara berupa gas ( udara ), zat cair, dan zat padat. Bunyi yang senantiasa kita dengar berasal dari sumber bunyi merambat melaui udara. Oleh sebab itu diruang hampa gelombang bunyi tidak dapat didengar.
3. Pendengar adalah bunyi dapat didengar bila ada pendengar dan bunyi dapat didengar jika
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Alat pendengar normal
b. Pendengar dalam keadaan sadar, dan
c. Frekuensi antara gelombang bunyi 20 Hz – 20.000 Hz
Sumber bunyi bisa berasal dari alam dan perbuatan manusia.
Contoh bunyi dari Alam :
Bunyi yang ditimbulkan dari dahan karena angina.
Bunyi yang ditimbulkan dari deburan ombak.
Bunyi yang ditimbulkan dari hujan.
Bunyi yang diditimbulkan dari halilintar.
Contoh bunyi yang berasal dari Perbuatan Manusia :
Bunyi yang dihasilkan dari instrument musik, misalnya : Gitar, Piano, Biola dll.
Bunyi yang dihasilkan ruang mulut dan ruang hidung manusia.
F. Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi adalah energi bunyi tiap satuan waktu yang menembus secara tegak lurus bidang persatuan luas.
I = P = P A 4 r2 Ket :
A = Luas alas
P = Energi yang dimiliki I = Intensitas bunyi
Perbedaan Intensitas yang dapat didengar oleh 2 ditektor bunyi yang memiliki jarak berbeda dari sebuah sumber bunyi ditentukan sebagai berikut :
I2 : I1 = r12 : r22
Untuk menghitung intensitas bunyi perlu mengetahui energi yang dibawa oleh gelombang bunyi. Energi gelombang bunyi ada 2 yaitu :
1. Energi Potensial Bunyi
2. Energi Kinetik
Intensitas gelombang bunyi ( I ) yaitu energi yang melewati medium I m2 / detik atau watt / m2.
Rumusnya adalah : I = 1 /2 v A2 ( 2 f )2 = 1 /2 2 ( A )2 Ket :
= Massa jenis medium ( kg / m3 ) v = Kecepatan bunyi ( m / detik ) = 2 = Impedansi Akustik
A = Maksimum amplitude atom – atom / molekul F = Frekuensi
W = 2 f = Frekuensi sudut
Intensitas ( I ) dapat pula dinyatakan sebagai berikut : I = PO 2
2Z
PO = Perubahan Tekanan Maksimum ( N / m2 )